Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Kasus UU dan RUU yang Menimbulkan Konflik

KASUS RUU KUHP YANG MENIMBULKAN KONFLIK DI


INDONESIA

UU adalah singkatan dari undang-undang yang memiliki makna yaitu


hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur ketahanan yang
lainnya. Undang-undang yang belum disahkan disebut sebagai Rancangan
Undang Undang (RUU).Wikipedia. (2019). “Undang – Undang” .[online].
Tersedia https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang. [9 Oktober 2019]

Undang-undang digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk


menganjurkan, untuk menyediakan(dana), untuk menghukum, untuk memberikan,
untuk mendeklarasikan, atau membatasi sesuatu. Undang undang umumnya
diusulkan oleh anggota badan legislatif dan eksekutif yang berasal dari hasil
permasalahan yang terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan dan menghasilkan
peraturan agar masalah tidak terjadi secara berulang. Undang undang tidak boleh
dibuat secara semena-mena sebab undang undang lah yang akan menentukan
jalanya kehidupan masyarakat. Konflik telah terjadi dikarenakan ketidaksesuaian
rancangan undang undang yang diusulkan oleh badan legeslatif dengan rakyat,
terutama golongan mahasiswa.

Konflik mengenai penolakan terhadap RUU yang diusulkan oleh badan


legislatif yang telah disahkan oleh presiden dan telah terjadi dalam jangka waktu
dekat ini. Konflik tersebut dipicu oleh usulan RUU dari badan legislatif dan juga
disahkan oleh presiden, menurut mahasiswa RUU tersebut seharusnya tidak layak
untuk disahkan karena tidak sesuai dengan pemikiran atau pendapat dari
mahasiswa. Tribunnews.com. (2019). “Viral Video Mahasiswa Teriak Tidak
Percaya di Hadapan Anggota Dewan di Gedung DPR RI”. [online]. Tersedia:
https://www.youtube.com/watch?v=GvnorKZOXVk. [9 Oktober 2019]. Manik
Marganamahendra mengatakan bahwa dia pernah mengirim surat tuntuan pada
tanggal 19 September 2019 kepada DPR melalui sekjen yang akan disampaikan
kepada anggota DPR, tetapi menurutnya tidak ada tanggapan dari DPR sehingga
dia memutuskan untuk melakukan aksi demonstrasi. CNBC Indonesia. (2019).
“Prihatin! Selama Ada Demo, Asing Kabur Bawa Dana Rp 2,48 T”. [online].
Tersedia:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191003112227-17-104099/prihatin-selama-
ada-demo-asing-kabur-bawa-dana-rp-248-t [9 Oktober 2019].Aksi demonstrasi
pertama dilaksanakan oleh mahasiswa pada 23 September 2019 terjadi di Jakarta
yang membawa beberapa tuntutan diantaranya menolak Rancangan Undang-
Undang (RUU) KUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, RUU Permasyarakatan,
RUU Ketenagakerjaan, Revisi UU KPK, hingga menghentikan kriminalisasi
aktivis.

Aksi demonstrasi ke dua terjadi pada 24 September 2019 juga membawa


tuntutan yang sama, pada hari itu peserta diprediksi mencapai 15 ribu orang. Aksi
demonstrasi ke tiga terjadi pada 25 September 2019,hari itu peserta demo tidak
hanya dari golongan mahasiswa saja tetapi dari pelajar SMA dan SMK juga ikut
terjun ke jalan untuk mengikuti aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi ke empat
terjadi pada 28 September 2019 yang pesertanya berasal dari alumni 212 yang
memiliki fokus tuntutan menurunkan Presiden Jokowi dan memulangkan Habib
Rizieq. Karena pada saat demonstrasi terdapat oknum yang rusuh sehingga
kericuhan pun tak terhindarkan hingga menyebabkan korban luka dari pihak
kepolisian dan mahasiswa

Detiknews. (2019). “11 Pasal Kontroversial RUU KUHP yang Picu


Mahasiswa Bergerak”. [online]. Tersedia: https://news.detik.com/berita/d-
4719445/11-pasal-kontroversial-ruu-kuhp-yang-picu-mahasiswa-bergerak . [9 Oktober
2019]RUU yang ditolak mahasiswa yaitu pertama RUU KUHP nomor 281 ayat 1
yang berisi mengenai setiap orang yang menyerang kehormatan atau harkat dan
martabat diri presiden dan wakil presiden dapat dipidana paling lama 3 tahun 6
bulan, pasal tersebut membatasi kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.
RUU KUHP nomor251, 470, 471, dan, 472 mengenai semua tindak aborsi dapat
dikenakan pidana kecuali korban pemerkosaan, termasuk tindak medisnya tidak
dipenjara. RUU KUHP pasal 417 ayat 1 tentang kumpul kebo. RUU KUHP
nomor 340 tentang seseorang yang memelihara hewan tanpa pengawasan
sehingga dapat membahayakan orang dan hewan lain maka dapat dikenakan
pidana paling lama 6 bulan.

RUU KUHP nomor 414 tentang alat kontrasepsi yang ditunjukan ke anak
dapat dikenakan denda atau pidana. RUU KUHP nomor 432 tentang gelandangan
didenda sebesar Rp 1 juta. RUU KUHP nomor 252 tentang tindak santet dan ilmu
hitam dapat dikenai pidana. RUU KUHP nomor 421 tentang pencabulan sesama
jenis. RUU KUHP nomor 313 penodaan agama dikenai pidana selama 5 tahun.
RUUKUHP pasal 2 tentang pelanggaran hukum adat. RUU KUHP tentang KPK
juga ada dan dipermasalahkan karena peraturan tersebut dianggap melemahkan
tugas KPK.

CNN Indonesia. (2019). “Wiranto: RUU Sudah Ditunda, Tak Relevan Lagi
Turun ke Jalan”. [online]. Tersedia:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190924141701-32-433389/wiranto-ruu-
sudah-ditunda-tak-relevan-lagi-turun-ke-jalan . [9 Oktober 2019]. Pemerintah pun
akhirnya menanggapi permintaan mahasiswa tersebut. Presiden Jokowi setelah
rapat dengan anggota DPR memutuskan untuk menunda pengesahan RKUHP dan
RUU lainnya untuk mengkaji peraturan tersebut. Mahasiswa, setelah mendengar
hal itu, mahasiswa tidak berhenti melakukan demonstrasi tetapi tetap
melaksanakan demonstrasi karena tuntutan mahasiswa bukan penundaan tetapi
pembatalan RUU tersebut. Pemerintah juga menghimbau mahasiswa untuk tenang
dan tidak menyebabkan kericuhan, menunggu sampai keputusan dari pemerintah
keluar. Akibat kericuhan dari aksi demonstrasi tersebut terdapat 2 korban jiwa
yaitu Randi (21) dan Muh Yusuf Kardawi (19). Randi dinyatakan meninggal
dunia akibat luka tembak di dada sebelah kanan dan Sedangkan korban Muh
Yusuf Kardawi (19) meninggal dunia setelah menjalani operasi akibat luka serius
pada bagian kepala, kedua korban tersebut adalah mahasiswa. Pihak berwajib
sedang mencari pelaku penembakan dan akan menindak tegas terhadap pelaku
penembakan. Liputan6. (2019). “Deretan Fakta Korban Peluru Polisi saat Demo
Mahasiswa Kendari”. [online]. Tersedia:
https://www.liputan6.com/news/read/4081068/deretan-fakta-korban-peluru-polisi-
saat-demo-mahasiswa-kendari . [9 Oktober 2019]

Penolakan RUU seharusnya tidak menimbulkan konflik karena kericuahan


akibat demonstrasi. Seharusnya pemerintah mengundang beberapa perwakilan
rakyat dan mahasiswa saat pembuatan RUU dan harus dikaji lebih jauh agar RUU
tidak menjadi masalah baru lagi. Seharusnya pemerintah juga memberikan tempat
kepada mahasiswa untuk mengutarakan pendapatnya agar tidak terjadi aksi
demonstrasi yang berujung pada kericuhan. Pembuatan RUU pada dasarnya untuk
memecakan masalah di kemudian harinya bukan malah menambah masalah
seperti kasus yang sedang hangat saat ini.

Kasus RUU tersebut bermula saat terjadi pembuatan RUU oleh badan
legislatif dan badan eksekutif yang tidak sesuai dengan pemikiran mahasiswa dan
rakyat. Setelah RUU terbentuk dan beberapa RUU sudah disahkan oleh presiden
lalu muncul masalah baru yaitu mahasiswa tidak setuju dengan RUU tersebut,
pada awalnya mahsiswa mengirimkan surat yang berisi kepada sekjen DPR agar
disampaikan kepada anggota DPR lainnya.

DPR tidak menanggapi hal tersebut, sehingga mahasiswa melakukan aksi


demonstrasi agar pendapatnya didengar oleh pemerintah, karena ada beberapa
oknum yang rusuh sehingga demonstrasi berujung pada kericuhan. Pemerintah
pun menanggapi dengan mengumumkan bahwa pengesahan RKUHP dan RUU
ditunda,dan menghimbau kepada mahasiswa untuk tenang dan menunggu hasil
keutusan berikutnya dari pemerintah. Mahasiswa tetap melakukan aksi
demonstrasi, karena tuntutannya belum terpenuhi. Tuntutan mahasiswa yang
utama yaitu agar RKUHP dan RUU yang bermasalah ditolak pengesahannya atau
pembatalan RUU dan RKUHP yang dianggap bermasalah.

Anda mungkin juga menyukai