PERILAKU POLITIK
Disusun Oleh:
4. Maulana (2230702083)
Dosen Pengampu:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun tugas makalah Sejarah
Politik Islam yang menjelaskan tentang Tujuan Gerakan-gerakan sosial politik dan
proses terjadinya Gerakan-gerakan sosial politik .
kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Politik Identitas serta
kepada teman-teman yang membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya kami ucapkan banyak terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................................iii
A. Latar Belakang............................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................v
C. Tujuan...........................................................................................................................v
BAB II....................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN.....................................................................................................................vi
A. Tujuan Gerakan-gerakan sosial politik.....................................................................vi
B. Proses terjadinya Gerakan-gerakan sosial politik ..................................................xvi
BAB III..................................................................................................................................xix
PENUTUP.............................................................................................................................xix
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................xx
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gerakan politik adalah gerakan sosial kemasyarakatan di bidang politik. Gerakan
politik dapat bekisar disekitar satu masalah atau dari rerangkaian isu permasalahan
atau sekitar timbunan keprihatinan bersama dari sekelompok sosial. Gerakan Politik
yang berbeda degan partai politik maupun keompok kepentingan. Gerakan Sosial–
Politik merupakan aspek dinamis dalam kehidupan politik yang sering terjadi dalam
Gerakan sosial merupakan salah bentuk perlawanan dari masyarakat sipil kepada
disepakati pelaku gerakan. Dewasa ini kajian mengenai gerakan sosial telah
berkembang pesat dan telah merambah ke dalam bentuk-bentuk gerakan sosial yang
baru. Gerakan sosial di Indonesia sudah terjadi sejak jaman Kolonial Belanda dalam
sama, hak-hak yang sama, partisipasi yang sama dalam kehidupan kolektif. Gerakan
Sosial yang isinya adalah kalangan yang memiliki komitmen yang mengubah
kehidupan kolektif menjadi lebih baik tanpa melalui intervensi negara yang
jaman sekarang juga bermacam variasi dalam konteks kehidupan saat ini munculnya
kolektif untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan
Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga
masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
(konservatif) unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas. Kamanti Sunarto – 2004
juga berpendapat bahwa Gerakan sosial (politik) adalah perilaku kolektif yang
ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah
Kartasapoetra & Kreimers – 1987 Kartasapoetra dan Kreimers (1987) bahwa gerakan
sosial (politik) adalah kegiatan atau usaha kolektif yang berusaha untuk mengadakan
orde kehidupan yang baru. Laode Ida ( 2003) Gerakan sosial (politik) adalah upaya
tantangan bagi pihak lain. Gerakan sosial (social movement) adalah aktivitas sosial
yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik
berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
Dalam penjelasan mengenai munculnya sebuah gerakan sosial pasti tidak muncul
begitu saja ada beberapa tahapan yang menglatar belakangi timbulnya gerakan sosial
mendorong mobilisasi tidak hanya memalui pengaruh objektif yang diakibatkan oleh
perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam pergerakan proses framing
yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem. Kedua suatu gerakan sosial juga
bisa mencul karena kaitan resiprokal antara proses framing dan mobilisasi proses
mengorganisasi dan bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidak
absahan dan karentanan sistem pada saat yang sama potensi bagi proses framing yang
kritis dikondisikan oleh akses orang-orang kepada berbagai struktur mobilisasi dan
hal ini akan lebih mungkin terjadi dalam kondisi organisasi yang kuat dari pada
kondisi organisasi yang lemah dengan kata lain proses framing tidak akan terjadi
dalam kondisi ketiadaan organisasi karena ketiadaan struktur mobilisasi hampir pasti
akan mencegah penyebaran framing ke jumlah minimal orang yang diperlukan untuk
GERAKAN PERPINDAHAN
pengikutnya ke Madinah.
GERAKAN EKSPRESIF
Merubah ekspresi, sikap atau reaksi terhadap kenyataan, dan bukan mengubah
kenyataan (masyarakat) itu sendiri. Seperti dalam musik, puisi, drama, aliran
kepercayaan, keagamaan,dll.
GERAKAN UTOPIA
negara demokratis.
GERAKAN REVOLUSIONER
Dibangun untuk menggantikan sistem yang lama dengan sistem yang baru dan
GERAKAN PERLAWANAN
2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang akan menjadi bagian
dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.
5. Gerakan dilakukan sekelompok orang Memiliki visi, misi, tujuan, ide, nilai sosial
sosial politik
alternatif perubahan
Horton dan Hunt [1993] merumuskan, tahapan gerakan sosial sebagai berikut:
meningkat
diperdebatkan
3. Tahap formalisasi, yakni ketika para pemimpin telah muncul, rencana telah
disusun, para pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah dimatangkan
4. Tahap institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambil alih dari para
pemimpin terdahulu, birokrasi telah diperkuat, dan ideologi serta program telah
diwujudkan. Tahap ini seringkali merupakan akhir kegiatan aktif dari gerakan sosial
Tujuan gerakan sosial adalah untuk mempertahankan suatu institusi tertentu yang
aksi bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial baik yang
diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal. Sydney Tarrow berpendapat
gerakan sosial merupakan suatu tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-
Adanya banyak alasan yang bisa diungkapkan mengapa seseorang bergabung dalam
gerakan sosial dari sekedar keinginan nakal mencemooh otoritas hingga insting
gerombolan yang tidak jelas tujuannya namun jika ada alasan yang paling jelas
mengapa orang terikat bersama dalam gerakan adalah untuk menyusun klaim bersama
mentang pihak lawan pemegang otoritas atau para elit nilai dan kepentingan bersama
a. Alterative Movement
perorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk
merubah perilaku tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minum-
minuman keras. Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak
jawab.
b. Rodemptive Movement
Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang
hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan ini
diharap untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.
c. Reformative Movement
Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun
lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan
kaum homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau
Gerakan people power di Filipina atau gerakan menentang pedana mentri Suchinda di
Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini karena tujuannya terbatas, yaitu
pergantian pemerintah.
d. Transformative Movement
Dilihat dari lintasan sejarah yang panjang, walaupun secara kuantitas munculnya
cukup besar. Akan tetapi masih belum sepenuhnya mampu memperbaiki posisi dan
kondisi kaum perempuan. Pada masa Orde Baru perkembangan organisasi perempuan
di Indonesia begitu berkembang secara pesat. Akan tetapi, ada kesan bahwa
organisasi perempuan pada era ini mengalami hegemoni bekerja hanya untuk
feminisme beranjak dari asumsi bahwa gender merupakan konstruksi yang meskipun
bermanfaat, tetapi didominasi oleh bias laki – laki dan cenderung opresif terhadap
perempuan. Teori feminisme berperan menentang asumsi -asumsi gender yang hidup
dalam masyarakat dan mencapai cara yang lebih membebaskan kaum perempuan.
Perjuangan perempuan untu mendapat perlakuan lebih baik dari laki – laki disebut
dengan feminisme.
kelaminnya. Selain itu, feminisme juga diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa
perempuan semata – mata karena mereka adalah perempuan diperlakukan tidak adil
dalam masyarakat yang dibentuk untuk memperioritaskan cara pandang laki – laki
serta kepentingannya. Dimana laki -laki selalu dianggap yang paling kuat sedangkan
perempuan lemah, laki – laki dianggap lebih rasional dan mereka emosional, laki –
laki dianggap aktif dan perempuan pasif. Sedangkan menurut Gerda Lener, terdapat
doktrin yang menyokong hak - hak sosial dan politik yang setara bagi perempuan
menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sejumlah teori
yang telah diciptakan oleh perempuan; kepercayaan pada perlunya perubahan sosial
yang luas dan berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan. Posisi tersebut sebagai
gerakan hak – hak perempuan berarti sebuah gerakan yang peduli dengan
pemenangan bagi keseteraan perempuan dengan laki -laki dalam semua aspek
masyarakat dan memberi mereka akses pada semua hak - hak dan kesempatan -
tersebut. Feminisme juga merupakan sebuah wawasan sosial, yang berakar dalam
dari semua bentuk seksisme dan sebuah metode analisis ilmiah yang digunakan pada
John Wolski Conn juga berpendapat bahwa feminisme merupakan seperangkat ide
yang tertata dan sekaligus suatu rencana aksi yang praktis, yang berakar dalam
dikendalikan arti dan tindakannya oleh kaum laki – laki, demi keuntungan mereka
sendiri, menindas kaum perempuan dan serentak merendahkan martabat kaum laki –
laki sebagai manusia. Para perempuan yang ambil bagian dalam pergerakan hak – hak
sipil menyadari bahwa bukan saja laki – laki yang mempunyai andil dalam
kepemimpinan. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kaum
perempuan untuk dapat memimpin dan setara derajatnya dengan kaum laki-laki.
Riley mengelompokan bentuk -bentuk feminisme kedalam empat model utama, yang
ialah upaya menggapai kesederajatan yang penuh antara kaum perempuan dan kaum
laki-laki dalam setiap ranah kehidupan bermasyarakat. Ciri khas yang menentukan
mencapai keseteraan hak -hak ekonomi dan politik bagi kaum perempuan. Feminisme
sendiri.
sumbangsih serta nilai secara tradisional dipertalikan dengan kaum perempuan, serta
ihwal mengasuh dan berbela rasa, serta kekhasan yang dapat mereka hasilkan demi
perbaikan masyarakat.
perbaikan atas dan terhadap ketidakpuasan tertentu, atau berjuang untuk tujuan dan
sasaran yang spesifik. Baginya gerakan sosial ditandai kehadiran suatu ideologi yang
dihasilkan. Akan tetapi kajian yang secara spesifik membahas gerakan sosial yang
Banyuwangi, merupakan daerah perbatasan antara Jawa dan Bali, rawan akan
terjadinya konflik, salah satu wujudnyaadalah terjadinya gerakan sosial tahun 1767-
1768 yang dipimpin oleh Wong Agung Wilis. Melalui penggunaan metode sejarah,
tulisan ini bertujuan mengkaji munculnya gerakan sosial di Blambangan, isu-isu yang
Blambangan pada masa pendudukan VOC. Berbagai perspektif mengenai gerakan ini
sosial di Blambangan terjadi karena adanya beberapa alasan, baik dari segi politik,
sosial, etnis, agama bahkan ekonomi. Gerakan sosial di Blambangan sebenarnya tidak
pernah berakhir, bahkan ketika Wilis, pemimpin gerakan tersebut dibunuh oleh VOC,
para pengikutnya masih melanjutkan gerakan tersebut. Sampai pada akhirnya VOC
mendatangkan pasukan perang dari Jawa dan Madura bahkan melakukan gencatan
VOC, Blambangan.
unjuk rasa berubah menjadi aksi lebih terlembagakan dalam bidang sosial, politik dan
ekonomi. Aksi Bela Islam 212 menggunakan ideologi Islam sebagai spirit perjuangan
dan perlawanan. Sumber daya berupa masjid dan pesantren menjadi sumber daya
yang membantu secara maksimal eskalasi partisipan aksi. Proses transformasi gerakan
sosial Aksi Bela Islam 212 ke lembaga sosial, ekonomi dan politik, menandakan telah
terjadi perubahan tujuan arah gerakan, tujuan mereka tidak hanya sampai divonis
bersalahnya Ahok saja, tetapi mengalami pergeseran tujuan beragam. Tulisan ini
merupakan studi literatur yang ingin menjelaskan fenomena Aksi Bela Islam 212, dari
gerakan demonstrasi menjadi aksi lebih terlembagakan.Kata Kunci: Aksi Bela Islam
212, Gerakan Sosial dan Transformasi Gerakan. Aksi Bela Islam merupakan aksi
unjuk rasa terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Ini merupakan gerakan sosial
pertama dalam sejarah Indonesia yang bersifat massif kolosal dan berskala nasional.
Bahkan peserta aksi yang terlibat mungkin melampaui peserta aksi unjuk rasa ditahun
1966, 1974, 1977/1978, dan terakhir 1998. Selain itu latar belakang peserta aksi
sangat plural dari kelompok-kelompok yang disebut Islam garis keras, pengikut ormas
Islam mainstream, para santri, kalangan selebritis, kaum profesional, anak-anak muda
dari perkampungan serta perkotaan, juga tidak ketinggalan ibu-ibu muda sosialita.
Puncak dari kekecewaan umat Islam terhadap kasus Ahok dan dukungan terhadap
surat keputusan MUI ialah berdirinya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (GNPF MUI). Kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok telah
merubah lanskap Pilkada Serentak 2017 yang sebenarnya diikuti 101 daerah, karena
kasus penistaan agama ini gaung daerah lain akhirnya tenggelam dibawah gemuruh
Tahun 2018) Aksi Bela Islam merupakan sebuah gerakan protes berbasis solidaritas
yang direkatkan oleh isu tentang penistaan agama. Banyak tokoh-tokoh Islam yang
hadir dalam Aksi Bela Islam, mereka ini memiliki jamaah dalam jumlah besar, namun
keunikannya tokoh-tokoh Islam tersebut memiliki pola dakwah yang berbeda, bahkan
satu sama lain senantiasa membawa topiktopik ceramah yang tidak sama. Seperti
Muhammad Arifin Ilham pimpinan Majlis Zikir Az-Zikra, Habib Rizieq Shihab Imam
Besar Front Pembela Islam (FPI), Bachtiar Nasir Ketua GNPF juga Sekretaris Jendral
1 Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), KH. Ma’ruf Amin Ketua
Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh-tokoh dari ormas Islam lain yang
memiliki banyak jamaah. Sementara itu organisasi besar seperti Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama (NU) berusaha menjaga jarak dengan Aksi Bela Islam, kedua
organisasi Islam ini tidak memberikan pernyataan yang tegas terhadap Aksi Bela
Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti, berikut penulis kutipkan dibawah ini :
“Muhammadiyah secara kelembagaan tidak ikut serta dan terlibat dalam aksi unjuk
demo selaras dengan misi dakwah amar makruf nahi munkar yang pelaksanaanya
harus sejalan dengan Khittah dan kepribadian. Karena itu bagi warga Muhammadiyah
yaitu Persatuan Umat Islam (PUI) dan Persatuan Islam (Persis) terang-terangan
mendorong dan memobilisasi para anggotanya untuk terlibat dalam AksiBela Islam.
keterlibatan PUI dan Persis dalam Aksi Bela Islam, karena kedua ormas ini memiliki
karakter yang belum banyak berubah sejak dua ormas ini didirikan, yaitu membela
Islam dengan cara melawan orang-orang yang dicurigai telah menodai kesucian
Islam. Hal ini bisa dilihat dari sejarah pendirian Persis dengan tokohnya A. Hassan
yang suka berdebat dengan berbagai pihak untuk memperjuangkan ajaran Islam yang
diyakini benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, termasuk perdebatan dengan Soekarno,
tokoh yang disimbolkan dari kalangan nasionalis sekuler. Begitu juga dengan Kiai
Sanusi yang menjadi tokoh utama PUI yang seringkali kontra dengan tokoh agama
lain untuk memperjuangkan Islam yang benar. Jadi tidak heran kalau banyak anggota
serta kader Persis dan PUI berpartisipasi dalam Aksi Bela Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gerakan Politik merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam politik yang
memiliki pengertian yang berbeda degan partai politik maupun keompok kepentingan.
mengalami perubahan ekonomi, sosial budaya dan khususnya politik. Gerakan sosial
merupakan salah bentuk perlawanan dari masyarakat sipil kepada otoritas pemegang
Tujuan gerakan sosial adalah untuk mempertahankan suatu institusi tertentu yang
aksi bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial baik yang
diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal. Sydney Tarrow berpendapat
gerakan sosial merupakan suatu tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-
Dilihat dari lintasan sejarah yang panjang, walaupun secara kuantitas munculnya
cukup besar. Akan tetapi masih belum sepenuhnya mampu memperbaiki posisi dan
kondisi kaum perempuan. Pada masa Orde Baru perkembangan organisasi perempuan
di Indonesia begitu berkembang secara pesat. Akan tetapi, ada kesan bahwa
organisasi perempuan pada era ini mengalami hegemoni bekerja hanya untuk
Dalam penelitian Gerakan Sosial Politik Diblambangan Tahun 1767-1768 Kajian ini
Akan tetapi kajian yang secara spesifik membahas gerakan sosial yang terjadi di
Banyuwangi, merupakan daerah perbatasan antara Jawa dan Bali, rawan akan
terjadinya konflik, salah satu wujudnyaadalah terjadinya gerakan sosial tahun 1767-
Dari penelitian yang penulis lakukan, bisa penulis simpulkan simpulkan penelitian
tentang Aksi Bela Islam 212. ISLAM POLITIK DI INDONESIA (Studi Transformasi
Gerakan Sosial Aksi Bela Islam 212 Dari Gerakan Demonstrasi Ke Gerakan
sosial Aksi Bela Islam 212 bukan dari satu komunitas Islam tunggal, tetapi berasal
langsung dalam Aksi Bela Islam 212. Kedua, Akar dari gerakan sosial Aksi Bela
Islam 212 merupakan kekecewaan umat Islam Indonesia, atas berlarut-larutnya kasus
penistaan agama yang dilakukan Ahok.. Ketiga, Ideologi Aksi Bela Islam 212
Sumber daya berupa masjid dan pesantren menjadi sumber daya yang membantu
secara maksimal eskalasi partisipan aksi. Kelima, Proses transformasi gerakan sosial
Aksi Bela Islam 212 ke lembaga sosial, ekonomi dan politik, menandakan telah
terjadi perubahan tujuan arah gerakan, tujuan mereka tidak hanya sampai divonis
DAFTAR ISI
Mansour fakih, analisi gender dan tranformasi sosial, jakarta : pustaka pelajar, 2003,
86.
Siti hariti sastriyani, perempuan di sektor publik, (yogyakarta : pusat studi wanita
universitas gadjah mada dan tiara wacana, 2008), 107.
Light, keller, craig calhoun, sosilogy, (new york, edisi ke-5, Alfred A. Knof, 1989),
599-600.
Suharko, Gerakan baru diindonesia : Repretoar gerakan petani, jurnal ilmu sosial
dan ilmu politik, volume 10 No. 1. Diakses pada 17 desember 2018.