Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Mufti Amalia

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4437/Kekuatan SOSPOL Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. a. Mahasiswa sebagai masyarakat sipil juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik. Namun, bentuk dan domain pertisipasi mahasiswa tidak selalu
konvensional. Partisipasi politik mahasiswa juga memuat bentuk aksi non-konvensional.
Salah satunya adalah mahasiswa berhak menyalurkan pendapat dan mengontrol
pemerintahan melalui wadah gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa tersebut
merupakan gerakan sosial baru yang menurut Tarrow dalam bukunya Power in
Movement (1994) seperti dikutip Miriam (2007:382) menyatakan bahwa Social
Movement are collective challenges by people with common purposes and solidarity in
sustained interaction with elites, opponents and authorities. Melalui gerakan itu, segala
bentuk aspirasi, kritik dan tujuan diteriakkan untuk mempengaruhi dan merubah
kebijakan dan tatanan pemerintahan Mahasiswa dengan “bebas” dapat meneriakkan
suaranya dengan perlindungan konstitusi.
b. Peran mahasiswa di masa periode 1966 dan di masa reformasi, yaitu
 Ideologi gerakan mahasiswa tahun 1966 adalah TRITURA sedangkan ideologi
gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah Reformasi Total
 Metode aksi gerakan mahasiswa tahun 1966 sebelum melakukan aksi demonstrasi
adalah dengan membentuk organisasi pemersatu aktivis mahasiswa yaitu KAMI.
Sedangkan gerakan mahasiswa tahun 1998 tidak terdapat organisasi pemersatu
mahasiswa akan tetapi disatukan oleh kekuatan massa yang memiliki tujuan yang
sama. Terdapat persamaan metode aksi antara kedua gerakan mahasiswa ini yaitu
demonstrasi.
 Dampak gerakan mahasiswa tahun 1966 dan1998 adalah menimbulkan kerusuhan,
kekacauan, kerugian harta, benda dan nyawa. Tetapi setelah tuntutan mahasiswa
tahun 1966 dan 1998 tercapai masyarakat Indonesia merasa senang dan puas.
Sedangkan dampak bagi keberlanjutan pemerintahan Indonesia adalah bergulirnya
pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru dan permerintahan Orde Baru ke Reformasi.

2. a. Seiring dengan pergeseran sistem pemerintahan otoriter menuju demokrasi, makna


Pangreh Praja secara perlahan mengalami koreksi total sehingga melahirkan konsep
Pamong Praja. Suatu konsep yang mengandung misi melayani masyarakat secara optimal
dimana saja dan kapan saja sebagai suatu tanggung jawab de jure sekaligus de facto.
Konsep Pamong Praja menjadi lebih terbuka dengan perubahan sistem pemerintahan. Dari
perspektif pragmatis, Pamong Praja merupakan orang-orang yang mengabdikan dirinya
kepada negara serta bekerja atas nama negara dan mendapat upah atau gaji dari negara
atas hasil kerjanya. Patronasi politik melahirkan “wajah baru” Pangreh Praja di tengah-
tengah masifnya kampanye reformasi birokrasi. Inilah kendala dalam pengawasan
netralitas ASN di tingkat makro yang menyulitkan ASN untuk bersikap netral. Rilis
KASN dalam laporan komulatif 2015-2018 juga menyebutkan kendala pengawasan
netralitas ASN di tingkat mikro. Diantaranya; (1) mindset ASN yang cenderung berpihak
pada atasan, banyak ASN tidak memahami prinsip-prinsip netralitas dan tidak menyadari
bahwa apa yang dilakukan melanggar ketentuan yang berlaku; (2) kesadaran ASN yang
masih rendah akan pentingnya bersikap netral dalam menyelenggarakan pemerintahanan,
pembangunan, dan pelayanan publik serta menganggap keberpihakan merupakan sesuatu
yang lumrah. Selanjutnya; (3) sikap sebagian pegawai ASN yang lebih mengutamakan
cara mudah dalam mencapai karier yang lebih tinggi dengan menunjukkan loyalitas
kepada atasan dari pada menunjukkan profesionalitas dan kinerja; (4) pelanggaran
netralitas ASN dianggap sebagai hal lumrah; (5) sistem pengawasan terhadap pelanggaran
netralitas ASN yang belum optimal; (6) rekomendasi KASN diabaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK), akibatnya pemberian sanksi kepada ASN yang melakukan
pelanggaran menjadi tidak efektif dan tidak menimbulkan efek jera.
b. Arti kata omnipresence dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia adalah hadir di mana-
mana

3. Gelombang aksi kaum buruh dalam menolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang
(RUU) Cipta Kerja di Banten Selasa (3/3/2020) berjalan kondusif. Aspirasi kaum buruh
telah disampaikan ke DPRD Banten untuk disampaikan ke pusat. Ada beberapa alasan
kaum buruh menolak Omnibuslaw RUU Cipta Kerja (Cika). Salah satunya  berkaitan
dengan cluster ketenagakerjaan. Kalangan buruh berharap lewat aksi demo,  DPRD Banten
membantu menyampaikan aspirasi tersebut kepada pemerintah pusat.
Gelombang aksi buruh meuncul pasca usulan pemerintah ke DPR tentang pembahasan
omnibus law beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) menuai reaksi publik. Salah
satunya omnibus law RUU Cika.   Protes dan penolakan buruh dengan adanya omnibus law
RUU Cika tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab, mengkahwatirkan poin-poin dalam
omnibus law RUU Cipta Lapangan Kerja tersebut merugikan buruh, terutama dari hak-hak
yang dimiliki kalangan buruh.   Omnibus Law Cika mencakup 11 klaster dari 31
kementerian dan lembaga terkait. Adapun 11 klaster tersebut adalah penyederhanaan
perizinan, persyaratan investasi,  ketenagakerjaan, kemudahan, pemberdayaan, dan
perlindungan UMKM, kemudahan berusaha, dukungan riset dan inovasi, administrasi
pemerintahan, pengenaan sanksi, pengadaan lahan, investasi dan proyek pemerintah, dan
kawasan ekonomi.
Beberapa poin yang meresakan kalangan buruh antara lain sistem pengupahan yang ada
dalam draft beleid tersebut.Sistem pengupahan nantinya akan diubah menjadi perhitungan
jam. Jika pekerja bekerja kurang dari 40 jam seminggu berpotensi mendapatkan gaji di
bawah upah minimum. Berdasarkan bahan penjelasan Kemenko Perekonomian, Omnibus
Law RUU Cipta Kerja akan mengatur skema upah per jam. Namun upah minimum yang
biasanya juga tidak dihapuskan. Kemudian,  kemungkinan hilangnya pesangon bagi pekerja
yang terkena PHK. Pesangon itu ubah menjadi tunjangan PHK. Namun berdasarkan draft
RUU tentang Cika masih mengatur pembayaran pesangon. Besaran perhitungan uang
pesangonnya pun sama dengan yang diatur dalam UU 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Kalangan buruh menilai poin-poin tersebut merugikan kalangan buruh.
Aspirasi yang disampaikan kalangan buruh tentu beralasan. Mengingat persoalan
kesejahteraan buruh hingga saat ini masih belum banyak berpihak kepada buruh, Disisi lain,
pemerintah berupaya menjembatani kepentingan pengusaha dengan buruh agar tetap
harmonis dan iklim industri tetap kondusif.   Oleh karena itu, perlunya pemerintah dan DPR
untuk mengkaji secara matang beberapa poin yang meresahkan kalangan buruh tersebut.
Dengan demikian, akan ada solusi atau jalan tengah tarik kepentingan antara buruh dan
pengusaha.

Anda mungkin juga menyukai