Anda di halaman 1dari 7

FENOMENA DEMOKRASI DI INDONEISA

Aksi Demonstrasi Mahasiswa di Jogjakarta,

Menolak RUU KUHP dan Revisi UU KPK.

(Perspektif Demokrasi Klasik)

DISUSUN OLEH :

AZISAN

E041171516

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU POLITIK

2020
PENDAHULUAN

Demokrasi berasal dari Yunani dari pemerintahan oleh rakyat. Demo dari kata demos, yang

mengacu pada orang, dan cracy dari kata Kratia, yang berarti aturan. Jadi aturan oleh rakyat.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya

mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh

pemerintah negara tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Demokrasi

mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak

masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi terjamin. Itu menunjukkan betapa

rakyat diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi.

Dalam hal ini penulis akan membahas fenomena aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa

di Yogyakarta dalam menolak revisi Undang-Undang (RKUHP dan RUU KPK). Adapun dalam

melihat fenomena tersebut, penulis menggunakan perspektif demokrasi klasik.

1. Demokrasi Klasik

Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di

Yunani Kuno. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara langsung, dalam artian

rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka membahas pelbagai permasalahan

kenegaraan.
Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal berpandangan a

tree partite classification of state yang membedakan bentuk negara atas tiga bentuk ideal yang

dikenal sebagai bentuk negara kalsik-tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato,

Aristoteles, Polybius dan Thomas Aquino.

            Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi, kekuasaan berada di

tangan rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan rakyat) lebih diutamakan. Secara

prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan kemerdekaan. Akan tetapi kemudian rakyat kehilangan

kendali, rakyat hanya ingin memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi diatur sehingga

mengakibatkan keadaan menjadi kacau, yang disebut Anarki. Aristoteles sendiri mendefiniskan

demokrasi sebagai penyimpangan kepentingan orang-orang sebagai wakil rakyat terhadap

kepentingan umum. Negara demokratis adalah komunitas orang-orang bebas. Penguasanya harus

mengabdi pada kepentingan rakyat, bukan karena Tuhan memerintahkannya, melainkan karena

ia tahu pola semacam itu juga baik untuk dirinya. Menurut Polybius, demokrasi dibentuk oleh

perwalian kekuasaan dari rakyat. Pada prinsipnya konsep demokrasi yang dikemukakan oleh

Polybius mirip dengan konsep ajaran Plato. Sedangkan Thomas Aquino memahami demokrasi

sebagai bentuk pemerintahan oleh seluruh rakyat dimana kepentingannya ditujukan untuk diri

sendiri.

            Prinsip dasar demokrasi klasik adalah partisipasi semua warga negara dalam proses-

proses negara dan orang-orang. Demokrasi klasik percaya bahwa Kesetaraan dapat dicapai jadi

dasar demokrasi klasik adalah kesetaraan dalam hal hak dan hak istimewa.

2. Aksi Demonstasi di Yogykarta terkait penolakan RUU KUHP dan Revisi UU KPK

Demonstrsai mahasiswa menolak sejumlah revisi Undang-Undang (RKUHP dan RUU KPK)

berlangung di beberaoa kota, tidak terkecuali di Yogyakarta. Ribuan orang turunke jalan dan
menyuarakan aspirasinya dengan tertib dan teratur tanpa mengurangi esensi tuntutannya. Siapa

yang tak mau aksi demo berjalan dengan tertib, aman, dan damai? Tentunya semua ingin hal

tersebut terjadi, bukan. Mengingat demo yang berujung anarkis tak hanya menimbulkan kerugian

bagi masyarakat, juga pelaku demo itu sendiri. Banyak fakta yang mengatakan bahwa jika massa

yang mengakhiri aksinya dengantindakan anarkis juga membuat dirinya menjadi korban.

Bahkan, hingga kehilangan nyawa mereka.

Jika dibandingkan dengan wilayah/kota-kota lain di wilayah Yogya ini dinilai cukup

menginspirasi banyak orang. Alih-alih meluapkan aspirasi yang kuat dengan semangat jiwa

muda, mereka justru berlaku tertib hukum namun tetap aspiratif. Aksi mahasiswa di Yogya ini

dinilai cukup kritis namun tidak ada unsur anarkis, jangankan jatuhnya korban, secuil konflik

pun tak mereka lakukan. Aspirasi massa pun tersalurkan dengan baik. Dan ada 3 kota yang aksi

demonya yang kondusi, yakni Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta.

Hal yang menarik berkenaan dengan demo ini adalah pengaruh sang Walikota kepada pihak

massa pelaku demonya. Di Surabaya misalnya, disebutkan jika pendemo takut merusak bahkan

menginjak-injak taman kota karena sungkan, enggan akan kewibawaan Walikota Surabaya, Tri

Rismaharini.

Di sisi lain, pentingnya koordinasi dengan kepolisian (aparat keamanan) juga dinilai sangat

berperan. Mengingat demonstrasi Yogya mampu menjalin mutual respect antara pelaksana demo

serta pihak Polda DIY. Bahkan, disebutkan angota Polda ikut berbaur dengan para pendemo.

Selesai berdemo massa bersalaman dengan para aparat, hal ini menunjukkan bahwa adanya

timbal balik kepercayaan yang begitu kuat diantara keduanya.


3. Perspektif Demokrasi Klasik terkait Aksi Demonstasi di Yogykarta terkait

penolakan RKUHP dan RUU KPK

Di Indonesia demokrasi adalah sistem politik yang digunakan sampai sekarang ini. Seperti

yang penulis jelaskan sebelumnya, Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk

demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan rakyat)

lebih diutamakan. Secara prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan kemerdekaan. Akan tetapi

kemudian rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya ingin memerintah dirinya sendiri dan tidak

mau lagi diatur sehingga mengakibatkan keadaan menjadi kacau, yang disebut Anarki.

Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya

adalah merupakan bentuk dari Demokrasi, dimana masyarakat melakukan aktivitas dalam

menyampaikan aspirasi atau memberikan suara kepada pemerintah dengan bebas. Adapun

dibeberapa daerah yang aksi demonstrasinya kehilangan kendali sehingga mengakibatkan

keadaan menjadi kacau dan menjadi anarkis, seperti aksi demonstrasi anarkis di Jakarta yang

hampir selalu merusak fasilitas umum dan bentrok dengan pihak keamanan.

Menurut Heywood, demokrasi kurang lebih sebagai mekanisme dimana publik dapat

berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan lebih sebagai alat dimana warganegara dapat

melindungi diri dari intervensi pemerintah yang terlalu jauh, karena itu demokrasi hadir untuk

melindungi hak-hak dan kebebasan mereka.

Aksi demonstrasi tersebut adalah salah satu bentuk dari partisipasi warga negara dalam

kehidupan politik, dan juga menggambarkan bahwa masyarakat/warga sudah bisa memaknai

demokrasi dengan baik, kita sering mendengar pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat, pernyataan ini sudah sangat jelas bahwa demokrasi mencoba untuk menggandeng
pemerintah dengan rakyat, seakan-akan rakyat tidak terlepas dan mengontrol kekuasaan

pemerintah.

KESIMPULAN

Jadi, dari fenomena tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa dalam demokrasi Indonesia,

warga/masyarakat sudah bisa memaknai demokrasi dengan baik, dimana aksi demonstrasi

tersebut, masyarakat dalam hal ini mahasiswa Yogyakarta sudah menjalankan aktivitas dalam

kehidupan politik yaitu menyampaikan aspirasinya dengan tertib, aman, tentram, dan damai

tanpa menimbulkan kekacauan.

Walaupun tidak semua dari masyarakat yang menerapkan hal demikian, tetapi kita patut

bercermin dan lebih memaknai lagi apa makna sesungguhnya dari demokrasi yang sangat kita

perjuangkan ini. Seperti kata tokoh dari demokrasi klasik, Plato dalam ajarannya menyatakan

bahwa dalam bentuk demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat sehingga kepentingan umum

(kepentingan rakyat) lebih diutamakan dan secara prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan

kemerdekaan. Dalam hal ini, masyarakat yang mengadakan demonstrasi juga secara bebas

menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dan sebaliknya pemerintah pun tidak

mengabaikan aspirasi-aspirasi yang disampaikan masyarakat.

Tidak sama dengan era orde baru, masyarakat di era sekarang sudah bebas dalam

menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, tanpa terhalangi oleh pemerintah, dan hal tersebut

merupakan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik, yang seakan rakyat tidak terlepas

dan mengontrol kekuasaan pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Dewantara, A. (2018). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (indonesia Dalam Kacamata

Soekarno).

Heywood, Andrew. 2013. Political Theory : An Introduction (Fourth Edition). New York:

Palgrave Macmillan.

Reza A.A. Wattimena.2016. Demokrasi “ Dasar Filosofis dan tantangannya”. Yogyakarta: PT

Kanisius

Beetham,David. 2006. Demokrasi “ 80 tanya-jawab”. Yogyakarta: PT Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai