Anda di halaman 1dari 16

Analisis Hukum Sebagai Alat Untuk Melakukan Perubahan

Sosial

Disusun Oleh:
Denise Dwi Nastiti (E0020131)
Nadya Priscila Wibowo (E0020327)
Tesalonika Firnanda (E0020424)
Tiara Vicky Merliana (E0020429)
Irene Intan Cahyaning Tyas (E0020461)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum seringkali dipandang harus tetap stabil tetapi tidak boleh
kaku atau diam. Pandangan tersebut sekilas terlihat seperti bertentangan,
namun apabila dipahami lebih dalam hal tersebut bukan sesuatu yang
bertentangan. Sebab, demikianlah salah satu fase hakiki dalam hukum
dimana di satu pihak hukum harus memberikan kepastian dan
prediktabilitas, sehingga hukum harus tetap stabil. Akan tetapi, dilain
pihak hukum harus bersifat dinamis, sehingga dapat selalu mengikuti
dinamika perkembangan masyarakat.1
Teori mengenai fungsi hukum dalam masyarakat yang sudah maju
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pertama dimana aturan hukum
diperlukan untuk mengatur kemajuan masyarakat dalam berbagai bidang,
sehingga sektor hukum turut ditarik oleh perkembangan masyarakat. Dan
sisi kedua dimana hukum yang baik dapat mengarahkan perkembangan
masyarakat.
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat bermacam-macam
berdasarkan pada berbagai faktor dalam masyarakat. Fungsi hukum dalam
masyarakat maju akan berbeda dengan fungsi hukum yang terdapat dalam
masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat pada umumnya, hukum
memiliki fungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat dan
penjaminan struktur sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, dalam
masyarakat yang sudah maju fungsi hukum akan menjadi lebih abstrak,
umum, dan lebih berjarak dengan konteksnya.2
Menurut teori hukum, hukum sendiri memiliki memainkan peranan
yang sangat penting dalam suatu masyarakat, bahkan memiliki multifungsi
untuk kebaikan masyarakat demi mencapai keadilan, ketertiban, kepastian
1 Nazaruddin Lathif, (2017), Teori Hukum Sebagai Sarana/Alat Untuk Memperbaharui Atau
Merekayasa Masyarakat. Fakultas Hukum Universitas Pakuan, hal. 74.
2
Ibid.
hukum, dan kemanfaatan hukum. Namun demikian, keadaan sebaliknya
dapat terjadi, dimana penguasa negara menggunakan hukum sebagai alat
untuk menekan masyarakat.
Perubahan sosial dalam hubungannya dengan sektor hukum
merupakan salah satu kajian penting dari disiplin Sosiologi Hukum.
Hubungan antara perubahan sosial dengan sektor hukum merupakan
hubungan interaksi yang dalam artiannya terdapat pengaruh perubahan
sosial terhadap perubahan sektor hukum maupun sebaliknya. Perubahan
hukum yang dapat mempengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salah
satu fungsi hukum, yaitu fungsi hukum sebagai sarana perubahan sosial
atau sarana rekayasa masyarakat (social engineering).3 Sebagaimana
diketahui bahwa terdapat beberapa komponen yang dapat menjadi alat
kontrol sosial, yakni alat untuk mengontrol perilaku masyarakat yang salah
satunya ialah hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum sebagai alat perubahan sosial?
3. Bagaimana pengaruh perubahan sosial pada hukum?

3Munir Fuady, (2011), Sosiologi Hukum Kontemporer “Interaksi Hukum, Kekuasaan, dan
Masyarakat”, Jakarta: Kencana, hal.61.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial


Perubahan tidak datang dengan sendirinya, tetapi terjadi melalui
interaksi sosial harian dan bila dikaitkan dengan pemikiran Dahrendorf,
maka unsur dominasi menjadi salah satu penyebab terjadinya
perubahan.4Ada begitu banyak faktor pemicu adanya perubahan sosial,
namun yang paling umum terjadi adalah karena bersumber dari dalam
masyarakat itu sendiri atau faktor internal dan yang bersumber dari luar
masyarakat atau faktor eksternal. Begitu juga dengan siapa yang menjadi
aktor dibalik munculnya suatu perubahan sosial. Dalam bahasan umum
sumber perubahan sosial seringkali didasarkan pada dua sumber pokok,
yakni endogenous (dalam) dan exogenous (luar).5 Adapun sebab-sebab
terjadinya perubahan sosial dari faktor internal, antara
lain:6
a. Penduduk, perubahan jumlah penduduk seperti bertambahnya
jumlah penduduk karena transmigrasi dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan pada struktur masyarakat terutama mengenai
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kehadiran transmigrasi dapat
berdampak positif dan menguntungkan jika mereka memiliki
keterampilan kerja.
b. Pertentangan atau konflik, selama manusia hidup berkelompok,
selama itu pula terdapat pertentangan. Pertentangan merupakan
bagian dari interaksi sosial, karena itu pertentangan tidak mungkin
dihilangkan tetapi dapat diatasi. Ketika sumber pemenuhan
kebutuhan semakin terbatas, akan menimbulkan persaingan dan
4 K.J. Veeger, Realitas Sosial, (1993), Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat
Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: Gramedia), hal. 214.
5 Talcott Parsons, (1994), ”A Functional Theory of Change”, dalam Eva Etzioni-Halevy dan

Amitai Etzioni, Social Changes: Sources, Patterns and Consequences (New York: Basic Book),
hal. 76.
6 Donatus Patty, (2005), Pengantar Sosiologi (Kupang: CV Kasih Indah), hal. 248-252.
pada akhirnya mengakibatkan konflik. Ketika terjadi konflik,
dalam masyarakat muncul kekecewaan dan keresahan sosial, maka
pada saat itu individu-individu sangat mudah terpengaruh dengan
hal-hal yang baru.
c. Penemuan baru, penemuan baru dalam kebudayaan dapat
berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan lainnya. Pengaruh-
pengaruh tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi
bidang-bidang kehidupan yang satu dengan lainnya. Contohnya:
penemuan listrik mengakibatkan penemuan radio, televisi dan
komputer yang akhirnya dapat mempengaruhi adat istiadat,
pendidikan, ekonomi dan pola perilaku masyarakat.

Adapun perubahan sosial terjadi karena adanya faktor eksternal


atau faktor-faktor yang bersumber dari luar masyarakat itu sendiri, antara
lain:
a. Lingkungan alam, lingkungan alam turut mempengaruhi keadaan
sosial, kebudayaan serta perilaku masyarakat yang hidup di
sekitarnya. Lingkungan alam yang berbeda-beda berdampak pada
mata pencaharian masyarakat yang berbeda-beda pula. Masyarakat
yang tinggal di pedesaan kehidupan sosialnya berbeda dengan
masyarakat perkotaan.
b. Peperangan, peperangan antar dua negara atau lebih menyebabkan
adanya perubahan, dimana pihak yang kalah akan dipaksa untuk
mengikuti semua keinginan pihak yang menang, termasuk dalam
hal ekonomi, kebudayaan dan pola perilaku.
c. Pengaruh kebudayaan lain, masuknya kebudayaan asing yang
diterima dan diterapkan berdampak pada kehidupan sosial yang
mengakibatkan terjadinya perubahan sistem sosial. Akibat
globalisasi informasi, transparansi dan ekonomi, pengaruh budaya
asing merubah keseluruhan tatanan hidup dan pola perikelakuan
masyarakat, seperti pola konsumsi dan gaya hidup.
B. Hukum Sebagai Alat Perubahan Sosial
Dalam perkembangannya pada saat ini hukum tidak saja
dikonstruksikan sebagai alat kontrol sosial, akan tetapi hukum juga
dikonstruksikan sebagai alat perubahan sosial (a tool of social
engineering), konsepsi yang melihat bahwa hukum sebagai sistem yang
memiliki komponen substantif (kaidah-kaidah) dan komponen struktural
serta kultural (peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi)
memberikan fungsi hukum secara langsung dan aktif sebagai a tool of
social engineering yang dapat memaksakan perubahan masyarakat.7
Hukum diharapkan memiliki peran yang optimal untuk mendorong dan
menjadi alat rekayasa terjadinya perubahan-perubahan sosial sesuai yang
diinginkan dan dicita-citakan oleh masyarakatnya, dalam kontek ini tentu
hukum tidak dapat terpisah dan jauh dari kehidupan masyarakatnya, sesuai
dengan apa yang menjadi inti pemikiran sociological jurisprudence, yaitu
bahwa hukum yang baik hendaknya harus sesuai dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat.8
Perubahan sosial yang terjadi secara terstruktur dalam bentuk
perubahan-perubahan masyarakat yang teratur dan tersistematisir
merupakan bentuk pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat
atau perubahan sosial merupakan masalah pembaharuan cara berpikir dan
sikap hidup, tanpa sikap dan cara berpikir yang berubah, pengenalan
lembaga-lembaga baru dalam kehidupan tentu tidak akan berhasil.9
Perubahan sosial yang terjadi didalam suatu masyarakat dapat
terjadi oleh karena beberapa sebab. Sebab-sebab tersebut ada yang bersifat
intern (yang berasal dari masyarakat), dan ekstern (luar masyarakat).
Terdapat pula faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perubahan

7 Erwin Arifin, (1989), ”Konsep Mazhab Sociological Jurisprudence dalam Hubungannya


Dengan Perkembangan Hukum di Indonesia” Dalam Buku Filsafat Hukum Mazhab dan
Refleksinya,Bandung : Remaja Karya, hal.86.
8 Najmi, (1989), "Pengaruh Social Engineering dalam Perkembangan Hukum di Indonesia”dalam

Buku Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya, Bandung : Remaja Karya. hal.103.
9 Mochtar Kusumaatmadja, (2006), Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung:

Alumni, hal 10.


apabila masyarakat yang satu melakukan kontak dengan masyarakat yang
lain atau yang telah memiliki sistem pendidikan yang maju, ada pula
faktor penghambat seperti sikap masyarakat yang terlaku mengagung-
agungkan masa lampau (tradisionalisme).
Terdapat beberapa fungsi hukum dalam mempengaruhi perubahan
sosial di antaranya:
1. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat
Agent of change atau pelopor perubahan adalah seseorang
atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin suatu atau lebih lembaga- lembaga
kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial dikehendaki atau
direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta
pengawasan pelopor perubahan tersebut. Hukum berfungsi secara
tidak langsung dalam suatu perubahan sosial yang direncanakan,
hasilnya tergantung pada pelopor perubahan, Apabila efektivitas
penanaman (hasil posistif dari penggunaan tenaga manusia, alat-
alat, organisasi, dan metode yang digunakan) besar dan kekuatan
menentang dari masyarakatnya kecil, maka proses pelembagaan
menjadi lancar.
2. Hukum sebagai sarana pengatur perikelakuan
Sebagai sarana social engineering hukum merupakan suatu
sara yang ditujukan untuk mengubah perikelakuan warga
masyarakat, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manusia memiliki struktur normatif di dalam dirinya
yang sekaligus merupakan potensi dalam dirinya untuk dapat
mengubah perilakunya, melalui perubahan terencana dalam wujud
penggunaan kaidah hukum sebagai sarana. Pokok didalam proses
perubahan perikelakuan melalui kaidah hukum adalah konsepsi
kaidah, peranan, sarana maupun cara untuk mengusahakan adanya
konformitas. Pemegang peranan merupakan subjek hukum
sedangkan peranan merupakan hak dan kewajiban berkaitan
dengan kepentingan hukum. Berperannya pemegang peranan
merupakan peristiwa hukum yang dapat sesuai atau berlawanan
dengannya. Jadi kaidah hukum merupakan role expectation (dari
pelopor) terhadap role occupant di dalam proses social
engineering.

Menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip oleh Chairijah (2008:


5-6), peranan peraturan perundang-undangan dalam pembangunan atau
perubahan masyarakat, memiliki peran yang lebih dominan dibanding
dengan produk hukum lainnya, oleh karena:
1. Peraturan perundang-undangan merupakan kaidah hukum yang
mudah dikenali (diidentifikasi), mudah ditemukan kembali, dan
mudah untuk ditelusuri. Sebagai kaidah hukum tertulis, bentuk,
jenis dan tempatnya jelas. Begitu pula pembuatannya;
2. Peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang
lebih nyata karena kaidah-kaidahnya mudah diidentifikasi dan
mudah ditemukan kembali;
3. Struktur dan sistematika peraturan perundang-undangan lebih jelas
sehingga memungkinkan untuk diperiksa kembali dan diuji baik
segi-segi formal maupun materi muatannya;
4. Pembentukan dan pengembangan peraturan perundang-undangan
dapat direncanakan. Faktor ini sangat penting bagi negara-negara
yang sedang membangun, termasuk membangun sistem hukum
baru yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat.

Peraturan perundang-undangan sebagai alat perubahan masyarakat,


di samping memiliki kelebihan-kelebihan seperti di atas juga memiliki
kelemahan-kelemahan, antara lain sering ditemukan bahwa peraturan
perundang-undangan kurang mampu menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat yang berubah secara cepat, peraturan perundang-undangan
juga tidak mampu secara komprehensif untuk mengakomodir kepentingan-
kepentingan yang ada di masyarakat.
Ini berarti, kekuatan utama kontrol sosial bukan hanya terletak
pada adanya pasal-pasal peraturan hukum saja namun peran dari para
pembuat dan pelaksana hukum, serta masyarakat juga dibutuhkan. Dalam
proses bekerjanya hukum, setiap anggota masyarakat dipandang, sebagai
adresat hukum. Chamblis dan Seidman menyebut adresat hukum itu
sebagai “pemegang peran” (role occupant). Jadi akan kembali lagi kepada
kesadaran hukum masyarakat sendiri.
Oleh karena itu peran hukum sebagai alat perubahan masyarakat
akan selalu melibatkan komponen hukum yang lain untuk bekerja sebagai
satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan dan saling mengisi serta
melengkapi, sehingga kekosongan peraturan perundang-undangan selalu
dapat diisi oleh hukum yang senyatanya hidup dan ditaati dalam
masyarakatnya dan dalam kehidupan masyarakat tidak pernah ada
kekosongan hukum.

C. Pengaruh Perubahan Sosial Pada Hukum


Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi di dalam
sistem sosial, dimana terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu
dalam jangka waktu tertentu serta terdapat perbedaan dari sebelumnya.
Dalam hal ini terdapat tiga proses dalam perubahan sosial yaitu:
1. Invensi merupakan proses dimana ide-ide baru diciptakan dan
dikembangkan;
2. Difusi merupakan proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan
ke dalam sistem sosial;
3. Konsekuensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru
memiliki akibat karena perubahan sosial adalah akibat komunikasi
sosial.
Untuk itu agar dapat melakukan pengamatan perubahan sosial,
harus melihat adanya perbedaan kondisi objek yang menjadi fokus
pengamatan yang kemudian harus dilihat dalam konteks waktu yang
berbeda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan sosial
dalam masyarakat yaitu:10

1. Faktor eksternal
a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
- Difusi (penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari kelompok
atau golongan ke kelompok atau golongan lain dalam suatu
masyarakat)
- Kontak kebudayaan (akulturasi), terjadi karena dua
kelompok atau lebih dengan kebudayaan saling berbeda
bertemu dan berinteraksi secara intensif kemudian antara
mereka terjadi saling menyerap atau meminjam unsur
kebudayaan
- Asimilasi (pembaharuan atau perakawinan budaya), terjadi
ketika dua ataulebi kelompok dengan kebudayaan berbeda,
saling berinteraksi secara intensif sehingga terjadi
pembauran atau peleburan diantara dua kelompok atau
lebih tersebut membentuk kelompok baru. Contoh: perang
dengan negara lain, perubahan lingkungan alam akibat
bencana
2. Faktor internal
- Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya
penduduk)
- Konflik antar kelompok dalam masyarakat
- Terjadinya gerakan social dan/atau pemberontakan
(revolusi)
- Penemuan-penemuan baru
10 Nanang Martono, (2012), Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm.
2.
Pada realitanya sulit dipahami bahwa sosiologi dan hukum dapat
dipersatukan. Hal ini dikarenakan para ahli hukum memperhatikan
masalah quid juris, sedangkan para ahli sosiologi menguraikan quid facti
yang berarti mengembalikan fakta-fakta social kepada kekuatan hubungan-
hubungan. Hukum yang benar-benar hukum merupakan hukum yang
selaras dengan alam, yang memperhatikan kebenaran dan keadilan. Hal itu
memunculkan positivisme hukum yang menyatakan bahwa hukum alam
bukan hukum dalam pengertian sesungguhnya. Hal yang akan disebut
sebagai hukum itu semata-mata adalah “hukum positif” yang senantiasa
berevolusi dan menyesuaikan diri pada perubahan. Perkembangan hukum
pada akhirnya bersinggungan pada perubahan sosial yang dapat
mengubah dasar-dasar nilai hukum. Perubahan sosial dapat bersumber dari
dalam maupun luar. Dengan adanya perubahan sosial maka harus
mengadakan perubahan hukum, dalam artian harus menyelaraskan hukum
dengan perubahan sosial. Perubahan hukum bukan hanya terjadi pada
perubahan Undang-undang saja, namun sifatnya menyeluruh sampai pada
wilayah pendukung bekerja hukum, termasuk didalamnya pendidikan
hukum.11

Indonesia sudah terlalu lama terjebak dalam lingkungan postivistik-


legalistik, peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh para legislator
atau penguasa negara masih banyak yang belum sesuai dengan keinginan
masyarakat bahkan ada peraturan yang masih berlaku puluhan tahun yang
lalu padahal masyarakat Indonesia selalu berkembang seiring berjalannya
waktu. Dengan hukum Indonesia yang terlalu positivis maka perlu ada
suatu paradigma baru yang harus bisa menyempurnakan hukum untuk
mencapai suatu tujuannya yaitu keadilan. Keadilan menurut masyarakat
dan bukan keadilan menurut para penguasa. Maka dari hal tersebut
perubahan sosial merupakan faktor terpenting dalam

11 Mahmud Kusuma, (2009), Menyelami Semangat Hukum Progresif; Terapi Paradigmatik Atas
Lemahnya Penegakan Hukum Indonesia, Yogyakarta: Antony Lib bekerjasama LSHP, hlm. 31.
perkembangan hukum, karenanya ada timbal balik antara hukum dan
masyarakat dalam konteks factual yang dapat dilihat pada:

1. Bahwa berubahnya masyarakat akan mempengaruhi perkembangan


dasar-dasar nilai hukum
2. Bahwa postivisme yang berlaku di Indonesia saat ini belum
mampu mengatasi problem-problem hukum yang terjadi di
masyarakat
3. Perlu ada pembenahan konsep hukum di Indonesia, dengan
menerapkan konsep hukum progresif, karena dengan hukum
progresif maka hukum Indonesia akan mencapai suatu tujuan
hukum yang mampu menyelesaikan permasalahan hukum yang
kompleks yang tidak diatur dalam hukum tertulis
4. Hukum positif Indonesia seharusnya tidak diberlakukan secara
sempit, akan tetapi hukum positif ditempatkan pada suatu
permasalahan yang bisa diselesaikan dengan peraturan seperti
dalam bidang hukum pidana, hukum bisnis, dan hukum dagang.
Selain itu, dalam pengambilan keputusan perlu ada sifat progresif
agar para penegak hukum tidak sewenang-wenang menggunakan
peraturan perundang-undangan untuk kepentingan pribadi. Karena
hukum itu diciptakan untuk mencapai keadilan bagi semua bukan
keadilan bagi diri sendiri.
Contoh:
Hukum sebagai alat social engineering merupakan ciri utama negara
modern. Jeremy Bentham mengajukan gagasan tersebut sejak tahun 1800-
an, tetapi baru mendapat perhatian serius setelah Roscoe Pound
memperkenalkannya sebagai suatu perspektif khusus dalam disiplin
sosiologi hukum. Roscoe Pound meminta agar para ahli lebih memusatkan
perhatian pada hukum dalam praktik (law in actions), dan jangan hanya
sebagai ketentuan yang ada dalam buku (law in books). Hal itu bisa
dilakukan tidak hanya melalui undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, tetapi juga melalui keputusan-keputusan pengadilan.
Keputusan Mahkamah Agung. Di Amerika, sering anggota kongres dan
senat menghindari membuat produk-produk legislasi untuk masalah-
masalah yang kontroversial, karena khawatir akan dampak politisnya.
Mereka berharap, US Supreme Court yang memutuskan. Dalam konteks
tertentu perlu diketahui bahwa peran MA Amerika dalam membentuk
hukum jauh lebih besar dari peran MA Indonesia. Karena, Amerika
menganut common law, sedang Indonesia menganut sistem hukum yang
berbeda yakni sistem civil law. Mahkamah Agung sebagai pembentuk salah
satu sumber hukum formal yakni yurisprudensi dapat berperan besar dalam
pembangunan hukum di Indonesia. Agar keputusan-keputusan MA sebagai
yurisprudensi dapat menjadi stimulator dan menyumbang bagi
pembangunan dan perkembangan hukum di Indonesia. Karena itu,
keputusan-keputusan itu harus dapat mewujudkan setidak-tidaknya satu dari
tiga fungsi hukum.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Law as a tool of social engineering ialah teori yang dikemukakan
oleh Roscoe Pound, yang memiliki artian bahwa hukum sebagai alat
pembaharuan dalam kehidupan masyarakat. Dalam teori ini hukum
diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat. Hubungan antara perubahan sosial dengan sektor
hukum tersebut merupakan hubungan interaksi, sehingga terdapat
pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan sektor hukum. Selain itu,
pada pihak lain, perubahan hukum juga mempengaruhi perubahan sosial.
Perubahan sosial ini sejalan dengan salah satu fungsi hukum, yakni sarana
perubahan sosial, atau sarana merekayasa masyarakat (social engineering).
Adapun yang menjadi penunjang atau pendukung atas teori hukum
yang dapat merekayasa masyarakat (law as a tool social engineering) yang
dikemukakan oleh Roscoe Pound adalah teori tentang efektivitas dan
validitas hukum dimana menurut Hans Kelsen, Jika Berbicara tentang
efektivitas hukum, dibicarakan pula tentang Validitas hukum. Validitas
hukum berarti bahwa norma-norma hukum itu mengikat, bahwa orang
harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh norma-norma hukum.,
bahwa orang harus mematuhi dan menerapkan norma-norma hukum.
Efektifitas hukum berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dengan
norma-norma hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-
norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi.
Hubungan antara validitas dan efektivitas ini dapat dipahami hanya
dari sudut pandang teori hukum yang dinamik yang membahas masalah
penalaran tentang validitas dan konsep tatanan hukum. Yang dibicarakan
dari sudut pandang teori yang statis adalah validitas hukum.12

12Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara (Terjemahan Dari Buku Hans Kelsen,
General Theory Of Law and State, (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 56
DAFTAR PUSTAKA

Lathif, Nazaruddin. 2017. Teori Hukum Sebagai Sarana/Alat Untuk


Memperbaharui Atau Merekayasa Masyarakat. Fakultas Hukum
Universitas Pakuan, hal. 74.
Fuady, Munir. 2011. Sosiologi Hukum Kontemporer “Interaksi Hukum,
Kekuasaan, dan Masyarakat”. Jakarta: Kencana, hal.61.
Arifin, Erwin. 1989. ”Konsep Mazhab Sociological Jurisprudence dalam
Hubungannya Dengan Perkembangan Hukum di Indonesia” Dalam Buku
Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya.Bandung : Remaja Karya.
Najmi. 1989.”Pengaruh Social Engineering dalam Perkembangan Hukum di
Indonesia”dalam Buku Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya.
Bandung: Remaja Karya.
Kusumaatmadja, Mochtar. 2006. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan.
Bandung: Alumni.
Suryadi.2010. Fungsi Hukum Sebagai Alat dan Cermin Perubahan Masyarakat,
Journal of Rural and Development. Volume I, No. 2
K.J. Veeger. (1993). Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan
Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta:
Gramedia. Hlm. 214.
Talcott Parsons. (1994). ”A Functional Theory of Change”, dalam Eva Etzioni-
Halevy dan Amitai Etzioni, Social Changes: Sources, Patterns and
Consequences (New York: Basic Book). Hlm. 76.
Donatus Patty. (2005). Pengantar Sosiologi. Kupang: CV Kasih Indah. Hlm.
248-252.
Meda, Andro. Sosiologi Hukum (Aliran Sociological jurisprudence) diakses
melalui
http://akhyar13.blogsot.co.id/2014/05/sosiologi-hukum-aliransociological
_8330.html. Pada tanggal 19 Mei 2022.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hlm. 2.
Mahmud, Kusuma. (2009). Menyelami Semangat Hukum Progresif; Terapi
Paradigmatik Atas Lemahnya Penegakan Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Antony Lib bekerjasama LSHP. Hlm. 31.
Agus Santosa. Perubahan Sosial dan Dampaknya. Diakses melalui
www.docstoc.com. Pada tanggal 19 Mei 2022 pukul 19.11 WIB

Anda mungkin juga menyukai