Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL

Disusun Oleh :

FERNANDES
NIM.210101007

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR
TAHUN 2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sosial adalah sebuah perubahan dari struktur sosial yang ada menuju
suatu struktur sosial lainnya yang lebih baik. Perubahan-perubahan sosial yang
terjadi di dalam suatu masyarakat dapat disebabkan berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Hal ini pula yang menyebabkan
bahwa perubahan dalam masyarakat itu akan sejalan dengan perkembangan
zaman yang terjadi.

Hukum merupakan salah satu unsur untuk menegakkan ketertiban dalam


masyarakat. Pada saat ini, perkembangan masyarakat yang begitu cepat
sedangkan pekembangan hukum selalu tertinggal oleh perkembangan masyarakat,
sehingga menyebabkan hukum tidak mampu memberi perlindungan terhadap
masyarakat itu sendiri. Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang
tidak langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.

Perubahan sosial jelas memengaruhi dan membawa perubahan pada hukum,


sebab jika terjadi perubahan sosial, maka kebutuhan masyarakat juga akan berubah
baik dalam kualitatif maupun kuantitatif, termasuk kebutuhan hukum juga akan
berubah, baik dalam kaidah hukum positif maupun lembaga hukum. Akan
tetapi,proses penyesuaian hukum pada perubahan sosial itu berjalan lambat.

Bahkan seringkali hukum harus menunggu proses perubahan sosial mecapai


tahap kemapanan tertentu agar dapat memunculkan kaidah,pranata dan lembaga
hukum baru. Kenyataan inilah yang memunculkan ungkapan “hukum tertatih-tatih
mengikuti kejadian” (het recht hinkt achter de feiten aan). Tetapi jika perubahan
sosial itu berlangsung cepat dan menimbulkan gejolak sosial makan yang akan
terguncang adalah hukum itu sendiri. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas
lebih lanjut tentang hukum dan perubahan sosial.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan hukum dengan perubahan sosial?

2. Bagaimana peranan hukum dalam perubahan sosial?

C .Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penulisan makalah ini untuk memhamii peran hukum sebagai


pengendali masyarakat dalam mengendalikan perubahan sosial.

2. Untuk memahami bagaimana perubahan sosial mempengaruhi hukum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL

I. Beberapa Teori Tentang Hukum Dan Perubahan Sosial

1. Emile Durkheim Pada pokoknya teori dari Durkheim ini menyatakan


hukum merupakan refleksi dari pada solidaritas sosial dalam masyarakat.
Menurutnya didalam masyarakat terdapat dua macam solidaritas, yaitu
yang bersifat mekanis (mechanical solidarity), dan yang bersifat organis
(organic solidarity). Solidaritas yang mekanis terdapat pada masyarakat-
masyarakat yang sederhana dan homogen, dimana ikatan pada warganya
didasarkan pada hubunganhubungan pribadi serta tujuan yang sama.
Sedangkan solidaritas yang organis terdapat pada masyarakat-
masyarakat yang heterogen dimana terdapat pembagian kerja yang
kompleks. Dengan meningkatnya diferensiasi dalam masyarakat, reaksi
yang kolektif terhadap pelanggaran-pelanggaran kaidah-kaidah hukum
yang bersifat refresif berubah menjadi hukum yang bersifat resitutif.
Dimana tekanan diletakkan pada orang yang menjadi korban atau yang
dirugikan, yaitu bahwa segala sesuatu harus dikembalikan pada
keadaaan sebelum kaidah-kaidah tersebut dilanggar. Akan tetapi teori dari
Durkheim agak sulit untuk dibuktikan. Richard Schartz dan James C.
Miller dalam suatu penelitian ternyata bertentangan dengan teori
Durkheim tentang perkembangan dari hukum represif ke hukum restitutif.
Namun demikian bukanlah berarti bahwa teorinya sama sekali tidak
berguna, karena ada hal-hal tertentu yang berguna untuk menelaah
sistim-sistim hukum dewasa ini, misalnya apa yang dikemukakannya
tentang hukum yang bersifat represif berguna untuk memahami
pentingnya hukuman.

2. Sir Henry Maine Ia mengatakan bahwa perkembangan hukum dari status


ke kontrak adalah sesuai dengan perkembangan dari masyarakat yang

4
sederhana dan homogen ke masyarakat yang telah kompleks susunannya
dan bersifat heterogen dimana hubungan antara manusia lebih ditekankan
pada unsur pamrih. Selanjutnya Maine menekankan bahwa didalam
melakukan tindakan-tindakan hukum ditentukan oleh kedudukan
(khususnya pada para ibu dan anak-anak didalam keluarga). Sedangkan
pada masyarakat-masyarakat yang sudah kompleks, seseorang
mempunyai beberapa kebebasan tertentu. Yang kemudian mengikatnya
adalah ketentuan-ketentuan di dalam kontrak tersebut.

3. Pitirin Sorokin Teori yang dikemukakan oleh Sorokin adalah teori tentang
perkembangan hukum dan gejala-gejala sosial lainnya yang
disesuaikannya dengan tahapan-tahapan tertentu yang dilalui oleh
masyarakat. Masyarakat berkembang sesuai dengan nilai-nilai tertentu
yang sedang menonjol di dalam masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai
tersebut adalah ideational (yaitu kebenaran absolut sebagaimana
diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa), sensate (yaitu nilai-nilai yang
didasarkan pada pengalaman) dan yang idealistic (yang merupakan
kategori campuran) hukum dan gejala-gejala sosial lainnya terbentuk
sesuai dengan bentuk nilai-nilai yang sedang berlaku didalam
masyarakat.

4. Arnold M. Rose Dikemukakan oleh Arnold Rose bahwa ada 3 prihal


penyebab terjadinya perubahan sosial yang dihubungkannya dengan
hukum, yaitu:

a) Kumulasi yang progresif dari pada penemuan-penemuan dibidang


teknologi;
b) Kontak atau konflik antara kebudayaan; dan 3) Gerakan sosial (social
movement).

B. Peran Hukum Sebagai Pengendali Masyarakat Dalam Mengendalikan


Perubahan Sosial

5
Hukum sebagai pengendali masyarakat atau sebagai alat kontrol sosial
merupakan sarana yang terbentuk di dalam masyarakat itu sendiri, memberikan
kedudukan sebagai pengawas ataupun pembatas untuk mengendalikan
kehendak bebas dari masyarakat.

Adanya hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik dalam setiap
perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat menandakan bahwa
hubungan sosial antara individu membutuhkan keseimbangan dan kepastian
daripada hukum tersebut.

Pengendalian sosial terjadi dalam tiga taraf yakni:

1. Kelompok terhadap kelompok.

2. Kelompok terhadap anggotanya.

3. Pribadi terhadap pribadi.

Yang artinya posisi hukum sebagai social control atau pengendali


masyarakat adalah agar masyarakat dalam pergaulannya tetap dalam koridor
yang telah ditentukan hukum sebelumnya. Hukum dalam hal ini bersifat
memaksa, karena memberikan sanksi terhadap siapa saja yang tidak taat, yang
melewati batas-batas yang telah ditetapkan. Akan tetapi setiap pelanggaran
hukum yang terjadi disebabkan oleh adanya perubahan dalam diri setiap
individu, dipengaruhi oleh keadaan, ataupun didorong oleh ketidakadilan sistem,
akibatnya membawa perubahan pada kehidupan bermasyarakat secara lambat
laun.

Arti dari social control sendiri sebenarnya adalah mengatur tindakan


masyarakat yang sekarang dan mungkin yang akan datang melihat dari
kebiasaan (hukum) yang telah terjadi sebelumnya atau tingkah laku masyarakat
yang sekarang dan mungkin yang akan datang dibatasi dengan hukum yang
dirumuskan dari tingkah laku masyarakat sebelumnya.

6
Hukum yang dibuat merupakan produk keinginan daripada pembuat
aturan. Produk hukum yang dihasilkan mengikuti keadaan pada waktu itu,
ataupun untuk mengantisipasi keadaan pada masa yang akan datang.
Memprediksi dari gejala-gejala yang ada di dalam masyarakat, hukum apakah
yang harus dibuat untuk mengatasi perubahan yang akan terjadi di masa depan,
serta akibat apa yang akan timbul daripadanya.

Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial dapat diterangkan


sebagai fungsi hukum untuk menetapkan tingkah laku mana yang dianggap
merupakan penyimpangan terhadap aturan hukum, dan apa sanksi atau
tindakan yang dilakukan oleh hukum jika terjadi penyimpangan tersebut.

Menurut JS. Rouceek, mekanisme pengendalian sosial (mechanisme of


social control) ialah segala sesuatu yang dijalankan untuk melaksanakan proses
yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak
atau bahkan memaksa para warga agar menyesuaikan diri dengan kebiasaan-
kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Perwujudan
sosial kontrol tersebut dapat berupa pemidanaan, kompensasi, rehabilitasi,
ataupun konsiliasi.

Hukum harus dapat melihat dinamika yang bergerak di dalam masyarakat


yang dikendalikannya, sehingga hukum dapat menyesuaikan diri dengan
kenyataan masyarakat, dan menghasilkan aturan-aturan yang dibutuhkan pada
saat itu.

Fungsi hukum sebagai pengendali sosial juga ditentukan oleh faktor


aturan hukumnya sendiri dan faktor pelaksana hukumnya (penguasa).
Berkenaan dengan cara memerintahkan atau melarang tindakan manusia,
aturan hukum dapat memerintahkan perilaku manusia tertentu tanpa
memberikan konsekuensi atas dipatuhinya atau tidak dipatuhinya perintah itu,
atau dapat memerintahkan perilaku manusia tertentu dan sekaligus mengaitkan
antara pemberian penghargaan dengan dilaksanakannya perilaku itu; atau

7
mengaitkan antara sanksi dengan perilaku yang sebaliknya, yakni hukuman
dalam arti luas.

Hal ini tentunya untuk memotivasi masyarakat agar menghentikan


tindakan tertentu yang dianggap merugikan “secara sosial”, yakni merugikan
individu lain; dan agar melakukan tindakan tertentu yang dianggap berguna bagi
masyarakat. Perilaku yang “diperintahkan” bukanlah perilaku yang “seharusnya”
dilakukan. Dilaksanakannya sanksi adalah diperintahkan, yakni, ia merupakan
perwujudan dari kewajiban hukum, jika tidak dilaksanakannya perilaku tersebut
merupakan syarat bagi dikenakannya sanksi. Jika yang terjadi tidak demikian,
sanksi hanya dikuasakan, bukan diperintahkan.

Secara singkat, pengendalian sosial menyalurkan tingkah laku orang-


orang agar sejalan dengan kemauan masyarakat. Mekanisme ini bermacam-
macam tingkatannya, mulai dari yang paling kasar, seperti hukuman mati atau
badan, sampai ke denda beberapa ratus rupiah. Mekanisme pengendalian ini
juga bisa bersifat informal, seperti dijauhkan dari pergaulan, dipergunjingkan dan
sebagainya. Secara teknik, mekanisme pengendalian sosial disebut sanksi.

C. Perubahan Sosial Yang Mempengaruhi Hukum

Masyarakat selalu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial yang


terjadi di dalamnya. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sampai
dengan pola pikir, itu semua membutuhkan suatu sarana sebagai pembentuk
dan atau perekayasa yang memberikan kemanfataan, kepastian, dan keadilan.
Agar dari setiap perubahan yang terjadi, masyarakat tidak melenceng dari apa
yang seharusnya mereka lakukan.

Fungsi hukum sebagai alat perekayasa sosial berfungsi untuk mengubah


pola-pola yang ada di dalam masyarakat, seperti untuk mengokohkan suatu
kebiasaan tertentu, maupun untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak
sepantasnya lagi.

8
Terjadinya perkembangan jaman secara signifikan yang memberikan
tuntutan-tuntutan terbaru sebagai syarat untuk menjalani sistem masyarakat ini,
menyumbangkan ide-ide pemikiran terbaru bagi pembuat hukum untuk
mengubah hukum yang ada agar dapat berjalan berdampingan ataupun
mendahului perubahan yang ada.

Hukum bukanlah suatu institusi statis, ia mengalami perkembangan dari


waktu ke waktu. Ada hubungan timbal balik yang erat antara hukum dan
masyarakat. Hukum dengan struktur masyarakatnya pada suatu waktu tertentu
bermanfaat besar untuk menjelaskan mengapa hukum itu menjadi seperti
adanya saat ini Pembuat hukum harus bisa menganalisa dengan jelas
perubahan yang akan terjadi di masa mendatang guna untuk merespon
perubahan yang telah terjadi pada saat itu. Setiap keputusan yang diambil pun
memberikan konsekuensi yang harus diantisipasi berkaitan dengan dinamika di
dalam masyarakat yang terus bergulir mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang telah
ada maupun yang akan ada.

Seberapa pun besar fungsi hukum didalam masyarakat, hukum sendiri


tidak akan pernah ada jika tidak ada yang disebut masyarakat (masyarakat
mengkonstitusi hukum), hal tersebut-pun didukung oleh Cicero dengan adagium-
nya ubi societas ibi ius yang berarti dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
Sehingga dalam pembicaraan mengenai fungsi hukum disini akan selalu
dikaitkan dengan masyarakat sebagai peng-konstitusi-nya.

Perubahan sosial yang mempengaruhi dinamika hukum pun dapat dilihat


dari seberapa besar keinginan masyarakat yang terwujud ke dalam undang-
undang, jiwa di dalam masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peraturan
yang bertujuan kepada keadilan sosial, yang melindungi keinginan-keinginan
masyarakat, dan memberikan kepastian hukum seiring dengan terlaksananya
setiap hubungan hukum yang dilakukan antar individu.

Kelompok masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana sampai


dengan yang kompleks. Bersamaan dengan itu, timbulah hukum dalam

9
masyarakat, mulai dari yang sederhana sampai pada saatnya menjadi semakin
rumit. Corak kehidupan masyarakat diikuti oleh corak hukum yang berlaku pada
masyarakat tersebut. Dalam perkembangannya saling mempengaruhi.

Setiap kelompok masyarakat selalu ada permasalahan sebagai akibat


perbedaan antara yang ideal dan aktual, antara yang standar dan yang praktis.
Standar dan nilai-nilai kelompok dalam masyarakat mempunyai variasi sebagai
faktor yang menentukan tingkah laku individu. Penyimpangan nilai yang ideal
dalam masyarakat seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan menimbulkan
persoalan dalam masyarakat. Dalam situasi demikian, dibutuhkan hukum yang
selaras dan konsisten untuk menanggapi problema yang dihasilkan oleh proses
perubahan sosial.

Suatu proses dapat dianggap sebagai suatu pencerminan dari perubahan-


perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan di pihak lain dapat dianggap
sebagai sarana untuk menata kembali masyarakat. Dengan meningkatnya
kebutuhan-kebutuhan individu dalam masyarakat, bertambah pula aspek-aspek
kehidupan yang harus diatur oleh hukum. Daya cakup hukum harus semakin
diperluas apabila dikehendaki suatu hukum yang benar-benar fungsional. Jadi,
perlu merumuskan hukum yang efektif.

Suatu kaidah hukum berlaku atau hidup di dalam masyarakat apabila


kaidah itu diketahui, dihargai, ditaati, dan diakui. Ini bukan merupakan urut-
urutan, melainkan merupakan unsur- unsur yang harus dipenuhi apabila suatu
kaidah hukum benar-benar hidup di dalam masyarakat. Proses tersebut dapat
disebut sebagai suatu “proses pengkaidahan” dari kaidah-kaidah hukum tersebut

Untuk itu, apabila tatanan sosial dalam masyarakat berubah dan


menimbulkan gejala-gejala sosial yang mengubah kepribadian masyarakat itu
maka hukum yang ada pun akan ikut berubah. Mengikuti perkembangan jaman,
hukum yang berlaku apabila sudah tidak efektif lagi maka harus dilakukan
perubahan. Perubahan atas hukum yang diharapkan ialah untuk mengimbangi
perkembangan yang ada di dalam masyarakat dimana hukum itu berada

10
sehingga tidak akan ada kekosongan norma. Agar dalam pelaksanaan peraturan
yang bertujuan untuk pembaharuan dapat berjalan sebagaimana mestinya,
hendaknya peraturan tersebut dibentuk sesuai dengan inti pemikiran
aliran Sociological Jurisprudence, yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai
dengan hukum yang ada dalam masyarakat. Jadi hukum mencerminkan nilai-
nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat.

Jika ternyata sebaliknya, maka ketentuan tersebut tidak akan dapat


dilaksanakan atau bekerja dan akan mendapatkan tantangan-tantangan. Jika
dikaitkan dengan Indonesia, saat ini sedang terjadi perubahan nilai-nilai dalam
masyarakat dari nilai-nilai tradisional menuju nilai-nilai modern. Namun demikian,
masih menjadi persoalan nilai-nilai manakah yang hendak ditinggalkan dan nilai-
nilai baru manakah yang akan menggantikannya.

Pada akhirnya, hukum dibuat untuk masyarakat, untuk mengatur


pergerakan roda tatanan sosial di dalam masyarakat serta pergesekannya yang
seringkali menimbulkan hambatan. Hukum bergerak pula mengikuti alur kemana
masyarakat yang dilindunginya bergerak, sehingga perubahan sosial yang
sedang berlangsung akan mempengaruhi bentuk pola hukum yang menjadi
pagar pembatas atas kehendak bebas masyarakat itu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Hukum sebagai sarana pengendali sosial mengatur setiap perkembangan
yang terjadi di dalam masyarakat. Mengatasi setiap pergesekan kepentingan antar
individu, memberikan pembatasan terhadap perilaku mana yang sepatutnya
dilakukan dan yang tidak dilakukan. Sehingga hukum disini bersifat memaksa.
Memaksa masyarakat untuk menaati aturan-aturan yang ada disertai dengan
konsekuensi atas apa yang dilakukan menurut kaidah-kaidah yang mengaturnya.
Jadi, bentuk pengendalian perubahan sosial oleh hukum terwujud melalui sanksi
yang diberikan apabila terjadi ketidaktaatan hukum, yang merupakan kewajiban
dari hukum untuk mengontrol setiap perilaku-perilaku individu yang menyinggung
norma dalam masyarakat

Perubahan sosial mempengaruhi dinamika hukum. Hukum yang telah ada


di dalam masyarakat itu diharapkan dapat mengikuti perkembangan kepribadian
dari masyarakat sehingga hukum dapat mengantisipasi setiap gejala sosial yang
timbul kedepannya. Hukum dibuat untuk masyarakat, pola hukum yang tercipta
mengikuti perkembangan yang ada di dalam masyarakat, sehingga cetak aturan
yang dihasilkan mencerminkan gejala sosial apa yang sedang dialami oleh
masyarakat dalam tatanan sosialnya. Jadi, para pembuat hukum haruslah
mengerti dan mewujudkan keinginan-keinginan masyarakat ke dalam bentuk
peraturan yang dapat berlaku secara efektif pada saat perubahan itu berlangsung.

B. Saran

Perubahan sosial pada masyarakat pada dasarnya tidak dapat dibatasi


oleh ruang dan waktu. Perubahan sosial dengan perubahan hukum sangat
berkaitan erat, dimana ada perubahan sosial disitulah hukum juga akan berubah.
Akan tetapi perubahan hukum tidak bisa mengikuti perubahan sosial. Oleh karena
itu, dalam reaksi atas terjadinya perubahan sosial, diperlukan langkah sigap oleh
Pemerintah untuk cepat melakukan perubahan hukum agar tidak ada time lag
ataupun menimbulkan perubahan sosial yang baru.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Malthuf Siroj. Hukum Islam (Perspektif Teori Hubungan Hukum dengan


Perubahan Sosial). Jurnal. Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Nurul Jadid.

Anonim. 2007. Hukum dan Perubahan Sosial.


https://mjrsusi.word-press.com/2007/12/14/hukum-dan-perubahan-sosial/.
Choiruddin . 1991. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Selvie M. Tumengkol. 2012. Masalah Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial


dan Upaya Pemecahannya (Studi Kasus Masalah Kemiskinan). Karya
Ilmiah. Manado: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam
Ratulangi.

Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.

Wahyudianto, Maringan. 2010. Hukum dalam Perubahan Sosial. http://ikhwan-


kiri.blogspot.co.id/2010/12/hukum-dalam-perubahan-sosial.html.

13

Anda mungkin juga menyukai