Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AZISAN

NIM : E041171516

TUGAS TATA KELOLA PEMILU

Kemukakan pendapat Anda tentang pentingnya menata pemilu kepala daerah dengan merujuk
pada artikel Pippa Norris. Kemukakan juga kira-kira apa sistem pemilu yang baik untuk
digunakan dalam pemilukada Indonesia dari apa yang pernah kita bahas dan kemukakan
alasannya !

Pentingnya Menata Pemilihan Umum Kepala Daerah

Untuk mengatasi berbagai permasalahan pemilukada, maka perlu dilakukan penataan


ulang, baik sifatnya regulatif maupun yang sifatnya teknis. Yang bersifat regulatif diperlukan
untuk memberikan masukan atau perubahan atas klausul dalam undang-undang atau pengaturan
lainnya agar proses penyelenggaraan pemilukada dapat terselenggara dengan demokratis
akuntabel dalam prosesnya dalam hal programatik dari hasil pemilukadanya. Dalam artikel Pippa
Norris dikatakan bahwa aturan pemilu itu penting karena membantu dalam pengawasan untuk
menentukan kandidat yang akan dipilih dan yang akan masuk dalam pemerintahan. Tujuan
hukum yaitu untuk mencari keadilan pemilu (electoral justice) hal ini harus didukung juga
dengan masyarakat dan kandidat kepala daerah yang harus memiliki keterikatan terhadap aturan-
aturan yang tidak boleh dilanggar dalam proses penyelenggaraan pemulikada. Jadi regulasi
terkait pemilukda harus diperkuat. Sedangkan yang bersifat teknis yang harus ditata ulang seperti
dokumen penunjang dan teknis penyelenggaraan yang akan menghasilkan Kepala Daerah yang
tidak tersangkut masalah hukum, mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin daerah dan
mempunyai integritas yang tinggi, yang sesuai dengan pilihan rakyat.

Sistem Pemilu yang baik untuk digunakan dalam Pemilukada Indonsia

Dalam hal ini, saya akan mengemukakan kira-kira sistem pemilu apa yang baik untuk
digunakan dalam pemilukada Indonesia. Menurut saya, sistem yang cocok untuk pemilukada
Indonesia adalah Two Round System (Sistem Dua Putaran). Mengapa saya memilih Sistem Dua
Putaran, karena ini adalah sistem yang benar-benar menghasilkan pemimpin yang benar-benar
sesuai keinginan dari masyarakat. Pada sistem ini calon yang memperoleh suara terbanyak tidak
bisa ditetapkan sebagai pemenang apabila perolehan suaranya tidak mencapai suara mayoritas
absolut. Apabila dalam pemilu putaran pertama belum ada kandidat yang memperoleh suara
mayoritas absolut, maka diadakan pemilu putaran kedua yang pesertanya diambil dari dua
konstestan yang memperoleh suara terbanyak pada pemilu putaran kedua.
Alasan lainnya, dilihat dari kelebihan sistem ini, lebih representatif daripada sistem FPTP
dan dapat menguntungkan partai-partai kecil. TRS memungkinkan pemilih untuk memiliki
kesempatan kedua untuk memilih kandidat yang mereka pilih, atau bahkan untuk mengubah
pikiran mereka antara putaran pertama dan kedua. Kemudian TRS dapat mendorong beragam
kepentingan untuk menyatu di belakang kandidat yang berhasil lolos dari putaran pertama
sehingga mendorong tawar-menawar antarapartai dan kandidat. Hal ini juga memungkinkan para
pihak dan para pemilih untuk bereaksi terhadap perubahan dalam lanskap politik yang terjadi
antara puraran pertama dan putaran kedua pemungutan suara. Mengurangi penggunaan tactical
vote pada putaran pertama. Hal ini karena biasanya pemilih menggunakan “hati”, pada putaran
pertama, sedangkan pada putaran kedua mereka menggunakar “kepala”. TRS juga akan lebih
cocok untuk wilayah di mana buta huruf tersebar luas, hal ini sangat cocok di Indonesia karena
di beberapa daerah masih terbelenggu masalah buta huruf yang tinggi. Sistem ini juga sederhana
untuk dipahami oleh pemilih dan mudah dalam penghitungannya.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan seperti lamanya proses pemilu, biaya proses
pemilu yang tinggi, serta memberi beban tambahan kepada pemilih karena harus ke TPS lagi,
tetapi menurut saya itu semua terbayarkan dengan dihasilkannya pemimpin yang benar-benar
diinginkan oleh masyarakat. Dengan menghasilkan pemimpin yang memperoleh suara mayoritas
absolut.

Anda mungkin juga menyukai