OLEH :
20125310 43
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
1. Model kebijakan publik elitee
Model kebijakan publik Elite adalah kebijakan yang dilihat dalam bentuk preferensi
nilai dari kaum Elite penguasa serta menyatakan masyarakat memiliki sifat apatis
tentanf informasi. Menurut Nicolas Hendri model elitee merupakan mematang
administrasi publik bukan sebagai planet rakyat tetapi perilaku sebagai penguasa
dalam mode idih kekuasaan pemerintah berada di tangan kaum Elite yang
menentukan kebijakan publik sedangkan pejabat administrator publik melaksanakan
kebijakan yang ditentukan oleh kaum Elite dengan demikian masyarakat hanya
menerima kaki pejabat. Model kebijakan ini, Kau indit lebih banyak membentuk
opini masyarakat dalam persoalan kebijakan dibandingkan dengan masa membentuk
opini elitee, sedangkan para pejabat pemerintahan dan birokrat hanya bertugas
melaksanakan kebijakan yang telah dirancang oleh kaum Elite di mana kebijakan
mengalir dari kaum Elite ke masa melalui administrator atau pemerintah. Dalam
kebijakan publik dengan model edit lebih banyak berisikan kepentingan atau tujuan
dari kaum Elite dibandingkan kepentingan dari masyarakat. Suatu kebijakan publik
akan diubah atau diperbaruijika hanya mengancam posisi pemerintahan atau sistem
politik dan kedudukan kaum Elite. Tujuan dari suatu kebijakan publik dan model itu
dibentuk untuk melindungi kedudukan kaum elitee serta sistem menciptakan
masyarakat menjadi pasif dan apatis serta kurang kriteria model kebijakan publik.
Menurut Irfan Islamy (1986) kriteria dari model elute ini adalah pertama, masyarakat
dibagi menjadi kelompok Elite dan golongan non-Elite. Kedua Elite berkuasa
sedangkan non-Elite dikuasai. ketiga, posisi kedudukan kaum non-elite dipersulit
dalan nelakukan perubahan. Keempat, menggunakan konsensus untuk mendukung
sistem sosial untuk melindungi suatu sistem. Kelima, kebijakan tidak memperlihatkan
kepentingan publik. Keenam, kaum aktif ekite jumlahnya sedikit, tetapi mampu
memengaruhi masyarakat. Contoh dari kebijakan publik dengan menggunakan model
elitee adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
2.
Undang-Undng Nomor 11
Analisis Kebijakan
Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerangka Berpikir Kerja
Akan tetapai isi undang-undang ini tidak sesuai dengan latar belakang
dibentuknya karena terdapat banyak point-point dari undang-undang ini yang
merugikan kaum buruh atau non-elitee dan lebih banyak menguntungkan bagi kaum
elitee. Seperti pada Pasal 42 Undang-Undang Cipta Kerja yang mengubah Pasal 42
UU Ketenagakerjaan, di mana pada pasal 42 UU Cipta Kerja ini menghapuskan batas
jabatan tenaga kerja asing, selain itu UU Cipta kerja ini memudahkan TKA untuk
bekerja di Indonesia. Mudahnya TKA dalam mencari pekerjaan di Indonesia akan
menambah persaingan antara tenaga kerja Indonesia dengan kondisi tenaga kerja
Indonesia yang kualitas SDMnya masih kurang sehingga hal ini akan memperlusit
masyarakat Indonesia bersaing dengan TKA dalam mencari perkerjaan di dalam
negara sendiri. Selain itu, pada Pasal 89 Angka 45 UU Cipta Kerja juga semakin
mempersempit kaum buruh untuk memperjuangkan haknya dalam menuntut uang
pasongan sehingga pengusaha akan semakin mengeksploitasi kaum buruh. Lalu pada
padal 77 A yang membuat pemilik perusahaan melebihi ketentuan waktu kerja, pasal
88 C menghapuskan waktu maksimal pegawai kontrak sehingga pengusaha dapat
mempertahankan status pegawai kontrak dalam waktu yang tidak terbatas hal ini
sangat merugikan untuk kaum buruh. Pada Pasal 88 C sistem upah minimum
kabupaten atau kota dihapuskan sebagai landasan upah minimum pegawai. Selain itu
UU ini juga merugikan lingkungan hidup yang tercantum dalam Pasal 88 yang berisi
“setiap orang yang tindakanya, usahanya, dan atau kegiatanya menggunakan B3,
menghasilkan dan atau mengelila limbah B3, dan atau menimbulkan ancaman serius
terhadao lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari
usaha dan atau kegiatanya” pada pasal ini menghapus kata “tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan” yang sebelumnya terdapat pada pasal 88 UU PPLH. Dihapusnya
penggalan kalimat tersebut membuat pihak yang bersangkutan dalam
mempertanggungjawabkan kerusakan ligkungan akan merasa terlindungi karena akan
membutuhkan proses yang pandang dala mengumpulkan bukti. Berdasarkan hal yang
dijabarkan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang Undang No 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja ini menggunakan model kebijakan publik elitee karena
pada isi undang-undang ini terbapat banyak hal yang menguntungkan kaum elitee
atau pengusaha dibandingkan buruh atau pegawai.
3. POSTER
Daftar Pustaka
Hanifah, I. (2021). Peluang tenaga kerja asing untuk bekerja di indonesia berdasarkan
rancanganudang-undang cipta kerja. Jurnal Ilmu Hukum , Vol. 6: No. 1, 158-173.