Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERILAKU POLITIK

TUJUAN GERAKAN-GERAKAN SOSIAL POLITIK DAN

PROSES TERJADINYA GERAKAN-GERAKAN SOSIAL POLITIK

Disusun Oleh:

1. Abela (2220702077) 5. Laura Selpia Rizki (2230702086)

2. Tia Rahmadani (2220702071) 6. Zivana Nuraini ( 2230702094)

3. Tri Handayani (2220702074) 7. Iqsal (2230702100)

4. Maulana (2230702083)

Dosen Pengampu:

Erik Darmawan, S.IP, M.HI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun tugas makalah Sejarah
Politik Islam yang menjelaskan tentang Tujuan Gerakan-gerakan sosial politik dan
proses terjadinya Gerakan-gerakan sosial politik .

Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas perkuliahan Politik


Identitas serta memberikan ringkasan pemaparan tentang Tujuan Gerakan-gerakan
sosial politik dan proses terjadinya Gerakan-gerakan sosial politik .Mudah-mudahan
makalah singkat yang kami susun ini menambah wawasan untuk kita semua sehingga
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu kritik,saran serta anjuran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Politik Identitas serta
kepada teman-teman yang membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya kami ucapkan banyak terimakasih.

Palembang, 14 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................................iii
A. Latar Belakang............................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................v
C. Tujuan...........................................................................................................................v
BAB II....................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN.....................................................................................................................vi
A. Tujuan Gerakan-gerakan sosial politik.....................................................................vi
B. Proses terjadinya Gerakan-gerakan sosial politik ..................................................xvi
BAB III..................................................................................................................................xix
PENUTUP.............................................................................................................................xix
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................xx
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gerakan politik adalah gerakan sosial kemasyarakatan di bidang politik. Gerakan

politik dapat bekisar disekitar satu masalah atau dari rerangkaian isu permasalahan

atau sekitar timbunan keprihatinan bersama dari sekelompok sosial. Gerakan Politik

merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam politik yang memiliki pengertian

yang berbeda degan partai politik maupun keompok kepentingan. Gerakan Sosial–

Politik merupakan aspek dinamis dalam kehidupan politik yang sering terjadi dalam

masyarakat, utamanya adalah masyarakat yang sedang mengalami perubahan

ekonomi, sosial budaya dan khususnya politik.

Gerakan sosial merupakan salah bentuk perlawanan dari masyarakat sipil kepada

otoritas pemegang kekuasaan untuk mencapai kepentingan bersama yang telah

disepakati pelaku gerakan. Dewasa ini kajian mengenai gerakan sosial telah

berkembang pesat dan telah merambah ke dalam bentuk-bentuk gerakan sosial yang

baru. Gerakan sosial di Indonesia sudah terjadi sejak jaman Kolonial Belanda dalam

kelompok masyarakat, baik dari kalangan menengah maupun ke bawah yang

memiliki kesadaran tinggi. Masyarakat mengupayakan berbagai tindakan yang

bertujuan untuk menguatkan dan mempertahankan posisinya baik secara ekonomi,

sosial maupun politik. Gerakan sosoial yang sifatnya mendambakan perubahan

menuju kebaikan, kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam kesempatan yang

sama, hak-hak yang sama, partisipasi yang sama dalam kehidupan kolektif. Gerakan

sosial muncul sebagai akibat kekecewaan-kekecewaan terhadap pemerintah atau

penguasa elit/ otoriter. Dari kekecewaan-kekecewaan itulah menjadi sebuah Gerakan

Sosial yang isinya adalah kalangan yang memiliki komitmen yang mengubah
kehidupan kolektif menjadi lebih baik tanpa melalui intervensi negara yang

berlebihan. Membayangkan menguatnya otonomi masyarakat dalam kehidupan

kolektif Gerakan Sosial merupakan kelompok penekan, kelompok kepentingan

dibalik isu-isu perubahan sosial, dan lain-lain.Gerakan sosial di Era pemerintahan

jaman sekarang juga bermacam variasi dalam konteks kehidupan saat ini munculnya

bisa memanfaatkan sosial media yang menjadi pendukung sebuah gerakan.

Munculnya beberapa aplikasi seperti: Facebook, twitter, instagram dan lain-lain.

Aplikasi tersebut akan semakin memudahkan sebuah gerakan masyarakat untuk

mengeluarkan persepsinya terhadap pemerintah. Gerakan sosial sebagai upaya

kolektif untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan

kolektif (Action Collective) diluar lingkup lembaga-lembaga yang mapan (Fadhillah

Putra, dkk, 2006:1). Sedangkan menurut (Robert misel, 2004:6) mendefinisikan

Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk menghalangi perubahan dalam

masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Tujuan Gerakan-gerakan sosial politik

2. Proses terjadinya gerakan-gerakan sosial politik

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Tujuan dari Gerakan-gerakan politik

2. Untuk mengetahui Proses terjadinya gerakan-gerakan sosial politik


BAB II
PEMBAHASAN

A. TUJUAN GERAKAN-GERAKAN SOSIAL POLITIK


Menurut Bruce J. Cohen – 1992 Gerakan yang dilakukan sekelompok individu

yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan

(konservatif) unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas. Kamanti Sunarto – 2004

juga berpendapat bahwa Gerakan sosial (politik) adalah perilaku kolektif yang

ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah

ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. Menurut

Kartasapoetra & Kreimers – 1987 Kartasapoetra dan Kreimers (1987) bahwa gerakan

sosial (politik) adalah kegiatan atau usaha kolektif yang berusaha untuk mengadakan

orde kehidupan yang baru. Laode Ida ( 2003) Gerakan sosial (politik) adalah upaya

kolektif untuk melakukan perubahan melalui organisasi sebagai wadah gerakan,

gerakan tersebut melembaga, memiliki gagasan alternatif perubahan, aktivitas dan

gerakannya tersus-menerus, memiliki identiitas koletif, serta kehadirannya menjadi

tantangan bagi pihak lain. Gerakan sosial (social movement) adalah aktivitas sosial

berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal

yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik

berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau

mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.

Munculnya Gerakan Sosial

Dalam penjelasan mengenai munculnya sebuah gerakan sosial pasti tidak muncul

begitu saja ada beberapa tahapan yang menglatar belakangi timbulnya gerakan sosial

pertama hubungan antara proses framing.suatu pemikiran tentang perubahan politik


objektif yang memfasilitasi kemunculan gerakan sosial perubahan politik tertentu

mendorong mobilisasi tidak hanya memalui pengaruh objektif yang diakibatkan oleh

perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam pergerakan proses framing

yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem. Kedua suatu gerakan sosial juga

bisa mencul karena kaitan resiprokal antara proses framing dan mobilisasi proses

framing secara jelas mendorong mobilisasi ketika orang-orang berupaya

mengorganisasi dan bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidak

absahan dan karentanan sistem pada saat yang sama potensi bagi proses framing yang

kritis dikondisikan oleh akses orang-orang kepada berbagai struktur mobilisasi dan

hal ini akan lebih mungkin terjadi dalam kondisi organisasi yang kuat dari pada

kondisi organisasi yang lemah dengan kata lain proses framing tidak akan terjadi

dalam kondisi ketiadaan organisasi karena ketiadaan struktur mobilisasi hampir pasti

akan mencegah penyebaran framing ke jumlah minimal orang yang diperlukan untuk

basis tindakan kolektif.

GERAKAN PERPINDAHAN

Penduduk berpindah ke suatu tempat baru, seperti hijrahnya Rasulullah dan

pengikutnya ke Madinah.

GERAKAN EKSPRESIF

Merubah ekspresi, sikap atau reaksi terhadap kenyataan, dan bukan mengubah

kenyataan (masyarakat) itu sendiri. Seperti dalam musik, puisi, drama, aliran

kepercayaan, keagamaan,dll.

GERAKAN UTOPIA

Menciptakan masyarakat sejahtera dalam skala terbatas dan berusaha melakukan

perubahan lewat contoh dengan membangun sebuah masyarakat model dikalangan

sebuah kelompok kecil.


GERAKAN REFORMASI

Berusaha untuk memperbaiki kepincangan dalam masyarakat, biasanya muncul di

negara demokratis.

GERAKAN REVOLUSIONER

Dibangun untuk menggantikan sistem yang lama dengan sistem yang baru dan

didedikasi untuk untuk melaksanakan revolusi.

GERAKAN PERLAWANAN

Bertujuan untuk menghambat atau menghalangi suatu perubahan sosial tertentu.

Menurut Giddens, suatu revolusi harus memenuhi 3 kriteria, antara lain:

1. Melibatkan gerakan sosial massal

2. Menghasilkan proses reformasi dan perubahan

3. Melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan

Fungsi Gerakan Sosial

1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam

pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan

politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini

publik yang dominan.

2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang akan menjadi bagian

dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.

Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak

pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.

Ciri-ciri gerakan sosial politik

1. Ada upaya kolektif melakukan perubahan

2. Adanya organisasi sebagai wadah gerakan


3. Gerakan tersebut melembaga serta memiliki gagasan alternatif perubahan

Aktivitas dan gerakannya terus-menerus

4. Memiliki identitas kolektif sebagai ciri Serta kehadirannya menjadi tantangan

bagi pihak lain (pemerintah, institusi manca negara, dll).

5. Gerakan dilakukan sekelompok orang Memiliki visi, misi, tujuan, ide, nilai sosial

politik Mempertahankan, merubah, merebut, mengontrol, dan menjalankan kehidupan

sosial politik

6. Dilakukan secara sistematis dan terorganisir Memiliki identitas kolektif dan

alternatif perubahan

Horton dan Hunt [1993] merumuskan, tahapan gerakan sosial sebagai berikut:

1. Tahap ketidaktenteraman, karena ketidakpastian dan ketidakpuasan semakin

meningkat

2. Tahap perangsangan, yakni ketika perasan ketidakpuasan sudah sedemikian

besar, penyebab-penyebabnya sudah diidentifikasi, dan saransaran tindak lanjut sudah

diperdebatkan

3. Tahap formalisasi, yakni ketika para pemimpin telah muncul, rencana telah

disusun, para pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah dimatangkan

4. Tahap institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambil alih dari para

pemimpin terdahulu, birokrasi telah diperkuat, dan ideologi serta program telah

diwujudkan. Tahap ini seringkali merupakan akhir kegiatan aktif dari gerakan sosial

5. Tahap pembubaran (disolusi), yakni ketika gerakan itu berubah menjadi

organisasi tetap atau justru mengalami pembubaran.

Tujuan gerakan sosial adalah untuk mempertahankan suatu institusi tertentu yang

terdapat disekitar lingkungan masyarakat. Gerakan sosial merupakan suatu bentuk

aksi bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial baik yang
diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal. Sydney Tarrow berpendapat

gerakan sosial merupakan suatu tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-

tujuan bersama rasa solidaritas sosial.

Adanya banyak alasan yang bisa diungkapkan mengapa seseorang bergabung dalam

gerakan sosial dari sekedar keinginan nakal mencemooh otoritas hingga insting

gerombolan yang tidak jelas tujuannya namun jika ada alasan yang paling jelas

mengapa orang terikat bersama dalam gerakan adalah untuk menyusun klaim bersama

mentang pihak lawan pemegang otoritas atau para elit nilai dan kepentingan bersama

merupakan basis dari tindakan-tindakan mereka.

Tipe-tipe Gerakan Sosial

a. Alterative Movement

Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku

perorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk

merubah perilaku tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minum-

minuman keras. Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak

dilancarkan kampanye agar dalam melakukan perbuatan sek dengan bertanggung

jawab.

b. Rodemptive Movement

Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang

hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan ini

kebanyakan terdapat di bidang agama. Melalui gerakan ini , misalnya, perorangan

diharap untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.

c. Reformative Movement

Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun

lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan
kaum homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau

gerakan kaum perempuan yang memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki.

Gerakan people power di Filipina atau gerakan menentang pedana mentri Suchinda di

Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini karena tujuannya terbatas, yaitu

pergantian pemerintah.

d. Transformative Movement

Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.

Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambodia.


B. PROSES TERJADINYA GERAKAN-GERAKAN SOSIAL POLITIK

PEREMPUAN DAN GERAKAN SOSIAL POLITIK

Dilihat dari lintasan sejarah yang panjang, walaupun secara kuantitas munculnya

organisasi-organisasi perempuan di Indonesia sebagai component civil society yang

cukup besar. Akan tetapi masih belum sepenuhnya mampu memperbaiki posisi dan

kondisi kaum perempuan. Pada masa Orde Baru perkembangan organisasi perempuan

di Indonesia begitu berkembang secara pesat. Akan tetapi, ada kesan bahwa

organisasi perempuan pada era ini mengalami hegemoni bekerja hanya untuk

kepentingan Negara saja, belum menjadi gerakan social yang memperjuangkan

sebuah transformasi social dalam masyarakat.

Gerakan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh prespektif feminisme. Teori

feminisme beranjak dari asumsi bahwa gender merupakan konstruksi yang meskipun

bermanfaat, tetapi didominasi oleh bias laki – laki dan cenderung opresif terhadap

perempuan. Teori feminisme berperan menentang asumsi -asumsi gender yang hidup

dalam masyarakat dan mencapai cara yang lebih membebaskan kaum perempuan.

Perjuangan perempuan untu mendapat perlakuan lebih baik dari laki – laki disebut

dengan feminisme.

Secara umum dalam ensiklopedia feminisme, feminisme diartikan sebagai sebuah

ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya

adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis

kelaminnya. Selain itu, feminisme juga diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa

perempuan semata – mata karena mereka adalah perempuan diperlakukan tidak adil

dalam masyarakat yang dibentuk untuk memperioritaskan cara pandang laki – laki
serta kepentingannya. Dimana laki -laki selalu dianggap yang paling kuat sedangkan

perempuan lemah, laki – laki dianggap lebih rasional dan mereka emosional, laki –

laki dianggap aktif dan perempuan pasif. Sedangkan menurut Gerda Lener, terdapat

beberapa defenisi mengenai istilah feminisme. Diantaranya, feminisme adalah sebuah

doktrin yang menyokong hak - hak sosial dan politik yang setara bagi perempuan

menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sejumlah teori

yang telah diciptakan oleh perempuan; kepercayaan pada perlunya perubahan sosial

yang luas dan berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan. Posisi tersebut sebagai

gerakan hak – hak perempuan berarti sebuah gerakan yang peduli dengan

pemenangan bagi keseteraan perempuan dengan laki -laki dalam semua aspek

masyarakat dan memberi mereka akses pada semua hak - hak dan kesempatan -

kesempatan yang dinikmati laki-laki dalam institusi -institusi dari masyarakat

tersebut. Feminisme juga merupakan sebuah wawasan sosial, yang berakar dalam

pengalaman kaum perempuan menyangkut diskriminasi dan penindasan oleh karena

jenis kelamin, suatu gerakan yang memperjuangkan pembebasan kaum perempuan

dari semua bentuk seksisme dan sebuah metode analisis ilmiah yang digunakan pada

hampir semua cabang ilmu.

John Wolski Conn juga berpendapat bahwa feminisme merupakan seperangkat ide

yang tertata dan sekaligus suatu rencana aksi yang praktis, yang berakar dalam

kesadaran kritis kaum perempuan tentang bagaimana suatu kebudayaan yang

dikendalikan arti dan tindakannya oleh kaum laki – laki, demi keuntungan mereka

sendiri, menindas kaum perempuan dan serentak merendahkan martabat kaum laki –

laki sebagai manusia. Para perempuan yang ambil bagian dalam pergerakan hak – hak

sipil menyadari bahwa bukan saja laki – laki yang mempunyai andil dalam
kepemimpinan. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kaum

perempuan untuk dapat memimpin dan setara derajatnya dengan kaum laki-laki.

Riley mengelompokan bentuk -bentuk feminisme kedalam empat model utama, yang

masing – masingnya memberi sumbangsih khas bagi pemahaman tentang perilaku

masyarakat menyangkut peran masing – masing:

a. Feminisme liberal :feminisme liberal lebih menekankan pada motivasi utamanya

ialah upaya menggapai kesederajatan yang penuh antara kaum perempuan dan kaum

laki-laki dalam setiap ranah kehidupan bermasyarakat. Ciri khas yang menentukan

feminisme liberal ialah penakanannya pada kesetaraan sosial, khususnya untuk

mencapai keseteraan hak -hak ekonomi dan politik bagi kaum perempuan. Feminisme

liberal mengkampanyekan hak - hak kaum perempuan untuk mengambil keputusan

sendiri.

b. Feminisme kultural : gerakan ini memusatkan perhatian pada rupa - rupa

sumbangsih serta nilai secara tradisional dipertalikan dengan kaum perempuan, serta

ihwal mengasuh dan berbela rasa, serta kekhasan yang dapat mereka hasilkan demi

perbaikan masyarakat.

c. Feminisme radikal: gerakan ini berupaya untuk membasmi setiap bentuk

dominasi kaum laki – laki.

d. Feminisme Sosialis: Feminisme sosialis menekankan bahwa penindasan gender

disamping penindasan kelas adalah merupakan sumber penindasan perempuan.

Gerakan sosial pada umumnya memobilisasi para partisipannya untuk memperoleh

perbaikan atas dan terhadap ketidakpuasan tertentu, atau berjuang untuk tujuan dan

sasaran yang spesifik. Baginya gerakan sosial ditandai kehadiran suatu ideologi yang

diterima partisipannya, menggunakan langkah - langkah strategis untuk mencapai

sasaran, memiliki struktur keorganisasian dengan sistem komunikasi dan


kepemimpinan yang jelas, mobilisasi menentang lawan, dan pada akhirnya

dampaknya akan terasa di masyarakat.

GERAKAN SOSIAL POLITIK DIBLAMBANGAN TAHUN 1767-1768

Kajian yang menyuarakan tentang gerakan sosial di Indonesia memang banyak

dihasilkan. Akan tetapi kajian yang secara spesifik membahas gerakan sosial yang

terjadi di Blambangan belum ada. Blambangan, sekarang dikenal dengan Kabupaten

Banyuwangi, merupakan daerah perbatasan antara Jawa dan Bali, rawan akan

terjadinya konflik, salah satu wujudnyaadalah terjadinya gerakan sosial tahun 1767-

1768 yang dipimpin oleh Wong Agung Wilis. Melalui penggunaan metode sejarah,

tulisan ini bertujuan mengkaji munculnya gerakan sosial di Blambangan, isu-isu yang

menjadi fokus perhatian atau capaian-capaian yang diraih gerakan sosial di

Blambangan pada masa pendudukan VOC. Berbagai perspektif mengenai gerakan ini

dibangun dengan memanfaatkan sumber-sumber VOC, babad dan beberapa kajian

historis mengenai Blambangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, gerakan

sosial di Blambangan terjadi karena adanya beberapa alasan, baik dari segi politik,

sosial, etnis, agama bahkan ekonomi. Gerakan sosial di Blambangan sebenarnya tidak

pernah berakhir, bahkan ketika Wilis, pemimpin gerakan tersebut dibunuh oleh VOC,

para pengikutnya masih melanjutkan gerakan tersebut. Sampai pada akhirnya VOC

melakukan berbagai strategi baik kompromi dengan pemimpin gerakan,

mendatangkan pasukan perang dari Jawa dan Madura bahkan melakukan gencatan

senjata untuk menghentikannya.Kata kunci: gerakan sosial, Wong Agung Wilis,

VOC, Blambangan.

ISLAM POLITIK DIINDONESIA: TRANSFORMASI GERAKAN SOSIAL AKSI


BELA ISLAM 212 DARI GERAKAN DEMONSTRASI KE GERAKAN
KELEMBAGAAN SOSIAL, POLITIK DAN EKONOMI.
Aksi Bela Islam 212 memiliki keunikan tersendiri sebagai gerakan sosial. Aksi

unjuk rasa berubah menjadi aksi lebih terlembagakan dalam bidang sosial, politik dan

ekonomi. Aksi Bela Islam 212 menggunakan ideologi Islam sebagai spirit perjuangan

dan perlawanan. Sumber daya berupa masjid dan pesantren menjadi sumber daya

yang membantu secara maksimal eskalasi partisipan aksi. Proses transformasi gerakan

sosial Aksi Bela Islam 212 ke lembaga sosial, ekonomi dan politik, menandakan telah

terjadi perubahan tujuan arah gerakan, tujuan mereka tidak hanya sampai divonis

bersalahnya Ahok saja, tetapi mengalami pergeseran tujuan beragam. Tulisan ini

merupakan studi literatur yang ingin menjelaskan fenomena Aksi Bela Islam 212, dari

gerakan demonstrasi menjadi aksi lebih terlembagakan.Kata Kunci: Aksi Bela Islam

212, Gerakan Sosial dan Transformasi Gerakan. Aksi Bela Islam merupakan aksi

unjuk rasa terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Ini merupakan gerakan sosial

pertama dalam sejarah Indonesia yang bersifat massif kolosal dan berskala nasional.

Bahkan peserta aksi yang terlibat mungkin melampaui peserta aksi unjuk rasa ditahun

1966, 1974, 1977/1978, dan terakhir 1998. Selain itu latar belakang peserta aksi

sangat plural dari kelompok-kelompok yang disebut Islam garis keras, pengikut ormas

Islam mainstream, para santri, kalangan selebritis, kaum profesional, anak-anak muda

dari perkampungan serta perkotaan, juga tidak ketinggalan ibu-ibu muda sosialita.

Puncak dari kekecewaan umat Islam terhadap kasus Ahok dan dukungan terhadap

surat keputusan MUI ialah berdirinya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis

Ulama Indonesia (GNPF MUI). Kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok telah

merubah lanskap Pilkada Serentak 2017 yang sebenarnya diikuti 101 daerah, karena

kasus penistaan agama ini gaung daerah lain akhirnya tenggelam dibawah gemuruh

politik yang mewarnai Pilgub DKI Jakarta.


Menurut Sholikin (Madani, Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol 10, No. 1

Tahun 2018) Aksi Bela Islam merupakan sebuah gerakan protes berbasis solidaritas

yang direkatkan oleh isu tentang penistaan agama. Banyak tokoh-tokoh Islam yang

hadir dalam Aksi Bela Islam, mereka ini memiliki jamaah dalam jumlah besar, namun

keunikannya tokoh-tokoh Islam tersebut memiliki pola dakwah yang berbeda, bahkan

satu sama lain senantiasa membawa topiktopik ceramah yang tidak sama. Seperti

Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pimpinan Pesantren Daarut Tauhid di Bandung,

Muhammad Arifin Ilham pimpinan Majlis Zikir Az-Zikra, Habib Rizieq Shihab Imam

Besar Front Pembela Islam (FPI), Bachtiar Nasir Ketua GNPF juga Sekretaris Jendral

1 Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), KH. Ma’ruf Amin Ketua

Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh-tokoh dari ormas Islam lain yang

memiliki banyak jamaah. Sementara itu organisasi besar seperti Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama (NU) berusaha menjaga jarak dengan Aksi Bela Islam, kedua

organisasi Islam ini tidak memberikan pernyataan yang tegas terhadap Aksi Bela

Islam. Seperti sikap resmi yang dikeluarkan PP Muhammadiyah yang ditandatangani

Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti, berikut penulis kutipkan dibawah ini :

“Muhammadiyah secara kelembagaan tidak ikut serta dan terlibat dalam aksi unjuk

rasa 4 November, adapun warga Muhammadiyah memiliki hak demokrasi untuk

demo selaras dengan misi dakwah amar makruf nahi munkar yang pelaksanaanya

harus sejalan dengan Khittah dan kepribadian. Karena itu bagi warga Muhammadiyah

yang mengikuti aksi demonstrasi harus memahami

sepenuhnya bahwa keikutsertaannya merupakan sikap pribadi sehingga tidak

diperkenankan membawa atribut Muhammadiyah, terutama bendera, menggunakan

fasilitas dan dana persyarikatan untuk kepentingan demonstrasi”(Jurnal Maarif

Institute, Vol 11, No. 2-Desember 2016).


Berbeda dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dua ormas Islam lain

yaitu Persatuan Umat Islam (PUI) dan Persatuan Islam (Persis) terang-terangan

mendorong dan memobilisasi para anggotanya untuk terlibat dalam AksiBela Islam.

Menurut Muhammad (Jurnal Analisa, Volume XVI, Nomor 2, Desember 2016)

keterlibatan PUI dan Persis dalam Aksi Bela Islam, karena kedua ormas ini memiliki

karakter yang belum banyak berubah sejak dua ormas ini didirikan, yaitu membela

Islam dengan cara melawan orang-orang yang dicurigai telah menodai kesucian

Islam. Hal ini bisa dilihat dari sejarah pendirian Persis dengan tokohnya A. Hassan

yang suka berdebat dengan berbagai pihak untuk memperjuangkan ajaran Islam yang

diyakini benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, termasuk perdebatan dengan Soekarno,

tokoh yang disimbolkan dari kalangan nasionalis sekuler. Begitu juga dengan Kiai

Sanusi yang menjadi tokoh utama PUI yang seringkali kontra dengan tokoh agama

lain untuk memperjuangkan Islam yang benar. Jadi tidak heran kalau banyak anggota

serta kader Persis dan PUI berpartisipasi dalam Aksi Bela Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gerakan Politik merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam politik yang

memiliki pengertian yang berbeda degan partai politik maupun keompok kepentingan.

Gerakan Sosial–Politik merupakan aspek dinamis dalam kehidupan politik yang

sering terjadi dalam masyarakat, utamanya adalah masyarakat yang sedang

mengalami perubahan ekonomi, sosial budaya dan khususnya politik. Gerakan sosial

merupakan salah bentuk perlawanan dari masyarakat sipil kepada otoritas pemegang

kekuasaan untuk mencapai kepentingan bersama yang telah disepakati pelaku

gerakan. Penulis juga membahas mengenai ciri-ciri, tahapan-tahapan, tipe-tipe, dan

munculnya gerakan-gerakan sosial politik.

Tujuan gerakan sosial adalah untuk mempertahankan suatu institusi tertentu yang

terdapat disekitar lingkungan masyarakat. Gerakan sosial merupakan suatu bentuk

aksi bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial baik yang

diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal. Sydney Tarrow berpendapat

gerakan sosial merupakan suatu tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-

tujuan bersama rasa solidaritas sosial.

Dilihat dari lintasan sejarah yang panjang, walaupun secara kuantitas munculnya

organisasi-organisasi perempuan di Indonesia sebagai component civil society yang

cukup besar. Akan tetapi masih belum sepenuhnya mampu memperbaiki posisi dan
kondisi kaum perempuan. Pada masa Orde Baru perkembangan organisasi perempuan

di Indonesia begitu berkembang secara pesat. Akan tetapi, ada kesan bahwa

organisasi perempuan pada era ini mengalami hegemoni bekerja hanya untuk

kepentingan Negara saja, belum menjadi gerakan social yang memperjuangkan

sebuah transformasi social dalam masyarakat.

Dalam penelitian Gerakan Sosial Politik Diblambangan Tahun 1767-1768 Kajian ini

yang menyuarakan tentang gerakan sosial di Indonesia memang banyak dihasilkan.

Akan tetapi kajian yang secara spesifik membahas gerakan sosial yang terjadi di

Blambangan belum ada. Blambangan, sekarang dikenal dengan Kabupaten

Banyuwangi, merupakan daerah perbatasan antara Jawa dan Bali, rawan akan

terjadinya konflik, salah satu wujudnyaadalah terjadinya gerakan sosial tahun 1767-

1768 yang dipimpin oleh Wong Agung Wilis.

Dari penelitian yang penulis lakukan, bisa penulis simpulkan simpulkan penelitian

tentang Aksi Bela Islam 212. ISLAM POLITIK DI INDONESIA (Studi Transformasi

Gerakan Sosial Aksi Bela Islam 212 Dari Gerakan Demonstrasi Ke Gerakan

Kelembagaan Sosial, Politik dan Ekonomi) diantaranya :Pertama, Aktor gerakan

sosial Aksi Bela Islam 212 bukan dari satu komunitas Islam tunggal, tetapi berasal

dari beragam kelompok Islam di Indonesia. Meskipun dalam praksisnya terdapat

beberapa ormas Islam secara terang-terangan menghimbau anggotanya terlibat

langsung dalam Aksi Bela Islam 212. Kedua, Akar dari gerakan sosial Aksi Bela

Islam 212 merupakan kekecewaan umat Islam Indonesia, atas berlarut-larutnya kasus

penistaan agama yang dilakukan Ahok.. Ketiga, Ideologi Aksi Bela Islam 212

menggunakan sentimen Islam sebagai spirit perjuangan dan perlawanan. Keempat

Sumber daya berupa masjid dan pesantren menjadi sumber daya yang membantu

secara maksimal eskalasi partisipan aksi. Kelima, Proses transformasi gerakan sosial
Aksi Bela Islam 212 ke lembaga sosial, ekonomi dan politik, menandakan telah

terjadi perubahan tujuan arah gerakan, tujuan mereka tidak hanya sampai divonis

bersalahnya Ahok saja. Tetapi mengalami pergeseran tujuan yang beragam.

DAFTAR ISI

Damanik agustina, jurnal el-Qanuniy: jurnal ilmu-ilmu kesyariahan dan pranata


sosial vol 6, No 2 (2020).

Patanjala, jurnal penelitian sejarah dan budaya: vol 9, No 3 (september 2017).

Gili argenti, jurnal politikom indonesiana : vol 4 No2 (2019).

Mansour fakih, analisi gender dan tranformasi sosial, jakarta : pustaka pelajar, 2003,
86.

Siti hariti sastriyani, perempuan di sektor publik, (yogyakarta : pusat studi wanita
universitas gadjah mada dan tiara wacana, 2008), 107.

Sarah gamble, feminisme dan ostefeminisme, (yogyakarta : jalasutra, 2001), 1-3.

Anne M. Clifford, memeperkenalkan teologi feminis, (semarang : ladero, 2002), 28-


29, 38.

Light, keller, craig calhoun, sosilogy, (new york, edisi ke-5, Alfred A. Knof, 1989),
599-600.

Syahrial syarbani, dasar-dasar sosilogi, ( yogyakarta : graha ilmu, 2013), H. 156.

Suharko, Gerakan baru diindonesia : Repretoar gerakan petani, jurnal ilmu sosial
dan ilmu politik, volume 10 No. 1. Diakses pada 17 desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai