SOAL
Pengaturan hak untuk mendirikan serikat pekerja meliputi pengaturan tentang kebebasan
untuk mendirikan dan menjadi anggota/pengurus serikat pekerja dan kebebasan untuk
melaksanakan aktivitas keserikatpekerjaan. Pengaturan tentang kebebasan untuk mendirikan
dan menjadi anggota/pengurus serikat pekerja umumnya terkait dengan sistem politik
perburuhan yang dianut di suatu negara. Kebebasan untuk keperluan pendirian serikat
pekerja terwujud dalam mekanisme pencatatan serikat pekerja, yang lebih merupakan syarat
administratif bagi pengesahannya sebagai organisasi yang dapat mulai menjalankan fungsi-
fungsinya. Kebebasan selanjutnya adalah dalam penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serikat pekerja termaksud, dimana tidak terdapat persyaratan yang bersifat
terlalu limitatif sehingga menyulitkan pendiriannya. Terdapat sistem keserikatpekerjaan yang
terbuka dimana setiap orang, baik pekerja di suatu perusahaan maupun pekerja di luar suatu
perusahaan dapat menjadi anggota dan atau pengurus serikat pekerja, maupun sistem
keserikatpekerjaan yang tertutup dimana hanya pekerja di suatu perusahaan dapat menjadi
anggota serikat pekerja tersebut. Indonesia menganut kedua sistem tersebut melalui
pengaturan terkait jenis serikat pekerja secara horizontal sebagaimana telah diuraikan pada
kegiatan belajar sebelumnya.
Pengaturan hak atas jaminan sosial meliputi ketentuan tentang sistem penyelenggaraan,
utamanya terkait sasaran program (rakyat pada umumnya atau hanya golongan
berpendapatan, yang terdiri dari golongan berpendapatan yang bekerja di sektor formal dan
atau juga mereka yang bekerja di sektor informal), pendanaan penyelenggaraan (secara garis
besar terdapat 2 (dua) sumber pendanaan utama penyelenggaraan jaminan sosial, yaitu dari
negara melalui anggaran pendapatan dan belanja negara, dan dari iuran para pihak terkait,
dalam hal ini pengusaha dan pekerja), badan penyelenggara, serta mekanisme
keberlangsungan penyelenggaraan yang diberlakukan.
2. Apakah hak konstitusional sama dengan hak asasi manusia dalam kaitan hak turut serta dalam
pemerintahan
Pada dasarnya hak asasi manusia (the human rights) berbeda dari pengertian hak konstitusional
(constitutional rights). Namun, karena hak asasi manusia itu telah tercantum dengan tegas dalam
UUD Tahun 1945, maka Hak Asasi Manusia menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Hal
yang perlu dijelaskan dalam pasal Konstitusi tersebut selain bahwa hak turut serta dalam
pemerintahan adalah hak konstitusional, adalah bahwa harus dipahami bahwa tidak semua hak
konstitusional sama dengan dengan Hak Asasi Manusia. Hak konstitusional warga negara untuk
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan tidak termasuk ke dalam pengertian
hak asasi manusia, dalam arti bahwa hak tersebut hanya milik warga negara, bukan untuk setiap
orang. Hak setiap warga negara untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan adalah hak
konstitusional warga negara tetapi tidak berlaku bagi setiap orang yang bukan warga negara.
Karena itu, tidak semua hak warga negara adalah hak asasi manusia akan tetapi dapat dikatakan
bahwa semua Hak Asasi Manusia juga adalah sekaligus merupakan hak warga negara.
Partisipasi publik merupakan hubungan antara pemerintah dan warga negara, yang di beberapa
negara merupakan konsep hukum (hak atas partisipasi publik). Istilah yang dipakai dalam
partisipasi publik bermacam-macam, yaitu partisipasi warga negara, partisipasi politik, dan
keterlibatan masyarakat sering digunakan secara bergantian, namun masing-masing sebenarnya
mencerminkan aspek yang berbeda dari partisipasi. Partisipasi “masyarakat” dapat dibahas dalam
konsep dan pengertian tentang masyarakat dalam arti yang luas, yaitu termasuk kegiatan
partisipasi yang melibatkan masyarakat, media, dan kelompok-kelompok nonpemerintah sosial
lainnya. Penyelenggara pemerintahan dapat menempatkan hak partisipasi publik dalam
pembentukan peraturanperaturannya. Dalam konteks ini, penyelenggara pemerintahan
memasukkan hak partisipasi ke dalam hak asasi manusia terutama mengenai hak turut serta
dalam pemerintahan yang mencakup hak-hak dalam pemilihan umum, hak untuk turut serta baik
langsung maupun tidak langsung, dan hak untuk dapat duduk dalam jabatan pemerintahan.
Kedudukan warga negara yang diposisikan sebagai pengguna berperan sentral dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
a. Masyarakat/warga negara sebagai customer yakni pengguna utama dan klien pelayanan
publik sehingga mereka harus diperlakukan sebagi customer yang berharga bagi pemerintah
sebagai provider.
b. Masyarakat sebagai pemilik (owner) yakni pemilik negara melalui pajak yang dibayarkan
sebagi investasi pelayanan publik yang disediakan pemerintah.
c. Masyarakat sebagai pembuat dan penasehat isu kebijakan yakni menentukan visi pemerintah
dan strategi untuk mewujudkan masa depan yang dinginkan.
d. Masyarakat bersama pemerintah sebagai produsen pelayanan publik yakni masyarakat dan
institusi yang dibentuk oleh masyarakat bermitra dengan pemerintah menjadi penyedia
pelayanan publik.
e. Masyarakat sebagai evaluator kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah yakni
masyarakat sebagai penilai kualitas pelayanan publikyang disediakan pemerintah.
f. Masyarakat sebagai pemantau pelayanan publik yakni pengukuran kinerja dilakukan oleh
masyarakat yang bersifat independen dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Dari uraian ini terlihat bagaimana sebenarnya peranan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai warga negara yang memiliki hak mendapatkan
pelayanan publik, serta bagaimana pula peran masyarakat dalam proses penyelenggaraan
pelayanan publik.