Anda di halaman 1dari 2

RUU Cipta Kerja adalah salah satu Omnibus Law yang sudah di sah kan atau di ketuk palu

oleh
DPR.

Apakah itu Omnibus Law? Menurut Aubrey O Brien, Omnibus Law merupakan suatu rancangan
Undang-Undang yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu Undang-
Undang.

Kita dapat melihat bahwa banyak masyarakat, buruh, dan mahasiswa menolak pengesahan
Omnibus Law ini. Terutama banyak yang mempermasalahkan RUU Cipta Kerja ini disebut
sebagai “kontroversi”. Karena bagi mereka, terutama kaum buruh, RUU ini membuat mereka
semakin susah dan banyak yang bilang bahwa RUU Cipta Kerja ini lebih memihak kepada para
pengusaha-pengusaha atau para pembisnis, mereka juga beranggapan bahwa seharusnya
pemerintah fokus saja dengan kondisi sekarang, yaitu pandemi corona ini.

Melihat kondisi sekarang, banyak yang menganggap bahwa pemerintah saja belum dapat
mengatasinya dengan baik. Lantas mengapa pemerintah dan DPR tergesa-gesa untuk
mengesahkan RUU Cipta Kerja ini?

Wakil Presiden (wapres) Ma’aruf Amin meyakini Undang-Undang Cipta Kerja bisa mendukung
iklim investasi usaha kedepannya. Menurut Ma’aruf Amin, Undang-Undang Cipta Kerja
merupakan respon pemerintah terhadap tuntutan masyarakat agar tercipta lapangan kerja
yang lebih luas dan berkualitas.

Oleh karenanya, Wapres menegaskan diperlukan pembenahan melalui Undang-Undang yang


terpadu yang lebih responsif. Omnibus Law dianggap dapat memberikan kepastian hukum
lebih baik bagi dunia usaha.

Namun, akhir-akhir ini banyak aksi demo penolakan RUU Cipta Kerja yang muncul di berbagai
kalangan buruh bahkan di kalangan mahasiswa juga. Lebih tepatnya aksi demo tersebut
terlaksana pada tanggal 8 Oktober 2020. Yang sedang mereka permasalahkan ialah jaminan
sosial yang dihapuskan, UMK atau UMP yang dihapuskan juga, perusahaan dapat mem-PHK
secara sepihak.

Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto meyakini
ada dalang di balik aksi vandalisme saat demontrasi penolakan UU Cipta Kerja. Dalang tersebut
diyakini Prabowo adalah kekuatan asing yang ingin menghancurkan Indonesia.

Bagi Prabowo tidak ada untungnya melakukan aksi demonstrasi dengan menghancurkan
fasilitas umum milik rakyat. Apalagi, menurut Prabowo, sekitar 80% tuntutan buruh sudah
diakomodasi dalam UU Ciptaker tersebut. “Jadi 20% lagi bisa diperjuangkan. Bisa melalui
judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK), bisa negosiasi ke pengusaha,” kata dia.

Demonstrasi, sambung Prabowo, tidak dilarang sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi
tetapi jangan sampai rusuh yang merugikan masyarakat banyak.

Dari keadaan yang ada kita sebagai warga negara Indonesia terutama mahasiswa, harus
menyuarakan suara kita, menyalurkan aspirasi rakyat kepada pihak pemerintah. Namun perlu
dilihat dan memahami apa yang kita perjuangkan, tidak hanya asal mengikuti unjuk rasa di
jalan dan tidak mengetahui apa yang di perjuangkan dan tidak melakukan tindakan yang
anarkis. Dengan harapan bahwa Indonesia lekas bangkit kembali dari krisis ekonomi dan krisis
pandemi ini.

Anda mungkin juga menyukai