Pertama adalah tidak adanya batas waktu dan jenis pekerjaan dalam sistem kontrak yang
menyebabkan para pekerja dapat dikontrak seumur hidup tanpa ada kewajiban mengangkat
sebagai pegawai tetap.
Kedua, status kontrak itu akan berimplikasi pada hilangnya jaminan sosial dan kesejahteraan,
seperti tunjangan hari raya, pensiun dan kesehatan.
Ketiga, dihapusnya upah minimum sektoral (provinsi dan kabupaten), dan adanya persyaratan
dalam penerapan upah minimum kabupaten/kota, serta diwajibkannya penerapan upah
minimum provinsi (UMP) yang nilainya jauh lebih rendah.
Hal inilah yang mengakibatkan mengapa UU ini tidak boleh disahkan dan harus
dipertimbangkan kembali dengan mendengar aspirasi dari rakyat.