Disusun oleh
Kelas A
2021
b) Penyusunan Draf Omnibus Law yang Tertutup
Tahun lalu pada tanggal 5 Oktober 2020, Omnibus Law UU Cipta Kerja memicu terjadinya
demonstrasi yang berlangsung sampai 3 hari. Staf Khusus Menteri Dita Indahsari mengatakan
bahwa penyebab dari banyak massa yang turun ke jalan akibat dari banyaknya informasi
yang beredar dimasyarakat yang tidak sesuai dengan UU Cipta Kerja. Menurut Bivitri Savitri
seorang pakar hukum Tata Negara Omnibus Law ialah sebuah undang-undang yang
diciptakan agar memapas regulasi dari beberapa segi serta menyederhanakan aturan sehingga
lebih tepat sasaran.
Pengesahan RUU cipta kerja dilakukan saat Rapat Paripurna ke-7, pengesahan ini menerima
banyak penolakan dari berbagai masyarakat. Masyarakat mengungkapkan karena dianggap
banyak merugikan kaum buruh. Ada beberapa alasan Omnibus Law mendapat banyak
kritikan dari masyarakat yakni: penghapusan upah minimum kabupaten atau kota,
mengurangi nilai pesangon yang mana 19 bulan dibayar oleh pengusaha dan 6 bulan dibayar
BPJS ketenagakerjaan, kemudian kontrak seumur hidup atau tidak ada batas waktu kontrak,
karyawan seumur hidup, waktu kerja yang eksploitas, menghilangkan hak cuti, dan yang
terakhir karena ada kontrak seumur hidup maka dapat mengancam hilannya jaminan pensiun
dan kesehatan.
Rapat pembahasan mengenai draf RUU cipta kerja berjalan tidak transparan, Achmad
sebagai Wakil Ketua Badan Legislasi mengatakan bahwa pihaknya mengeluarkan sejumlah
perwakilan masyarakat karena rapat hanya boleh dihadiri untuk undangan rapat dan
dilakukan tertutup untuk publik. Seorang Komnas Ham Anam mengatakan bahwa jalannya
pembentukan draf Omnibus Law yang dilakukan tertutup dapat menjadi pelanggaran
terhadap konstitusi. Ketetapan negara mengatur masalah keterbukaan dan kontribusi
masyarakat dalam penyusun UU.
Fraksi Rakyat Indonesia menilai terdapat ada modus sidang online dengan menggunakan
aplikasi Zoom secara daring, tetapi masyrakat dikeluarkan dari ruang online setelah memberi
tanggapan yang berbeda kemudian ruangan ditutup supaya publik tidak bisa masuk walaupun
sudah mencoba berulang kali.
Proses pembentukan Omnibus Law secara keseluruhan dinilai tidak terbuka dan tidak
transparan, karena sedikitnya partisipan masyarakat dan kurang terbuknya informasi tentang
draft Omnnibus Law.
c) Analisis
• Demokrasi di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokratis yang berarti sistem
pemerintah dengan mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara. Namun kenyatanya belum
bisa terwujud sepenuhnya, kehidupan yang demokratis merupakan keinginan bagi masyarakat
Indonesia maka dari itu perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
manusia berhak untuk mendapatkan kebebesan berserikat, berkumpul, dan menyampaikan
pendapat. Banyak kasus yang awalnya ingin menyampaikan pendapat atau kritikan tetapi
malah sering berujung pada kekerasan, kerusuhan hingga tindakan pidana. Sudah saatnya tata
tertib hukum ditegakan dalam mengatur perilaku dan tindakan kita(Raga,1989).
demonstrasi merupakan salah satu cara jaman sekarang yang dipilih masyarakat
Indonesia untuk menyampaikan aspirasi mereka, sudah hal yang wajar dilakukan dinegara
dengan sistem demorkasi ini. Demonstrasi adalah cara yang seringkali dilakukan oleh
masyarakat untuk mengkritik kebijakan dan kinerja pemerintah. Dalam pasal 28 UUD Negara
Republik Indonesia 1945 yang mengatakan bahwa kebebasan bertanggung jawab dan
bertindak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum. Kemudian dalam pasal 1 ayat 3 UU
No. 9 tahun 1998 yang berisi barang siapa yang melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan menghalang-halangi hak warga negara dalam menyampaikan pendapat dimuka
umum yang sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 tahun(Raga,1989).
Har warga negara adalah sesuatu hal yang harus diterima oleh warga negara dari
pemerintah, kemudian kewajiban merupakan sesuatu yang harus dijalankan oleh warga
negara terhadap negara. Salah satu hak yang diterima warga negara yakni perlindungan
hukum lalu, kewajiban warga negara yaitu mematuhi dan menaati hukum negara (Sulaiman,
2016).
Hak asasi manusia dalam Pancasila yaitu dengan menempatkan manusia sesuai
dengan kodrat, harkat dan martabatnya. Kodrat seorang manusia adalah sifat asli yang tidak
mungkin hilang daari manusia. Dan harkat manusia yaitu berhak mendapat perilaku yang
layak atau sama dengan induvidu lain atau masyarakat lainnya, karena manusia adalah
makhluk Tuhan Yang Maha Esa semua sama dihadapan Tuhan. Harkat seorang manusia
adalah berbudi luhur dan beretika, dan harkat manusia yang tinggi adalah membentuk
manusia menjadi induvidu yang bermartabat luhur (Kaderi, Alwi, 2015).
Status kewarganegaraan yang diperoleh oleh warga negara merupakan sebab adanya
hak dan kewajiban warga negara. Yang dimaksud dengan hak yaitu sesuatu yang harus
didapatkan oleh warga negara setelah menjalankan segala sesuatu yang menjadi
kewajibannya . hak dan kewajiban ini telah diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 27 sampai
pasal 34 berikut beberapa penjelasan dari pasal tersebut dengan kasus yang terkait
diatas(Sulaiman, 2016).
d) Dafatar Pustaka