Anda di halaman 1dari 13

GERAKAH BURUH MENOLAK UU CIPTA KERJA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir


Political Learning and Technical Organization (PLATO)

Oleh,
Maulana Azi Nazib
203507046

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan inayah-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “GERAKAN
BURUH MENOLAK UU CIPTA KERJA” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir PLATO (Political


Learning And Technical Organization), selain itu makalah ini bertujuan sebagai
menambah wawasan tentang gerakan sosial dari buruh yang menolak UU Cipta
Kerja bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pribadi. Gerakan buruh
ini tidak terlepas dari beberapa substansi dari UU Cipta Kerja yang dinilai
merugikan buruh oleh karena itu buruh Gerakan Sosial untuk menentang hal
tersebut.

Terimakasih untuk pengurus BEM FISIP UNSIL yang telah memberikan


saya kesempatan untuk menyusun Makalah ini. Terimakasih untuk Dosen-dosen
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi yang telah mendidik
dan memberikan ilmu yang dapat membantu saya dalam mengerjakan makalah
ini. Dan juga terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis diharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
menulis dengan lebih baik lagi kedepannya.

Bandung, 22 Juni 2021

Maulana Azi Nazib

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. Landasan Teoritis..........................................................................................3
B. Kerangka Berpikir.........................................................................................4
BAB III....................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Polemik UU Cipta Kerja...............................................................................5
B. Pertentangan buruh terhadap UU Cipta Kerja..............................................6
BAB IV....................................................................................................................8
PENUTUPAN..........................................................................................................8
A. Simpulan.......................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan sosial dapat hadir dari eskalasi – eskalasi terhadap suatu fenomena
atau peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Atau juga dapat dipahami
sebagai gerakan atau tindakan organisasi atau sekelompok masyarakat yang
terorganisir mempunyai tujuan untuk merubah suatu nilai. Sedangkan buruh
adalah orang yang memberikan tenaga, waktu, dan kemampuannya untuk
mendapatkan balasan berupa upah untuk memenuhi hidupnya. Pemerintah
menjadi stakeholder dalam pengambilan kebijakan yang dimana hal itu
dilegitimasi oleh masyarakatnya termasuk juga buruh. Akan tetapi pemerintah dan
buruh seringkali mengalami sebuah pertentangan nilai yang dimana buruh
melakukan gerakan sosial untuk memperjuangkan nilai-nilainya.

Maka dari itu di makalah ini membahas gerakan sosial buruh yang dimana
saya secara spesifik menulis tentang gerakan sosial buruh yang menentang
kebijakan dari UU Cipta Kerja yang dimana ini dinilai bertentangan dengan nilai
yang selama ini diperjuangkan oleh mereka. Dalam politik pada pendekatan
perilaku politik bukan hanya meninjau peraturan, pemerintah, dan masyarakat
secara formal namun juga perilaku-perilaku daripada ketiganya. Seberapa jauh
gerakan sosial ini dapat mempengaruhi kebijakan yang ada, respon dari
pemerintah pun menjadi penting dalam hal ini. Perubahan nilai apa yang berubah
dan apa yang belum.

Dalam suatu sistem politik selalu ada sirkulasi secara terus menerus dari
input ke output dan maupun sebaliknya bolak-balik. Input yang terdiri dari atas
dukungan dan tuntutan. Sistem politik yang mana adalah aktor-aktor politik
pengambil kebijakan itu menerima input dan mempertimbangkan reaksi dari
masyarakat terhadap kebijakan. Dari semua itu maka diterjemahkan ke dalam
institusi-institusi politik, lalu menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan
yang dilempar kepada masyarakat lalu menghasilkan reaksi yang menjadi input
baru lagi bagi sistem politik. Proses ini selalu mencari keseimbangan. Proses ini

1
2

terus berlanjut dan sistem politik dapat bertahan melalui suatu proses yang
dinamis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gerakan sosial buruh menentang UU Cipta Kerja ?


2. Apa yang menjadi tuntutan buruh terhadap UU Cipta Kerja ?
3. Bagaimana proses pembentukan UU Cipta Kerja dan lika liku dalam
pembentukannya ?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui gerakan sosial buruh menentang UU Cipta Kerja.


2. Mengetahui tuntutan buruh terhadap UU Cipta Kerja.
3. Mengetahui proses pembentukan UU Cipta Kerja dan lika liku dalam
pembentukannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

Gerakan sosial muncul dari berbagai sudut pandang yang muncul dari apa
yang terjadi di masyarakat. Atau gerakan sosial juga dapat diartikan sebagai
aktivitas suatu kelompok atau organisasi terorganisir yang berfokus pada suatu isu
sosial dan politik untuk membawa perubahan. Suatu kegiatan dapat dikatakan
sebagai gerakan sosial apabila terbentuk suatu kelompok atau organisasi yang
mempunyai tujuan, cakupan wilayahnya, cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan dan sifat gerakan sosial tersebut. Gerakan buruh menentang UU Cipta
Kerja dapat dikategorikan sebagai gerakan sosial lama. Gerakan-gerakan sosial
lama terlihat mengandalkan materialis, seperti gerakan buruh ini yang berusaha
memperjuangkan hal-hal material. Tentu ini berbeda dengan gerakan sosial baru
yang berbasis budaya dan gaya hidup, seperti gerakan feminis, gerakan
perdamaian, dan gerakan lingkungan. Gerakan-gerakan sosial lama tidak bisa
lepas dari Marxisme klasik seperti kelas pekerj, upah, dan kapitalisme.

Sistem politik telah membuat kemajuan yang cukup besar dibandingkan


dengan pendekatan klasik. Hal ini didasarkan pada pengetahuan yang lebih luas
tentang sistem politik, yang dalam pendekatan klasik ilmu politik hanya mengkaji
lembaga-lembaga resmi negara. Hal ini kurang tepat karena selain aspek formal,
terdapat juga aspek informal yang mempengaruhi suatu kebijakan atau keputusan
di suatu negara. Salah satu proses tersebut adalah apa yang David Easton sebut
sebagai teori sistem. Menurut David Easton, ada yang namanya input dan output.
Dimana hasilnya adalah produk dari kebijakan dan keputusan sistem dan
kontribusinya adalah proses pembuatan kebijakan yang dipengaruhi oleh
dukungan dan tuntutan sistem. Saat produk dirilis, ada dukungan dan tuntutan
yang membuat umpan balik dan input terus secara kesinambungan ke sistem.
Dimana keseimbangan harus ditemukan dalam proses ini agar sistem politik dapat
bertahan dan berfungsi dalam proses yang dinamis.

3
4

B. Kerangka Berpikir

Penjelasan :

Omnibus Law UU Cipta Kerja, atau undang-undang “Sapu jagad”, di mana


pemerintah ingin memperjelas dan menyederhanakan undang-undang untuk
memudahkan proses investasi dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, pembahasan dimulai dari penyusunan usulan omnibus Law UU Cipta
Kerja hingga pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Ketika Omnibus Law
disahkan, hasil dari produk kebijakan sistem ini mendapat dukungan dan tuntutan
dari masyarakat, yang mengirimkan kembali input tersebut sebagai feed back dan
kemudian diolah kembali oleh pemerintah. Hal ini disebut teori sistem yang
disebutkan oleh David Easton.

Lalu bentuk pertentangan yang melibatkan kelompok atau organisasi buruh


menentang Omnibus Law terutama UU Cipta Kerja yang berdampak pada kaum
buruh yang menginginkan perubahan nilai pada produk output pemerintah UU
Cipta Kerja. Gerakan sosial ini diklasifikasikan sebagai gerakan sosial lama
karena gerakan ini bertumpu pada hal yang materialis dan juga melibatkan
marxisme klasik tentang kapitalisme, kelas sosial, buruh.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Polemik UU Cipta Kerja

Proses pengesahan UU Cipta Kerja diawali dengan pembahasan dalam rapat


kabinet/kabinet, rapat koordinasi dan rapat komite antar kementerian/lembaga
yang juga melibatkan akademisi, pemerhati/ahli, serikat pekerja, pelaku UMK,
LSM dan pemangku kepentingan lainnya. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyelaraskan isi dan Legal Drafting naskah akademik dan RUU Cipta
Kerja. Lalu RUU Cipta Kerja dibahas dalam ratas presiden dimana Omnibus Law
UU Cipta Kerja masuk tahap finalisasi pada tanggal 15 Januari.. Selanjutnya UU
Cipta Kerja menjadi program prioritas legislatif nasional untuk sidang paripurna
pada 22 Januari 2020 2020 (Prolegnas ) DPR RI. Kemudian, pada 7 Februari
2020, Presiden menyerahkan UU Cipta Kerja kepada Ketua DPR RI melalui surat
dari Presiden. Menteri Perekonomian dan menteri-menteri lainnya menyampaikan
RUU Cipta Kerja dan surat Presiden kepada Ketua dan Wakil Ketua DPR RI.
Pada akhir Februari dan Maret, pemerintah melakukan dialog melalui beberapa
perguruan tinggi seperti Universitas Padjadjaran dan menanggapi aspirasi
masyarakat. Pada tanggal 14 April 2020, Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, DPD
RI, dan pemerintah mengadakan rapat pertama untuk membahas UU Cipta Kerja,
dimana dibentuk panitia kerja resmi (panja) UU Cipta Kerja. Polemik UU Cipta
Kerja dimulai saat masih dalam proses, buruh melakukan mogok nasional karena
menilai UU Cipta Kerja gagal memenuhi aspirasi buruh, termasuk yang terkait
dengan sanksi Pidana bagi pengusaha, PHK, UMK, TKA dan UMSK, pekerja
kontrak seumur hidup, pesangon, outsourcing seumur hidup, jam kerja, hak cuti
dan liburan, serta jaminan pensiun dan kesehatan bagi pekerja kontrak
outsourcing, di antara 10 hal yang disepakati pemerintah dan DPR RI. Pemutusan
hubungan kerja, sanksi pidana bagi pengusaha dan tenaga kerja asing akan
dikembalikan sesuai dengan isi UU 13/2003. Dalam 7 poin ainnya, karyawan
berdemo menentang 7 perjanjian lainnya, misalnya terkait hal tentang
penghapusan bersyarat UMK atau UMSK, menurut buruh, UMK tidak harus
terikat dengan persyaratan dan tetap ada UMSK .UMK pasti berbeda di setiap

5
6

kabupaten/kota, tidak benar jika UMK Indonesia lebih tinggi dari negara ASEAN
lainnya, rata-rata UMK Indonesia malah lebih rendah dari UMK di Vietnam.
Buruh berpendapat tidak adil jika UMK perusahaan sandang atau kerupuk
menandingi perusahaan-perusahaan sektor otomotif seperti Toyota, Astra dan
lain-lain, atau di sektor pertambangan seperti Freeport, Nikel di Morowali dan
lain-lain. Namun, berbeda dengan sikap para pengusaha, Asosiasi Persepatuan
Indonesia (Asprisindo) mendukung pengesahan UU Cipta Kerja. Asprisindo
percaya bahwa Undang-Undang Cipta Kerja dapat menciptakan lingkungan yang
menguntungkan bagi investasi dan bisnis. Terutama di industri sepatu agar bisa
bersaing di tingkat global. Dan undang-undang Cipta kerja juga menjadi salah
satu insentif untuk menarik investasi baru dan memperluas kapasitas industri di
sektor alas kaki. Seperti halnya Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO),
undang-undang Cipta Kerja ini bisa menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah regulasi di Indonesia. Manfaat UU Cipta Kerja adalah menghilangkan
peraturan yang tumpang tindih, efisien karena tidak memerlukan perubahan
seluruh UU, dan menghilangkan ego sektoral. Buruh sebenarnya terlibat dalam
penyusunan UU Cipta Kerja, tetapi dalam diskusi dua dari enam serikat pekerja
memutuskan untuk meninggalkan forum, juga dikenal sebagai mogok, dan terus
memilih pengaturan ketenagakerjaan berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 . Dalam
hal ini ada yang namanya dukungan dan tuntutan yang menjadi input ke dalam
sistem politik yang diproses oleh sistem.

B. Pertentangan buruh terhadap UU Cipta Kerja

Pada tanggal 5 Oktober 2020 UU Cipta Kerja resmi disahkan oleh DPR RI
dalam rapat paripurna. Gelombang pertentangan pun muncul dari buruh dan
mahasiswa. Konfederasi Serikat Pekerja Buruh (KSPI) akan melakukan mogok
kerja sebagai bentuk protes terhadap disahkannya UU Cipta Kerja karena dinilai
merugikan buruh. Aksi mogok akan dilaksanakan pada 6 - 8 Oktober 2020 di
berbagai daerah industri Cilegon, Serang, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, Purwakarta, Karawang, Cianjur, Semarang, Bandung, Surabaya, Gresik,
Pasuruan, Lampung, Mojokerto, Medan, Deli Serdang, Banda Aceh, Batam,
Gorontalo, dan Banjarmasin. Seperti yang dijelaskan diatas Tuntutan utama
dalam unjuk rasa buruh diantaranya Sanksi pidana, Tenaga Kerja Asing (TKA),
7

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Upah Minimum Sektoral Kota/Kabupaten


(UMSK), Upah Minimum Kota/ Kabupaten (UMK), Waktu Kerja, Pesangon, Hak
upah atas cuti atau cuti yang hilang, Potensi hilangnya jaminan kesehatan dan
jaminan pensiun akibat karyawan kontrak atau alih daya seumur hidup, Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau karyawan kontrak seumur hidup,
"outsourcing" atau alih daya seumur hidup. Dari 10 poin tersebut, Panitia Kerja
(Panja) Badan Legislasi (Baleg) DPR, menyepakati agar tiga poin yaitu poin
tentang PHK, sanksi dan TKA, dapat kembali kepada ketentuan yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Pada 20 Oktober 2020 elemen
buruh dan mahasiswa bertepatan dengan satu tahun Joko Widodo - Ma'ruf Amin
di sekitar patung kuda. Isi tuntutannya yakni agar pemerintah membatalkan
Omnibus Law dan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti UU alias perpu.
Pada 16 Desember 2020 serikat buruh berunjuk rasa di Mahkamah Konstitusi, ada
dua tuntutan yaitu pertama buruh meminta hakim MK membatalkan undang-
undang Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja dan yang kedua menuntut
naikkan Upah Minimum Sektoral Kota/ Kabupaten (UMSK). berbarengan
dengan sidang ketiga judicial review omnibus law UU Cipta Kerja sebelumnya
KSPI mengajukan uji materi UU Cipta Kerja kepada MK pada 12 November 2020
ada juga beberapa juga organisasi buruh dan perorangan buruh yang mengajukan
uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Begitu adalah gerakan sosial buruh yang
memperjuangkan nilai mereka dengan mengubah suatu nilai yang menurut mereka
tidak sesuai.
BAB IV

PENUTUPAN

A. Simpulan

Gerakan sosial yang dilakukan oleh buruh untuk perubahan pada nilai-nilai
dalam UU Cipta Kerja yang dianggap berdampak buruk bagi buruh, tanggapan
yang berupa tuntutan dari buruh ini menjadi input yang diproses oleh sistem
politik dan menjadi output baru dimana dari 10 tuntutan buruh itu ada 3 tuntutan
yang mana tentang PHK, sanksi dan TKA, dapat kembali kepada ketentuan yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dalam proses ini untuk
mencari keseimbangan, Keseimbangan antara kepentingan buruh dan pengusaha
agar sistem politik dapat bertahan dan berjalan dengan proses yang dinamis.

B. Saran

Penulis berharap Pemerintah harus bisa mengakomidir input dari berbagai


kalangan dalam UU Cipta Kerja ini ada kaum buruh dan pengusaha yang
mempunyai kepentingan masing-masing maka dari itu pemerintah bisa
mengakomodir dari kepentingan tersebut agar terjadinya keseimbangan. Agar
sistem pemerintahan dapat bertahan dengah proses yang dinamis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam.(2008). Dasar-dasar ilmu Politik.Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama.

Sukmana, Oman.(2016). KONSEP DAN TEORI GERAKAN SOSIAL.Malang:


Intrans Publishing.

Razy, Fakhrur, Muhammad.(2020). KONFLIK GERAKAN MASYARAKAT


SIPIL DAN PEMERINTAH DALAM PROSES PENYUSUNAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG OMNIBUS LAW. JURNAL
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK, 2, 74 - 85.

Hidayah, Intan, Delia dan Fauzi, Machfud, Agus.(2021). Perjalanan Omnibus


Law dalam Sistem Hukum di Indonesia. Studi Tentang Penolaka
Masyarakat Probolinggo Dalam Perspektif Sosiologi Hukum, 5, 321-326

Redaksi Kajian Politik Pojok Wacana.(2021).Pengertian Gerakan Sosial Baru


Tersedia: https://www.google.com/amp/www.pojokwacana.com/
pengertian-gerakan-sosial-baru/amp/.[1 Juli 2021]

Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan


Investasi.(2020).Tahapan Penyusunan UU Cipta Kerja Tersedia:
https://maritim.go.id/tahapan-penyusunan-uu-cipta-kerja/.[2 Juli 2021]

Al Hikam, Alif, Herdi.(2020).Beda dengan Buruh, Pengusaha Dukung RUU Cipta


Kerja. Tersedia: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
5200409/beda-dengan-buruh-pengusaha-dukung-ruu-cipta-kerja. [2 Juli
2021]

Velarosdela, Nuris, Rindi.(2021).Gelar Demo di Depan Gedung MK, Ini Isi


Tuntutan Buruh dan Rekayasa Lalin dari Kepolisian. Tersedia:
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/megapolitan/read/2021/04/12/0
9585051/gelar-demo-di-depan-gedung-mk-ini-isi-tuntutan-buruh-dan-rekayasa-
lalin.[2 juli 2021]

Kusumawardhani, Amanda.(2021).Dukung Pengesahan UU Cipta Kerja, Apindo


Beberkan Kelebihannya. Tersedia: https://www.google.com/amp/s/m.

9
10

bisnis.com/amp/read/20201016/9/1305823/dukung-pengesahan-uu-cipta-
kerja-apindo-beberkan-kelebihannya. [2 Juli 2021]

Iswinarno, Chandra dan Djailani, Fadil, Mohammad.(2021).Ini Tujuh Alasan


Buruh Tolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Tersedia :
https://www.suara.com/bisnis/2020/10/05/175054/ini-tujuh-alasan-buruh-tolak-
ruu-omnibus-law-cipta-kerja?page=4.[2 Juli 2021]

Anda mungkin juga menyukai