Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JL. Raya Prof. DR. HAMKA Kampus III Ngaliyan Telp./Fax. 024-7606405 Semarang 50185
Email: fisipuinwalisongo@gmail.com atau muhyarfa@yahoo.co.id

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata kuliah : Gerakan Sosial Hari : Menyesuaikan


Smt / Jur / Kelas : 5/Sosiologi/AB Tanggal : Menyesuaikan
Dosen Pengampu : Nur Hasyim, M.A. Jam : Menyesuaikan
Sifat Ujian : Terbuka Ruang : Menyesuaikan

Jawab dan jelaskan beberapa soal di bawah ini:


1. Bentuk gerakan sosial sangat beragam misalnya gerakan lingkungan, gerakan hak asasi
manusia, gerakan feminisme, gerakan mahasiswa dan sebagainya. Jelaskan karakteristik
umum gerakan sosial?
2. Gerakan sosial seringkali menghadapi penolakan/tantangan (resistensi), apa saja bentuk
resistensi tersebut? dan jelaskan.
3. Dalam teori perilaku kolektif yang perkenalkan oleh Herbert Blumer, ada beberapa
konsep kunci. Di antara konsep kunci itu adalah Contagion (penularan) dan Circular
Reaction (reaksi melingkar). Jelaskan kedua konsep kunci tersebut
4. Silahkan analisis kasus di bawah ini dengan menggunakan teori gerakan sosial yang
Anda anggap dapat menjelaskan fenomena gerakan sosial sebagaimana digambarkan
dalam kasus.

LEMBAR KASUS
GERAKAN BURUH MENENTANG OMNIBUS LAW
Tahun lalu, jalan-jalan utama beberapa kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan
dijejali buruh yang menuntut pembatalan Omnibus Law yang dianggap tidak memihak kepada
buruh. Sebaliknya UU itu dinilai buruh berpihak kepada investor/pengusaha atau pemilik modal
dengan alasan untuk kemajuan menuju Indonesia sebagai negara dengan penghasilan menengah
sampai tinggi. Tidak hanya buruh, para petani, pelajar, mahasiswa, akademisi ikut turun ke jalan
untuk menunjukkan sikap penolakan terhadap UU tersebut.
Bahkan jauh sebelum UU Omnibus Law diundangkan, aksi-aksi demo sudah gencar dilakukan
buruh di berbagai kota berbasis industri. Beberapa kali buruh keluar dari kawasan Industri dan
melakukan konvoi bersama dengan mahasiswa yang keluar dari kampusnya untuk melakukan
protes mendesak kepada parlemen dan pemerintah untuk menghentikan pembahasan RUU
Undang-Undang Omnibus Law tersebut.
Meskipun gelombang aksi terjadi di berbagai kota, DPR tetap bersikeras mengesah UU Omnibus
Law. DPR melalui Katuanya Puan Maharani menyebutkan bahwa UU ini penting dalam rangka
menciptakan iklim usaha yang lebih baik dan dengan iklim usaha yang baik ini akan
mempercepat terwujudnya kemajuan Indonesia ( Kompas.com, 06/10/2020). Sementara buruh
melihat sebaliknya bahwa UU Omnibus Law menjadi dasar hukum yang menyamankan investasi
dan akumulasi kapital di atas penderitaan kaum buruh.
Beberapa poin yang dianggap merugikan buruh di antaranya pertama, penghapusan upah
minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan menggantinya menjadi upah minimum provinsi (UMP)
akan berpotensi membuat upah buruh menjadi lebih rendah. Kedua, Jam lembur buruh menjadi
lebih lama. Situasi ini akan menjadi dasar bagi eksploitasi buruh untuk mengakumulasi kapital.
Ketiga, kontrak buruh seumur hidup. Dengan status kontrak maka kontrol dan kuasa ada pada
pengusaha. Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja (PHK) kepada buruh kapan saja dia
mau. Keempat, Pemotongan waktu istirahat bagi buruh. Poin berhubungan dengan poin jam
lembur yang lebih lama yakni berpotensi terjadi eksploitasi buruh untuk kepentingan akumulasi
kapital.
Dengan berbagai pertimbangan di atas, buruh bersikukuh untuk menolak UU Omibus Law.
Untuk mewujudkan tujuan ini maka berbagai organisasi buruh membangun aliansi melakukan
aksi mogok nasional pada tanggal 6,7,8 Oktober 2020. Kaum buruh juga membangun aliansi
dengan elemen masyarakat lain untuk aksi-aksi protes di berbagai kota. Aksi-aksi protes ini
dimaksudkan untuk menekan pemerintah dan parlemen untuk membatalkan UU Omnibus Law.
Karena para buruh yakin gelombang aksi protes dan mogok adalah cara yang efektif untuk
mewujudkan agenda mereka.
Dengan aksi mogok dan protes dilakukan, buruh ingin membuat mesin-mesin produksi berhenti
beroperasi. Dengan berhentinya mesin akan menghentikan produksi yang menghentikan pasokan
komoditas produksi dan memaksa akumulasi kapital untuk berhenti. Namun demikian,
sepertinya agenda buruh untuk menggagalkan pengesahan Umnibus Law masih jauh, DPR dan
pemerintah bersikukuh UU ini harus tetap berjalan karenanya Jalan terjal masih akan
menghadang kelas buruh di negeri kaya sumber daya ini.

Anda mungkin juga menyukai