Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERBANDINGAN POLITIK

“Sistem Politik Menurut David Easton : Pengaruh Input dan Output


Terhadap Suatu Kebijakan di Indonesia dan Amerika”

Disusun Oleh :

Adil Firmansyah (2020210004)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA

JAKARTA SELATAN

2022

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah Teori Perbandingan
Politik dengan waktu yang telah direncanakan.

Makalah ini berjudul “Sistem Politik Menurut David Easton : “Pengaruh Input dan
Output Terhadap Suatu Kebijakan di Indonesia dan Amerika” diajukan untuk memenuhi
syarat penilain mata kuliah Teori Perbandingan Politik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jakarta.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Teori Perbandingan Politik Ibu Dr. Indiana Ngenget, M.Si, juga kepada semua pihak yang
telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka, dengan
kekurangan ini kami menerima saran dan kritik yang membangun agar makalah ini bisa lebih
baik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Jakarta, 24 Juni 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Sistem Politik David Easton..........................................2

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Input dan Output Dalam Pendekatan Sistem Politik............................4

3.2 Studi Kasus Input dan Output Dalam Pendekatan Sistem Politik.....................6

3.2.1 Revisi UU KPK UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Korupsi bersamaan Penangkapan Novel Baswedan (penyidik KPK dari Polisi) dalam
kasus Simulator SIM.....................................................................................6

3.2.2 Dukungan Masyarakat dan Pemerintah AS Terhadap kebijakan Baru Terhadap


Umat Muslim.................................................................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

I
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurut Easton setidaknya ada tiga hal mendasar yang harus diperhatikan dalam
membahas sistem politik (Easton, 1992: 181-184). Pertama, sistem ditandai dengan adanya
saling ketergantungan antarunit yang berada di dalamnya. Hal ini menunjukkan adanya
koherensi. Kedua, sistem haruslah bersifat netral, bebas dari pengaruh ideologi. Ketiga,
sistem mengacu pada dua hal, co-varience dan ketergantungan antarunit yang membangun
sistem. Perubahan salah satu unit dalam sistem akan mempengaruhi unit yang lain dalam
sebuah sistem.

Lebih lanjut, Easton menjelaskan bahwa yang membedakan sistem politik dengan sistem
yang lain adalah dari segi definisi politik itu sendiri. Politik adalah perjuangan individu atau
kelompok untuk menguasai nilai-nilai sosial.Sistem politik memiliki konsekuensi2 yg penting
bagi masyarakat yaitu keputusan2 otoratif. Konsekuensi2 inilah yg disebut output.
Bekerjanya suatu sistem memerlukan input-input secara ajeg.Tanpa input sistem tidak akan
dapat berfungsi, tanpa output bekerjanya sistem tdk dapat di identifikasi.

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa kasus jika dianalisis dengan


pandangan David Easton. Adanya tuntutan dan dukungan terhadap suatu kebijakan sebagai
input dapat mengubah atau membuat suatu kebijakan atau disebut output.Kasus tersebut
adalah Revisi UU KPK UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
bersamaan Penangkapan Novel Baswedan (penyidik KPK dari Polisi) dalam kasus Simulator
SIM dan Dukungan dari pemerintah dan masyarakat AS dalam kebijakan pemerintah baru AS
terhadap dunia islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai


berikut :

Bagaimana suatu dukungan dan tuntutan (Input) dapat mempengaruhi suatu sistem atau
kebijakan (Output)
I
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Sistem Politik David Easton

Dalam artikelnya Prof David Easton:Mengusulkan suatu metode untuk menganalisa


berbagai jenis sistem politik yaitu dengan menelaah sistem-sistem politik berdasarkan ciri
sbb: Unit-unit yg membentuk sistem dan luasnya batas-batas pengaruh sistem itu.“Input” dan
“Output” dr sistem yg tercermin dalam keputusan keputusan yg dibuat (output) dan proses
pembuatan keputusan (input) di dalam sistem tersebut.Jenis dan tingkat diferensiasi dalam
sistem tersebut.Tingkat integrasi sistem politik yg mencerminkan tingkat efisiensinya.Studi
ilmu politik berusaha memahami bagaimana keputusan-keputusan yg otoratif atau sah dibuat
dan dilaksanakan dalam suatu masyarakat.David Easton menyimpulkan bahwa masing-
masing bagian dari arena politik yg lebih besar tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling
berkaitan satu sama lain, atau berfungsinya satu bagian tidak akan dapat dipahami
sepenuhnya tanpa memperhatikan cara berfungsinya keseluruhan bagian2 itu sendiri.
Kehidupan politik merupakan suatu sistem kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan.Easton
mengatakan: anggapan bahwa sistem tingkah laku politik merupakan suatu unit tersendiri ,
maka akan terlihat bahwa yang menjamin terus bekerjanya sistem itu adalah berbagai macam
input. Input-input ini diubah oleh proses-proses yg terjadi dalam sistem itu menjadi output
dan selanjutnya output-output ini menimbulkan pengaruh terhadap sistem itu sendiri, maupun
terhadap lingkungan dimana sistem itu berada.

Setidaknya ada empat ciri sistem politik yang dapat membedakan sistem politik dengan
sistem yang lain (Mas`oed dan MacAndrews, 1991: 5-6). Pertama, ciri identifikasi. Kita harus
dapat mengidentifikasikan sistem politik untuk dapat membedakannya dengan yang lainnya.
Dalam identifikasi ini, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu unit-unit dalam
sistem politik dan pembatasan. Dalam politik, unit-unitnya berupa tindakan politik. Adapun
mengenai pembatasan, ini perlu diperhatikan ketika kita membicarakan sistem politik dengan
lingkungan.

I
Kedua, input dan output. Untuk dapat menjamin bekerjanya sistem politik diperlukan
input yang rutin, tetap, dan ajeg. Tanpa adanya input, sistem politik tidak akan bekerja. Lebih
dari itu, tanpa output kita tidak akan dapat mengidentifikasi pekerjaan yang telah dihasilkan
oleh sistem politik.

Ketiga, diferensiasi dalam sistem politik. Sebagaimana dalam tubuh manusia, kita tidak
akan menemukan suatu unit mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang sama pula.
Anggota dalam sistem politik, paling tidak mengenal pembagian kerja minimal yang
memberikan suatu struktur tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Dalam politik, kita akan
menemukan beragam tindakan politik dengan perannya masing-masing, misalnya legislatif,
eksekutif, yudikatif, partai politik, sampai dengan kelompok kepentingan dan kelompok
penekan.

Keempat, integrasi dalam sistem. Integrasi dalam sistem politik sebagai salah satu usaha
untuk mengatur kekuatan-kekuatan dan kegiatan-kegiatan dalam sistem politik. Intregrasi
dalam sistem politik ini dimungkinkan oleh adanya kesadaran dari anggota sistem politik
untuk menjaga keberadaan dari sistem politik itu sendiri sehingga muncul suatu mekanisme
yang bisa mengintegrasikan bahkan memaksa para anggotanya untuk bekerja sama walaupun
dalam kadar yang minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan yang otoritatif.

I
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Input dan Output Dalam Pendekatan Sistem Politik

A. INPUT

Input terdiri atas tuntutan (demands) dan dukungan (support). Perlu adanya manajemen
bagi demands. Kelebihan demands akan mengakibatkan beban berlebihan (overload) yang
akan mengganggu stabilitas sistem. Perlu ada kontrol terhadap demands, baik melalui
institusi, budaya maupun struktural gatekeepers. Selain demands, suatu sistem membutuhkan
dukungan. Dukunganlah yang menentukan demands mana yang patut untuk diterima dan
diproses lebih lanjut. Dukungan dapat didasari atas ideologi, budaya maupun nasionalisme.
Dukungan juga dapat timbul karena adanya konflik dan ancaman.

Dalam sistem politik, input diperlukan sebagai sumber energi dalam sistem politik.
Masyarakat dengan beragam kebutuhan, tingkat pendidikan, kesehatan, pelayanan, dan
sebagainya memerlukan pemenuhan kepuasan dari sistem. Tidak semua kebutuhan tersebut
dapat dipenuhi, ada kebutuhan yang dengan mudah dipenuhi, namun ada pula kebutuhan
yang dalam pemenuhannya memerlukan sumber daya dan perhatian khusus. Dari semua
kebutuhan tersebut sering kali tidak dapat dipenuhi karena tuntutan-tuntutan yang ada tidak
terorganisir secara baik sehingga tidak sampai ke sistem. Hal terpenting yang harus dipelajari
agar sebuah tuntutan dapat sampai secara baik masuk ke dalam sistem politik adalah cara
penyampaian dan peranan komunikasi politik, termasuk agen yang menyampaikan tuntutan
tersebut.

Dalam sistem yang demokratis, setiap orang, organisasi, dan kelompok mempunyai
kesempatan yang sama dalam menyampaikan tuntutannya. Hal ini berbeda dengan negara
yang tidak demokratis, di mana kesempatan dalam menyampaikan tuntutan sangat terbatas
pada kelompok tertentu. Partai politik, dengan salah satu fungsinya sebagai agen dalam
komunikasi politik menjadi penting peranannya dalam menyampaikan tuntutan tersebut.
Apabila fungsi komunikasi partai politik yang dilanjutkan dengan agregasi (menggabungkan

I
kepentingan) dan artikulasi (merumuskan kepentingan) tidak dapat berjalan dengan baik
maka proses penyampaian tuntutan tersebut menjadi tidak terlembaga secara baik. Akibatnya
muncul demonstrasi, petisi.

Tuntutan dapat berasal dari dalam sistem atau dari lingkungan luar sistem. Tuntutan
eksternal dapat dengan mudah kita identifikasi karena lingkungan luar dalam pendekatan ini
kita tetapkan sebagai sistem-sistem lain di luar sistem politik. Sedangkan tuntutan internal
sebenarnya bukanlah input, namun lebih pada sesuatu yang timbul sebagai akibat langsung
dari sistem politik itu sendiri (with input). Dalam hal ini, tuntutan internal muncul karena
adanya situasi-situasi yang terdapat dalam sistem politik itu sendiri. Pada saat sistem politik
bekerja, muncul tuntutan dari anggota-anggota sistem politik untuk mengubah hubungan
politik yang telah ada. Perubahan hubungan tersebut dapat terjadi karena adanya
ketidakpuasan hubungan-hubungan politis yang terdapat dalam sistem politik.

Adapun mengenai input yang berupa dukungan, tidak semata-mata berupa dukungan
yang tampak dari luar, namun juga dukungan yang berupa pandangan atau suasana pikiran.
Suasana pikiran yang mendukung merupakan suatu kumpulan sikap, kecenderungan yang
kuat atau kesediaan untuk bertindak demi orang lain. Hal ini dapat berupa kesetiaan pada
partai sampai dengan semangat patriotisme.

B.OUTPUT

Demands yang telah diseleksi akan mengalami proses dan hasilnya dapat berupa
keputusan, tindakan, maupun kebijakan tertentu (output). Apabila output sesuai dengan yang
diharapkan maka akan terjadi pembaharuan dukungan (re-newed supports). Akan tetapi,
apabila output yang dihasilkan tidak sesuai maka terjadi erosi dukungan yang akhirnya dapat
mengganggu stabilitas sistem. Pihak yang terlibat dalam sistem politik dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan yang dihasilkan di output melalui feedback loop. Output harus
diinformasikan agar memperoleh tanggapan.

3.2 Studi Kasus Input dan Output Dalam Pendekatan Sistem Politik

I
3.2.1 Revisi UU KPK UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi bersamaan Penangkapan Novel Baswedan (penyidik KPK dari Polisi) dalam
kasus Simulator SIM

DPR telah mengesahkan revisi Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau revisi UU KPK pada Selasa, 17
September 2019. Sejumlah pasal perubahan yang ada di UU KPK ini dianggap berpotensi
melemahkan lembaga antirasuah, di antaranya soal keberadaan dewan pengawas, hingga
kewenangan KPK menerbitkan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan. Tak cuma
melemahkan KPK secara kelembagaan, Indonesia Corruption Watch menganggap satu pasal
dalam revisi itu juga menyasar ke penyidik senior KPK Novel Baswedan, yakni Pasal 45A.
Pasal tersebut mengatur mengenai syarat untuk menjadi penyidik KPK. Dalam Pasal 45A,
Ayat 1, huruf c disebutkan bahwa untuk menjadi penyidik KPK, seseorang harus sehat
jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Kesehatan Novel saat ini
terganggu. Dua tahun lalu dua orang tak dikenal menyiram air keras ke wajahnya hingga
menyebabkan kerusakan ke kedua mata mantan perwira Polri ini. Kepolisian hingga saat ini
tidak berhasil mengungkap siapa pelakunya. Tim gabungan yang dibentuk polri pada Januari
2019, bukannya menemukan pelaku penyiraman, tapi malah menuding Novel menggunakan
kewenangan berlebihan. Tim gabungan kemudian merekomendasikan polisi membentuk tim
teknis untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Dibentuk pada Agustus 2019, Presiden
Joko Widodo memerintahkan tim ini bekerja selama 3 bulan. Hingga saat ini belum diketahui
perkembangan penyelidikan kasus ini. Menurut Wana, upaya menyingkirkan Novel
Baswedan menjadi relevan karena penyidik senior KPK ini kerap memegang kasus-kasus
besar. Selain itu, Novel juga kerap bersuara keras menuntut agar kasus teror yang menimpa
dirinya dituntaskan.

Menurut Wana, munculnya aturan mengenai kondisi pegawai KPK ini mencurigakan.
Sebab, selama ini KPK tak pernah mengangkat penyidik dengan kekurangan fisik yang besar.
Luka yang dialami Novel, kata dia, terjadi setelah bertahun-tahun pria ini bekerja di KPK.
"Sehingga, pasal ini rasanya untuk menghentikan langkah orang yang memiliki luka serius
sehingga tidak bisa melakukan kerjanya," ujar dia.
Tak terbendungnya revisi UU KPK itu sudah dicemaskan kalangan aktivis antikorupsi
sebelumnya. Banyak faktor, mulai dari lingkaran kekuasaan Presiden hingga parlemen yang

I
jadi Penyebab Jokowi Leluasa Menjinakkan KPK. Sebagai Input DPR Komisi III ingin
merevisi UU KPK No. 30 Th 2002 yaitu meliputi :

a. Pasal 12a penyadapan KPK harus seizin pengadilan


b. Pasal 6c kewenangan penuntutan KPK dihapus
c. Pasal 21 ayat 1 membentuk Dewan Pengawas KPK dan
d. Pasal 40 kewenangan mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
(SP3) bagi KPK

Poin-poin yang akan direvisi merupakan power of core KPK yang selama ini dijadikan
senjata ampuh dalam menindaki para koruptor.Jika dicermati secara mendalam hal diatas
merupakan poin inti dalam menjerat koruptor dalam berbagai kasus dengan berbagai
kalangan.Pertama, KPK menjalankan fungsi pengawasan, sedangkan penindakan dilakukan
kejaksaan dan kepolisian.Kedua, KPK menjalankan fungsi pengawasan, sedangkan
penindakan hanya untuk kasus korupsi dengan nilai kerugian negara di atas Rp 1
miliar.Ketiga, KPK diberi wewenang penuh melakukan penindakan, sedangkan pencegahan
dilakukan pihak lain.

Demonstrasi penolakan revisi oleh Rakyat, LSM, dan pendapat di DPR oleh Faksi
PDIP,Pemerintah untuk mengambil sikap dalam perseteruan KPK dan Polri. Menimbulkan
persepsi bahwa Polri menyimpan banyak masalah intern yang siap dibuka kapanpun
suka.Alasan : adanya upaya melemahkan kinerja KPK, karena sebagian besar anggota DPR
terutamaPartai Demokrat tersandung korupsi.Gerakan Save KPK juga melengkapi dukungan
sebagai berikut

 Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negera yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian Uang

I
 Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia KPK
 Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

Adanya pengkajian kembali tentang revisi UU NO. 30 Tahun 2002 KPK. Sebagian
besar kalangan menolak adanya revisi UU KPK yang terkesan memperlemah KPK.
Pemerintah lewat presiden diminta untuk turun tangan dalam kasus Revisi dan Perebutan
penanganan kasus Simulator SIM.

Akhirnya pemerintah mengambil sikap lewat pidato presiden tanggal 8 Oktober 2012
menyatakan pandangan dan memberikan 5 kesimpulan.

Dengan adanya pernyataan sikap dari pemerintah melalui pidato presiden di Istana
Negara pada tanggal 8 Oktober 2012.

Presiden yang menyampaikan 5 kesimpulan

a. Penanganan kasus Simulator SIM dan penyidikan Ir. Djoko Susilo dan pejabat lain
ditangani oleh KPK dan tidak dipecah, Polri menangani kasus lain tentang penyimpangan
pengadaan barang di Polri yang tidak terkait langsung.

b. Penangkapan Novel Baswedan oleh Polri dirasa tidak tepat, baik dari timing (waktu) dan
situasi.

c. Perseteruan Polri dan KPK tentang penyidikan perlu diatur kembali lewat Peraturan
Pemerintah dalam Mou KPK dan Polri

d. Pemikiran revisi UU KPK saat ini kurang tepat.

e. KPK dan Polri untuk bekerjasama dan bersinergi dalam pemberantasan korupsi

Dengan adanya pernyataan sikap yang dikeluarkan pemerintah melalui pidato presiden,
masyarakat tidak serta merta menerima kesimpulan yang disampaikan begitu saja. Ada
beberapa poin yang menimbulkan ambigu atau persepsi baru.

I
1. Jika Polri didapati melakukan tindak korupsi maka selanjutnya bisa saja tidak ditangani
KPK pada poin kesimpulan pidato presiden kesatu.

2. Menimbulkan persepsi bahwa Polri menyimpan banyak masalah intern yang siap dibuka
kapanpun Polri suka. Hal ini dilihat dari kesimpulan nomor 2

3.2.2 Dukungan Masyarakat dan Pemerintah AS Terhadap kebijakan Baru Terhadap


Umat Muslim

Ketika Presiden Biden secara resmi menjabat pada siang hari pada 20 Januari 2021,
banyak Muslim Amerika Serikat menarik napas lega. Meski tidak ada yang mengharapkan
Presiden Biden menyelesaikan segala masalah yang ada, namun banyak yang berharap
retorika rasis, xenophobia, dan Islamofobia yang disebarkan secara terbuka oleh Presiden
Trump akan berakhir. Presiden Biden diketahui hampir menyelesaikan tahun pertamanya di
kantor. Direktur Urusan Pemerintah Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), Robert
McCaw, menuliskan sejumlah catatan terkait hal ini, sehubungan dengan janji kampanyenya
di masa lalu.

Saat berkampanye, Presiden Biden berjanji akan mengakhiri larangan perjalanan Muslim
dan Afrika yang diskriminatif. Segera setelah menjabat, dia memenuhi janji itu dengan
menandatangani proklamasi yang membatalkannya.

Meski hal ini sudah diduga, namun apa yang dia lakukan sebagai langkah pertama
merupakan hal yang penting dan terpuji. McCaw menyebut, Pemerintahan Biden dan
Kongresnya masih harus mengambil tindakan untuk memperbaiki kerusakan dan dampak
yang terjadi dari larangan tersebut, seperti pemenang lotre visa keragaman yang kehilangan
kesempatan mereka untuk datang ke Amerika Serikat.

Dilansir di 5 Pillars UK, Sabtu (12/2/2022), pada tahun pertamanya menjabat Presiden
Biden menunjuk beberapa Muslim Amerika ke posisi pemerintahan tingkat tinggi. Beberapa
yaitu Lina Khan sebagai Ketua Komisi Perdagangan Federal, Sameera Fazili sebagai Wakil
Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Reema Dodin sebagai Deputi Urusan Legislatif Kantor

I
Gedung Putih Direktur, serta Rashad Hussain sebagai Duta Besar untuk Kebebasan
Beragama Internasional.

"Meski Presiden tidak memenuhi janjinya untuk memasukkan Muslim di setiap tingkat
pemerintahannya, dimana tidak ada satu pun anggota kabinet Muslim, penunjukkan yang lain
patut dicatat dan disambut baik. Termasuk penunjukan Rashad Hussain, mengingat jumlah
komunitas Muslim yang menghadapi penganiayaan Islamofobia di Cina, Prancis, India,
Myanmar, dan banyak tempat lain di seluruh dunia," kata dia.

Seperti pemerintahan Trump, pemerintahan Biden menyatakan pelanggaran hak asasi


manusia China yang menargetkan Muslim Uyghur sebagai genosida. Namun tidak seperti
Presiden Trump, yang dilaporkan menyatakan dukungan pribadi untuk kebijakan anti-Uyghur
presiden China, Presiden Biden secara konsisten berbicara menentang genosida.

Biden menandatangani undang-undang Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa


Uyghur yang telah lama tertunda. UU ini mencegah perusahaan-perusahaan Amerika
mengimpor barang-barang yang dibuat dengan kerja paksa di wilayah Uyghur China. Ke
depannya, Presiden Biden disebut harus meningkatkan tekanan pada China untuk mengakhiri
genosida. Dia juga harus menolak suara-suara yang ingin mengabaikan pelanggaran hak asasi
manusia China dengan imbalan kemajuan dalam isu-isu seperti perubahan iklim.

"China bukan satu-satunya hotspot penganiayaan dan penindasan anti-Muslim. Dari


Prancis hingga Myanmar, komunitas Muslim terancam oleh meningkatnya sentimen anti-
Muslim," lanjut McCaw.

I
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Input terdiri atas tuntutan (demands) dan dukungan (support). Perlu adanya
manajemen bagi demands. Kelebihan demands akan mengakibatkan beban berlebihan
(overload) yang akan mengganggu stabilitas sistem. Perlu ada kontrol terhadap
demands, baik melalui institusi, budaya maupun struktural gatekeepers. Selain
demands, suatu sistem membutuhkan dukungan. Dukunganlah yang menentukan
demands mana yang patut untuk diterima dan diproses lebih lanjut. Dukungan dapat
didasari atas ideologi, budaya maupun nasionalisme. Dukungan juga dapat timbul
karena adanya konflik dan ancaman. Demands yang telah diseleksi akan mengalami
proses dan hasilnya dapat berupa keputusan, tindakan, maupun kebijakan tertentu
(output). Apabila output sesuai dengan yang diharapkan maka akan terjadi
pembaharuan dukungan (re-newed supports). Akan tetapi, apabila output yang
dihasilkan tidak sesuai maka terjadi erosi dukungan yang akhirnya dapat mengganggu
stabilitas sistem.
2. Adanya pengkajian kembali tentang revisi UU NO. 30 Tahun 2002 KPK. Sebagian
besar kalangan menolak adanya revisi UU KPK yang terkesan memperlemah KPK.
Pemerintah lewat presiden diminta untuk turun tangan dalam kasus Revisi dan
Perebutan penanganan kasus Simulator SIM. Poin-poin yang akan direvisi merupakan
power of core KPK yang selama ini dijadikan senjata ampuh dalam menindaki para
koruptor.Jika dicermati secara mendalam hal diatas merupakan poin inti dalam
menjerat koruptor dalam berbagai kasus dengan berbagai kalangan.Pertama, KPK
menjalankan fungsi pengawasan, sedangkan penindakan dilakukan kejaksaan dan
kepolisian.Kedua, KPK menjalankan fungsi pengawasan, sedangkan penindakan

I
hanya untuk kasus korupsi dengan nilai kerugian negara di atas Rp 1 miliar.Ketiga,
KPK diberi wewenang penuh melakukan penindakan, sedangkan pencegahan
dilakukan pihak lain.
3. Setelah diangkat Biden menjadi Presiden masyarakat muslim di Amerika bisa
bernapas lega karena melalui program dan janjinya Presiden Biden akan
mengembalikan hak dan kebebasan warga muslim di Amerika bahkan di tahun
pertama nya dia menjadi presiden dia sudah menunjuk beberapa muslim untuk
menduduki pemerintahan tingkat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Easton, David. (1984). Kerangka Kerja Analisis Sistem Politik. Jakarta: Bina Aksara.

Aras.H .(2015). David Eston Tentang Model Sistem Dalam Analisis Kebijakan. Artikulasi
dan perspektif Terhadap pemikiran David Easton Tentang Model Sistem Dalam Analisis
Kebijakan , Vol. VIII , 1-8.

I
I

Anda mungkin juga menyukai