KEWARGANEGARAAN
DOSEN PENGAMPU
Beni Kharisma Arrasuli, S.H.I.,LL.M.
DISUSUN OLEH
Ahmad Bayu Saputra
2210412021
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
HILANGNYA NILAI DEMOKRASI AKIBAT PEMBATASAN PERS DAN
KRITIK TERHADAP PEMERINTAH
3
Alimuddin, Andi, 2016, Pers dan Demokrasi Indonesia, Jurnal The Politics, Vol. 2, No. 1, hlm. 3
4
Luwarso, Lukas, 2008, Mengelola Kebebasan Pers, DewanPers, Jakarta, hlm. 33
alami selama ini, pers selalu takut memberitakan masalah-masalah pemilihan kepala
daerah mulai dari masa kempanye hingga perhitungan suara. Banyak masalah
kelemahan yang diutarakan. (misalnya kebebasan dan kerahasiaan pemilih belum
terjamin, pelaksaaan kampaye yang curi star, masyarakat yang tidak mendapatkan
undangan, atau memiliki dua undangan, perhitungan suara belum meyakinkan
kebenarannya). 5 Perlu dipahami, bahwa saat ini justru media massa terutama pers
sedang giat memperjuangkan terlaksananya demokratisasi informasi atau transparansi
berita. Hal itu dapat dilihat pada meluasnya berbagai protes, terhadap hasil pemilihan
kepala daerah. Berarti media massa itu sendiri belum sanggup menggapai kondisi
yang demokratis dalam melaksanakan fungsi informasi dan fungi-fungsi lain serta
hak-haknya. Keberadaan sebuah lembaga demokrasi (das sollen) memang tidaklah
secara otomatis sanggup mewujutkan kehidupan politik yang demokratis.
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah berjalan secara demokratis manakala peranan
media massa yang juga memiliki kondisi serupa, bias transparan, tentu tidak mudah
mempengaruhi pelaksanaan pemilihan kepala daerah agar berlangsung lebih
demokratis. Media massa sebagai sebuah lembaga demokrasi yang masih lemah sulit
mendemokrasikan (menguatkan sifat demokratis) lembaga demokratis lainnya yang
juga masih sama-sama lemah kondisi demokrasinya. Karena itulah patut diragukan
kuatnya dampak pemberitaan dan kontrol media massa terhadap pelaksanaan pemilu.
Sama halnya dengan kebebasan pers, masyarakat termasuk kita para
mahasiswa sebenarnya dapat menyampaikan aspirasi maupun kritikan pada kinerja
pemerintah. Kritik merupakan jantung dalam berdemokrasi. Tanpanya, sistem
demokrasi tidak akan berjalan karenakritik dari berbagai elemen masyarakat
merupakan alat pengontrol dan penyeimbang kekuasaan pemerintah agar terciptanya
suatu pemerintahan yang demokratis dan terhindar dari jurang
sophisticatedauthoritarianism atau sebuah upaya peniruan pada atribut-atribut
demokrasi dengan tujuan untuk menyamarkan tindakan yang sebenarnya
kontraproduktif dengan nilai-nilai demokrasi.6 Saat ini, penyampaian kritik
5
Alimuddin, Andi, 2016, Pers dan Demokrasi Indonesia, Jurnal The Politics, Vol. 2, No. 1, hlm. 5
6
Rozan, 2021, Menyoal Kritik Dibalas Represi, GAMAPI UGM, Yogyakarta, hlm. 11
sebenarnya tidaklah semenakutkan masa orde baru. Pada masa tersebut seluruh
aspirasi dan kritikan benar-benar dibungkam oleh pemerintah. Hal tersebut berbeda
dengan saat ini, Presiden Joko Widodo yang secara terang-terangan meminta
masyarakat untuk lebih aktif menyampaikan kritik demi terwujudnya pelayanan
publik yang lebih baik. Sayangnya,pernyataan presiden tersebut merupakan suatu hal
yang ironis karena bertolak belakang dengan realita yang terjadi di lapangan dimana
kualitas demokrasi Indonesia terus menurun seiring meningkatnya tendensi
pembungkaman suara masyarakat oleh aksi represif dari para aparat dan buzzer untuk
membangun opini publik yang antikritik.7 Dengan kata lain pembungkaman justru
banyak terjadi terutama dilakukan oleh pejabat tinggi negara maupun aparat penegak
hukum sendiri. Kita tentunya tidak asing dengan kasus dimatikannya mic salah satu
anggota DPR oleh Ketua DPR RI atau kasus kritik seorang pemuda asal Lampung
yang mengkritik jalan di daerah Lampung. Contoh-contoh tersebut merupakan
beberapa bentuk pembungkaman kebebasan berpendapat. Berdasarkan laporan terkait
indeks demokrasi yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun
2020, Indonesia masuk dalam kategori flawed democracy dan menempati peringkat
ke-64dunia dengan skor 6,8—tertinggal dari Malaysia, Filipina, dan bahkan Timor
Leste. Dalam laporannya,EIU menyebutkan bahwa alasan dibalik mengapa Indonesia
dikategorikan sebagai flawed democracy tidak lain dan tidak bukan adalah karena
kebebasan sipil yang rendah. 8
Adanya pembatasan akses pers dan kritik sebenarnya memang diperlukan,
namun pembatasan itu harus dilakukan dengan tujuan yang sah atau mempunyai
legitimasi dan pembatasan dan dianggap sebagai hal yang benar-benar perlu untuk
dilakukan.9 Pembatasan dan pembungkaman media atau pers dan kritikan terhadap
pemerintah memiliki dampak yang serius terhadap nilai-nilai demokrasi. Kebebasan
media dan kebebasan berpendapat adalah pijakan penting dalam menjaga
7
Darry, 2022, Penggunaan Buzzer dalam Hegemoni Pemerintahan Joko Widodo, Langgas, Vol. 1, No.
2, hlm. 70
8
Rozan, 2021, Menyoal Kritik Dibalas Represi, GAMAPI UGM, Yogyakarta, hlm. 12
9
Tony Yuri Rahmanto, 2016, Kebebasan Berekspresi Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia:
Perlindungan, Permasalahan Dan Implementasinya, Jurnal Hak Asasi Manusia, Vol.7, No. 1, hlm. 48
keseimbangan kekuasaan dan mendorong akuntabilitas pemerintah. Jika media
dibungkam, informasi yang disampaikan kepada masyarakat akan terdistorsi atau
bahkan disembunyikan sepenuhnya, menghalangi transparansi dan kebebasan
informasi yang merupakan elemen penting dalam demokrasi. 10 Begitupula dengan
pembatasan kritik dan aspirasi masyarakat terhadap pemerintah akan mengurangi
suara kritis dalam masyarakat yang dapat menjadi poin penilaian atau evaluasi kinerja
pemerintah untuk lebih baik lagi. Masyarakat terkhusus para mahasiswa memiliki
potensi untuk menciptakan perubahan positif dan menantang ketidakadilan sosial.
Namun, ketika suara-suara kritis tersebut dibungkam, suara mereka yang mengkritik
kebijakan atau tindakan yang tidak adil tidak akan didengar, sehingga menghambat
kemajuan dan perbaikan sosial.
Berdasarkan paparan yang disampaikan sebelumnya, terlihat bahwa masih
banyak pembatasan hak berpendapat masyarakat dengan pembatasan pers dan
kritikan. Sejatinya baik pers ataupun penyampaian aspirasi dan kritikan masyarakat
memiliki tujuan positif yaitu sebagai tolak ukur dan evaluasi bagi para pemimpin
kita. Adanya kebebasan pers dan suara kritis masyarakat adalah bukti bahwa
demokrasi dapat terlaksana dengan baik. Apabila pembatasan kebebasan berpendapat
terus terjadi, maka dipastikan pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan gagal dan
akan terkesan kurangnya partisipasi politik dan hukum dari masyarakat.
10
Alimuddin, Andi, 2016, Pers dan Demokrasi Indonesia, Jurnal The Politics, Vol. 2, No. 1, hlm. 7
DAFTAR PUSTAKA