DISUSUN OLEH :
Eca Rahma Fatihatul Fajriyah
KELAS XI MIPA 5
Program ILC yang bertajuk Kontroversi RKUHP pada Selasa malam, 25 September
2019, melahirkan idola baru di kalangan anak muda, yakni para ketua BEM sejumlah
universitas ternama di Indonesia. Mereka adalah Ketua BEM UGM, M Atiatul Muqtadir,
Ketua BEM UI, Manik Marganamahendra, dan Ketua BEM ITB, Royyan A. Dzakiy. Ketiga
mahasiswa itu dengan jelas dan lugas menyampaikan aspirasi mereka di hadapan wakil rakyat
dan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, yang hadir di acara ILC semalam. Mereka juga
tampak tenang ketika membantah sejumlah pernyataan Menteri terkait RKUHP dan aksi
mahasiswa yang terjadi beberapa hari belakangan.
Penampilan Ketua BEM UGM, UI, dan ITB di ILC tvOne pun jadi sorotan warganet.
Manik dan kawan-kawan sontak jadi trending topic di Twitter, Sejumlah pernyataan para ketua
BEM tersebut pun jadi highlight. Fatur, Ketua BEM UGM, menjelaskan keinginan mahasiswa
agar DPR bukan hanya menunda pembahasan sejumlah RUU yang kontroversial, tapi juga
melibatkan akademisi dan masyarakat, "Tunda itu kan bahasa politisnya, saat paripurna itu
adanya tolak atau terima, enggak ada tunda. Apalagi kalau kita baca beritanya, ditunda lalu
tiba-tiba ada statement, 'Ya kan kita masih punya masa waktu paripurna sampai 30 September.'
Loh, padahal mahasiswa bukan pengin ditunda, mahasiswa ingin tolak," kata Fatur.
Diketahui, ada 11 daftar pasal kontroversial RUU KUHP yang berujung munculnya
gelombang demontrasi mahasiswa. Merespons hal tersebut, Presiden Jokowi menyatakan akan
menunda pengesahan RUU KUHP. Berikut 11 daftar pasal kontroversial RUU KUHP,
diantaranya :
1. Hukum Adat
2. Kebebasan Pers
3. Aborsi
4. Kumpul Kebo
5. Memelihara Hewan
6. Gelandang Didenda Rp 1 Juta
7. Alat Kontrasepsi
8. Korupsi
9. Penistaan Agama
10. Santet
11. Pencabulan Sesama Jenis
Ketua BEM UI, Manik Marganamahendra juga menambahkan, "Saya rasa publik bisa menilai,
mana gerakan massa yang organik, mana gerakan massa yang diarahkan dengan uang."
Saat di ILC, Fatur menjabarkan sikap politisi yang ditampilkan ke publik soal
RKUHP. Ia mengatakan, bukan penundaaan pengesahan RKUHP yang diharapkan para
mahasiswa. "Memang ketika kita mendengar presiden menunda, tunda itu kan
sebenarnya bahasa politis, Bung Karni. Kalau kita lihat, sebenarnya kalau saat
paripurna itu ya adanya tolak atau terima, enggak ada tunda," katanya.
Fatur pun tegas menyatakan, rekan-rekan mahasiswa di berbagai daerah yang
melakukan aksi unjuk rasa menolak RKUHP, bukan sekadar ingin pengesahannya
ditunda. Tak hanya itu, Fatur menyebutkan pula harapan selanjutnya setelah RKUHP
ditolak. "Setelah ditunda nanti dibahas ulang dan melibatkan akademisi, melibatkanya
masyarakat," lanjutnya.
Tuntutan dari para mahasiswa dan masyarakat yang berunjuk rasa di depan Gedung
DPR:
Sementara itu, RKUHP, kata Fatur, banyak mengandung pasal karet, yang salah satunya
akan berimbas kriminalisasi warga dengan pandangan berbeda dari pemerintah.
"Nah, jadi yang ingin saya tegaskan adalah, kami ingin ke depan, membaca kegelisahan
hari ini yang bertubi-tubi, mahasiswa itu bukanlah manusia bodoh," tambah Fatur.
Ia lantas menyayangkan isu demo mahasiswa ditunggangi pihak tertentu, yang justru
menjadi fokus banyak orang, sehingga mengaburkan substansinya. Padahal, kata Fatur,
substansi unjuk rasalah yang seharusnya diperhatikan.
Kemudian Fatur terang-terangan mengungkap sikap DPR ketika menemui perwakilan
mahasiswa pada Senin (23/9/2019) lalu.