Sosial
Disusun Oleh:
Denise Dwi Nastiti (E0020131)
Nadya Priscila Wibowo (E0020327)
Tesalonika Firnanda (E0020424)
Tiara Vicky Merliana (E0020429)
Irene Intan Cahyaning Tyas (E0020461)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum sebagai alat perubahan sosial?
3. Bagaimana pengaruh perubahan sosial pada hukum?
3Munir Fuady, (2011), Sosiologi Hukum Kontemporer “Interaksi Hukum, Kekuasaan, dan
Masyarakat”, Jakarta: Kencana, hal.61.
BAB II
PEMBAHASAN
Amitai Etzioni, Social Changes: Sources, Patterns and Consequences (New York: Basic Book),
hal. 76.
6 Donatus Patty, (2005), Pengantar Sosiologi (Kupang: CV Kasih Indah), hal. 248-252.
pada akhirnya mengakibatkan konflik. Ketika terjadi konflik,
dalam masyarakat muncul kekecewaan dan keresahan sosial, maka
pada saat itu individu-individu sangat mudah terpengaruh dengan
hal-hal yang baru.
c. Penemuan baru, penemuan baru dalam kebudayaan dapat
berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan lainnya. Pengaruh-
pengaruh tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi
bidang-bidang kehidupan yang satu dengan lainnya. Contohnya:
penemuan listrik mengakibatkan penemuan radio, televisi dan
komputer yang akhirnya dapat mempengaruhi adat istiadat,
pendidikan, ekonomi dan pola perilaku masyarakat.
Buku Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya, Bandung : Remaja Karya. hal.103.
9 Mochtar Kusumaatmadja, (2006), Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung:
1. Faktor eksternal
a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
- Difusi (penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari kelompok
atau golongan ke kelompok atau golongan lain dalam suatu
masyarakat)
- Kontak kebudayaan (akulturasi), terjadi karena dua
kelompok atau lebih dengan kebudayaan saling berbeda
bertemu dan berinteraksi secara intensif kemudian antara
mereka terjadi saling menyerap atau meminjam unsur
kebudayaan
- Asimilasi (pembaharuan atau perakawinan budaya), terjadi
ketika dua ataulebi kelompok dengan kebudayaan berbeda,
saling berinteraksi secara intensif sehingga terjadi
pembauran atau peleburan diantara dua kelompok atau
lebih tersebut membentuk kelompok baru. Contoh: perang
dengan negara lain, perubahan lingkungan alam akibat
bencana
2. Faktor internal
- Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya
penduduk)
- Konflik antar kelompok dalam masyarakat
- Terjadinya gerakan social dan/atau pemberontakan
(revolusi)
- Penemuan-penemuan baru
10 Nanang Martono, (2012), Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hlm.
2.
Pada realitanya sulit dipahami bahwa sosiologi dan hukum dapat
dipersatukan. Hal ini dikarenakan para ahli hukum memperhatikan
masalah quid juris, sedangkan para ahli sosiologi menguraikan quid facti
yang berarti mengembalikan fakta-fakta social kepada kekuatan hubungan-
hubungan. Hukum yang benar-benar hukum merupakan hukum yang
selaras dengan alam, yang memperhatikan kebenaran dan keadilan. Hal itu
memunculkan positivisme hukum yang menyatakan bahwa hukum alam
bukan hukum dalam pengertian sesungguhnya. Hal yang akan disebut
sebagai hukum itu semata-mata adalah “hukum positif” yang senantiasa
berevolusi dan menyesuaikan diri pada perubahan. Perkembangan hukum
pada akhirnya bersinggungan pada perubahan sosial yang dapat
mengubah dasar-dasar nilai hukum. Perubahan sosial dapat bersumber dari
dalam maupun luar. Dengan adanya perubahan sosial maka harus
mengadakan perubahan hukum, dalam artian harus menyelaraskan hukum
dengan perubahan sosial. Perubahan hukum bukan hanya terjadi pada
perubahan Undang-undang saja, namun sifatnya menyeluruh sampai pada
wilayah pendukung bekerja hukum, termasuk didalamnya pendidikan
hukum.11
11 Mahmud Kusuma, (2009), Menyelami Semangat Hukum Progresif; Terapi Paradigmatik Atas
Lemahnya Penegakan Hukum Indonesia, Yogyakarta: Antony Lib bekerjasama LSHP, hlm. 31.
perkembangan hukum, karenanya ada timbal balik antara hukum dan
masyarakat dalam konteks factual yang dapat dilihat pada:
A. KESIMPULAN
Law as a tool of social engineering ialah teori yang dikemukakan
oleh Roscoe Pound, yang memiliki artian bahwa hukum sebagai alat
pembaharuan dalam kehidupan masyarakat. Dalam teori ini hukum
diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat. Hubungan antara perubahan sosial dengan sektor
hukum tersebut merupakan hubungan interaksi, sehingga terdapat
pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan sektor hukum. Selain itu,
pada pihak lain, perubahan hukum juga mempengaruhi perubahan sosial.
Perubahan sosial ini sejalan dengan salah satu fungsi hukum, yakni sarana
perubahan sosial, atau sarana merekayasa masyarakat (social engineering).
Adapun yang menjadi penunjang atau pendukung atas teori hukum
yang dapat merekayasa masyarakat (law as a tool social engineering) yang
dikemukakan oleh Roscoe Pound adalah teori tentang efektivitas dan
validitas hukum dimana menurut Hans Kelsen, Jika Berbicara tentang
efektivitas hukum, dibicarakan pula tentang Validitas hukum. Validitas
hukum berarti bahwa norma-norma hukum itu mengikat, bahwa orang
harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh norma-norma hukum.,
bahwa orang harus mematuhi dan menerapkan norma-norma hukum.
Efektifitas hukum berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dengan
norma-norma hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-
norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi.
Hubungan antara validitas dan efektivitas ini dapat dipahami hanya
dari sudut pandang teori hukum yang dinamik yang membahas masalah
penalaran tentang validitas dan konsep tatanan hukum. Yang dibicarakan
dari sudut pandang teori yang statis adalah validitas hukum.12
12Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara (Terjemahan Dari Buku Hans Kelsen,
General Theory Of Law and State, (Bandung: Nusa Media, 2014), hal. 56
DAFTAR PUSTAKA