Disusun Oleh :
NIM ; 912020034
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai
pelaku dan tujuan dalam pelaksanaan pembangunan nasional, dalam pelaksanaan
dilakukan perencanaan sebagai salah satu proses untuk dilakukannya pelaksanaan
pembangunan Nasional. Pasal 1 angka (1) “perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.”
Sejak pertama kali diusulkan, Omnibus Cipta Kerja telah menuai kontroversi
di kalangan serikat pekerja dan kelompok masyarakat karena memuat pasal-pasal
yang mengancam hak pekerja. Proses penyusunan RUU Cipta Kerja dinilai
sejumlah kelompok masyarakat kurang terbuka dan kurang transparan.
Pembahasan yang dilakukan tertutup saat hari libur dan waktu pengesahan yang
lebih cepat dari yang dijadwalkan memicu protes.
Selain substansi, proses penyusunan Perppu Nomor 2 Tahun 2022 juga menjadi
sorotan kritik. Beberapa pihak mengkritik proses penyusunan Perppu ini yang
dianggap terburu-buru dan kurang transparan. Beberapa pihak menganggap bahwa
Perppu ini disusun tanpa melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk
serikat pekerja dan buruh yang merupakan pihak yang sangat terkait dengan
substansi Perppu ini. Beberapa pihak juga mengkritik penggunaan mekanisme
Perppu sebagai instrumen pengaturan kebijakan yang dianggap tidak sesuai
dengan prinsip- prinsip demokrasi dan checks and balances antara lembaga
negara. Beberapa pihak berpendapat bahwa penggunaan Perppu sebagai
instrumen pengaturan kebijakan harus lebih diatur dengan ketentuan yang lebih
jelas dan lebih terbatas, agar tidak mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi dan
keberagaman pendapat.
Dampak Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja juga menjadi kritik
yang diungkapkan oleh beberapa pihak. Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa
Perppu ini dapat berdampak negatif terhadap hak-hak pekerja dan buruh, seperti
pengurangan perlindungan terhadap tenaga kerja, penurunan upah, serta
pengurangan hak-hak sindikasi dan keberatan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Contoh kasus kecacatan dan pelanggaran demokrasi terhadap undang-
undang cipta kerja ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami tentang definisi demokrasi.
2. Memahami isu pelanggaran demokrasi terhadap undang-undang cipta
kerja di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi
b. Pemerintahan konstitusional
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi
pelanggaran hal asasi manusia.
Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
• Ciri pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
memilih pihak dalam pemerintahan.
• Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
bagian dalam melaksanakan sistem demokrasi.
• Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah dipilih
untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
Contoh Demokrasi
1. Jenis-Jenis Demokrasi
• Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan memilih secara langsung
ketua kelas.
• Demokrasi Perwakilan
• Referendum Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak rakyat
dapat diketahui secara langsung dalam demokrasi
• Demokrasi Material
• Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol oleh
rakyat dengan sistem referendum.
• Demokrasi Liberal
Contoh : Dalam demokrasi ini adanya sistem multi partai dan Demokrasi ini telah
mendorong untuk lahirnya partai-partai politik.
• Demokrasi Rakyat adalah Demokrasi dimana rakyat yang menentukan saat ada
masalah penting.
B. UU CiptaKerja
UU Cipta Kerja yang baru ini merubah beberapa pasal dalam UUK diantaranya
yang mengalami perubahan tersebut tentang :
kerja dalam perhari selama 8 jam atau 40 jam seminggu. Melalui perubahan
UU Cipta Kerja siatur pula waktu untuk pekerjaan khusus yang bisa kurang dari
8 jam perhari atau pekerjaan yang bisa lebih dari 8 jam perhari
Dalam UU Cipta Kerja, alih daya dianggap sebagai bentuk hubungan bisnis.
Pengusaha alih daya wajib memberikan hak dan perlindungan yang sama bagi
pekerjanya, baik yang berstatus kontrak maupun tetap
6. Upah Minimum
2) Dalam Hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maksuda dan
alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Tidak
mendapatkan kesepakatan, pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui tahap
berikutnya sesuai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.
Namun pada kenyataannya PHK sering tidak terelakan. Hal ini juga tidak lepas
dari kondisi perekonomian itu sendiri yang berdampak pada
perusahaan peruahaan sehingga mengalami kerugian bahkan sampai gulung
tikar. PHK bagi pekerja merupakan awal kesengsaraan karena sejak saat itu
penderitaan akan menimpa pekerja itu sendiri maupun keluarganya dengan
hilangnya penghasilan.
Menurut Umar Kasim, salah satu permasalahan yang sering muncul dalam
hubungan kerja adalah permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang
mengemukakan bahwa berakhirnya hubungan kerja bagi tenaga kerja dapat
mengakibatkan pekerja kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan
masa pengangguran dengan segala akibatnya, sehingga untuk menjamin kepastian
dan ketentraman hidup tenaga kerja, seharusnya tidak terjadi adanya PHK, namun
dalam kenyataannya membuktikan bahwa PHK tidak dapat dicegah seluruhnya.
Umar Kasim juga mengemukakan bahwa PHK merupakan isu yang sensitif,
pengusaha seharusnya bijaksana dalam melakukan PHK, karena PHK dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat, pekerja kehilangan pekerjaan bahkan
lebih dari itu dapat mengakibatkan pengangguran. Mengingat banyak sekali
dampak dan akibat yang ditimbulkan, tidak hanya bagi pekerja itu sendiri bahkan
ini seperti efek domino saling berkaitan satu sama lain dan merambah kesektor
kehidupan masyarakat lainnya. Jadi pemerintah, pekerja dan serikatnya sebaiknya
mengupayakan agar tidak terjadi PHK.
Upaya terakhir (ultimum remedium) yang dapat dilakukan oleh pekerja yang di
PHK untuk menyelesaikan perselihan hubungan industrial antara pekerja dengan
perusahaan yaitu melalui Pengadilan Hubungan Industrial yang khusus di bentuk
dilingkungan peradilan umum. Berdasarkan Undang-Undang No 2 tahun 2004
tentang penyelesaian perselisihan Hubungan industrial, Pengadilan industrial
berwenang mengadili dan menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
Hukum Acara pengadilan Hubungan Industrial mengikuti hukum acara perdata
yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang. Tempat kedudukan Pengadilan Hubungan
Industrial berada pada pengadilan Negeri Kabupaten atau Kota yang berada
disetiap Ibu Kota Provinsi.
Adapun lingkup dan kewenangan Pengadilan Hubungan industrial memiliki tugas,
kewenangan memeriksa dan memutus ditingkat pertama mengenai perselisihan
hak, ditingkat pertama dan terakhir untuk perselisihan dan kepentingan, tingkat
pertama perselisihan pemutusan hubungan kerja, tingkat pertama dan terakhir
mengenai perselisihan antara serikat pekerja atau serikat buruh dalam suatu
perusahaan.
Dalam kasus ini Pekerja/Buruh yang menggugat Perusahaan tempat dia bekerja
dahulu bernama Sdri. Rimba Sarira yang telah bekerja pada Perusahaan PT. Dae
Hwa Indonesia sejak tahun 2002 yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap. Lalu
pada tahun 2007 tepatnya pada bulan Agustus Rimba Sarira diangkat menjadi
karyawan tetap berdasarkan Surat Pengangkatan Karyawan No.
098/DHI/VIII/2008 setelah 5 ( lima ) tahun bekerja sebagai karyawan tidak tetap,
pengangkatan karyawan menjadi karyawan tetap berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 59 Ayat ( 4)
“Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu)
kali untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
1. Pancasila
C. Persatuan Indonesia
a. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut: “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
b. Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
“Setiap orang berhak bekerja dan mendapatkan imbalan dan perlakuan adil dan
layak dalam hubungan kerja”
c. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang
berhak bebas dari perlakukan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu”
1. Teori Keadilan
Keadilan dapat dikatakan relative karna seriap orang dapat merasakan adil yang
berbeda-beda. Perbedaan pemikiran yang dirasa baik untuk orang A dan satunya
akan berbeda, karena perbedaan itulah yang akan menjadikan hal tersebut
perselisihan bahwa keputusan apapun akan menjadi tidak adil jika tidak sesuai
dengan keadilan yang dirasakan setiap orang. Keadilan adalah pemenuhan
keinginan individu dalam suatu tingkat tertentu. Keadilan yang paling besar
adalah pemenuhan keadilan sehingga sebanyak-banyaknya orang. Pemenuhan
keadilan sehingga layak di sebut adil adalah sesuatu yang sulit. Hal tersebut tidak
dapat di jawab beradasrkan pengetahuan rasional. Jawaban pertanyaan tersebut
adalah suatu pembenaran nilai.
Hubungan teori keadilan dengan pekerja yang di PHK sepihak yaitu untuk
mendapatkan haknya dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana
yang telah di ubah dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2004 tantang Cipta Kerja
Keadilan hanya dapat muncul berdasarkan hokum positif berupa undang undang
yang ditentukan secara objektif. Toeri ini mencari hukum yang riil dan nyata
bukan hukum yang benar.
Menurut Hans Kelsen, nilai keadilan bersifat subjektif, sedangkan eksistensi dari
nilai-nilai hokum dikondisikan oleh fakta-fakta yang dapat di uji secara objektif.
Keadilan dalam arti legelitas adalah suatu kualitas yang tidak berhubungan
dengan isi tata aturan positif, tetapi dengan penerapannya. Keadilan adalah
penerapan hukum yang sesuai dengan ditetapkan oleh suatu tata hukum. Dengan
demikian, keadilan berarti mempertahankan tata hukum secara sadar dalam
penerapannya. Inilah keadilan berdasarkan hukum.
Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama
untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna
karena dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang.
Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum.
Istilah kepastian hukum dalam tatanan teori hukum tidak memiliki pengertian
yang tunggal. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah pendapat yang berusaha
menjelaskan dari istilah tersebut dengan argumen dan perspektif tertentu, baik
dalam pengertian yang sempit maupun luas. Guna memahami secara jelas
mengenai kepastian hukum itu sendiri.
Kepastian hukum menjadi perangkat hukum bagi pekerja yang di PHK sepihak
oleh perusahaan karena hukum suatu Negara yang mengandung kejelasan dengan
kepasatian apakah pekerja sudah diberhentikan dengan baik menurut undang-
undang atau dengan sewenang-wenang para pengusaha, tidak menimbulkan
multitafsir, serta dapat dilaksanakan yang mampu menjamin hak dan kewajiban
setiap pekerja sesuai dengan penelitian ini terkait analisis hukum terhadap
pemutusan hubungan kerja dihubungkan dengan Pasal 155 Undang Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pada kajian ilmu negara dikenal 2 ( dua ) model negara. 1. Negara Penjaga Malam
( nachtwakerstaat) dan negara kesejahteraan ( welvarestaat ).Negara negara
modern sekarang menganut modal negara welvarestaat.
Negara selalu berpihak kepada kepentingan warga negara, sebagai alat negara
lazim dipersamakan dengan bahtera, negara menurut Plato adalah bahtera yang
mengangkut para penumpangnya kepelabuhan kesejahteraan dengan memandang
negra sebagai alat, sebagai bahtera, dapat dipahami hakekat negara yang
sebenarnya. Negara adalah lembaga sosial yang diadakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan yang vital. Sebagi lembaga sosial negara tidak diperuntukan
memenuhi kebutuhan khusus dari segolongan orang tertentu saja, tetapi untuk
memenuhi keperluan-keperluan dari seluruh rakyat negara itu.
Secara universal ada 2 (dua) Ideologi dalam sistem Hubungan Industrial yaitu
Sistem Liberal atau Kapitalis di negara-negara Barat dan Sistem Marksim di
negara-negara komunis. Sedangkan hubungan ketenagakerjaan tidak menganut
salah satu dari paham-paham itu, tetap memilih Sistem Hubungan Industrial
Pancasila. Hubungan Perburuhan di Indonesia berdasarkan pancasila dimana
antara buruh dan majikan harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Menurut Undang-undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja bab XI pasal 111
ayat (1) menerangkan bahwa:
c. syarat kerja,
Dalam perjanjian kerja terdapat pasal yang menerangkan bila terjadi perselisihan
antara perusahaan dengan pekerja/buruh dapat dilakukan musyawarah mufakat
berdasarkan Pasal 136 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:
Adapun dalam hal PHK pada pasal 40 ayat (1) PP No 35 Tahun 2021 menyatakan
bahwa dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar
uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak
yang seharusnya diterima, selanjutnya dalam PP ini juga mengatur besaran hak
yang didapat oleh pekerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5c38de8a798f624eab38b
1fe6f7e97ff.pdf
https://myskripsi.netlify.app/kesimpulan-undang-undang-cipta-kerja/