Sedangkan perspektif teori gaya hidup (lifestyle theory) secara khusus berfokus pada aktivitas korban
sebagai faktor dalam tindak pidana. Hindelang et al. (1978) menunjukkan bahwa pilihan gaya hidup
dan perilaku dari seorang individu membantu menentukan apakah ia akan menjadi korban atau
tidak. Sebagai contoh, orang yang sering menghabiskan waktu di klub-klub malam akan lebih
berpotensi menjadi korban dan korban berulang dari tindakan kejahatan.
EMAS
R o u ti n e A c ti v i t y T h e o r y
Dalam terjadinya kejahatan menuruti teori aktivitas rutin setidaknya selalu ada 3 unsuryang harus
terpenuhi. Ketiga unsur itu yaitu pelanggar, target yang sesuai, dan ketiadaan
guardian
.
11
Posisi pelanggar dapat dijalankan oleh siapapun di dalam konteks ini. Namunkandidat terbaik bisa
diperoleh oleh seseorang yang di dalam kehidupan sehari-harinya telahmencapai potensinya untuk
melakukan aksi kejahatan. Target yang sesuai merupakan orangataupun benda yang memancing
pelanggar untuk melakukan aksinya. Misalnya kendaraanyang terparkir di suatu jalanan yang sepi
akan mengundang orang untuk mencurinya. Contohlainnya yaitu orang yang berperawakan lemah,
lebih memancing untuk dihajar.
Guardian
merupakan pihak yang seharusnya berada di lokasi kejadian ketika suatu tindak kejahatanterjadi.
Semua orang bisa menjadi
guardian
seperti bagi diri sendiri, ataupun rekan-rekanyang ada di sekitar.
Felson berdasarkan segitiga kejahatan yang dikembangkannya berpendapat bahwadengan semakin
berkembangnya masyarakat, urbanisasi dan penyebaran kota-kota modernsemua ini dapat
memberikan pengaruh terhadap peningkatan angka kejahatan.
12
Masyarakatyang konsumtif dikategorikan sebagai target atraktif yang semakin berkembang
sedangkan perkembangan kendaraan pribadi dan pertumbuhan transportasi publik menyebabkan
guardianship
menjadi lebih sulit karena semakin intensnya pergerakan manusia
Teori Aktivitas Rutin dengan terjadinya kejahatan itu seringkali terkait dengan gaya hidup
seseorang?
Teori Aktivitas rutin menunjukkan bahwa jika kita akan mempelajari kejahatan maka kita harus
mempertimbangkan tiga elemen yang dapat akan berpengaruh terhadap kemudahan munculnya
kejahatan, yakni:
a. pelaku yang memang mempunyai motivasi untuk melakukan kejahatan,
b. adanya sasaran yang cocok, dan
c. ketidakhadiran sistem penjagaan yang cakap dan canggih, seperti masyarakat ketetanggaan
yang siap siaga, dan sistem alarm untuk mencegah kejahatan.
Aktivitas rutin adalah pergerakan yang berlangsung secara terus-menerus dan dilakukan secara
wajar atau rutin, seperti aktivitas pekerjaan rutin dan aktivitas yang dilakukan pada waktu luang.
Kegiatan atau aktivitas itu dilakukan karena termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebanyakan dari aktivitas seperti ini muncul dan dilakukan di luar rumah, tempat di mana para
pelaku kegiatan itu mempunyai peluang yang besar untuk berinteraksi dengan pelaku kejahatan.
Teori Aktivitas Rutin dengan terjadinya kejahatan itu seringkali terkait dengan gaya hidup seseorang.
Teori ini berasumsi bahwa kelompok sosial dengan karakteristik umum (seperti kelompok muda usia,
laki-laki, orang miskin, bujangan, atau kelompok etnis minoritas) mempunyai role expectations
tertentu yang dapat meningkatkan kecenderungan mereka mengalami viktimisasi. Perbedaan dalam
gaya hidup dapat juga menyebabkan distribusi yang tidak sama dalam tingkat viktimisasi. Pilihan
gaya hidup dan perilaku dari seorang individu membantu menentukan apakah ia akan menjadi
korban atau tidak. Sebagai contoh, orang yang mempunyai gaya hidup sering menghabiskan waktu
di klub-klub malam dan kehidupan gemerlap klub malam tentunya tidak bisa lepas dari alkohol atau
obat-obatan terlarang. Penganut gaya hidup tersebut akan lebih berpotensi menjadi korban
(viktimisasi) dari segala perilaku jahat.