PRODI PSIKOLOGI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Salah satu aksi unjuk rasa besar terjadi pada 12 Februari 2020 yang
dilaksanakan di berbagai kota. Di beberapa kota di Pulau Jawa, protes di Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta banyak terjadi di depan gedung-gedung DPRD.
Aksi yang sama turut dilakukan oleh beberapa serikat pekerja di kota Batam. Di
Kalimantan Selatan, Tengah, dan Barat, beberapa protes yang dilakukan oleh serikat
buruh dan para mahasiswa sebagian besar berlangsung damai. Pada 16 Juli,
demonstrasi digelar di Ambon dan Ternate untuk menentang RUU Cipta Kerja dan
menuntut RUU Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi prioritas utama bangsa. Di
hari yang sama, Aliansi Kaltim Melawan dan Rakyat Kaltim Untuk Indonesia dengan
memblokade ruas jalan di depan gedung DPRD Provinsi Kalimantan Timur di
Samarinda dan memaksa untuk masuk ke dalam gedung, meningkatkan ketegangan
dan membuat pemerintah daerah terpaksa mengerahkan 30 personel Tentara Nasional
Indonesia. Sementara, demonstrasi di Makassar berubah menjadi kerusuhan, 37 orang
ditangkap oleh polisi, salah satu di antaranya adalah perempuan. Di Bali, mahasiswa
& aktivis mengepung gedung DPRD, mendorong masuk sambil diblokir oleh polisi
setempat. Pada 22 Juli, sekelompok mahasiswa di Kota Kupang menggelar aksi unjuk
rasa di depan gedung DPRD Nusa Tenggara Timur dengan mengibarkan bendera
Indonesia dan berbaris menuju gedung. Selain menuntut dihentikannya pembahasan
RUU sapu jagat, mereka juga menuntut keadilan dalam pembayaran uang kuliah
tunggal di masa pandemi COVID-19.
Per Agustus, serikat pekerja buruh mengancam akan melakukan protes yang
lebih besar di 20 provinsi di seluruh Indonesia jika permintaan menolak pembahasan
RUU ini diabaikan pemerintah dan DPR. Pada 14 Agustus, polisi menangkap dua
orang terduga anarkis dalam perjalanan mereka untuk mengikuti demo di Jakarta
Barat. Menurut polisi, dua orang yang ditangkap tersebut menyimpan beberapa bom
Molotov di tangan mereka serta beberapa buku dan stiker yang berkaitan dan
mempromosikan anarkisme.
Selain aksi unjuk rasa menolak RUU Cipta Kerja, beberapa pihak lainnya turut
melalukan aksi ini dengan tuntutan pembatalan pengesahan Undang-Undang yang
disahkan DPR atau pembahasan rancangan undang-undang lainnya.
Untuk membentuk identitas sosial, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan saling terkait, karena pada umumunya individu membagi dunia sosialnya menjadi
dua kategori seperti penjelasan sebelumnya. Yaitu kita atau “in group” dan mereka
atau “out group”. Biasanya out-group dipersepsikan sebagai musuh atu kelompok
yang mengancam. Sementara in-group mempersepsikan dirinya sebagai bagian dari
kategori sosial yang sama (ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, kepentingan,
dan lain-lain).
1. Merasa wajib untuk terlibat melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang lain
di dalam kelompoknya, karena ia adalah bagian dari kelompok tersebut
2. Mudah tersugesti bila hal itu menyangkut penilaian ataupun perlakuan negatif
pihak luar terhadap kelompok. Sehingga tanpa berpikir panjang (berpikir logis
ataupun menilai kebenarannya), bila diprovokasi akan menjadi mudah tersulut
emosinya dan melakukan tindakan impulsif agresif
3. Emosi marah dan ketakutan adalah emosi dasar utama yang disarankan oleh
manusia, setiap orang umumnya pernah merasakan hal ini. Perasaan ini dapat
menyebar dan menular dengan cepat di tengah kerumunan kelompok. Mulai dari
satu orang yang mengekspresikan dan kemudian beberapa orang yang mengikuti,
hingga pada kelompok yang lebih besar.
Adanya terdapat juga kenyataan bahwa tidak semua peserta aksi demonstrasi
memiliki kesadaran penuh dan hanya sekadar “ikut-ikutan saja”. Kesediaan seseorang
untuk berperilaku ikut serta tanpa ada kesadaran penuh dikarenakan adanya tekanan
ada dari lingkungannya, dalam studi psikologi dikenal sebagai konformitas.
Kesediaan untuk mengikuti standar atau kepercayaan yang diyakini oleh orang lain ini
tercermin dari perilaku dan sikap dalam menghadapi sebuah kondisi yang disepakati
bersama. Sedangkan bentuk tekanan yang terjadi di lingkungan mahasiswa dapat
berasal dari perasaan segan pada senior dan pada teman-teman sekelompok maupun
organisasi. Kemudian, tekanan para buruh dapat berasal dari desakan kebutuhan hidup
yang semakin tinggi tetapi RUU menyebabkan hidup mereka semakin sulit.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demo merupakan gerakan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang memiliki
tujuan yang sama demi kepentingan bersama. Sementara demonstrasi merupakan
bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan
kepentingan rakyat. Para pendemo awalnya terbentuk karena mereka memiliki sebuah
identitas pribadi tetapi kemudian berubah menjadi identitas kelompok. Terdapat
beberapa faktor dan tekanan yang disebut dengan konformitas yang dapat merubah
persepsi mereka sehingga melakukan beberapa tindakan demi kelompok mereka.
Demo yang aksinya mengikuti aturan dan norma mungkin tidak akan menimbulkan
permasalahan yang serius seperti pertikaian dan pengrusakan fasilitas umum. Tetapi,
ada beberapa demo yang tidak terkontrol dan alhasil menyebabkan banyak masalah.
Tingkat kericuhan dalam demo cenderung akan rendah jika para demonstrasi
mendapat hal yang mereka inginkan. Sebaliknya, permasalahan yang parah bisa jadi
timbul ketika kepentingan para demonstran tak segera tertangani. Hal itu tergantung
pada respon out-group. hal yang menimbulkan kerusakan fasilitas umum dan
melanggar aturan yang dilakukan oleh demonstran disebut dengan deindividuasi. Jadi,
kesimpulannya, dalam sebuah aksi demonstrasi yang melibatkan massa dalam jumlah
besar, pemahaman atas isu yang dituntut bukanlah merupakan faktor penting yang
mendorong partisipasi. Melainkan faktor psikologis dan sosial yang lebih ada
keterkaitannya.
http://research-report.umm.ac.id/index.php/API-BAA/article/view/3312
https://id.quora.com/search?q=demo%20dengan%20psikologi%20sosial
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190522095859-284
397249/teori-psikologi-di-balik-aksi-demonstrasi
power point psikologi sosial mengenai identitas sosial, konformitas dan
deindivuasi oleh Ibu Nur Istiqomah, M.A.