Anda di halaman 1dari 10

Makalah Demokrasi dan Demokratisasi

Teori Demokrasi : Sosialisme, Demokrasi


Demokrasi Sosialisme : Konsesus dan Penerapannya
oleh
Febryna Mulya

A. Latar Belakang
Demokrasi telah dianggap sebagai sebuah instrumen dalam menjalankan sebuah
konsepsi negara yang ideal dalam menjawab persoalan dan penegakan kekuasaan rakyat. Hal
yang mengarah kepada sebuah tipekal khusus dalam pengertian dalam menghasilkan
kepemimpinan dan tertib politik negara yang mendekati sempurna dalam pengaturan hak politik
masyarakat. Indonesia yang secara eksplisit memahami dan bertegak dalam kedaulatan rakyat
turut melaksanakan demokrasi dengan variannya tersendiri. Sebuah demokrasi yang terus
tumbuh dan berkembang dalam proses transisi politiknya yang mengalami berbagai
pendewasaan perilaku politik negara dan rakyatnya, kesemuanya adalah hal yang diharapkan
akan bermuara pada sebuah kondisi perpolitikan yang ideal. Walau hal ini sulit dimungkinkan,
seperti apa yang diungkapkan oleh Robert Dahl1
kriteria demokrasi ideal selalu menuntut berbagai hal sehingga tidak ada rezim aktual
yang mampu memahami secara utuh..., ketika mencari demokrasi ideal maka tidak ada
rezim yang demokratis
Pada abab ke-19, dunia mengalami perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi, yang
kemudian turut mempengaruhi demokrasi yaitu revolusi industri. Demokrasi tidak lagi dituntut
untuk terlaksan secara ideal semata tetapi juga harus dinamis dengan perubahan zaman. Disatu
sisi tuntutan tersebut menantang demokrasi, disisi lainnya perubahan membantu meluaskan dasar
pengetahuan mengenai demokrasi dan cita-citanya.
Lingkup global hari ini, pasca runtuhnya Uni Soviet, demokrasi bertarung antara
perebutan dominasi politik dan spirit antara demokrasi liberiraian dan sosial. keduanya mengaku
sebagai strategi tepat dalam menyelanggarakan kebebasan dan keadilan lembaga serta
memberikan pemahaman yang berbeda tentang konsep kebebasan dan keadilan dalam kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan politik.
B. Rumusan Masalah

1 Robert Dahl, Dilema Demokrasi Pluralis, Rajalawi, Jakarta, 1982, hal 7.


Pada interval waktu tahun 1960-an samapi 1990-an. Kenapa tidak terjadi pada fase waktu
yang lain. Variabel independen seperti apa yang membuat variabel dependennya, yakni
demokratisasi, terjadi saat itu. Huntington sendiri memberikan jawaban bahwa terdapat 5
perubahan yang merupakan variabel independen yang membuat gelombang demokrasi terjadi
pada masa itu. Pertama, muncul dan semakin parahnya krisis legitimasi terhadap sistem otoriter.
Demokrasi sudah semakin diterima orang. Penyebab lemahnya legitimasi ini bervariasi dari satu
kasus ke kasus yang lain. Beberapa penyebabya adalah karena kekalahan perang, kegagalan
ekonomi, dan kejutan minyak pada tahun 1973-1979. Dalam kasus negara-negara komunis yang
biasanya berdasar pada legitimasi ideologis (ideologi marxisme-leninisme) penyebab kegagalan
ekonomi adalah faktor utama yang membuat legitimasi semakin merosot. Rezim-rezim itu gagal
melakukan kinerja ekonomi karena menutup kemungkinan untuk mengembangkan kinerja
ekonomi diluar sistem ekonomi sosialis. Bahkan menurut Huntington, negara-negara berideologi
marxisme-leninisme memustahil mengembangkan legitimasi berbasis kinerja ekonomi.
Penyebab kedua adalah pertumbuhan ekonomi global yang mencengangkan pada tahun
1960-1970-an. Negara-negara eropa dan Amerika sedang mengalami kemajuan ekonomi selepas
keluar dari great depression pada dasawarsa 1940-an. Kapitalisme ekonomi membuat standar
hidup dan pendidikan meningkat. Kelas menengah terus meningkat semakin besar di hampir
setiap negara. Faktor ketiga adalah faktor perubahan doktrin dan kegiatan Gereja Katolik hampir
diseluruh dunia. Terjadi transformasi gereja-gereja nasional dari pendukung ststus quo sistem
otoriter ke pendukung gerakan reformasi. Fenomena ini terutama terjadi di negara-negara di
Amerika Latin. Keempat, demokrasi dinegara-negara dunia tidak lepas dari faktor kebijakan luar
negeri Amerika dan beberapa negara Eropa. AS tak henti-henti mempromosikan hak-hak asasi
manusia dan demokrasi keseluruh dunia. Faktor terakhir adalah karena adanya efek bola salju
yang terus membesar dan mempengaruhi negara lain. Faktor komunikasi yang semakin canggih
dalam hal ini sangat membantu.2 Kelima hal itulah yang membuat gelombang demokrasi terjadi
pada sekitar tahun 60-90-an dengan corak berbeda dengan gelombang demokratisasi pertama
maupun ke dua. Aspek terpenting dari gelombang demokratisasi ke tiga ini tidak lain adalah
faktor ekonomi hasil perdebatan kapitalisme dan marxisme yang mau tidak mau mewarnai
demokratisasi. Dalam perjalannnya, demokrasi saat ini dibagi atas demokrasi libertarian
berdasarkan kenyataan bahwa walaupun Negara (Pemerintah) merupakan bagian dari struktur
2 Samuel P. Huntington, The Thrid Wave: Demokratization in the Late Twentieth Century, dikutip dari edisi
terjemahan Grafiti Jakarta 2001 hal 56-57
demokratis dalam koridor konstitusional, namun sebagian besar kondisi sosial dan ekonomi tetap
dianggap sebagai wilayah privat yang lepas dari intervensi dan struktur politik. Dan demokrasi
sosial, adanya tuntutan kepada negara agar menjamin kesejahteraan sosial atas warga secara
meneyeluruh. Berdasarkan perkembangan arus demokratisasi dan perdebatan ideologi tersebut
maka penulis menitik beratkan penulisan makalah ini pada akar demokrasi sosialisme dan
bagaimana demokrasi sosialisme di Indonesia.

C. Teori Demokrasi-Sosial
Joseph Schumpeter, akan sangat relevan untuk kita singgung. Schumpeter pada tahun
1942 menerbitkan sebuah buku: Capitalism, Socialism and Democracy. Buku tersebut membahas
kecendrungan perkembangan sistem ekonomi dari sistem kapitalis kepada sosialisme, dan
membahas keterkaitan antara demokrasi dengan masing-masing sistem tersebut. Schumpeter
yang sangat mengagumi kapitalisme dan tidak terlalu suka terhadap sosialisme, pada kesimpulan
dalam bukunya berpendapat bahwa ternyata pada akhirnya, kapitalisme dalam waktu jangka
panjang, tidak bisa lagi dipertahankan. Keruntuhan kapitalisme ini, menurutnya, bukan
disebabkan karena adanya faktor luar, melainkan akan runtuh oleh sebab-sebab internal. 3 Ia
berpendapat bahwa disukai atau tidak, pada masa yang akan datang, sosialisme tak bisa lagi
dielakan. Pertanyaan selanjutnya adalah: apakah dalam sistem sosialisme masih dimungkinkan
adanya demokrasi. Di sinilah kemudian dia berpendapat bahwa demokrasi secara menyeluruh
bisa berjalan bersama-sama dengan sistem sosialis. Ia mempertegas pendapat bahwa demokrasi
bukan saja bisa diterapkan dalam sosialisme, bahkan demokrasi yang sejati yang meliputi aspek
ekonomi dan politik hanya dapat diwujudkan dalam dan dengan sosialisme.4
Schumpeter dalam bukunya Capitalism, Socialism and Democracy, mengungkapkan
rumusan demokrasi dengan:
the democratic method is the istitutional arrangement for arriving at political dicision in
wich individuals acquaire the power to decide by means of competitive strugle for the
people vote.5.

(demokrasi adalah prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang di


dalamnya individu memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan
kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat)
3 M. Dawan Rahardjo, Esai-Easai Ekonomi Politik, LP3ES Jakarta 1983. hal 138
4 ibid
5 Joseph A Schumpeter, Capitalism, Socialism, and Democracy, George Allen and Unwin LTD. London. Jilid bab
22. hal 269.
Uraiannya tentang demokrasi, dalam bukunya tersebut, di dahului dengan pemaparan
tentang teori-teori demokrasi yang ada saat itu. Ia menyebutnya doktrin-doktrin klasik tentang
demokrasi. Menurutnya, dalam doktrin klasik tentang demokrasi, penekanannya terutama
diberikan pada apa yang disebutnya sebagai common good dan the will of people. Setelah ia
memaparkan keduanya dengan kritik di sana sini, ia kemudian membuat satu teori yang lain
tentang demokrasi.6 Dalam konsep demokrasi prosedural yang kita pakai, sebuah negara
dikatakan demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif dipilih melalui pemilihan umum
yang adil, jujur dan berkala. Juga dalam sistem itu para calon dibiarkan bebas bersaing untuk
memperoleh suara serta semua penduduk diberikan hak yang sama untuk menyalurkan suaranya.
Dalam hal ini demokrasi mempunyai dua dimensi, yakni kontestasi dan partisipasi.7

D. Pembahasan
1. Akar Demokrasi Sosialisme
Demokrasi sosial bukan hanya sebuah ide/gagasan mengenai bagaimana cara untuk
mengatasi kekurangan dan kelemahan dari demokrasi libertarian; ia pada dasarnya adalah sebuah
realitas dalam variasi negara-negara Eropa. Pengalaman sejarah mengenai kekurangan dan
kontradiksi demokrasi libertarian pada abad Sembilan belas di Eropa-lah yang membawa kita
kepada konsep demokrasi sosial dan dukungan mayoritas yang semakin meningkat terhadapnya
di sebagian besar negara Eropa, terutama setelah Perang Dunia Kedua dan pengalaman krisis
ekonomi dunia pada tahun 1920an, yang semakin membuka jalan untuk Demokrasi Sosial.8
Model ini terus menerus berada dalam proses perubahan dan modernisasi sepanjang masa
namun berdasarkan atas seperangkat nilai dan hak dasar, preferensi institusional dan panduan
pembuatan kebijakan yang ditetapkan dengan baik. Kapan lahirnya sosialisme demokrasi
sebagai sebuah gagasan? Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Hermann Duncker
memastikan:Sejarah Sosialisme dimulai dengan sejarah umat manusia (Duncker 1931 :9)
Sebelumnya, The National Assembly mengadakan sesi pertamanya di Versailles. Kiri
adalah mereka yang mengusulkan perubahan sosial menyangkut abolisi Monarki Perancis dan
institusi sosial lainnya, konotasi kiri sejak itu adalah radikalisme. Sementara kanan adalah

6 Ibid hal 250 dan hal 269


7Samuel P. Huntington, The Thrid Wave: Demokratization in the Late Twentieth Century, dikutip dari edisi
terjemahan Grafiti Jakarta 2001 hal 6.
8 Thomas Meyer, Demokrasi sosial dan Liberitarian. Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) :Jakarta , 2008 hal.
mereka yang ingin melestarikan aspek-aspek monarki Perancis, konotasinya sejak itu adalah
konservatisme. Dewasa ini, kiri mengacu pada gerakan yang menginginkan perubahan sosial
menuju egalitarian. Sementara label kanan kerap dikenakan pada kelompok-kelompok yang
mempertahankan masyarakat dengan perbedaan kelas-kelas sosial seperti masyarakat kapitalis
atau feodal.

Perpecahan ideologi inilah yang kemudian melahirkan sosialisme demokrasi. Sosialisme


demokrasi menurut Anthony Giddens dalam Third Way adalah kiri tengah baru. Sosialisme
demokrasi baru ini masih mengambil nilai-nilai kesejahteraan dan humanisme sosialisme
demokrasi klasik, namun ditambahkan nilai peduli lingkungan hidup dan globaisasi.
Menurut perspektif sosio kultural yang berpusat pada masvarakat ini variabel penentu
demokrasi sifamya sangat Substansial yang berakar pada masyarakat seperti tingkat kemakmuran
ekonomi yang mantap, kelas menengah yang benar-benar kuat, dan mantapnya budaya
demokrasi (toleransi terhadap perbedaan, dan akomodatif). Penjelasan demokrasi pada elemen
kemakmuran ekonomi sebagaimana dijelaskan di atas pertama kali dyrtikan oleh teoritisasi
modernisasi seperti Seymour Martin Lipset dan James Coleman. Meskipun variabel ini ditolak
oleh teoritisasi generasi 1980-an, malah membalik logika generasi pertama dengan berasumsi
bahwa justru krisis ekonomi yang menyebabkan tumbangnya rezim otoriter yang diganti dengar
tumbuhnya demokrasi (Neeuheuser, 1992). Seperti di Argentina, kegagalan ekonomi rezim
militer sebagai penyebab peralihan secara demokratis dan cepat.
Menurut peneliti variabel kemajuan ekonomi lebih bersifat konsolidasi yang hanya
relevan menopang konsolidasi demokrasi tetapi tidak relevan sebagai penjelas terhadap proses
demokrasi. Variabel kelas menengah juga bersifat kondisionil, struktural bahkan deterministik
yang kurang relevan untuk meningkatkan demokrasi. Begitu juga variabel budaya politik
(toleransi, kompromi, akomodatif, dan kompeten) sebagai sebagai prasyarat bagi tumbuhnya
demokrasi (Almond dan Verba, 1984). Konsep civic culture sebagai kultur politik demokrasi
dikembangkan pertama kali oleh Almond dan Verba yang pada dasarnya sama dengan pandangan
Tocqueville dalam menjelaskan demokrasi di Amerika yang akar filosofisnya ditarik dari
Rousseau. Konsep ini telah direaktualisasikan tahun 90-an oleh Putrnan. Dalam karyanya
Putman menunjukkan tidak realitisnya Penjelasan new-institutionalism dan sosial ekonomi
terhadap kinerja birokrasi. Menurutnya, yang menentukan perkembangan demokrasi di sebuah
negara, setidaknya dalam kasus Italy adalah, civic culture dan civic community
2. Demokrasi Sosialisme di Indonesia
Di Indonesia, demokrasi sosialisme tertuang dalam konstitusi 1945, artinya Indonesia
sejak merdeka sudah mencanangkan demokrasi sosialisme untuk diterapkan. Demokrasi
sosialisme ini dikenal dengan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila adalah paham
demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia yang
perwujudannya seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dasar dari Demokrasi Pancasila
Kedaulatan Rakyat (Pembukaan UUD 45) Negara yang berkedaulatan - Pasal 1 ayat (2) UUD
1945.Maknanya, Keikutsertaan rakyat kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara
ditentukan peraturan perundang-undangan.
Di Indonesia, Demokrasi Pancasila berlaku semenjak Orde Baru. Demokrasi pancasila
dijiwai, disemangati dan didasari nilai-nilai pancasila. Dalam demokrasi Pancasila Rakyat adalah
Subjek demokrasi, yaitu rakyat sebagai keseluruhan berhak ikut serta aktif menentukan
keinginan-keinginan dan juga sebagai pelaksana dari keinginan-keinginan itu. Keinginan rakyat
tersebut disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan yang ada yang dibentuk melalui
Pemilihan Umum. Di samping itu perlu juga kita pahami bahwa demokrasi Pancasila
dilaksanakan dengan bertumpu pada:
a. Demokrasi yang berdasarkan pada ketuhanan yang maha esa.
b. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
c. Berkedaulatan rakyat, didukung oleh kecerdasan warga negara;
d. Sistem pemisahan kekuasaan negara; menjamin otonomi daerah
e. Demokrasi yang menerapkan prinsip rule of law;
f. Sistem peradilan yang merdeka, bebas dan tidak memihak;
g. Mengusahakan kesejahteraan rakyat; dan berkeadilan sosial.
Prinsip pokok Demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut: Pemerintahan berdasarkan
hukum,dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: Indonesia ialah negara berdasarkan hukum
(rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat), Pemerintah berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas),
Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,
pengambilan keputusan atas dasar musyawarah, Peradilan yang merdeka, berarti badan peradilan
(kehakiman) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya adanya partai
politik dan organisasi sosial politik, karena berfungsi Untuk menyalurkan aspirasi rakyat
Pelaksanaan Pemilihan Umum; Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR (pasal 1 ayat 2 UUD 1945), Keseimbangan antara hak dan kewajiban, Pelaksanaan
kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat,
dan negara ataupun orang lain, Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional.
Fungsi Demokrasi Pancasila adalah, pertama, menjamin adanya keikutsertaan rakyat
dalam kehidupan bernegara Contohnya: a. ikut mensukseskan Pemilu; b. ikut mensukseskan
Pembangunan; c. ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan. Kedua, menjamin tetap
tegaknya negara RI. Ketiga, menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan
sistem konstitusional. Keempat, menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada
Pancasila. Kelima, menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara
lembaga negara. dan keenam, menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,
Contohnya: a. Presiden adalah Mandataris MPR, b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.
Tujuan Demokrasi Pancasila adalah untuk menetapkan bagaimana bangsa Indonesia mengatur
hidup dan sikap berdemokrasi seharusnya.
Bagi bangsa Indonesia dalam berdemokrasi harus sesuai dengan Pancasila karena sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
YME, lebih menghargai hak asasi manusia, menjamin kelangsungan hidup bangsa, dan
mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokrasi dan keadilan sosial. Hak-hak warga negara
dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila di bidang politik, pendidikan, ekonomi, dan sosial
budaya.
a. Di Bidang Politik yaitu hak yang diakui dalam kedudukannya sebagai warga yang
sederajat. Oleh karena itu setiap warga negara wajar mendapat hak ikut serta
dalam pemerintahan: yakni hak memilih dan dipilih, mendirikan organisasi atau
partai politik, serta mengajukan petisi dan kritik atau saran.
b. Di Bidang Pendidikan, untuk memahami hak warga negara dalam bidang
pendidikan, perhatikanlah arti dan makna yang terkandung dalam Pasal 31 UUD
1945. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Tiap-tiap Warga Negara
berhak mendapat pengajaran Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
Nasional yang diatur dengan Undang-undang Makna isi Pasal 31 (1) UUD 1945
tersebut merupakan pengakuan bangsa Indonesia atas hak memperoleh
pengajaran. Dalam hal ini berarti pemerintah dituntut untuk mengadakan sekolah-
sekolah baik umum maupun kejuruan, dengan mengingat kemampuan
pembiayaan dan perlengkapan lain yang dapat disediakan oleh pemerintah.
Menurut Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 mengandung maksud Pemerintah harus
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran Nasional, sesuai
dengan Undang-undang yang telah ditetapkan. Undang-undang yang mengatur
Pasal 31 itu adalah UU No. 2 Tahun 1989 yang masih berlaku saat ini, sedangkan
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pendidikan antara lain: Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27, No. 28, 29, dan No. 30 Tahun 1990. Dalam UU No. 2
Tahun 1989 itu antara lain disebutkan fungsi Pendidikan Nasional adalah untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan manusia Indonesia dalam
rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Sedangkan tujuan Pendidikan adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
c. Di Bidang Ekonomi, negara Indonesia menganut sistem demokrasi ekonomi;
artinya perekonomian itu dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan
atau pengawasan anggota masyarakat. Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan.Dalam hal ini perekonomian jangan
sampai jatuh ke tangan orang yang berkuasa, dan rakyat banyak yang tertindas.

E. Kesimpulan dan Implikasi Teori


Demokrasi Sosial bukan hanya sekedar teori atau utopia melainkan praktek yang berhasil
di berbagai masyarakat eropa dan dengan budayanya sendiri- juga di masyarakat Asia, seperti
Jepang. Kebijakan-kebijakan yang ada di negara-negara tersebut melindungi warganya dari
resiko ancaman sosial dan memberikan kesempatan partisipasi sosial dan politik. Namun yang
terutama adalah bagaimana negara memenuhi :
a. Hak-hak asasi dasar yang mencakup hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya
b. Negara yang memberikan jaminan kesejahteraan berasis hak, Demokrasi sosial
biasanya dicirikan dengan negara yang memiliki kesejahteraan sosial komprehensif,
yang menjamin perlindungan terhadap hak-hak dasar seperti yang telah disebutkan
sebelumnya seperti halnya dengan mempertahankan sebuah distribusi kesempatan
hidup yang adil.
c. Eonomi pasar sosial yang diatur dengan Undang-Undnag.
d. Demokratisasi masyarakat dan Partisispasi
Demokrasi Sosial bukanlah sebuah sistem ataupun obat yang ampuh untuk semua
penyakit sosial dan ekonomi, dan juga bukanlah model siap pakai yang dapat diekspor ke seluruh
tempat di dunia. Demokrasi Sosial adalah pendekatan pragmatis yang memberikan nilai dan
kepentingan yang setara kepada kelima Hak-hak Dasar sipil, politik, sosial, ekonomi, dan budaya
dalam kerangka kerja demokrasi sosial. Institusi demokrasi sosial perlu dibentuk sesuai dengan
kondisi nyata yang ada di masing-masing negara yang berada di bawah pengaruh globalisasi
ekonomi.

Referensi :
Robert Dahl,1982, Dilema Demokrasi Pluralis, Rajalawi, Jakarta
Samuel P. Huntington,2001. The Thrid Wave: Demokratization in the Late Twentieth Century,
dikutip dari edisi terjemahan Grafiti Jakarta
M. Dawan Rahardjo,1983, Esai-Easai Ekonomi Politik, LP3ES Jakarta
Joseph A Schumpeter,1994, Capitalism, Socialism, and Democracy, George Allen and Unwin
LTD. London.
Thomas Meyer, 2008, Demokrasi sosial dan Liberitarian. Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) :Jakarta

Anda mungkin juga menyukai