Anda di halaman 1dari 24

Modul Ajar

“Analisa Sistem Politik


Indonesia : Pendekatan
Praktis”

Alexsander Yandra, S.IP., M.Si

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS LANCANG KUNING
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Modul Ajar Analisa Sistem Politik
Indonesia Sebuah Pendekatan Praktis. Modul ajar ini diperuntukkan kepada mahasiswa
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning (Unilak) yang
sedang mengambil mata kuliah sistem politik indonesia. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah mahasiswa dalam memahami dan mempelajari secara mendalam sistem
politik Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyelesaian modul ajar ini, serta tak lupa
pula kepada teman-teman dosen dan mahasiswa Fia Unilak yang telah memberikan dukungan
dalam membantu terselesaikannya modul ajar ini. Kepada istriku dan anakku Athallah Faith
Revolusi dan Aishana Malikah Aleira yang selalu sabar dan tak henti-hentinya memberikan
semangat untuk berbuat kebaikan demi nasib anak bangsa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Modul
Ajar ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan dapat menuju
perbaikan kearah kemajuan demi kesempurnaan pembuatan Modul Ajar ini kedepannya yang
lebih baik lagi.

Pekanbaru, Oktober 2023

Alexsander Yandra, S.IP, M.Si


NIDN: 1008058605

2
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
PENDEKATAN SISTEM POLITIK.......................................................... 4
MEKANISME SISTEM POLITIK INDONESIA...................................... 6
KAPABILITAS SISTEM POLITIK........................................................... 8
PARPOL DAN BUDAYA POLITIK DI INDONESIA............................. 12
MILITER DAN PEMBANGUNAN POLITIK DI INDONESIA.............. 15
POLITIK GLOBAL DAN REGIONAL DAN IMPLIKASINYA 16
TERHADAP PEMBANGUNAN POLITIK DI INDONESIA...................

3
ANALISA SISTEM POLITIK INDONESIA

SEBUAH PENDEKATAN PRAKTIS

PENDAHULUAN
Sistem merupakan cara, proses, susunan, pola dan metoda, Sistem berasal dari bahasa
yunani yaitu Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak hubungan, hubungan yang
berlangsung antara hubungan-hubungan atau komponen-komponen secara teratur. Maka
sistem adalah suatu bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang
merupakan satu keseluruhan. Adapun yang menjadi ciri-ciri sitem yaitu sistem mempunyai
tujuan, setiap sistem mmpunyai batas, walaupun terbatas sistem memiliki sifat terbuka dalam
arti berinteraksi dengan lingkungan, suatu sistem terdiri dari berbagai unsur atau komponen
(sub sistem) yang saling bergantung dan berhubungan, setiap sistem melakukan kegiatan atu
proses tranformasi atau proses merubah masukan (input) menjadi luaran (output) dan setiap
sistem memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik (feedback).

Pengertian dan Ciri-Ciri Sistem Politik


Sistem adalah suatu kebulatan yang utuh, dimana didalamnya terdapat komponen-
komponen, yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri, mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing yang saling berhubungan dalam rangka mencapai suatu tujuan (S.Pamudji).
Sistem adalah himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan bersama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sumbangan Ilmuwan Politik dalam analisis sitem
politik diantaranya Pengertian sistem politik menurut David Easton masih memegang posisi
kunci dalam studi politik negara. Pengertian struktural fungsional dari Gabriel Almond
mempertajam konsep David Easton tersebut. Sistem adalah kesatuan seperangkat struktur
yang memiliki fungsi masing-masing bekerja untuk mencapai tujuan tertentu.
Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang
memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu negara.
Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap
fenomena politik. Pendekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan
pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan
kekuasaan. Pendekatan sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk
hidup (dari disiplin biologi).
Dalam pendekatan sistem politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem

4
politik hanya merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem
ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Sistem politik
sendiri merupakan abstraksi (realitas yang diangkat ke alam konsep) seputar pendistribusian
nilai di tengah masyarakat. Masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur (misalnya sistem
politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. Sistem yang biasanya dipelajari kinerjanya
adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem agama, sistem sosial, atau sistem budaya-
psikologi. Dari aneka jenis sistem yang berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan.
Perbedaan berlingkup pada dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan
berlingkup pada variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu
sistem dengan lainnya.
Untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita memahami sistem-sistem
lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel kunci. Variabel-variabel kunci dalam
memahami sebuah sistem adalah adalah struktur, fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input,
output, respon, dan umpan balik. Struktur input, proses dan output umumnya dijalankan oleh
aktor-aktor yang dapat dikategorikan menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga aktor
ini menjalankan tugas kolektif yang disebut sebagai pemerintah (government). Setiap aktor
yang mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda: Tidak boleh suatu fungsi
dijalankan oleh struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik kepentingan. Ini pun
merupakan dasar dari disusunnya konsep Trias Politika (pemisahan kekuasaan) seperti
digagas para pionirnya di masa abad pencerahan seperti John Locke dan Montesquieu. Hal
ini berimplikasi terhadap dikotominya antara parktik politik dengan administrasi yang tidak
dapat terpisahkan, seperti hal berikut:

1. Praktek dan teori administrasi publik senantiasa berkutat dengan perdebatan antara
penekanan pada aspek politik pada suatu masa, kemudian bergeser pada penguatan
aspek administrasi dengan mengurangi intervensi politik untuk kemudian selalu
berupaya pada upaya pencapaian titik keseimbangan antara pengaruh politik dan
administrasi.
2. Persoalan ini senantiasa menjadi isu yang tak berakhir bagi administrasi publik dalam
semua sektor di setiap masa. Terkadang posisi politik begitu dominan mempengaruhi
nilai dan institusi administrasi publik dan terkadang administrasi publik mampu
menjauhkan dominasi politik meskipun tak mampu menghilangkannya sama sekali,
bahkan dalam masa tertentu (terutama dalam masa pemerintahan Orde Baru) pernah
terjadi ketika birokrasi justru yang lebih menguasai institusi politik.

5
Sistem Politik Indonesia adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam
struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu persisten pattern
(proses yang langgeng) dalam wilayah Indonesia (masa lampau, kini dan akan datang).
Sistem Politik Indonesia merupakan sebuah sistem politik yang mempunyai kapabilitas dan
memelihara identitas dalam wilayah Indonesia. Dapat dimaknai Sistem Politik di Indonesia
dapat menunjuk suatu sistem politik: yang pernah berlaku di Indonesia, yang sedang berlaku
atau nyata-nyata berlaku di Indonesia, yang berlaku selama eksistensi negara Indonesia
sampai sekarang (Rusadi Kantaprawira;1999;17). Lingkunagn internal Sistem Politik adalah
lingkungan dalam negeri yang meliputi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi domestik yang
menjadi sumber devisa bagi input lingkungan fisik, negara dalam mebiayai struktur politik,
yang meliputi lembaga dan ekonomi domestik infrastruktur maupun suprasturktur politik
dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsinya bagi terwujudnya tujuan nasional suatu
negara (Gabriel Almond).

Unsur-Unsur Dalam Sistem Politik


Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya
dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan
antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai
lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan
peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu
sistem politik.
Dengan merubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik. Model sistem politik yang paling sederhana akan
menguraikan masukan (input) ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik
menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan
maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan
pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan
bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya
untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik
diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah.
Pandangan ini tidak membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik
yang otoriter. Adapun yang menjadi unsur-unsur sistem politik sebagai berikut:

6
1. Comprehensiveness (menyeluruh) Artinya, sistem politik mencakup semua interaksi,
baik berupa masukan (input) maupun keluaran (output) yang mempengaruhi
penggunaan atau cara penggunaan paksaan.
2. Interdependence (saling ketergantungan) Artinya, perubahan pada salah satu aspek
akan menyebabkan perubahan pada seluruh sistem.

3. Boundries (adanya batasan-batasan) Artinya, terdapat batas-batas antara sistem politik


dengan sistem-sistem lainnya sehingga ada ketegasan dan kejelasan mengenai
wilayah kajian sistem politik.

Sistem politik merupakan sub sistem dari sistem yang lebih kompleks dan besar. Oleh karena
itu, sistem politik berinteraksi dengan sub sistem lainnya, seperti sistem budaya, sistem
ekonomi, pertahanan keamanan dll.

PENDEKATAN SISTEM POLITIK

Pendekatan Sistem Politik Easton


Easton mendefinisikan politik sebagai proses alokasi nilai dalam masyarakat secara
otoritatif. Kata secara otoritatif membuat konsep sistem politik Easton langsung terhubungan
dengan negara dengan konsekuensi-konsekuensi logis berikut: Bagi Easton hanya ada satu
otoritas yaitu otoritas Negara. Peran dalam mekanisme output (keputusan dan tindakan)
bersifat eksklusif yaitu hanya di tangan lembaga yang memiliki otoritas. Easton menekankan
pada keputusan yang mengikat dari pemerintah, dan sebab itu: (a) keputusan selalu dibuat
oleh pemerintah yang legitimasinya bersumber dari konstitusi dan (b) Legitimasi keputusan
oleh konstitusi dimaksudkan untuk menghindari chaos politik; dan Bagi Easton sangat
penting bagi negara untuk selalu beroperasi secara legitimate. Model sistem politik menurut
easton seperti gambar berikut:

7
Pendekatan Sistem Politik Gabriel a. Almond
Sistem politik adalah sistem interaksi yang terdapat dalam semua masyarakat yang
bebas/merdeka dalam melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik dalam
masyarakatnya maupun berhadap-hadapan dengan masyarakat lainnya) melalui penggunaan
paksaan fisik yang lebih kurang bersifat absah. Bebebapa hal yang perlu dicermati
berdasarkan pengertian sistem politik diatas Sistem politik merupakan “sistem interaksi”
yang terdapat dalam semua masyarakat yang bebas/merdeka.
Sistem politik juga melaksanakan fungsi integrasi, bahwa tujuan pokok sistem politik
mengusahakan tercapainya kesatuan di dalam masyarakat. Fungsi adaptasi, yaitu penyesuaian
diri dari sistem politik terhadap lingkungan masyarakatnya sendiri maupun lingkungan
masyarakat lainnya. Berikut gambar model sistem politik menurut gabriel almond yang
terkenal dengan struktural fungsional:

8
Keungulan dan Kelemahan Sistem Politik Easton dan Almond

1. Keungulan Sistem Politik Easton dan Almond


a. Kedua model tersebut berpengaruh besar dalam perkembangan studi ilmu
politik sejak tahun 1950.
b. Kedua model mampu membuat analisa politik dengan cukup peka diantara
kompleksitas sistem politik di dalam sistem sosial yang lebih besar.
c. Kedua model sistem politik mampu menciptakan
keseimbangan/ekuilibrium/stabil dan jika ada konflik, maka model sistem
politik mampu mengecek setiap komponen atau subsistem untuk menemukan
sumber konfliknya.
d. Kesederhanaan kedua model tersebut dapat dipakai untuk menganalisa
berbagai sistem politik, baik yang demokratis maupun otoriter, tradisional
maupun modern.
2. Kelemahan Sistem Politik Easton dan Almond
a. Analisis Sistem Politik Easton dan Almond tidak menghasilkan rumusan yang
empirik atau mampu menjelaskan seluruh proses politik yang terjadi.
b. Kedua model ini sistem politik ini tidak memahami kejadian dis-equilibrium,
seperti revolusi. Kedua model sistem politik tersebut tidak memasukkan
gagasan perubahan tersebut yang dapat mempengaruhi sistem politik.
c. Kedua model tersebut cenderung tidak menghasilkan teori dari hubungan
sebab-akibat karena kedua model tersebut hanya menunjuukkan sifat model
analisis, yaitu hanya menganalisa fenomena politik.

MEKANISME SISTEM POLITIK INDONESIA

Infrastruktur dan Supratruktur Dalam Sistem Politik Indonesia

1. Infra struktur politik, yaitu mesin politik informal yang ada dalam masyarakat yang
tidak memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan keputusan politik Negara.
Infrastruktur Politik pada tingkat pusat seperti Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai
Politik Organisasi Masyarakat (Ormas) Asosiasi Profesi Pusat (AIPI, MIPI, dll)
Media Massa Pendapat Umum Tingkat Daerah Dewan Pimpinan Wilayah/Cabang
(DPW/DPC) Partai Politik Ormas di Daerah Asosiasi Profesi Cabang (AIPI Cabang
Palu, MIPI Cabang, dll. Fungsi Infrastrukutr Politik disebut sebagai fungsi input yaitu

9
Pendidikan politik , Artikulasi kepentingan, Agregasi kepentingan, Rekruitmen
politik, Komunikasi politik.

2. Supra struktur politik, yaitu mesin politik formal yang ada dalam negara yang
memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan keputusan politik.
Suprastruktu Politik pada tingkat pusat seperti Kepala Negara (Eksekutif) DPR
(Legislatif) MA (Yudikatif) Tingkat Daerah Pemerintah daerah (Propinsi,
Kabupaten/Kota) DPRD Propinsi, Kabupaten/Kota Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tinggi. Fungsi Suprastruktur Politik (Gabriel Almond) Rule Making (membuat
undang-undang), Rule Aplication (melaksanakan undang-undang), Rule Adjudication
(mengadili pelaksana undang-undang)

Partisipasi dalam Sistem Politik di Indonesia

1. Partisipasi dalamm bentuk Konvensional


a. Suara dalam pemilu

b. Terlibat dalam kampanye

c. Membentuk dan bergabung dalam organisasi kemasyarakatan

d. Melakukan diskusi politik

e. Melakukan komunikasi pribadi

2. Partisipasi dalam bentuk Non Konvensional


a. Demonstrasi

b. Mogok/boikot

c. Pembangkangan sipil

Politisiasi sebagai Mekanisme Dukungan


Cadangan-cadangan yang telah diakumulasikan sebagai akibat dari keputusan-
keputusan yang lalu bisa ditingkatkan dengan suatu metode rumit untuk menghasilkan
dukungan secara tetap melalui proses yang disebut politisiasi. Politisiasi sendiri memiliki
pengertian sebagai cara-cara yang ditempuh anggota masyarakat dalam mempelajari pola-
pola politik.

10
KAPABILITAS SISTEM POLITIK

Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan


tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda
diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti
oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral.
Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi
(performance level) yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan
luar masyarakat dan lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan
politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok
infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Kapabilitas Sistem Politik Indonesia adalah Kemampuan sistem politik Indonesia
dalam bidang ekstrakstif, distributif, regulatif, simbolik, responsif dalam negeri dan
internasional untuk mencapai suatu tujuan nasional sebagaimana yang termasuk dalam
pembukaan UUD 1945 (A. Rahman H.I). Kapabilitas tersebut yang akan menjadi penilaian
prestasi sebuah sistem politik.

Terdapat enam kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan sistem politik untuk melakukan eksplorasi


potensi yang ada pada sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan
secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan
yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan
bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.

2. Kapabilitas Distributif. yaitu kemampuan dalam mengelola dan mendistribusikan


sumber daya yang ada dalam negara. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara
diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian
pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Yaitu kemampuan dalam menyusun peraturan


perundangan dan mengawasi serta mengatur dan mengendalikan tingkah laku
individu dan kelompok serta organisasi yang berada dalam sistem politik. Dalam

11
menyelenggaran pengawasan tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan
adanya pengaturan. Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat.
Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini
mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara


selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima
kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
Kemampuan dalam upaya membangun kebanggaan bangsa terhadap pemimpin
negaranya.

5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,
output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau
adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas
responsif. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa
sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak
negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional.
Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower)
memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.

6. Kapabilitas dalam Negeri danInternasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup
dalam dunia yang mengglobalsaat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki
kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikanhibah (grants)
dan pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang

Proses Politik Di Indonesia

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-
masa berikut ini:

- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila

12
- Masa Reformasi

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek Penyaluran
tuntutan, Pemeliharaan nilai, Kapabilitas, Integrasi vertikal, Integrasi horizontal, Gaya
politik, Kepemimpinan, Partisipasi massa, Keterlibatan militer, Aparat negara dan Stabilitas
keamanan. Berikut analisis sistem politik berdasarkan

1. Masa prakolonial (Kerajaan)


a. Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi
b. Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa
c. Kapabilitas – SDA melimpah
d. Integrasi vertikal – atas bawah
e. Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan
f. Gaya politik – kerajaan
g. Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan
h. Partisipasi massa – sangat rendah
i. militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang
j. Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
k. Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
a. Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi
b. Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham
c. Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
d. Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis
e. Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
f. Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
g. Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
h. Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada
i. Keterlibatan militer – sangat besar
j. Aparat negara – loyal kepada penjajah
k. Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
a. Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani
b. Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi
c. Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial

13
d. Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
e. Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
f. Gaya politik – ideologis
g. Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928
h. Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
i. Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil
j. Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
k. Stabilitas - instabilitas

4. Masa Demokrasi Terpimpin


a. Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
b. Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah
c. Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
d. Integrasi vertikal – atas bawah
e. Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,
f. Gaya politik – ideolog, nasakom
g. Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik
h. Partisipasi massa – dibatasi
i. Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan
j. Aparat negara – loyal kepada negara
k. Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
a. Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
b. Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
c. Kapabilitas – sistem terbuka
d. Integrasi vertikal – atas bawah
e. Integrasi horizontal – nampak
f. Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan
g. Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI
h. Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
i. Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
j. Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)
k. Stabilitas stabil

14
Dari analisis sistem politik masa kemasa dapat di maknai bahwa Politik adalah Alokasi nilai-
nilai yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Kekuasaan berarti kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak dan kekuatan fisik oleh
seseorang atau sekelompok orang yang berpengaruh terhadap orang banyak..

Perbedaan sistem politik di berbagai Negara

1. Sistem Politik Di Negara Komunis, Bercirikan pemerintahan yang sentralistik,


peniadaan hak milk pribadi, peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya
mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan
terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat.
2. Sistem Politik Di Negara Liberal, Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap
individu atau kelompok, pembatasan kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan
agama, penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas, sistem pemerintahan yang
transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas.
3. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia bercirikan Sistem politik yang didasarkan
pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi
pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia adalah :
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasarkan atas hokum
c. Bentuk Republik
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem Pemilihan langsung
g. Sistem pemerintahan presidensiil

PARPOL DAN BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1
Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

15
Defenisi Partai Politik diantaranya
1. Kumpulan beberapa orang yang mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kekuasaan
2. Penyampaian aspirasi masyarakat
3. Fungsi komunikasi politik

4. Fungsi rekruitmen politik

Fungsi Partai Politik yaitu

1. Sebagai sarana komunikasi politik untuk menyampaikan informasi kepada pembuat


kebijakan dan di sampaikan kepada masyarakat banyak

2. Sebagai sosialisasi politik

3. Sebagai sarana penyampaian aspirasi masyarakat

4. Sebagai sarana penyelesaian atau memediasi konflik

Klasifikasi Partai Politik

1. Dari sisi komposisi atau fungsi anggota

hal ini dilihat adanya perbedaan antara partai kader dengan partai masa, Partai Kader
“Tingkatan pengkaderan tidak hanya elitis tetapi juga sampai kepada tingkatan atau
lapisan bawah atau lapisan massa” Contoh: PKS, PPP, PBB. Sedangkan Partai Masa
“partai yang berorientasi pada pengumpulan anggota sebanyaknya tanpa memberikan
pembinaan dan penkaderan yang jelas Contoh: PDI P, akhir2 ini partai golkar
termasuk partai masa karena pengkaderan hanya dilakukan oleh kaum elit saja.

2. Dari sisi sifat dan Orientasi


a. Lindungan yaitu “Partai yang hanya ada sewaktu PEMILU saja dan tidak jelas
azas dan ideologinya
b. Ideologi atau azas “partai yang terbentuk secara tersistematis, terorganisir dan
mempunyai ideologi yang kuat
Budaya Politik

Budaya Politik Sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya,


serta peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik (Almond dan Verba,1963).
Budaya Politik Indonesia Hierarki yang tegas Kecenderungan patronage Kecenderungan neo-
patrimonialistik (Affan Gaffar,2004). ada tiga kelompok yang mempunyai pengaruh yang

16
sangat kuat terhadap sistem politik dan terbentuknya budaya politik Indonesia, yaitu
kelompok agama,kelompok suku bangsa, dan kelompok ras.

Jenis Budaya Politik di Indonesia

1. Budaya Politik Partisipan yaitu orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan
politik, paling tidak dalam kegiatan pemberian suara (voting), dan memperoleh
informasi cukup banyak tentang kehidupan politik

2. Budaya Politik Subyek (kaula) yaitu orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat
pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik

3. Budaya Politik Parokial yaitu orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau
mengabaikan adanya pemerintahan dan politik.

Ada beberapa unsur yang berpengaruh atau melibatkan diri dalam proses pembentukan
budaya politik nasional,yaitu sebagai berikut.

1. Unsur sub-budaya politik yang berbentuk budaya politik asal.

2. Aneka rupa sub-budaya politik yang berasal dari luar lingkungan tempat budaya
politik asal itu berada.

3. Budaya politik nasional itu sendiri.

Tahapan perkembangan budaya politik nasional menurut Sjamsuddin, (Rahman, 1998:58)


sebagai berikut:

1. Budaya politik nasional yang tengah berada dalam proses pembentukannya.

2. Budaya politik nasional yang sedang mengalami proses pematangan. Dalam tahapan
ini, pada dasarnya budaya politik nasional sudah ada, tetapi masih belum matang.

3. Budaya politik nasional yang sudah mapan, yaitu budaya politik yang telah diakui
keberadaannya secara nasional.

4. Ada dua sudut pandang untuk melihat budaya politik yang dikaitkan dengan struktur
sosial, yaitu secara vertikal maupun horizontal.

17
MILITER DAN PEMBANGUNAN SISTEM POLITIK DI INDONESIA

Dalam arti yang sederhana, militer dapat diartikan sebagai sebuah lembaga atau
institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan untuk menjaga daerah teritorial dan
kedaulatan sebuah negara dari serangan luar. Sedangkan MILITERISME adalah paham
militer yang mengideologikan dan budaya militer yang terasosiasi dalam perilaku
masyarakat. Ada fenomena lain, opini yang berkembang di masyarakat bahwa institusi
militer relatif dianggap sebagai ancaman dan kendala bagi dibangunnya negara Indonesia
yang demokratis. Opini ini terbentuk karena militer memiliki sifat yang represif dengan
sistem komando dam hirarki yang kuat apalagi dipersenjatai dengan senjata yang mematikan.
Militer di Negara Demokratis yaitu, Militer sebagai alat negara yang profesional
sesuai dengan bidangnya namun dibatasi keterlibatannya dalam bidang politik. Politik militer
adalah politik negara, oleh karenanya militer adalah lembaga yang sangat eklusif, berorientasi
pada korps dan aristokrasi yang berlandaskan kedisiplinan, kepatuhan dan ketaatan pada
hirarki dan struktur komando. Jika Militer diberi hak politik praktis, maka yang akan terjadi
adalah kekacauan, karena militer akan terbagi menjadi berbagai kelompok partisan sesuai
kehendak nilai, kepentingan dan ideologinya.
Ada 2 teori yang menganalisis peran dan fungsi Militer

1. Teori dari ACZA yaitu Interest Teori (Teori Kepentingan) yaitu “Peranan Militer
dijadikan ideologi dengan menggagas opini internal lembaga, sehingga menjadi
bentuk yang diharuskan dan harus ditransformasikan terhadap struktur yang lain”.

2. Teori Ketegangan atau Strains Teori “Masyarakat dihadapkan dengan kenyataan


sosial yang sangat pluralis sehingga banyak pertentangan kepentingan”

Jenis-Jenis Militer

1. Militer Profesional “Kadar intervensinya dalam bidang politik sangat minim, mereka
benar-benar fokus di kemiliteran”
2. Militer Pretoniah, ada tiga pembagian militer pretoniah yaitu
a. Pretoniah modren otokrasi yaitu diperintah oleh satu orang
b. Pretoniah modren oligarki yaitu berusaha menguasai lembaga perpolitikan dengan
cara politik internal
c. Pretoniah modern otoriter yaitu berusaha menguasai lembaga perpolitikan dengan
berdifusi dengan sipil dan kemudian mengatur (otoriter). seperti Militer arbitration

18
yaitu intervensi militer kedalam politik jika terjadi konflik dan Militer Guardian
yaitu intervensi disegala macam bidang politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain
sebaginya.
3. Militer Revolusioner yaitu militer yang punya tanggung jawab langsung terhadap
kelangsungan hidup negara, ketika kehidupan politik disebuah negara terancam,
militer langsung ikut dan masuk kedalam tantangan tersebut, setelah selesai mereka
Back to Barrack ”
Menurut Fatah dalam Iswandi, ada bermacam macam keterlibatan militer diberbagai
bidang: Bidang Administrasi Pemerintahan, Dalam Partai Politik, Posisi Pemerintahan Sipil,
Terbentuknya otokrasi militer, Terlibat dalam terbentuknya poligarki, Terlibat dalam
terbentuknya pretoniah yang otoriter, Terbentuknya juntu militer (semua aspek dikuasai
militer). Maka fungsi militer dalam kontek demokrasi sebagai berikut Fungsi Management of
Violence, Aspek kemasyarakatan (budaya politik yang minim) dan Dinamisasi internal.

POLITIK GLOBAL DAN REGIONAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


PEMBANGUNAN POLITIK DI INDONESIA

Politik global adalah suatu jaringan dan jejaring yang kompleks dari bermacam-
macam agen politik negara dan non-negara yang berada pada lingkungan global (dunia).
Kecendrungan Politik Regional yaitu Politik Luar negeri merupakan seperangkat kebijakan
yang diambil oleh pemerintah suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai
kepentingannya.
Perkembangan Geopolitik di Asia Pasifik abad 21 dan pengaruhnya terhadap
Indonesia, dimana Indonesia harus mampu mengikuti lingkungan perkembangan politik
global. Dimana manusia modern dituntut mampu beradabtasi terhadap perkembangan dan
inovasi, sehingga bisa merespon kemudian menyesuaikan diri. Misalnya: Terkait dengan
pertahanan dan keamanan bisa membuat kebijakan dan strategis yang tepat. Realitas Dunia
kita saat ini berada dalam globalisasi dengan Interkonektivitas. Ada krisis di euro semua
terpengaruh, Ketegangan politik di timur tengah berpengaruh terhadap harga minyak global
dan Revolusi dibidang teknologi informasi membuat dunia makin dinamis.
Banyak sekali variabel dan ketidakpastian, misalnya krisis dunia yang kerap terjadi.
Pada tahun 2008-2009 di Indonesia terjadi krisis ekonomi yang dimulai dari AS lalu
merambat ke zona Euro. Selanjutnya Ledakan Penduduk Dunia, berdasarkan Pidato SBY
pada jumat, 29 Juni 2012 di Bandung mencatat Pada 2045 penduduk dunia akan mencapai 9
Miliar jiwa. Artinya: Kebutuhan akan pangan dan energi akan makin meningkat ”Inilah inti

19
tantangan di masa depan”. Selanjutnya kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan yang
miskin yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara maju
termasuk di Amerika Serikat.

Pembangunan Politik
Pembangunan Politik dapat dilihat dari perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam masyarakat, Pembangunan Politik merupakan suatu proses menuju sistem politik yang
kuat (Transparan, Responsif dan demokratis) bukan orangnya yang kuat. Tuntutan dalam
Pembangunan Politik diantaranya:

1. Tuntutan Situasi Internasional


Tuntutan politik untuk melakukan pembangunan serta adaptasi dengan lingkungan
internasional, kemajuan dari pembangunan politik yang tersusun dengan sistem yang
baik disebut diferensiasi struktural

2. Tuntutan Domestik
Tuntutan ini muncul karena adanya kelas menengah,,dengan kelas menengah inilah
menuntut adanya peran baru

3. Tuntutan Gagasan dari Pemimpin


Gagasan dari pemimpin telah dimulai dari awal kemerdekaan yang mempunyai
pengaruh sampai saat ini.

Ada beberapa Unsur yang mempengaruhi pembangunan politik yaitu kepercayaan


(public trust), partisipasi politik dan kapasitas lembaga. Dari ketiga unsur tersebut
mengilustrasikan bahwa sistem politik harus mampu mengcovernya sehingga sistem politk
mampu stabuil dari tekanan dan tuntuan luar dan dalam negri. Pembangunan Politik
merupakan sesuatu yang berjalan berkelanjutan (sustinable) dimulai dari Pembangunan
Bangsa, Pembangunan Politik Sebagai Pembangunan Negara, Pembangunan Politik sebagai
persoalan partisipasi, dan Pembangunan Politik sebagai persoalan kesejahteraan.
Krisis politik yang terjadi di beberapa negara turut memperburuk krisis keuangan
global yang terjadi saat ini. "Krisis tahun ini, selain disebabkan situasi ekonomi dan
keuangan, krisis politik ikut memperburuk situasi dunia saat ini,“. Realitas tersebut
menganggu pembangunan politik di suatu bangsa/ negara (Sekretaris Eksekutif CIDES).
Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Arief Budimanta mengatakan,
persoalan krisis yang terjadi ini berkaitan dengan persoalan kredibilitas suatu negara. "Karena

20
krisis yang terjadi merupakan 'resultante' dari krisis keuangan, pangan dan politik sehingga
menghasilkan krisis kepercayaan kepada negara atau pemerintah".
Para politisi dan negara perlu mengelola tiga hal tersebut (Keuangan, Pangan dan
politik) dengan baik agar tidak terjadi krisis kredibilitas yang mengakibatkan krisis
kepercayaan oleh masyarakat. Sebuah perubahan rezim politik akan memengaruhi kebijakan
suatu negara dan berdampak pada negara lain di dunia. Menurutnya, pemerintah perlu
mengantisipasi dampak kebijakan luar negeri tersebut dengan memanfaatkan kerjasama luar
negeri tersebut untuk kepentingan dalam negeri. "Pada intinya adalah bagaimana kepentingan
luar negeri dapat menyelamatkan kepentingan dalam negeri".

Politik Global/ International Relationship

1. Politik Internasional
a. Blok Barat (AS, Nato dan Sekutunya)
b. Blok Timur (Unisoviet)
c. Non Blok
2. Kekuatan Politik Global
a. Komunis
b. Kapitalis

c. Islam

Implikasi Politik Global

Globalisasi yang terjadi pada saat sekarang ini, mengharuskan bangsa Indonesia harus
dapat tegak dengan memiliki kedaulatan di bidang politik, kemandirian bidang ekonomi,
berkepribadian dalam kebudayaan, dan memiliki daya lenting yang kuat dalam ketahanan
nasional. Lebih dari itu, harus tetap memperkokoh jati diri sebagai Pancasilais yang
menjunjung tinggi UUD RI Tahun 1945 dan memperkokoh tegaknya NKRI dengan ke
Bhinekaan Tunggal Ika nya.
Indonesia pun masuk dalam agenda-agenda liberalisme-pasar bebas yang digagas
negara-negara maju, korporasi global, dan lembaga keuangan internasional, yang terbukti
merugikan petani dan pelaku ekonomi rakyat lainnya. Oleh karena itu, terkait dengan kondisi
saat ini, seharusnya mendesak pemerintah, DPR, dan elemen terkait untuk memproteksi
perekonomian nasional, termasuk komoditas seperti pertanian sebagaimana yang dilakukan
oleh negara maju dan tidak secara mudah terpedaya oleh kemauan negara-negara maju yang

21
menggunakan jalur negosiasi untuk memaksakan kehendaknya. Ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam menghadapi tantangan global yaitu bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Nampaknya pada akhir-akhir ini kurang “greget” dalam membicarakan atau
memahami dan menghayati Pancasila. Sementara itu, kadar keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa masih perlu ditingkatkan. Masih ada sebagian kecil masyarakat yang
bersikap dan berpandangan sempit. Kesadaran nasional pada dasarnya cukup baik walaupun
masih banyak yang tererosi dampak globalisasi yang berakibat berkembangnya sikap
mementingkan diri sendiri, sedangkan integritas moral juga masih perlu mendapat perhatian
yang lebih serius.
Di bidang kehidupan politik nampak relatif stabil, namun pengaruh liberalisme dan
individualisme menyebabkan adanya kelompok-kelompok yang mendesakkan keinginannya
dan mengambil jalan yang terkadang tidak sesuai prinsip demokrasi. kedaulatan di bidang
politik masih perlu secara terus menerus dibangun dan dimantapkan. Rakyat masih mudah
dihasut oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab maupun oleh “avonturis politik.”
Sering terjadinya perpecahan dalam tubuh organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan
terkadang bukan sekedar dinamika demokrasi tetapi lebih diakibatkan kurang kematangan
berpolitik dan wawasan kebangsaan. Demikian juga kesadaran hukum dan disiplin, masih
jauh dari harapan karena dalam kenyataannya masih banyak sekali pelanggaran hokum yang
terjadi dewasa ini.
Dalam bidang ekonomi dimana Liberalis dan kapitalis selalu berusaha agar Indonesia
dapat bergantung kepadanya dan dikendalikan. Konsumerisme dan gaya hidup, materialistis,
individualistis, dan “hedonisme” yang hanya mencari kesenangan bagi diri sendiri banyak
menjangkiti kalangan masyarakat tertentu. Hal itu akan mendorong untuk berbuat korupsi,
kolusi dan perilaku lainnya yang menyimpang dalam rangka menopang gaya hidupnya.
Akibat lanjutannya bisa meruntuhkan moralitas.
Bidang budaya implikasi politik global dapat disaksikan masih kurangnya disiplin,
tidak jujur, malas, bekerja “asal jadi,” yang mengabaikan mutu dan hanya bersifat formalitas.
Banyak orang tampil mendua, artinya apa yang ditampilkan tidak sesuai dengan pribadinya
melainkan mengikuti arus atau gaya yang tidak dipahami makna hakikinya. Penetrasi budaya
asing khususnya dari Barat sangat mempengaruhi generasi muda. Erosi akibat kebudayaan
asing banyak terjadi seperti maraknya pornografi dan pornoaksi dengan dalih kebebasan
berekspresi yang sebenarnya tidak sesuai dengan pandangan hidup dan sistem nilai bangsa
Indonesia, norma, dan etika ketimuran.

22
Sistem nilai Indonesia yang religius semestinya merupakan dasar karakter dan etika
yang memancarkan dalam berbagai karya termasuk karya seni, dan kehidupan sosial mesti
dapat menyesuaikan dengan tatakrama kemanusiaan yang berlaku bagi kebersamaan. Tanpa
itu mustahil hidup bermasyarakat dapat harmoni. Sifat ketergantungan dan rendah diri juga
masih menjangkiti masyarakat.
Sifat dependensi yang berlebihan, kekacauan tata pikir, pesimistik, rendah harga diri.”
Terlihat dalam kehidupan sehari-hari antara lain sikap ingin mendapatkan sesuatu tanpa mau
berbuat sesuatu, menggantungkan diri pada orang lain, selalu menunggu petunjuk, mudah
putus asa, sikap “menerabas,” pasifitas dan tidak bertanggung jawab. Kadar kemandirian,
ketangguhan, kreatifitas, dan sikap mau bertanggung jawab perlu ditingkatkan. Orientasi nilai
budaya yang terlampau terarah ke atas mengandung kelemahan yang bisa berdampak negatif
antara lain disiplin pribadi kurang, hasrat untuk berdiri dan berusaha sendiri serta rasa
tanggung jawab kurang.
Selanjutnya dalam bidang pertahanan dan keamanan perlu perhatian terutama alat
utama TNI untuk mewujudkan profesionalisme. Kesadaran bela negara cukup baik, namun
juga perlu dipelihara secara berlanjut, apalagi makin besarnya pengaruh negatif dunia yang
makin terbuka. Kelemahan hukum, keadilan, ketertiban, dapat saja menimbulkan kekacauan.
Fenomena global paradox mengisyaratkan bahwa walaupun kekuatan-kekuatan konvergensi
mendorong menuju satu dunia terintegrasi, satu “dunia tanpa batas,” namun juga terdapat
kekuatan-kekuatan divergensi yang dapat mencetuskan separatisme, primordialisme,
nasionalisme sempit etnik yang menyebabkan keadaan tidak stabil. Kriminalitas meningkat
berupa kejahatan Narkoba, culture of violence, dan tipe kriminalitas baru seperti kejahatan
Bank dan cyber.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Basri, S, Pengantar Ilmu Politik, Indie Book Corner, Yogyakarta, 2011.


2. Budiardjo, M, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2003.
3. Gaffar, A, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1999.
4. Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1982.
5. I, A. Rahman. H., Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu Yogyakarta, 2007.
6. Kantaprawira, R, Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Sinar Baru
Algensindo, Bandung, 2006.
7. Maksudi, B.I, Sistem Politik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2012.
8. Marijan, K, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Kencana, Jakarta, 2010.
9. Mas’oed. M & Andrews. C.A, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada Univ. Press,
Yogyakarta, 2000.
10. Sanit, A, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan,
Rajawali Press, Jakarta, 2008.
11. Syafiie, I.K & Azhari, Sistem Politik Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010.
12. Budiardjo, M, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Gramedia, Jakarta,
1981.
13. Ismail, H.M, Politisasi Birokrasi, Ash-Shiddiqy Press, Malang, 2009.
14. Librayanto, R, Trias Politica dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia, PuKAP,
Makassar, 2008.
15. Pandoyo, S.T, Ulasan terhadap beberapa Ketentuan UUD 1945: Sistem Politik dan
Perkembangan Kehidupan Demokrasi, ed.IV, Liberty,Yogyakarta, 1992.
16. Rodee, C.C., et.al, Pengantar Ilmu Politik, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008
17. Simabura, C, Parlemen Indonesia: Lintasan Sejarah dan Sistemnya, Rajawali Press,
Jakarta, 2011.
18. Purwanto, E, Demokratisasi Sistem Politik dan Pemerintahan, Averroes Press, Malang,
2011.
19. Varma, S.P, Teori Politik Modern, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.
20. Wibowo, E, et.al., Ilmu Politik Kontemporer, YPAPI, Yogyakarta, 2004.

24

Anda mungkin juga menyukai