Anda di halaman 1dari 3

UTS SISTEM POLITIK INDONESIA

Nama : Samsul Muarif

NIM : 2201010026

Kelas : 3B Ilmu Administrasi Negara

Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia

Dosen : Dr.Muhammad Ibrahim Rantau M.IP

1. Uraikan kembali teori sistem politik menurut David Easton dan Gabriel Almond,
sebagaimana yang telah disampaikan oleh Dosen Sistem Politik Indonesia, pada pertemuan I
dalam perkuliahan.

Jawaban

David Easton

Pengertian sistem politik menurut David Easton masih menempati tempat penting dalam
kajian politik negara. Pemahaman Gabriel Almond tentang struktur fungsional
menyempurnakan konsep David Easton. Sistem politik adalah suatu kesatuan (kolektif) dari
sekumpulan struktur politik yang mempunyai fungsi dan kegiatan tersendiri untuk mencapai
tujuan suatu negara.

Untuk memahami sistem politik Indonesia, serta memahami sistem lainnya, kita perlu
mengetahui beberapa variabel kunci. Variabel kunci untuk memahami suatu sistem adalah
struktur, fungsi, aktor, nilai, standar, tujuan, input, output, respon, dan masukan.

Gabriel Abraham Almond

Menurut Chilcote, pada tahun 1956 - sekitar tiga tahun setelah David Easton menerbitkan
Sistem Politik pada tahun 1953 - Gabriel Abraham Almond menerapkan teori sistem pada
sistem politik suatu negara sebagai bentuk Metode coba-coba adalah sebuah teori. Namun,
Almond melakukan beberapa modifikasi terhadap teori Easton. Jika Easton membangun teori
besar, Almond membangun teori perantara. Secara umum teori sistem yang dikembangkan
oleh Almond terdiri dari tiga tahap. Pemikiran Easton mengikuti Ronald H. Chilcote yang
menyebutkan penelitian Almond.

Menurut Almond, keseimbangan sistem politik selalu berubah, sehingga sistem politik lebih
bersifat dinamis dibandingkan statis. Perubahan keseimbangan tersebut tentunya tidak lepas
dari pengaruh lingkungan sosial internal dan eksternal. Pengaruh tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan perimbangan kekuasaan antar struktur formal dan contoh paling
sederhana adalah dominasi lembaga presidensial terhadap lembaga legislatif dan yudikatif
pada masa transisi politik. Sebelum tahun 1998, hal tersebut digantikan oleh kesetaraan dan
keseimbangan kekuasaan di antara tiga cabang organisasi setelah proses transisi.

2. Uraiakan pendapat anda tentang perkembangan demokrastisasi di Indonesia saat ini,


terutama dalam kaitannya dengan pemilu legislatif dan presiden secara langsung.

Saat ini, upaya untuk memperkuat demokrasi Indonesia harus mencakup peningkatan
pengawasan, pendidikan politik yang lebih luas, dan penguatan lembaga penegakan hukum
dan pengawasan untuk memastikan akuntabilitas, integritas, dan transparansi proses politik.
Demokrasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus terus dijaga dan
disempurnakan. Partisipasi aktif masyarakat untuk memastikan proses politik yang transparan
dan akuntabel sangat penting untuk memperkuat fondasi demokrasi di Indonesia.

Dalam proses demokratisasi di Indonesia, masih terdapat tantangan dan peluang yang perlu
diatasi. Pemilihan legislatif dan presiden secara langsung merupakan langkah positif dalam
memperkuat demokrasi, namun reformasi dan perbaikan sistem politik dan pemilu harus
terus didorong untuk mencapai tujuan tersebut. menjaga demokrasi yang kuat dan
berkelanjutan. gambaran umum. Penting untuk memperhatikan perkembangan terkini dan
pendapat berbagai pemangku kepentingan di Indonesia untuk mendapatkan gambaran utama
informasi yang lebih akurat tentang situasi saat ini.

3. Dalam fungsi check and balances antara Lembaga legislatif dan eksekutif di Indonesia,
terdapat paradoks bahwa sistem pemerintahan kita (presidensiil) harus berdampingan dengan
kondisi parlemen yang multi partai. Jelaskan hal tersebut, disertai dengan contoh
konsekuensinya dalam kehidupan politik di Indonesia saat ini.

Sistem pemerintahan presidensial di Indonesia, dimana kekuasaan dibagi antara legislatif dan
eksekutif, menghadapi sejumlah tantangan akibat paradoks ini. Di Indonesia, Majelis
Nasional menganut sistem multi-partai, yang berarti tidak ada partai yang memiliki mayoritas
kuat dalam pemilu. Dewan Legislatif. Hal ini menciptakan situasi di mana presiden terpilih
dapat berasal dari partai yang tidak memiliki mayoritas absolut di Majelis Nasional.

Contoh nyata dari konsekuensi ini dalam politik Indonesia saat ini menjadi tantangan bagi
presiden dalam mempertahankan kohesi politik. dan menjaga stabilitas politik. Keberadaan
partai politik yang banyak membuat mereka harus terus-menerus berkompromi, bernegosiasi,
dan membangun koalisi yang kuat. Akibatnya, terkadang kebijakan yang dirumuskan tidak
mencerminkan visi yang kuat namun merupakan hasil negosiasi dan kompromi antar
kepentingan politik yang berbeda. Ketidakstabilan politik akibat situasi ini juga dapat
mempengaruhi kinerja pemerintah, memperlambat pengambilan keputusan dan pada akhirnya
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai