Kelompok 3
Nama Anggota :
Asri Rahayu 206100069
Neng Dini Fitriani 206100073
Manajemen Reguler Sore / Semester 7
LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara hukum memiliki banyak aturan yang mengatur setiap proses
atau kegiatanyang dilakukan rakyatnya. Dalam menjalankan Pembangunan pada bidang
hukum, khususnya dalam hal ketenagakerjaan yang dalam masa kini menjadi salah satu
hukum yang paling sering dibahas dan Pembangunan hukum dalam bidang ketenagakerjaan
ini juga diharapkan oleh Masyarakat Indonesia khususnya pekerja maupun pengusaha.
Pembangunan hukum ketenagakerjaan tersebut juga merupakan salah satu dalam
mencapai atau mewujudkan Pembangunan nasional serta mampu bersaing dalam era global.
Selain itu Pembangunan ketenagakerjaant idak lepas dari kehidupan ekonomi Masyarakat.
Dimana seringkali sebuah Perusahaan dapat dikatakan sebagai mesin penggerak roda
perekonomian yang memiliki pengaruh yang besar terhadap Pembangunan dibidang hukum
ketenagakerjaan.
Dalam Upaya pembanguan hukum ketenagakerjaan di Indonesia, Pemerintah
Indonesia memiliki kebijakan dalam mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu UU No.13
Tahun 2003. Selain itu, terdapat Undang-Undang terbaru yang mulai berlaku pada 31 Maret
2023 yang mengatur juga mengenai ketenagakerjaan yaitu UU No.6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja menajdi Undang-Undang. Selain adanya peraturan perundang-undangan tersebut
terdapat juga peraturan pemerintah yang menjelaskan lebih lanjut terkait dengan beberapa
point yang dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam dunia ketenagakerjaan pasti terdapat Namanya hubungan industrial yang
merupakan hubungan atau perjanjian yang melibatkan antara pekerja dan pengusaha sebagai
pembeli kerja yang didasari nilai-nilai Pancasila serta UUD 1945. Konsep dalam hubungan
Industrial sendiri merupakan konsep atau system yang mengatur suatu hubungan antara
pelaku industrial dalam hal ini khususnya pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja.
Hubungan industrial adalah aspek kunci dalam manajemen sumber daya manusia dan
pengaturan tenaga kerja di Indonesia. Landasan pokok hubungan industrial mencakup
peraturan, perjanjian, dan praktik yang mengatur hubungan antara pekerja, pengusaha, dan
pemerintah.
Hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha sebagai pemberi kerja akan
berlangsung mulai dari sesudah penandatangan PKB atau Perjanjian Kerja Bersama sampai
dengan berakhirnya masa PKB sesuai yang disepakti. Dimana dalam keadaan normal maupun
tidak normal seperti pandemic covid-19 yang menyebabkan banyak terjadi perselisihan sereta
permasalahan serperti PHK. Perusahaan dalam melakukan PHK kapanpun sesuai dengan
dasar yang jelas serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Selain itu, dalam sebuah Perusahaan seringkali terdapat beberapa permasalahan atau
kendala atau bahkan strategi pengembangan yang menyebabkan Perusahaan melakukan PHK.
Pemutusan hubungan kerja ini terkadang didasari sebuah alasan seperti halnya saat masa
pandemic covid-19 banyak terjadi PHK di beberapa Perusahaan karena tidak sanggupnya
Perusahaan bertahan dalam masa pandemic, selain itu ada beberapa Perusahaan juga
melakukan PHK untuk pengefisienian beberapa hal yang ada di Perusahaan.
Dalam pandemi covid-19 yang pernah terjadi sebelumnya berdasarkan hasil survey
dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Ketenagakerjaan menghasilkan nilai
sebesar 13,8% pekerja di Indonesia tidak mendapatkan pesangon dari 15,6% pekerja yang di
PHK selama pandemi. Berdasarkan hal tersebut penerapan UU No.13 Tahun 2003 masih
belum terlaksana secara menyeluruh saat pandemic covid-19.
Dalam proses pelaksanaan PHK, Perusahaan harus dan wajib memberikan hak-hak
yang memang seharusnya didapatkan oleh pekerja. Tetapi, ada juga beberapa Perusahaan
yang kurang memperhatikan hak-hak pekerja Ketika melakukan PHK kepada pekerjanya.
Berdasarkan hal tersebut bagaimana pandangan hukum hubungan industrial serta proses
dalam pemebuhan hak-hak yang akan didapatkan Ketika pekerja mengalami PHK di masa
sekarang serta bagaimana pandangan hukum hubungan industriall jika terdapat Perusahaan
yang tidak melakukan kewajibannya dalam memenuhi hak-hak pekerja Ketika melakukan
PHK.
KAJIAN PUSTAKA
Hubungan Industrial
Hubungan industrial berhubungan dengan berbagai konsep, seperti konsep keadilan
dan juga menjaga kesetaraan, kekuatan dan juga kewenangan, hak dan kewajiban integritas
satu sama lain dan juga kepercayaan. Hal ini diungkapkan oleh Michael Soloman (2002)
yang dikutip dalam jurnal (Iswadi &Haerani, 2020)
Definisi hubungan industrial menurut hukum perundang-undangan adalah suatu
system hubungan yang terbentuk diatnara para pelaku dalam proses produksi barang dan atau
jasa yang terdiri dari unsur pengusaha pekerja ataupun buruh dan pemerintah yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dikutip dari (Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003)
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja dan siap untuk bisa
melakukan tanggung jawab bekerja, atau bisa juga penduduk yang memang sedang dalam
waktu mencari kerja, sedang dalam masa Pendidikan atau bersekolah bahkan ibu rumah
tangga yang sedang mengurus rumah tangga. Hal ini diungkap oleh MT Rionga dan Yoga
Firdaus (2007).
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menberikan definisi “ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu, sebelum, selama, dan sesudah masa kerja”. Ketenagakerjaan menjadi suatu
sumber pembangunan dan sumber permasalahan dalam kehidupan bernegara. Sebagaimana
Indonesia memiliki Sumber Daya manusia (SDM) yang banyak dan hal ini tidak didukung
dengan lapangan kerja yang ada. Bonus Demografi yang terjadi di Indonesia merupakan
peluang bagi Negara Indonesia pada sektor ketenagakerjaan menjadi pendorong utama dalam
meningkatkan kesejahteraan. Bonus Demografi merupakan suatu istilah dalam Ilmu
Kependudukan baik ilmu demografi murni (pure demografi) maupun kajian kependudukan
(population stud) ataupun angka ketergantungan (dependency ratio).
Maka dari itu Ketenagakerjaan akan berjalan beriringan dengan naik dan turunnya
pertumbuhan penduduk yang akan menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah dalam
melakukan formulasi regulasi peraturan perundang-undangan dan peraturan kebijakan
(Beleidsregel) dalam menjawab kebutuhan hukum ketenagakerjaan Indonesia.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan)
UU ketenagakerjaan merupakan peraturan yang mengatur berbagai hal terkait
dengan ketenagakerjaan di Indonesia. UU ketenagakerjaan yang kini berlaku adalah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dimana peraturan
ini memuat, Landasan, asas, dan tujuan pembangunan ketenagakerjaan, Perencanaan
tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan, Pemberian kesempatan dan perlakuan
yang sama bagi tenaga kerja, Pelatihan Kerja, Pelayanan penempatan tenaga kerja,
Penggunaan tenaga kerja asing, Pembinaan hubungan industrial, Pembinaan
kelembagaan dan sarana hubungan industrial, Perlindungan bagi Pekerja, termasuk
hak-hak dasarnya, dan Pengawasan ketenagakerjaan.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
UU Cipta Kerja dengan konsep Omnibus Law yang mampu menyederhanakan
puluhan regulasi menjadi satu Undang-Undang yang khusus, yang dapat menjadi
jalan pintas bagi kebijakan singkronisasi dan perampingan regulasi di Indonesia.
Cipta Kerja adalah upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan,
dan pemberdayaan, usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem
investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi pemerintah pusat dan percepatan
proyek strategis nasional.
Dalam konteks hukum, omnibus law adalah aturan hukum atau konsep
pembuatan regulasi yang menggabungkan beberapa aturan dari substansi
pengaturannya berbeda. UU Cipta Kerja diharapkan akan menjadi bagian dari upaya
pemulihan ekonomi nasional, khususnya dalam mendorong transformasi ekonomi
agar mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Tujuan dibuatnya UU
Cipta Kerja adalah untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (UU PPHI)
Undang undang PPHI mengatur tentang Perselisihan Hubungan Industrial
yakni perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan.
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul
dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan,
dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
adalah perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, Alih Daya, Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat dan PHK (PP 35 Tahun 2021)
PP 35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat dan PHK adalah aturan pemerintah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81
dan Pasal 185 hurup b UU Cipta Kerja, Penetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021 tentang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja mulai berlaku sejak tanggal diundangkan yaitu tanggal 2
Februari 2021.
PP 35 tahun 2021 merespon dinamika globalisasi dan transformasi teknologi
informasi yang telah mengubah tatanan sosial, dan ekonomi yang memiliki dampak
terhadap dunia kerja, ketenagakerjaan serta tuntutan produktivitas, daya saing sumber
daya manusia dan kualitasnya. Hal ini membutuhkan respon pemerintah untuk dapat
membuka lapangan kerja dan pelindungan ketenagakerjaan dalam arti yang luas.
PP 35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat dan PHK merupakan jawaban tantangan di atas untuk menjembatani
permasalahan dan isu-isu strategis mengenai Hubungan Kerja yang meliputi
pengaturan pelaksanaan PKWT dan pelindungan Pekerja didalamnya, termasuk
Pekerja/Buruh PKWT yang dipekerjakan dalam kegiatan alih daya, pengaturan waktu
kerja dan waktu istirahat bagi Pekerja/Buruh, utamanya pada sektor-sektor usaha dan
jenis pekerjaan tertentu yang menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan
kerja serta pengaturan mengenai mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja, termasuk
bagaimana memastikan adanya pemenuhan hak bagi Pekerja yang mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja.
Hak Kerja
Hak pekerja merupakan suatu hal yang didapatkan pekerja selama melakukan
pekerjaanya disuatu organisasi atau Perusahaan. Hak-hak pekerja ini merupakan kewajiban
atau tanggungjawab yang harus dipenuhi pengusaha karena hal tersebut juga telah diatur dan
dijelaskan dalam UU No.3 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan serta dijelaskan juga dalam
UU terbaru yaitu UU No.6 Tahun 2023. Hak pekerja yang dimaksud dapat berupa upah,
kompensasi dan lain-lain yang berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya didapatkan atau
dimiliki oleh pekerja tersebut selama bekerja di dalam sebuah organisasi atau Perusahaan.
Hak Pekerja Saat Terkena PHKdisebutkan Pada Pasal 40 Ayat 1 PP Nomor 35 Tahun
2021 disebutkan bahwa dalam hal PHK, pengusaha wajib membayarkan uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Besarnya uang pesangon dan uang penghargaan diberikan berdasarkan masa kerja pekerja.
Selanjutnya, perusahaan juga memberikan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Besaran uang penggantian hak ini tercantum dala. Pasal 43 ayat (4), meliputi:
1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja
3. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Selain itu, dalam Pasal 43 diatur, bahwa perusahaan atau pemberi kerja bisa
mengurangi jumlah pesangon yang harus dibayarkan kepada pekerja, apabila perusahaan
melakukan efisiensi yang disebabkan karena kerugian perusahaan, perusahaan tutup dan
mengalami kerugian, perusahaan pailit. Jika memenuhi syarat tersebut, maka perusahaan
diizinkan pemerintah untuk memberikan pesangon sebesar separuh atau 0,5 kali dari besaran
pesangon. Namun, pekerja bisa mendapatkan tambahan berupa uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 kali dari ketentuan.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penulisan mini riset ini, penulis menggunakan metode penelitian
yaitu penelitian kualitatif deskriptif melalui studi Pustaka. Penelitian ini bersumber dari
beberapa kepustakaan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan khususnya dalam hak
pekerja PHK. Dimana metode penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai metode penelitian
hukum normative yang merupakan metode penelitian berdasarkan kepustakaan dengan
menggunakan beberapa bahan literatur seperti buku, dokumen, journal dan media lainnya
yang dpat dijadikan sebagai data maupun informasi yang sesuai dengan topik dari penulisan
mini riset ini. Analisis yang dilakukan adalah dengan menginventarisasi hal-hal yang
berkaitan dengan hukum PHK, kemudian melakukan analisis
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal
Hasanah, I. (2021). Pemenuhan Hak Pekerja Setelah Pemutusan Hubungan Kerja Dimasa
Sebelum Dan Pada Saat Pandemi Covid-19. Gorontalo Law Review, 4(1), 20-32.
https://doi.org/10.32662/golrev.v4i1.1337.
Laoly, H. N. (2023). Pemenuhan Hak Pekerja Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Pada
Masa Pandemi Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Doctoral dissertation,
Hukum Administrasi Negara).
Laoly, Hendra Novitra. Pemenuhan Hak Pekerja Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja
Pada Masa Pandemi Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Diss. Hukum
Administrasi Negara, 2023
Nazifah, N., & Mahila, S. (2021). Perlindungan Hukum Pekerja yang Terkena Pemutusan
Hubungan Kerja di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 21(3), 1112-1115. http://dx.doi.org/10.33087/jiubj.v21i3.1713.
Nugraha, E. P., Karsona, A. M., & Singadimedja, H. (2020). Aspek Hukum Hubungan
Industrial Terkait Aksi Mogok Kerja Oleh Serikat Pekerja di PT. Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran, 2(1), 56-73.
https://doi.org/10.23920/jphp.v2i1.262.
Sinaga, N. A., & Zaluchu, T. (2021). Perlindungan Hukum Hak-Hak Pekerja Dalam
Hubungan Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jurnal Teknologi Industri, 6.
https://doi.org/10.35968/jti.v6i0.754.
Buku Teks
Idris, F. (2018). Dinamika Hubungan Industrial. Deepublish.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja