Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demonstrasi memiliki banyak definisi dan pengertian yang berbeda-beda jika diteliti dari
sudut pandang yang berbeda. Demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu aksi peragaan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menunjukkan cara kerja, cara
pembuatan, maupun cara pakai suatu alat, material, atau obat jika ditilik dari sudut pandang
perdagangan maupun sains. Akan tetapi di sini kami menggunakan definisi demonstrasi dalam
konteksnya sebagai salah satu jalur yang ditempuh untuk menyuarakan pendapat, dukungan,
maupun kritikan, yaitu suatu tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, saran,
ketidakberpihakan, dan ketidaksetujuan melalui berbagai cara dan media dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai akumulasi suara bersama
tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pribagi maupun golongan yang menyesatkan dalam rangka
mewujudkan demokrasi yang bermuara pada keadaulatan dan keadilan rakyat.
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998, pengertian demonstrasi atau unjuk rasa adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih, untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan,
tulisan dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum. Namun, dalam perkembangannya
sekarang, demonstrasi kadang diartikan sempit sebagai long-march, berteriak-teriak, membakar
ban, dan aksi teatrikal. Persepsi masyarakat pun menjadi semakin buruk terhadap demonstrasi
karena tindakan pelaku-pelakunya yang meresahkan dan mengabaikan makna sebenarnya dari
demonstrasi.
Unjuk rasa atau demonstrasi, "demo" adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan
sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan
pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat
pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh sekelompok orang yang menentang kebijakan pemerintah,
atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Unjuk rasa kadang dapat
menyebabkan pengerusakan terhadap benda-benda dan fasiltas umum. Hal ini dapat terjadi
akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang berlebihan (Wikipedia,
Ensiklopedia Bebas).
Arti Penting Demonstrasi
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin
kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap
warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi;
4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.
Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan
mengemukakan pendapat di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban,
2. Asas musyawarah dan mufakat,
3. Asas kepastian hukum dan keadilan,
4. Asas proporsionalitas, dan
5. Asas manfaat.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6 UU No. 9
Tahun 1998) terdiri atas:
1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,
2. Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,
3. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku,
4. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan
5. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam
melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di
muka umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1. Melindungi hak asasi manusia,
2. Menghargai asas legalitas,
3. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
4. Menyelenggarakan pengamanan.
Demo adalah hak asasi & ekspresi politik masyarakat yang dijamin konstitusi yang
ditujukan untuk menyampaikan protes dan ketidaksepakatan terhadap Pemerintah. Aksi ini
merupakan salah satu saluran dari proses komunikasi dalam cara menyampaikan pesan
ketidakpuasan terhadap suatu kebijakan publik, kepemimpinan politik atau janji politik. Dari sisi
politik, unjuk rasa menjadi salah satu partisipasi politik alternatif, manakala saluran
konstitusional dianggap kurang efektif atau tak berguna. Hasil unjuk rasa akan menunjukkan
apakah tuntutan dan ketidak sepakatan masih tetap, berubah, atau malah hancur sama sekali.
Demo lebih sering dipahami sebagai sesuatu yang negatif oleh para penguasa dan pilihan utama
bagi para penentangnya(Hendro ,Catiano. 2012).
Bagi penguasa, unjuk rasa bukanlah kebiasaan baik karena dapat mengurangi kewibawaan
pemerintah di mata rakyat malah sampai pada menurunkan Presiden di tengah jalan. Pelaku
unjuk rasa merasa itulah jalan terbaik menekan penguasa mendengar dan memenuhi sebagian
atau seluruh kehendak mereka. Penguasa selalu membungkam suara pengunjuk rasa ibarat "hak
kritik mereka dicabut". Tuduhan terhadap pengunjuk rasa sebagai "pengkritik yang berasal dari
orang yang kalah dalam Pemilu". Inilah yang dituding sebagai upaya mengkerdilkan demokrasi
dimana seolah-olah kontestan pemenang Pemilu bisa bertindak apa saja. Dengan dua persepsi
yang sulit dikompromikan, maka unjuk rasa sering diihat secara hitam (oleh penguasa) dan putih
(oleh para pelakunya).
Faktor pendukung terjadinya Demonstrasi
a. Masyarakat Sipil Umumnya aksi demo di organisir oleh kelompok kelas menengah dan
kelompok pekerja bawah (yang tidak puas dengan perlakuan majikannya). Kumpulan ini dikenal
sebagai masyarakat sipil (civil society) dimana untuk kelas menengah didukung kelompok
demonstran sebagai ujung tombak. Sedangkan kelompok pekerja bawah terwakili oleh para
buruh. Tanpa kedua kelompok ini, potensi unjuk rasa mustahil dilakukan. Civil society
mempunyai kemampuan untuk menciptakan opini publik yang pada akhirnya diikuti oleh
masyarakat kecil. Gerakan mereka semakin populer disaat kumpulan wanita, ibu-ibu (atau orang
tua) para demonstran ikut terlibat sebagai pendukung di dalam sebuah demonstrasi, malah
sampai pula sebagai barisan pagar terdepan dari aksi unjuk rasa.
b. Dukungan Setidaknya ada tiga elemen penting yang dibutuhkan agar sebuah unjuk rasa dapat
dijadikan alat untuk menekan rezim penguasa, yakni dukungan jaringan, dukungan uang dan
dukungan militer. Namun tanpa dukungan dua elemen terakhir, uang dan militer, aksi demo
sama sekali tidak akan maksimal melakukan tekanan.
c. Tema Situasi psikologi rakyat adalah pendukung utama terjadinya dorongan unjuk rasa. Tema
demo penting sebagai faktor pendorong politik rakyat. Seperti diketahui, masyarakat Indonesia
adalah soft culture; tidak akan marah karena penderitaan hidup. Hanya harga diri dan
ketidakadilan yang bisa menggerakan mereka. Isu mengenai kelaparan atau kemiskinan belum
tentu ampuh menyentuh hati nurani rakyat.
d. Media dan Pers Harus disadari, aksi unjuk rasa sebagai akibat dari dinamika komunikasi yang
melibatkan saluran media/pers dan dunia maya (internet). Kota-kota besar di Indonesia,
khususnya Ibu kota Jakarta, adalah masyarakat yang pluralistik dengan penduduk yang padat
dilayani oleh sebagian besar sistem media/pers dan dunia maya yang bebas. Para pengunjuk rasa
di kota-kota besar Indonesia umumnya memiliki tingkat pendidikan menengah keatas yang
menggunakan media/pers & dunia maya sebagai sumber informasi. Media cetak (surat kabar)
merupakan informasi awal di pagi hari bagi warga demonstran, sementara media elektronik &
dunia maya melengkapi pesan-pesan sejauh mana mereka dipengaruhi oleh panggilan untuk
hadir dalam aksi unjuk rasa. Informasi dan pesan yang berasal dari media/pers & dunia maya
memiliki pengaruh yang penting pada diri peserta demo. Para demonstran menganggap informasi
dan pesan-pesan dari editorial surat kabar, artikel kolom surat kabar, berita koran, radio talk
show, berita radio, dunia maya (internet), berita TV dan TV program urusan publik mempunyai
pengaruh terhadap keputusan berpartisipasi dalam unjuk rasa. Jika dibandingkan satu sama lain;
koran (cetakan & interactive di internet) maupun radio tampaknya lebih berpengaruh
dibandingkan TV. Pekerja demokrasi dan peserta demo, lebih dipengaruhi berita surat kabar &
radio, karena pesan-pesan yang disampaikan lebih persuasif dalam memobilisasi informasi.
Berita televisi, meski cenderung menyimpan lebih kuat terhadap norma objektivitas, mungkin
memiliki sedikit pesan persuasif dalam memobilisasi informasi











BAB II
PEMBAHASAN
2. Perencanaan Demonstrasi
Perencanaan bertujuan untuk mengatur dalam melaksanakan sesutua dalam mencapai tujuan.
Sedikitnya ada lima fungsi manajemen yakni merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi tiga

yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Pimpinan mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah
rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan organisasi.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah pimpinan
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan
dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha.
Sebagai mantan demonstran yang pernah menjadi kordinator lapangan (Korlap), saya
merasa terpanggil untuk memberikan kritikan dan masukan, bagaimana menata dan merumuskan
sebuah aksi demo yang membuahkan hasil yang menakjubkan. Terutama agar bahasanya demo
bayaran yang kerap dialamatkan kepada para aktivis mahasiswa bisa ditepis. Meski bisa
dikatakan kajiannya hanya berlandaskan pengalaman, tetapi mudah-mudahan ini dapat
memberikan pencerahan bagaimana aksi unjuk rasa yang tidak bertentangan dengan aturan tetapi
mencapai tujuan yang diingingkan.
Demonstrasi itu sendiri memiliki banyak definisi dan pengertian yang berbeda-beda jika
ditilik dari sudut pandang yang berbeda. Demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu aksi peragaan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menunjukkan cara kerja, cara
pembuatan, maupun cara pakai suatu alat, material, atau obat jika ditilik dari sudut pandang
perdagangan maupun sains. Akan tetapi, di sini, penulis menggunakan definisi demonstrasi
dalam konteksnya sebagai salah satu jalur yang ditempuh untuk menyuarakan pendapat,
dukungan, maupun kritikan, yaitu suatu tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, saran,
ketidakberpihakan, dan ketidaksetujuan melalui berbagai cara dan media dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai akumulasi suara bersama
tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pribagi maupun golongan yang menyesatkan dalam rangka
mewujudkan demokrasi yang bermuara pada keadaulatan dan keadilan rakyat.
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998, pengertian demonstrasi atau unjuk rasa adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih, untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan,
tulisan dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum. Namun, dalam perkembangannya
sekarang, demonstrasi kadang diartikan sempit sebagai long-march, berteriak-teriak, membakar
ban, dan aksi teatrikal. Persepsi masyarakat pun menjadi semakin buruk terhadap demonstrasi
karena tindakan pelaku-pelakunya yang meresahkan dan mengabaikan makna sebenarnya dari
demonstrasi. Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998 Pasal 2 berbunyi, Setiap warga negara,
secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan
hak dan tanggung jawab demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Di dalam UU ini mengatur bagaimana konsep dasar demontrasi antara lain :
Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara. Lalu, unjuk rasa atau
demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih, untuk mengeluarkan pikiran
dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum. Pawai adalah cara
penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum. Dan mimbar bebas adalah kegiatan
menyampaikan pendapat di muka umum secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu. Namun
asasnya adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban, musyawarah mufakat, kepastian hukum
dan keadilan, proposionalitas, serta asas manfaat.
Hak dan kewajiban warga negara adalah :
- Mengeluarkan pikiran secara bebas. - Memperoleh perlindungan hukum.- Menghormati
hak-hak kebebasan orang lain.- Menghormati aturan-atauran moral umum yang dihormati.-
Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.- Menjaga dan
menghormati keamanan dan ketertiban umum.- Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan
bangsa.

Hak dan kewajiban aparatur negara adalah :
- Melindungi Hak Asasi Manusia.- Menghargai asas legalitas.- Menghargai prinsip praduga
tak bersalah.- Menyelengarakan pengamanan.
Bentuk-bentuk Penyampaian Pendapat
- Unjuk rasa atau demonstrasi.- Pawai.- Rapat umum.- Mimbar bebas.
Tata Cara Pemberitahuan Kegiatan
- Penyampain pendapat di muka umum dalam bentuk unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat
umum dan mimbar bebas wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri. Pemberitahuan
disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penangung jawab kelompok.
Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana di atas, tidak berlaku bagi kegiatan-kegiatan ilmiah di
dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
- Pemberitahuan dilakukan selambat-lambatnya 324 ( tiga kali dua puluh empat) jam sebelum
kegiatan dimulai dan telah diterima oleh Polri setempat.
-Surat Pemberitahuan yang mencakup :
- Maksud dan tujuan.- Tempat, lokasi, dan rute.- Waktu dan lama.- Bentuk. - Penangung
jawab.- Nama dan alamat organisasi, kelompok, atau perorangan. - Alat peraga yang
digunakan. - Jumlah peserta.
Setelah menerima surat pemberitahuan akan adanya aksi unjuk rasa, Polri wajib :
Bertangung jawab dan memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta unjuk
rasa. Bertangungjawab menyelengarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban
umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Teknis dan Ragam Demontrasi
Langkah yang harus dilakukan, setidaknya saat lonceng gerakan mahasiswa mulai
disuarakan, etika dan estetika wajib harus dikedepankan. Agar demontrasi sebagai bagian dari
demokrasi, tetap tidak disalahartikan. Efeknya, masyarakat bisa memberikan cap jempol atas
aksi yang memperjuangkan atas nama rakyat. Hingga akhirnya, tekanan yang sifatnya politis,
ekonomis, apatis maupun oportunis bisa dihindari.
Oleh karena itu, saya menekankan agar mahasiswa perlu diingatkan kembali,
bahwasanya demo bukan jalan terakhir. Tetapi hal itu dilakukan ketika persoalan menemui jalan
buntu dalam mengupas suatu persoalan. Di saat itulah teriakan di jalan diharapkan dapat
membuka pintu komunikasi yang selama terkunci. Win-Win Solution dapat dirasakan kedua
belah pihak, yang bersebrangan pandangan. Untuk menghindari bentrokan serta kesalahpahaman
saat melaksanakan aksi, tentunya diperlukan tata cara yang dikenal dengan Manajemen Aksi.
Maksudnya, tata cara pengaturan bagaimana cara yang perlu diperhatikan saat melakukan aksi
unjuk rasa. Tujuanya, agar dapat membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan bersama.
Sebelum aksi dilakukan, ada dua hal yang perlu menjadi catatan yakni target aksi dan
isu yang akan diangkat. Sementara untuk hal yang sifatnya teknis, perlu diperhatikan antara lain
penentuan rute, pembagian tugas, , perangkat aksi, logistik, tidak lepas koordinasi.
Lalu, saat akan melaksanakan aksi di lapangan, guna menghindari provokasi dan
komunikasi yang berujung anarkis. Para demonstran perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut, di antaranya briefing, orasi pembukaan, menghapalkan lagu-lagu perjuangan untuk
menghindari kebekuaan. Termasuk harus berlatih bernegosiasi bila dihadapkan pada sesuatu
yang dianggap genting. Selanjutnya, setelah aksi para aktivis juga memerlukan evaluasi atas
demo yang telah dilakukan. Lalu, melakukan advokasi guna menindaklanjuti persoalan yang
telah terjadi. Termasuk melakukan evaluasi kekurangan dan kelebihan. Semoga tulisan ini bisa
mewakili dan memberikan pencerahan kepada teman-teman mahasiswa untuk terus berada
digarda paling depan, untuk menyuarakan keadailan di muka bumi ini.
Pembagian Tugas dalam Unjuk Rasa meliputi :
1. Korlap (Koordinator Lapangan)
Korlap merupakan pemimpin keseluruhan teknis yang menjalankan rumusan aksi ,yang
disusun oleh tim acara. Korlap tidak perlu muncul ke publik, agar ia bebas mengamati
dinamika aksi (peserta aksi, skenario aksi ,dan situasi aksi).
2. Danlap

Dikenal dalam bahasa lain sebagai jendral lapangan (Jenlap). Danlap adalah pemegang
komando tertinggi dalam aksi yang bertugas menyampaikan instruksi, memantau dan
mengatur jalannya aksi. Dalam aksi lapangan, danlap dirahasiakan karena ketika aksi
berlangsung orang pertama yang dicari polisi adalah danlap. Danlap berhak memutuskan
meneruskan atau menghentikan sebuah aksi lapangan.

3. Dinlap /Orator. Dinlap adalah pemegang komando aksi yang menyampaikan instruksi
kepada peserta aksi dari mobil sound. Dinlap berkoordinasi dengan tim acara dan korlap
untuk mengatur agenda, skenario dan target aksi. Dinlap sebaiknya menyiapkan yel yel
dan lagu perjuangan untuk mendinamisasi aksi.
4. Tim Kesehatan. Aksi massa membutuhkan kekuatan fisik dan seringkali mendapat
banyak potensi ancama. Untuk itu diperlukan tim kesehatan untuk mengantisipasi segala
kemungkinan yang akan terjadi.
5. Tim Media
Tugas tim media adalah : memperbanyak dan menyebarkan pernyataan sikap,
menghubungi media massa, mengordinasikan wawancara wartawan dengan pimpinan
aksi.
6. Tim logistic. Tugas tim logistik adalah : menyiapkan mobil sound, sound system dan
kebutuhan aksi (bendera, air minum dan baliho/pamflet) dan menyiapkan peralatan
pendukung (ikat kepala, leaflet dll)
7. Tim negoisator. Tim negoisator adalah orang yang bertugas mengkomunikasikan aksi
dengan stakeholder terkait seperti polisi, wartawan dan pihak lain di lapangan. Usahakan
memilih orang yang memiliki kemampuan melobi baik ketika memutuskan memilih tim
negoisator.
8. Tim acara
Tim acara bertugas merumuskan aksi secara keseluruhan meliputi skenario aksi (rute
aksi, kemungkinan chaos atau tidak dll), happening art/tearikal, orasi tokoh/pemimpin
pergerakan, menyiapkan yel-yel, lagu perjuangan dan pernyataan sikap.
9. Tim keamanan. Tim ini berfungsi mengamankan jalannya aksi agar tidak terjadi
gangguan yang mengacaukan aksi. Tim pengamanan diusahakan berkoordinasi dengan
pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya penyusup, kerusuhan dan kemungkinan
upaya evakuasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.





BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan
Sistem demokrasi di Indonesia perlu ditata kembali karena tidak sesuai dengan arti dari
demokrasi itu sendiri, yaitu pemerintahan berada di tangan rakyat, dijalankan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Namun kenyataannya, banyak suara rakyat yang terabaikan sehingga
muncul aksi demonstrasi untuk menuntut hak.
Aksi yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menuntut hak, perubahan, dan
penolakan terhadap suatu kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Namun akhir-akhir ini
aksi yang dilakukan sering berujung anarkis bahkan menimbulkan kerugian, baik itu kerugian
material maupun jiwa.

3.2 Saran
Memang, demonstrasi bukanlah hal yang salah untuk dilakukan oleh mahasiswa, namun,
kita harus berpikir, apakah demonstrasi yang kita lakukan ini ada esensinya? Ada tujuannya?
Dan apakah tujuan itu dapat terlaksana nantinya kalau kita sudah turun ke jalan? Intinya,
janganlah kita kita menyia-nyiakan waktu kita. Orangtua kita memberikan kesempatan kuliah
bagi kita, atau bagi kalian yang bekerja untuk membiayai kuliah sendiri, apakah kita mau
membuang kesempatan dari orangtua, atau uang hasil kerja keras kita untuk kuliah dengan mati
sia-sia? Kita ambil kemungkinan paling buruk, jika kita meninggal dunia atau luka berat karena
demonstrasi yang berujung anarkis, apakah kita mau mengambil risiko tersebut?
Jika demonstrasi yang kita lakukan seperti pada tahun 1998 yang benar-benar
membuahkan hasil, tentunya itu tidak sia-sia, jikalau kita meninggal dunia, kita meninggal dunia
sebagai pahlawan. Demonstrasi, jika kita lakukan sekarang, nampaknya sudah tidak relevan lagi,
karena memang belum ada sesuatu yang harus betul-betul diperjuangkan. Janganlah mahasiswa
melakukan demonstrasi hanya untuk kesenangan tersendiri berada di jalan dan merasa superior,
dan ujung-ujungnya adalah kekerasan, anarkisme dan pertengkaran. Lebih baik kita, sebagai
mahasiswa belajar dengan sebaik-baiknya untuk menambah pengetahuan, dan ketika kita ingin
menyalurkan aspirasi kita, lebih baik lewat media tulisan saja, sehingga kita
menyuarakan aspirasi kita menggunakan otak, bukan sekadar di mulut saja.













DAFTAR PUSTAKA


http://www.google.com/demonstrasi
http://www.wikipedia.com/demonstrasi
Kaelan, 2009, Filsafat Pancasila, Paradigma, Yogyakarta
Satriya, Bambang, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan, Nirmana media, Jakarta
Darmadiharjo, Darji, 1981, Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya
Tim ICCE UIN Jakarta, 2003, Pendidikan kewarganegaraan, Prenada Media, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai