Anda di halaman 1dari 6

NAMA : CENDRAWASIH A.

MSIREN
NIM : 2021031054022
MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA

“Mekanisme Sistem Politik menurut Gabriel Almond dan David Easton beserta contoh kasusnya”

Sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing yang
bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas)
seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk
mencapai tujuan suatu negara. Pendekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk
menggantikan pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara
dan kekuasaan. Pendekatan sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada
makhluk hidup.
Sistem politik dianologikan sebagai sebuah organisme yang terdiri dari bagian-bagian atau
komponen-komponen yang semuanya saling berinteraksi, hal itu memberikan dua masukan
yang sangat penting. Pertama, jika terjadi perubahan dalam bagian-bagian itu makan akan
mempengaruhi seluruh sistem tersebut. Kedua, sistem hidup dalam sebuah lingkungan dan
karena itu antara sistem juga lingkungan melakukan sebuah interaksi dan sistem itu juga
dipengaruhi oleh lingkungan itu.
Sistem politik sendiri memiliki kemajuan yang sangat pesat pendekatan klasik ilmu politik
klasik. Hal ini didasari semakin luas kajian-kajian yang dipelajari dalam sistem politik, yang
pada pendekatan pendekatan klasik ilmu politik hanya mempelajari lembaga formal pada
negara tersebut. Itu dinilai sistem politik sebagai kelemaham karena politik tidak hanya
dipengaruhi aspek-aspek formal pada negara saja tetapi ada aspek- aspek non formal yang
mempengaruhi sebuah kebijakan atau keputusan.
 SISTEM POLITIK OLEH DAVID EASTON 
Proses politik yang seperti itu yang menurut David Easton dikenal sebagai Teori Sistem,
menurut David Easton ada yang dinamakan sebuah input  dan output dari sistem yang
tercermin dalam keputusan-keputusan yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan
(input) di dalam sistem tersebut. Rumusan ini sangat sederhana tetapi juga cukup memadai
untuk menjelaskan berbagai hal: input – sistem atau proses politik – output. Hubungan ini
secara diagram dapat dilihat dalam gambar berikut, hal in bisa dipakai sebagai pendekatan
dalam mempelajari kehidupan politik.
Skema Kerja Sistem Politik Easton
Dalam gambar diatas, Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat secara
keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem yang berupaya
mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatif. Alokasi nilai hanya
dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif) di
mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu
keputusan (decision) dan tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna
mengalokasikan nilai.
Unit-unit yang berada dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan-tindakan
politik (political actions) seperti pembuatan UU, pengawasan legislatif terhadap kinerja
eksekutif, dan tututan elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dari sini
kinerja pada sistem politik memperoleh masukan dari input.Input terdiri dari dari tuntutan
dan dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik atau lingkungan dimana
sistem politik itu berada, tuntutan itu kemudian digarap oleh aktor-aktor politik yang berada
dalam  sistem politik itu.  Di sisi lain, ada dukungan merupakan tindakan yang bisa
melestarikan atau  menolak sistem politik. Bisa dilihat disini bahwa dukungan ada yang
bersifat positif dan negatif terhadap sistem politik tersebut.
Kemudian tuntutan dan dukungan itu masuk dalam sistem politik, setelah diproses
dalam sistem politik kemudian muncul sebuah keluaran yang disebut Output. Menurut Easton
Output terdiri dari keputusan dan tindakan, dari output  ini muncul yang bernama Feedback
(umpan balik) yang dampaknya kembali dirasakan di Input. Yang dimaksudkan disini adalah
apakah keputusan dan tindakan itu sesuai dengan tuntungan dan dukungan yang berasal dari
Input. . Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan, dan
secara lebih lanjut meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung
dalam pola siklis.
ü  Contoh Pendekatan Sistem Politik David Easton :
Disini saya mengambil contoh tentang masalah jalan raya di Kota Madiun, tepatnya di
Ring Road Kota Madiun. Sebelum menjadi ring road, lokasi tersebut masih berupa
persawahan dan tanah lapang yang kosong. Masyarakat dan pihak lain (seperti sopir
bus, sopir truk, dan kendaraan berat lainnya) menginginkan adanya jalan pintas yang
menghubungkan antara Kota Madiun (Madiun timur) dan Kabupaten Madiun
(Madiun barat) yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memperlancar laju
kendaraan umum dan bus dari arah Surabaya yang ingin ke arah Solo tanpa melewati
Kota Madiun. Karena banyak tuntutan dan dukungan dari masyarakat sekitar dan
pihak lain seperti yang telah disebutkan diatas mengenai ring road tersebut, akhirnya
pemerintah Kota Madiun membuat suatu kebijakan untuk membangun ring road.
Setelah ring road tersebut jadi dan digunakan sampai saat ini kurang lebih sekitar 2
tahun, jalan aspalnya mengalami kerusakan, seperti aspal yang retak, jalan yang
berlubang, dsb. Kemudian masyarakat sekitar dan pihak lain merasa terganggu oleh
kerusakan jalan tersebut. Merekapun memberikan tuntutan kembali ke pemerintah
Kota Madiun untuk memperbaiki jalan yang rusak tersebut. Pemerintah
menyetujuinya dan memperbaiki total jalan yang rusak itu. Kejadian seperti ini akan
terus terjadi bolak-balik (feedback).
Seluruh pikiran Easton mengenai pengaruh lingkungan ini dapat dilihat di
dalam bagan model arus sistem politik berikut:

Model Arus Sistem Politik Easton


Model arus sistem politik di atas hendak menunjukkan bagaimana lingkungan, baik
intrasocietal maupun extrasocietal, mampu mempengaruhi tuntutan dan dukungan yang
masuk ke dalam sistem politik. . Keunggulan dari model arus sistem politik ini adalah Easton
lebih merinci pada sistem politik pada hakikatnya bersifat terbuka. Dua jenis lingkungan,
intrasocietal dan extrasocietal mampu mempengaruhi mekanisme input (tuntutan dan
dukungan) sehingga struktur proses dan output harus lincah dalam mengadaptasinya.

Tuntutan dan dukungan dikonversi di dalam sistem politik yang bermuara pada output
yang dikeluarkan oleh Otoritas. Otoritas di sini berarti lembaga yang memiliki kewenangan
untuk mengeluarkan keputusan maupun tindakan dalam bentuk policy (kebijakan), bukan
sembarang lembaga, melainkan menurut Easton diposisikan oleh negara (state). Output ini
kemudian kembali dipersepsi oleh lingkungan dan proses siklis kembali berlangsung.
Gabriel Abraham Almond
Gabriel Abraham Almond adalah salah satu pengguna teori sistem politik Easton. Bagi
Almond, sistem politik adalah totalitas interaksi antar unit-unit yang ada di dalamnya.
Interaksi tersebut tidak hanya sebatas pada lembaga-lembaga (aktor-aktor) politik formal
melainkan pula informal. Keseimbangan di dalam sistem politik menurut Almond selalu
berubah sehingga sistem politik lebih bersifat dinamis ketimbang statis. Perubahan
keseimbangan ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh lingkungan intrasocietal dan
extrasocietal. Pengaruh tersebut membuat perimbangan kekuatan antar struktur formal
berubah dan contoh paling mudah adalah dominannya kekuatan lembaga kepresidenan atas
legislatif dan yudikatif di masa pra transisi politik 1998 berganti dengan persamaan dan
penyetaraan kekuatan di antara ketiga lembaga tersebut pasca transisi.
Almond mendasarkan beberapa hal utama dalam sistem politik. Pertama, sistem
politik merupakan sistem yang ada dalam masyarakat yang bebas. Kedua, tujuan ilmu politik
adalah untuk mencapai suatu integrasi masyarakat. Ketiga, sistem politik absah dalam
menggunakan kekuatan paksaan, paksaan ini sebagian besar dilakukan dengan paksaan
hukum. Almond membandingkan lembaga-lembaga dalam proses politik yang terdapat
didalamnya melalui tiga tahapan. Yang pertama adalah kegiatan deskriptif, yaitu dengan
melihat dan memusatkan perhatian pada semua rangkaian sistem politik. Yang kedua adalah
memilah-milah dan mengelompokkan unit-unit dalam proses politik. Yang ketiga adalah
mencari hubungan antar unit yang tergabung dalam sistem politik. Menurut Almond ada tiga
konsep yang digunakan dalam membandingkan berbagai sistem politik,  yaitu sistem,
struktur, dan fungsi. Sistem digunakan sebagai konsep dengan adanya organisasi yang
berinteraksi masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu, dan agar sistem berjalan dengan
baik maka memerlukan struktur sebagai proses berjalannya fungsi politik tersebut. Lembaga
politik mempunya tiga fungsi yaitu sosialisasi politik, yakni merupakan fungsi untuk
mengembangkan dan memperkuat sikap-sikap politik di kalangan penduduk, untuk
menjalankan peranan-peranan politik, administratif, dan yudisial. Fungsi yang kedua adalah
rekruitmen politik, yakni merupakan fungsi yang digunakan untuk menyeleksi rakyat dalam
kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi,
menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Yang ketiga adalah
komunikasi politik, yaitu merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan
melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik.
Almond meringkas pola pikir sistem politiknya ke dalam skema berikut: 

Diagram Sistem Politik Almond dan Level-level Fungsi

Di level fungsi input, sosialisasi dan rekrutmen politik meliputi rekrutmen individu
dari aneka kelas masyarakat, etnik, kelompok, dan sejenisnya untuk masuk ke dalam partai
politik, birokrasi, lembaga yudisial, dan sebagainya.Almond membagi sistem politik ke
dalam tiga level. Level pertama terdiri atas enam fungsi konversi yaitu: (1) artikulasi
kepentingan (penyampaian tuntutan dan dukungan); (2) agregasi kepentingan
(pengelompokan ataupun pengkombinasian aneka kepentingan ke dalam wujud rancangan
undang-undang); (3) komunikasi politik; (4) pembuatan peraturan (pengkonversian
rancangan undang-undang menjadi undang-undang atau peraturan lain yang sifatnya
mengikat); (5) pelaksanaan peraturan (penerapan aturan umum undang-undang dan
peraturan lain ke tingkat warganegara), dan; (6) pengawasan peraturan (pengawasan
jalannya penerapan undang-undang di kalangan warganegara).
Fungsi nomor satu hingga tiga berhubungan dengan tuntutan dan dukungan yang
masuk melalui mekanisme input sementara fungsi nomor empat hingga enam berada di sisi
keluaran berupa keputusan serta tindakan.
Ø  Kelemahan Sistem Politik Almond dan Easton :

·         Analisis Sistem Politik Easton dan Almond tidak menghasilkan rumusan yang empirik atau
mampu menjelaskan seluruh proses politik yang terjadi.

·         Kedua model ini sistem politik ini tidak memahami kejadian dis-equilibrium, seperti
revolusi. Kedua model sistem politik tersebut tidak memasukkan gagasan perubahan tersebut
yang dapat mempengaruhi sistem politik.

·         Kedua model tersebut cenderung tidak menghasilkan teori dari hubungan sebab-akibat
karena kedua model tersebut hanya menunjuukkan sifat model analisis, yaitu hanya
menganalisa fenomena politik.

Ø  Keunggulan Sistem Politik Almond dan Easton

·         Kedua model tersebut berpengaruh besar dalam perkembangan studi ilmu politik sejak tahun
1950.

·         Kedua model mampu membuat analisa politik dengan cukup peka diantara kompleksitas
sistem politik di dalam sistem sosial yang lebih besar.

·         Kedua model sistem politik mampu menciptakan keseimban gan/ekuilibrium/stabil dan jika
ada konflik, maka model sistem politik mampu mengecek setiap komponen atau subsistem
untuk menemukan sumber konfliknya.

·         Kesederhanaan kedua model tersebut dapat dipakai untuk menganalisa berbagai sistem
politik, baik yang demokratis maupun otoriter, tradisional maupun modern.

Anda mungkin juga menyukai