Anda di halaman 1dari 21

PERUBAHAN HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL

MASYARAKAT

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Sosiologi Hukum

Dosen Pengampu :
Dr. Leli Sari, SH., MH

Oleh :
Adnan Muksin
Johri
Muktar
Sumardin
Lalu Muh. Rukanda

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021

1
DAFTAR ISI
SAMPUL

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

...........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

A. Pengertian Tentang Perubahan Sosial..............................................................

B. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial.....................................................................

10

C. Teori Perubahan Sosial.....................................................................................

10

D. Paradigma Perubahan Sosial dan Perubahan Hukum.......................................

12

E. Interaksi Perubahan Hukum Dan Perubahan Masyarakat................................

15

2
BAB III PENUTUP.......................................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dewasa ini tidak ada satu manusia atau komunitas masyarakat
yang tidak berubah, baik masyarakat modern, maupun terbelakang akan
selalu mengalami perubahan, hanya skalanya saja yang berbeda, ada yang
lamban mecolok, dan tersendat-sendat, Soejono Seokanto menyatakan
hampir sebagian besar analisa sosiologis menyimpulkan, bahwa perubahan
memang diperlukan, oleh karena sifat hakekat dari perilaku-perilaku
sosial. Perubahan itu terjadi karena ada interaksi, interaksi terjadi karena
adanya gerak serta tujuan dari ikatan sosial. Di samping itu perubahan
diperlukan, oleh karena masyarakat harus berkembang dari tingkat
sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau modern. Dengan demikian
maka perubahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu
primernya (materiil dan spirituilnya) (V. Ferkiss : 1974).1

Manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.


Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas. Serta ada pula perubahan-perubahan yang secara
lambat, akan tetapi ada juga yang berjalan secara cepat (Rakhmad, 2013).
Perubahan sosial dapat dianggap fungsional apabila perubahan tersebut
membawa dampak positif bagi masyarakatnya. Konsep perubahan sosial
oleh Parsons bersifat secara perlahan-lahan dan selalu berusaha untuk
menyesuaikan diri agar terciptanya kembali keseimbangan (equilibrium).
Perubahan yang dimaksudkan oleh Parsons bersifat (evolusioner) dan
bukan (revolusioner). Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan
yang dirancang terlebih dahulu oleh pihak yang hendak mengadakan suatu

1
Ridwan, “Hukum Dan Perubahan Sosial: (Perdebatan Dua Kutub Antara Hukum Sebagai Social
Control Dan Hukum Sebagai Social Enginnering)”, Jurisprudence, Vol.6 No. 1 Maret 2016, hal.
28.

4
perubahan dalam masyarakat, pihak tersebut dapat disebut sebagai agen
perubahan.2

Perubahahan sosial yang ditimbulkan oleh pembangunan dan


pembaharuan, dan faktor-faktor lainnya menimbulkan problem sosial yang
memberikan tekanan pengaruhnya terhadap hukum, dalam arti bahwa
hukum harus menanggapi problem tersebut. Ini berarti pula bahwa
keharusan adanya perubahan hukum. Tuntutan bagi terjadinya perubahan
hukum mulai timbul ketika adanya kesenjangan di antara keadaan,
hubungan, dan peristiwa dalam masyarakat dengan pengaturan hukum
yang ada. Manakala kesenjangan tersebut telah mencapai tingkat-nya yang
sedemikian rupa, maka tuntutan perubahan hukum semakin mendesak.

Hukum merupakan suatu aturan yang berlaku dalam masyarakat,


baik itu masyarakat yang masih bersifat tradisional maupun masyarakat
modern.  Secara kodrati ketenangan dan ketenteraman kehidupan dicapai
apabilka masyarakat menyediakan kontrol, pengawasan sosial, baik tertulis
maupun tidak tertulis.  Secara realistis unsur-unsur pengawassan sosial ini
akan mengalami perubahan dan perkembangan baik secara evolusi
maupun revolusi sesuai dengan perkembangan masyarakat.  Implementasi
pengaturan merupakan perwujudan dari keinginan kaidah hukum agar
fungsi pengendalian sosial dan kontrol sosial dapat terjelmakan dalam
masyarakat.  Oleh karena itu baik hukum maupun masyarakat harus saling
menyesuaikan terhadap perkembangan yang terjadi, agar terjadi
keharmonisan antara keduanya.

Ketika manusia hidup berdampingan satu sama lain, maka berbagai


kepentingan akan saling bertemu. Pertemuan kepentingan antara manusia
yang satu dengan yang lain ini, tak jarang menimbulkan pergesekan
ataupun perselisihan. Perselisihan yang ditimbulkan bisa berakibat fatal,
apabila tidak ada sebuah sarana untuk mendamaikannya. Perlu sebuah
2
Andina Prasetya, Muhammad Fadhil Nurdin , Wahju Gunawan,” Perubahan Sosial Masyarakat
dalam Perspektif Sosiologi Talcott Parsons di Era New Normal”, Jurnal UPI, Vol. 1 Juli 2021, hal.
934

5
mediator atau fasilitator untuk mempertemukan dua buah kepentingan
yang bergesekan tersebut. Tujuannya adalah agar manusia yang saling
bersengketa (berselisih) tersebut sama-sama memperoleh keadilan.
Langkah awal ini dipahami sebagai sebuah proses untuk menuju sebuah
sistem (tatanan) hukum.3

Keberadaan hukum ditengah masyarakat, sebenarnya tidak hanya


dapat diartikan sebagai sarana untuk menertibkan kehidupan masyarakat,
melainkan juga dijadikan sarana yang mampu mengubah pola pikir dan
pola perilaku warga masyarakat. Perubahan kehidupan sosial warga
masyarakat yang semakin kompleks, juga mempengaruhi bekerjanya
hukum dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, pembuatan hukum
seharusnya mampu mengeleminasi setiap konflik yang diperkirakan akan
terjadi dalam masyarakat.4

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia,


hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak
dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah mencapai tatanan masyarakat
yang tertib menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan terciptanya
ketertiban di dalam masyarakat, diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi
wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta
memelihara kepastian hukum.5

Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-


perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-
kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini merupakan fenomena sosial
yang wajar dalam kehidupan manusia baik itu individu maupun kelompok.
Perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, dapat terjadi karena

3
Muhamad Zainal, 2019, “Pengantar Sosilogi Hukum” , Yogyakarta, Deepublish. Hal.5
4
Marwan, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, 2004, Jakarta, hal. 72
5
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, 1999, hal. 71

6
proses penyebaran manusia (difusi) dari individu yang satu ke individu
yang lain. Hal ini dikarenakan, proses perubahan sosial tidak saja berasal
melalui proses evaluasi, namun juga dapat terjadi melalui proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan antar masyarakat.

Masyarakat dalam kehidupan sosialnya akan selalu terjadi


dinamika, hal ini juga sangat berpengaruh dalam berjalannya suatu
peraturan-peraturan dalam masyarakat tersebut. Perubahan sosial tersebut
mampu mengantarkan masyarakat untuk terus berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Bukan hanya hukum yang menerima dampak dari
perubahan sosial, tapi dari segala segi kehidupan seperti lingkungan hidup,
ekonomi, budaya, dan teknologi. Perubahan itu dapat mengenai
lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur, organisasi,
lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-
sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.

7
B. Rumusan Masalah

Karena begitu luasnya cakupan pembahasan mengenai hubungan


hukum dan perubahan sosial, terutama sekali pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan sejauh mana bidang-bidang lain dapat dirubah oleh
hukum dan sampai sejauh mana bidang-bidang lainnya dapat merubah
hukum. Karena itu dalam tulisan, ini akan di focuskan pada dua hal,
pertama factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan social dan
perubahan hukum, kedua Interkasi antara perubahan hukum dan
perubahan social masyarakat.

Namun demikian perubahan tidak hanya berdampak ke arah yang


baik atau kemajuan, seringkali perubahan juga dapat berdampak kepada
kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi pada salah satu bagian
kehidupan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya. Maka
permasalahan kemasyarakatan akan semakin pelik, oleh karenanya dalam
menelaah permasalahan perubahan sosial ini penulis membatasinya
dengan hukum. Bagaimana pengaruh hokum terhadap perubahan sosial,
bagaimana hukum mengatur masyarakat yang senantiasa berubah
(dinamis) dan bagaimana pula perubahan hukum mempengaruhi
perubahan-perubahan dibidang lainnya?

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian tentang Perubahan Sosial

Perubahan Sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem


sosial. Lebih tepatnya, ada perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam
jangka waktu yang berlainan. Saat mengatakan adanya Perubahan Sosial
pasti yang ada dibenak seseorang adalah sesuatu yang terjadi setelah
jangka waktu tertentu dan ada perbedaan dari sebelumnya, kalau bicara
mengenai kata sebelumnya, pasti ada kata setelahnya dalam bahasa
inggrisnya (before and after). Untuk itu terdapat tiga konsep dalam
Perubahan Sosial, yang pertama, studi mengenai perbedaan. Kedua, studi
harus dilakukanpada waktu yang berbeda. Dan yang ketiga, pengamatan
pada sistem sosial yang sama. Itu berarti untuk dapat melakukan studi
Perubahan Sosial, harus melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi
objek yang menjadi fokus studi.kemudian harus dilihat dalam konteks
waktu yang berbeda, maka dalam hal ini menggunakan studi komparatif
dalam dimensi waktu yang berbeda. Dan setelah itu objek yang menjadi
fokus studi komparasi harus merupakan objek yang sama. Jadi dalam
perubahan sosial mengandung adanya unsur dimensi ruang dan waktu.6
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.7
Menurut Gilin perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya
perubahan kondisi geografi, kebudayaan material,

6
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 2.
7
Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36

9
komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.8
Perubahan sosial adalah setiap perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk dalam aspek nilai, sikap, serta pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.9
Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya Perubahan Sosial
serta kondisi yang melingkupinya, yang mana di dalamnya mencakup
konteks sejarah (history) yang terjadi pada wilayah tersebut. sedangkan
dimensi waktu meliputi konteks masa lalu, sekarang dan masa depan.
Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah
mahluk yang berfikir dan bekerja di samping itu, selalu berusaha untuk
memperbaiki nasibnya serta kurang-kurangnya berusaha untuk
mempertahankan hidupnya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat itu, karena keinginan manusia untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya atau disebabkan oleh
ekologi. Dalam proses perubahan pasti ada yang namanya jangka waktu
atau kurun waktu tertentu, ada dua istilah yang berkaitan dengan jangka
waktu perubahan sosial yang ada di masyarakat, yaitu ada evolusi dan
revolusi, adanya evolusi atau perubahan dalam jangka waktu yang relatif
lama, itu akan tetap mendorong masyarakat ataupun sistem-sitem sosial
yang ada atau unit-unit apapun untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.10
Dari beberapa pendapat diatas bahwa perubahan sosial secara wajar
terjadi baik di Lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh cara hidup,
kondisi alam dan dapat mempengaruhi sistem sosial kemasyarakatan.

8
Indraddin, Irwan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish. hlm. 35. ISBN 978-602-
401-379-0.
9
Buku Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XII Program Studi Ilmu Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. hlm. 2.
10
S. N. Eisenstadt, Revolusi Dan Transformasi Masyarakat (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm 77

10
B. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi
dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan
yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam
sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.11
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada
kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.12
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara
cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.13

C. Teori-teori Perubahan Sosial


Teori Evolusi yang dipelopori oleh Durkheim berpendapat bahwa
perubahan karena evolusi memengaruhi cara
pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan
kerja. Ferdinand Tonies, memandang bahwa masyarakat berubah dari
masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan
kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan khusus
dan impersonal. Tonies tidak yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut
membawa kemajuan. Bahkan dia melihat adanya fragmentasi sosial
(perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi terasing dan lemahnya
ikatan sosial sebagai akibat langsung dari perubahan sosial budaya ke arah
individualisasi dan pencarian kekuasaan. Gejala ini tampak jelas pada
masyarakat perkotaan. Teori ini hanya menjelaskan bagaimana proses
perubahan terjadi.14

11
Abdulsyani, Lo.cit
12
Andrian, Charles F, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana.
Hlm. 34
13
Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung, Bina Cipta. Hlm. 28
14
Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 58-59.

11
Sedangkan teori Konflik berasal dari pertentangan kelas antara
kelompok yang tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah
pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl
Marx yang menyebutkan konflik kelas sosial merupakan sumber yang
paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralph
Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil
dari konflik kelas kepentingan di masyarakat. Konflik dan pertentangan
selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Prinsip dasar teori konflik
yaitu konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat dalam struktur
masyarakat.15
Namun teori funsionalis mempunyai pendapat Pemikiran ini
berasal dari konsep goncangan budaya (cultural lag) dari William Ogburn.
Meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain,
beberapa unsurnya bisa saja berubah-ubah dengan sangat cepat sementara
unsur lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang.
Ketertinggalan ini menjadikan kesenjangan sosial dan budaya antara
unsur-unsurnya yang berubah sangat lambat dan unsur yang berubah
sangat cepat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya goncangan
budaya sosial budaya dalam masyarakat.16
Sedangkan teori siklus mempunyai perspektif bahwa perubahan
sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun bahkan orang-
orang yang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang
harus diikuti. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu
peradaban tidak dapat dielakkan dan tidak selamanya perubahan sosial
membawa kebaikan.17
Sedangkan teori Linier (Perkembangan), teori ini perubahan sosial
bersifat linier atau berkembang menuju ke suatu titik tujuan
tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial bisa

15
Ibid, hlm. 58-59.
16
Ibid. hlm. 58-59.
17
Ibid. hlm. 58-59.

12
direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat
berkembang dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern. Max
Weber berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan
masyarakat yang diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang
rasional. Terjadi perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi
pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional.18

D. Paradigma Sosial dan Perubahan Hukum


Perubahan sosial dan sektor hukum merupakan dua hal yang saling
terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kedua hal tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Interaksi perubahan sosial di
satu sisi dan perubahan hukum di sisi lain. Interaksi tersebut membawa
konsekuensi ilmiah karena akan dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Untuk menganalisa dampak yang ditimbulkan sekurang- kurangnya
terdapat dua paradigma atau cara pandang secara ilmiah.19
Adapun paradigma yang berkembang dalam memberikan format atas
hubungan interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum adalah: Hukum
melayani kebutuhan masyarakat, agar supaya hukum itu tidak akan
menjadi ketinggalan oleh karena lajunya perkembangan masyarakat.
Dimana apabila pada masyatakat dulu sesuatu yang dianggap buruk
yang merupakan hal yang ditolak, kemudian karena ada perubahan nilai
dalam masyarakat tersebut yang kemudian hal tersebut dianggap hal yang
biasa dan merubah perilaku dalam masyarakat dan menimbulan tuntutan
legalitas terhadap perubahan tersebut.
Ciri- ciri dari paradigma ini adalah:
a. Perubahan yang cenderung diikuti oleh sistem lain karena alam
kondisi ketergantungan.

18
Guruips.com. "Teori-Teori Perubahan Sosial (Teori Siklus, Perkembangan/Linear, Evolusi,
Konflik, dan Fungsional)". Guru IPS. Diakses tanggal 2021-11-1.
19
Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar, cet-1, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal.95

13
b. Ketertinggalan hukum di belakang perubahan sosial.
c. Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada keadaan baru.
d. Hukum sebagai fungsi pengabdian.
e. Hukum berkembang mengikuti kejadian berarti di tempatnya adalah
di belakang peristiwa bukan mendahuluinya.
Paradigma peitama ini kita sebut sebagai Paradigma Hukum
Penyesuai Kebutuhan. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah
bahwa hukum akan bergerak cepat untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Kebutuhan akan peraturan
perundang-undangan yang baru misalnya adalah yang nampak jelas
dalam paradigma ini. Kita tidak bisa menghindari bahwa kebutuhan
masyarakat akan suatu pengaturan sedemikian besar tidak disertai oleh
pendampingan hukum yang maksimal.
Lajunya perubahan sosial yang membawa dampak pada perubahan
hukum tidak serta merta diikuti dengan kebutuhan secara langsung
berupa peraturan perundang-undangan. Persoalan ini sudah masuk dalam
ranah mekanisme dalam lembaga perwakilan rakyat.Tetapi kebutuhan
masyarakat agar hukum mampu mengikuti sedemikian besar agar
jaminan keadilan, kepastian hukum dapat terus terpelihara.
     Sebagai contoh dalam paradigma ini adalah kejahatan teknologi
canggih seperti komputer, internet (cyber crime), pengaturan pernikahan
beda agama, cloning, perbankan syari'ah, santet dan sejenisnya,
pornografi, terorisme, status hukum waria, legalitas pernikahan lesbian
dan homo, bayi tabung, euthanasia.
Sedemikian banyak sesungguhnya yang terjadi dalam masyarakat
yang perlu dibungkus dengan baju hukum tetapi tidak semua diatur oleh
hukum. Ini ibarat fenomena gunung es, yang secara realitas hal-
hal tersebut adalah permukaan saja yang senyatanya lebih banyak dari
contoh di atas.
Hal-hal yang diatur oleh hukum di kemudian hari sudah merupakan
pilihan kebijakan publik dari pemerintah dengan beberapa pertimbangan.

14
Kalaupun misalnya persoalan-persoalan di atas masuk dalam perkara di
pengadilan maka yang dijadikan dasar adalah aturan yang bersifat umum,
masih mencari-mencari peraturan bahkan sudah kadaluwarsa, tidak
spesifik pada kasus tersebut.
Paradima pertama ini dalam interaksi perubahan sosial terhadap
perubahan hukum paling banyak terjadi. Hal ini membuktikan bahwa
hukum mempunyai peranan apabila masyarakat membutuhkan
pengaturannya. Jadi sifatnya menunggu. Setelah suatu peristiwa
menimbulkan sengketa, konflik, bahkan korban yang berjatuhan maka
kemudian dipikirkan, apakah diperlukan pengaturannya secara formal
dalam peraturan perundang-undangan. Kondisi ini menampilkan posisi
hukum sangat tergantung sebagai variabel yang dependent terhadap
perubahan sosial yang terjadi.
Hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat atau
setidak-tidaknya dapat memacu perubah n-perubahan yang berlangsung
dalam masyarakat. 20
Ciri- ciri dari paradigma ini adalah:
a.       Hukum merupakan alat merekayasa masyarakat.
b.      Hukum merupakan alat merubah masyarakat secara lagsung.
c.       Hukum berorientasi masa depan.
Esensi dari paradigma ini adalah penciptaan hukum digunakan untuk
menghadapi persoalan hukum yang akan datang atau diperkirakan akan
muncul. Paradigma kedua ini disebut sebagai Paradigma Hukum
Antisipasi Masa Depan.21 Persoalan hukum yang akan datang dihadapi
dengan merencanakan atau mempersiapkan secara matang, misalnya dari
segi perangkat perundang-undangan. Hal ini banyak kita jumpai
perundang-undangan yang telah diratifikasi di bidang hukum
internasional misalnya peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.

20
Ibid, hal.97
21
Ibid, hal 98

15
Berkaitan dengan paradigma ini, terdapat juga peraturan perundang-
undangan yang digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial tetapi
menghadapi polemik yang kontroversial dalam masyarakat.
Kedua paradigma di atas pada akhirnya akan berujung pada
keinginan untuk membuat produk hukum berupa peraturan perundang-
undangan.

E. Interaksi Perubahan Hukum dan Perubahan Masyarakat


Dalam hal ini adanya perubahan hukum pastilah akan merubah
nilai- nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Tetapi, perubahan hukum
yang bersangkuan dalam kenyataannya tidak sama persis dengan yang
diinginkan masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempelopori
perubahan hukum tersebut. Berbagai kemungkinan yang terjadi antara lain.22
a. Hukum benar- benar berubah seperti kainginan masyarakat (full
compliance).
b. Hukum mempertajam persepsi perubahan dalam masyarakat.
c. Hukum hanya melakukan ratifikasi atau pengesahan atas sesuatu yang
benar- benar telah berubah dalam masyarakat.
d. Hukum berubah tetapi tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh
masyarakat, karena adanya keengganan dari pihak yang berwenang
merubah hukum untuk menyerap aspirasi masyarakat, munculnya
pendapat yang lebih kuat dari pendapat masyarakat secara umum dalam
forum perubahan hukum.
Dalam sejarah perkembangan Hukum, hukum alam yang
berkembang pertama kali dengan doktrin hukum alam yang selalu
memuliakan “hukum dalam pengertian yang sesungguhnya” atau biasa di
sebut dengan “The Real Law” yang tak sekalipun dapat berevolusi atau
terganggu oleh gerak perubahan sebagai konsekuensi dari berjalannya
waktu kekal dan selalu akan tetap begitu dari sejak pertama kali
dimunculkan dalam mitologi-mitologi Yunani, hingga berakhirnya

22
Ibid, hal. 100

16
peradaban spesies manusia nanti. System ini diasumsikan memiliki
keberlakuan yang kekal, universal, dan tak tergantikan oleh apa pun dan
siapapun, tak ada dicabut oleh siapapun atau otoritas apa pun, dari sejak
pertama Sang Pencipta menetapkannya. Hukum yang sebenar-benarnya
hukum adalah hukum yang selaras dengan alam, yang memantulkan
kebenaran dan keadilan yang bersemayam di lubuk hati nurani tiap-tiap
insan.
Hukum harus terus berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, seperti dalam teori relativitas Albert Einstein, bahwa “tidak ada
sesuatu yang bergerak melebihi kecepatan cahaya, kecepatan cahaya adalah
batas kecepatan dalam alam semesta, diluar kecepatan cahaya semuanya
bergerak relatif, kerelatifitasan gerak itu berpengaruh terhadap
kerelatifitasan ruang, waktu, dan massa”. Dari argumentasi inilah kemudian
dalam memandang hukum juga harus berubah, hukum tidak lagi dipandang
sebagai tatanan yang mutlak dan konstan.23
Dalam memandang hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka
hukum merupakan salah satu alat pengendali sosial. Alat lain masih ada
sebab masih saja diakui keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya
keyakinan, kesusilaan). Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan
sosial. Hal itu bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkahg
laku yang menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti
berbagai larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi.24
Dalam hal ini, fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak hanya
dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua bentuk: 1)
pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu kekuasaan terpusat
yang berwujud kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh the ruling class
tertentu. Hukumnya biasanya dalam bentuk hukum tertulis dan perundang-

23
Hatu, Rauf. “Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan
TeoritikEmpirik).” Jurnal Inovasi 8, no. 04 (2011). Hal. 356
24
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perubahan Sosial (Bandung :Alumni, 1983), h. 35.

17
undangan. 2) masyarakat; fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat dari
bawah. Hukumnya biasa berbentuk tidak tertulis atau hukum kebiasaan.

18
BAB III

PENUTUP

Perubahan sosial merupakan hal yang tidak bisa dihindari.


Setiap menitnya selalu terjadi perubahan yang ada di masyarakat, dan
berjalan begitu cepat. Sayangnya perubahan itu sering kali tidak
terkendali sehingga menyebabkan progress paradox (maju, namun
banyak permasalahan). Jika kita tidak mengikuti perubahan itu maka
kita akan tertinggal, stagnan, bahkan terlindas. Akan tetapi, jika kita
terus mengikuti perubahan itu sendiri tanpa memahami berbagai
hakikatnya maka juga dapat menimbulkan berbagai masalah. Oleh
karena itu, memahami perubahan sosial begitu diperlukan agar dapat
melihat berbagai strategi, peluang, motif, dan ancaman sehingga kita
dapat menghadapi dan mengakomodir perubahan itu sendiri dengan
baik.

Secara umum hukum berubah karena berubahnya eleme-


elemen lain dalam kehidupan, terutama, bertambahnya penduduk,
penemuan tehnologi, perkembangan ilmu pengetahuan, revormasi,
revolusi, dan juga peperangan, namun demikian bukan berarti hukum
selalu berada pada posisi dependent, sebab banyak juga hasil-hasil
posif yang bisa di buktikan bagaimana kemudian hukum menjadi
pelopor terjadinya perubahan sector lain, baik lewat peraturan
perundang-undangan maupun lewat putusan pengadilan. Penggunaan
hukum sebagai saran perubahn sosial itu sendiri melahirkan perdebatan
panjang, ini terjadi akibat berbedanya cara padang dalam memaknai
fungsi hukum, perdebatan ini terjadi terutama antara mereka yang
melihat hukum seagai kaidah vs hukum sebagai kenyataan.
Penggunaan hukum sebagai social enginnering itu sendiri dapat
ditempuh lewat peraturan perundang-undangan dan juga putusan
pengadilan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (1992), Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi


Aksara.
Andina, Muhammad Fadhil dkk, Perubahan Sosial Masyarakat dalam Perspektif
Sosiologi Talcott Parsons di Era New Normal”, Jurnal UPI, Vol. 1 Juli
2021.
Andrian, Charles F, (1992), Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Buku Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XII Program Studi Ilmu Sosial. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Guruips.com. "Teori-Teori Perubahan Sosial (Teori Siklus, Perkembangan/Linear,
Evolusi, Konflik, dan Fungsional)". Guru IPS. Diakses tanggal 2021-11-1.

Hatu, Rauf. (2011) “Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu

Tinjauan TeoritikEmpirik, Jurnal Inovasi 8, no. 04.

Indraddin, Irwan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish. ISBN 978-


602-401-379-0.
Marwan, (2004), Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mertokusumo, Sudikno, (1999) Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty:
Jakarta.
Muhamad Zainal, (2019), “Pengantar Sosilogi Hukum” , Yogyakarta: Deepublish.
Nanang Martono, (2012) Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Rahardjo, Satjipto, (1983) Hukum Dan Perubahan Sosial, Bandung: Alumni.

Ridwan, “Hukum Dan Perubahan Sosial: (Perdebatan Dua Kutub Antara Hukum
Sebagai Social Control Dan Hukum Sebagai Social Enginnering)”,
Jurisprudence, Vol.6 No. 1 Maret 2016.

20
S. N. Eisenstadt, (1986) Revolusi Dan Transformasi Masyarakat, Jakarta: CV

Rajawali.

Susanto, Astrid, (1985), Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung:


Bina Cipta.
Zulfatun Ni’mah, (2012), Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar, cet-1, Yogyakarta:

Teras, 2012.

21

Anda mungkin juga menyukai