Anda di halaman 1dari 5

Demokrasi Di Era Pandemi Covid-19

Imelda Lambertini Bili

IIK Strada Indonesia

imeldabili36@gmail.com

Abstrak

Dengan berkembangnya demokrasi di era pandemi covid-19,akibat polarisasi politik pasca pemilu dan
kuatnya pro kontra pasca pemilu,pemerintah tidak dapat memberikan penanggulangan yang efektif untuk
mengatasi tantangan saat ini.Bambang Eka menyampaikan kritiknya kepada Cahya
Widodo,SIP.,M.Si.,Selaku dosen ilmu pemerintahan UMY,dalam acara (13/4) bertajuk “Democratization
Update in Southeast Asian Countries in the Covid-19 Era”.Menurut Bambang Eka Cahya,wabah tersebut
berdampak cukup besar di segala aspek,adanya masyarakat sipil dan budaya politik yang
bermakna.Menurutnya,kemampuan pemerintah dalam menyelesaikan masalah relatif rendah.Karena
kecurigaan pemerintah pusat yang jelas,efektivitas koordinasi antar pemerintah di semua tingkatan juga
lemah.Akibatnya,daerah-daerah ini mengambil tindakan yang tidak terkoordinasi dan tidak efektif,Meski
begitu respons pemerintah sebenarnya tidak terisolasi,melainkan disebabkan oleh keadaan dan kondisi
yang objektif,termasuk isu politik yang muncul di masa pandemi.Oleh karena itu,banyak hal yang harus
dilakukan.Krisis demokrasi bukan hanya untuk kepentingan pemerintah,tetapi juga milik rakyat
biasa,Publik,parpol,parlemen dan penegak hukum,seperti media massa.Akademisi dan masyarakat
sebenarnya memiliki peran yang cukup strategis,yaitu dapat meningkatkan budaya politik masyarakat dan
meningkatkan partisipasi politik dalam perumusan kebijakan publik.Sayangnya,budaya politik yang tidk
mendukung demokrasi dan kesadaran akan krisis demokrasi saat ini belum menjadi perhatian publik.

Kata kunci : Demokrasi,Perkembangan,Isu politik


1. Latar belakang

Demokrasi sendiri merupakan sistem pemerintahan dari rakyat,untuk rakyat,dan oleh rakyat,
dimana setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara.Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka.Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan,pengembangan,dan pembuatan hukum.Demokrasi dilakukan agar
kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi.Pengambilan kebijakan negara demokrasi
tergantung pada keinginan dan aspirasi rakyat secara umum.Dengan menentukan kebijakan sesuai
dengan keinginan masyarakat,dalam suatu negara demokrasi akan tercipta kepuasan
rakyat.Secara umum,tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang
sejahtera,adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan,kejujuran dan
keterbukaan.Pada konsepnya,tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi
kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat.Kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi
adalah milik rakyat,tidak peduli dari mana asalnya atau latar belakangnya.Terlepas dari latar
belakang dan asal masyarakat,semua warga negara di anggap sama.Hal yang tak kalah penting
adalah upaya kita agar terbangunnya etika dan moralitas politik baru,khususnya di kalangan para
elit dan tokoh politik,yang sebangun dengan tuntutan sistem politik demokratik. Prasyarat penting
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan itu adalah terbangunnya kebudayaan dan kepribadian
politik demokratik yang menurut Gould (1998) meliputi elemen-elemen: inisiatif rasional politik,
kesantunan politik,disposisi resiprositas toleransi,fleksibilitas dan open mindness,komitmen,
kejujuran,dan akhirnya keterbukaan.Dengan demikian berarti,terbangunnya etika dan moralitas
politik yang berkeadaban demokratik merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar lagi.

2. Kasus/Masalah
Sebagian besar masyarakat melihat bahwa demokrasi di Indonesia berada dalam situasi yang
suram berupa kemunduran, stagnasi/kemandegan bahkan tak sedikit yang menilai Indonesia
telah berada dalam otoriterisme.Hanya sebagian kecil masyarakat yang menilai demokrasi kita
mengalami kemajuan.Secara kesuluruhan ada 31 permasalahan yang menandai kemunduruan
demokrasi di Indonesia.Demikian hasil survei Lembaga Penelitian,Pendidikan,dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terhadap 38 peserta terpilih,yang karena keragaman gender,usia,
profesi dan awal wilayahnya dapat dikatakan sebagai miniature Indonesia.Survei demikian
keterangan Direktur LP3ES Wijayanto PhD di Jakarta,Sabtu (22/9/2020) dilakukan serangkaian
program sekolah demokrasi (Sekdem) yang kedua kalinya,setelah yang pertama dilakukan pada
Februari 2020.

3. Tinjauan Pustaka
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak yang
sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan,dan pembuatan hukum.Demokrasi mencakup kondisi sosial,ekonomi,dan budaya
yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.Demokrasi juga
merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya.
Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Faktor yang memengaruhi atau membatasi demokratisasi masih diperdebatkan. Banyak hal,
termasuk ekonomi, budaya, dan sejarah, yang dianggap memengaruhi demokratisasi. Faktor-
faktor yang paling umum adalah:

a. Kekayaan
PDB/kapita yang lebih tinggi berkaitan dengan demokrasi.Meski beberapa pihak
mengklaim bahwa negara demokrasi terkaya tidak pernah jatuh ke otoritarianisme,
Bangkitnya Hitler dan Nazi di Jerman Weimar merupakan contoh pembantah yang
menjadikan klaim tersebut sekadar truisme belaka.Ada pula pandangan umum bahwa
demokrasi sangat jarang sebelum Revolusi Industri.Penelitian empiris mendorong banyak
orang percaya bahwa pembangunan ekonomi meningkatkan kemungkinan transisi ke
demokrasi (teori modernisasi) atau menguatkan negara demokrasi yang sudah ada.Sebuah
penelitian menemukan bahwa pembangunan ekonomi mendorong demokratisasi dalam
jangka menengah saja (10-20 tahun).Hal ini dikarenakan pembangunan dapat memperkuat
pemimpin petahana,tetapi menyulitkannya mewariskan negara kepada putranya atau orang
kepercayannya setelah masa jabatannya berakhir.Namun demikian,perdebatan tentang
apakah demokrasi merupakan akibat dari kekayaan,pencipta kekayaan,atau keduanya tidak
berhubungan.
b. Kesetaraan sosial
Daron Acemoglu dan James A. Robinson berpendapat bahwa hubungan antara kesetaraan
sosial dan transisi demokrasi agak rumit.Rakyat tidak memiliki insentif yang cukup untuk
memberontak melawan masyarakat egaliter (contohnya Singapura),jadi kemungkinan
demokratisasi semakin rendah.Di masyarakat yang senjang (contohnya Afrika Selatan era
Apartheid),redistribusi kekayaan dan kekuasaan di dalam demokrasi akan merugikan kaum
elit sehingga mereka berupaya mencegah demokratisasi.Demokratisasi lebih mungkin
muncul di tengah-tengah,di negara yang kaum elitnya menawarkan konsesi karena mereka
menganggap ancaman revolusi bisa terwujud dan biaya konsesi tidak terlalu tinggi.
Perkiraan ini sesuai ddengan penelitian empiris yang menunjukkan bahwa demokrasi lebih
stabil di negara-negara yang masyarakatnya egaliter (setara).
c. Budaya
Sejumlah pihak mengklaim bahwa beberapa kebudayaan tertentu lebih mudah menerima
nilai demokrasi ketimbang kebudayaan lainnya.Pandangan ini mungkin etnosentris.
Biasanya budaya Barat yang dinilai "lebih layak" menikmati demokrasi,sedangkan
kebudayaan lainnya dinilai memiliki nilai-nilai yang membuat demokrasi sulit terwujud atau
tak diinginkan.Pendapat ini kadang dipakai oleh rezim-rezim non-demokrasi untuk
membenarkan kegagalannya menerapkan reformasi demokratis.Di era modern,ada banyak
negara demokrasi non-Barat,misalnya India,Jepang,Indonesia,Namibia,Botswana,Taiwan,
dan Korea Selatan.
d. Intervensi asing
Negara-negara demokrasi umumnya pernah mengalami intervensi militer,contohnya Jepang
dan Jerman pasca-Perang Dunia II.Pada kasus lain,dekolonisasi kadang mendorong
terbentuknya demokrasi yang digantikan oleh rezim otoriter.Di Amerika Serikat Selatan
setelah Perang Saudara,mantan budak tidak mendapat hak pilih menurut hukum Jim Crow
setelah Era Rekonstruksi Amerika Serikat;setelah sekian puluh tahun,demokrasi di Amerika
Serikat dirombak oleh organisasi sipil (gerakan hak sipil Afrika-Amerika) dan militer
(militer Amerika Serikat).

4. Pembahasan
Demokrasi sendiri merupakan sistem pemerintahan dari rakyat,untuk rakyat,dan oleh rakyat,
dimana setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara.Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka.Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang satu orang,seperti monarki,atau sekelompok kecil,seperti oligarki.
Apapun itu,perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang tampak ambigu
karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi,
oligarki,dan monarki.Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda
dengan kediktatoran atau tirani,sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Ada beberapa jenis demokrasi,tetapi hanya ada dua bentuk dasar.Keduanya menjelaskan cara
seluruh rakyat menjalankan keinginannya.Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi
langsung,yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan.Di kebanyakan negara demokrasi modern,seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan ini disebut demokrasi perwakilan.Walaupun begitu,demokrasi
bukan tujuan,tetap hanya sebagai alat untuk tujuan yang lebih besar,yaitu kemakmuran dan
pemerataan.Apalah artinya kita memerjuangkan dan menegakkan demokrasi,bila ia tidak
menjadikan perut rakyat menjadi kenyang,kemiskinan tidak teratasi,kekayaan negara tidak
terdistribusikan secara merata,buta hurup masih tinggi di masyarakat,keamanan tidak
terkendali,dan hak minoritas terabaikan.Ketika kita memerjuangkan demokrasi,bukan artinya
berjuang demi demokrasi,melainkan demi tujuan yang lebih tinggi darinya,yaitu terciptanya
peluang-peluang kemakmuran dan kebebasan yang bertanggung jawab bagi semua orang.

5. Kesimpulan
Demokrasi sendiri merupakan sistem pemerintahan dari rakyat,untuk rakyat,dan oleh rakyat,
dimana setiap orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara.Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Faktor yang memengaruhi atau membatasi demokratisasi masih diperdebatkan.Banyak
hal, termasuk ekonomi,budaya, dan sejarah,yang dianggap memengaruhi
demokratisasi.Penelitian empiris mendorong banyak orang percaya bahwa pembangunan
ekonomi meningkatkan kemungkinan transisi ke demokrasi (teori modernisasi) atau menguatkan
negara demokrasi yang sudah ada.Sebuah penelitian menemukan bahwa pembangunan ekonomi
mendorong demokratisasi dalam jangka menengah saja (10-20 tahun).Ketika kita
memerjuangkan demokrasi,bukan artinya berjuang demi demokrasi,melainkan demi tujuan yang
lebih tinggi darinya,yaitu terciptanya peluang-peluang kemakmuran dan kebebasan yang
bertanggung jawab bagi semua orang.

6. Daftar Pustaka
BILI, I. L. (2021). HAK DAN KEWAJIBAN UNTUK MENGURANGI COVID-19 BAGI
KEHIDUPAN MANUSIA.

BILI, I. L. (2021). PERSATUAN DAN KESATUAN WARGA INDONESIA DALAM


MENJUNJUNG TINGGI SIKAP TOLERANSI.

Sodik, M. A., Suprapto, S. I., & Pangesti, D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Pelayanan Prima Pegawai Di Rsui Orpeha Tulungagung. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 2(1), 24-32.

Attoriq, S., & Sodik, M. A. (2018). Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan Di Lahan Praktik.

Sodik, M. A. (2014). Sikap Pencegahan Aborsi Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Bahaya Dan
Resiko Kesehatan. Strada Jurnal Kesehatan http://publikasi. stikesstrada. ac.
id/wpcontent/uploads/2015/02/9-SIKAP-SIKAPPENCEGAHAN-ABORSI. pdf.

Sodik, M. A., Astikasari, N. D., Fazrin, I., Chusnatayaini, A., & Peristiowati, Y. (2018). Dental
health child with retardation mental and parents behavior. Indian Journal of Physiotherapy and
Occupational Therapy-An International Journal, 12(4), 278-282.

Anda mungkin juga menyukai