NIM : 751331121041
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa dan orang-orang yang
tidak setuju dengan pemerintahan dan menentang kebijakan pemerintah. Banyak
kasus unjuk rasa yang dilakukan para mahasiswa sebagai bentuk protes terhadap
keputusan yang ditetapkan pemerintah.
Di zaman seperti saat ini, demonstrasi merupakan salah satu dari sekian banyak
bentuk bela Negara yang dapat dilakukan. Dahulu, bela Negara dilaksanakan
dengan mengangkat senjata dan berperang melawan musuh tetapi saat ini dengan
berbagai perkembangan yang telah terjadi bela Negara juga dapat dilakukan dengan
berani menyampaikan aspirasi dan berani mengkritik hal yang dianggap kurang
tepat bagi kepentingan bangsa.
Mahasiswa sebagai salah satu agent of change di masyarakat memiliki hak untuk
menyampaikan aspirasinya dan wajib untuk dapat melihat dan memahami apakah
suatu system di pemerintahan menyimpang, berubah, atau tidak berfungsi. Dengan
pemikiran yang logis dan kritis mahasiswa harus mampu dan jeli melihat segala
perubahan yang baik ataupun buruk di Negara ini.
Bukan merupakan hal yang baru jika mendengar mengenai demonstrasi di kalangan
mahasiswa. Berbagai bentuk unjuk rasa yang telah terjadi dan memberikan dampak
besar di Negara ini tidak terlepas dari peran serta para mahasiswa. Berbagai
demonstrasi besar yang pernah dimotori oleh mahasiswa antara lain demonstrasi
Tritura (1966), demonstrasi yang diikuti ribuan mahasiswa ini berisi tiga tuntutan
rakyat terhadap pemerintah presiden Soekarno saat itu yang akhirnya diikuti dengan
dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966 (supersemar)
Antara lain adalah sebagai salah satu bentuk membela Negara dan kepentingan
rakyat, mempelajari bagaimana menerapkan system demokrasi yang baik dan benar
sebab kita hidup di Negara demokrasi sehingga kita memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat, mendorong pemerintah untuk meninjau kembali
kebijakan yang dianggap merugikan rakyat, membantu masyarakat sekitar untuk
menyadari isu yang terjadi, dan menambah relasi
Manfaat-manfaat tersebut tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar
pada jalannya pemerintahan di Indonesia. Jika pemerintahan Indonesia berjalan
tanpa adanya kritik dan saran dari rakyatnya tentu system pemerintahan ditanah air
akan hancur. Pemerintah tidak akan menyadari saat mereka melakukan kesalahan
jika tidak ada masukan dari rakyatnya. Oleh karena itu, aksi demonstrasi tidak bisa
dipandang sebelah mata.
Menurut harjomataram, ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu
bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala
tantangan dan ancaman dari dalam atau luar, langsung atau tidak, dan bisa
membahayakan kehidupan nasional. Kebijakan pemerintah yang dirasa dapat
membahayakan kehidupan nasional dan kemakmuran masyarakat tentu saja harus
ditentang. Hal ini ancaman ketahanan nasional dari dalam. Maka dari itu, unjuk rasa
diperlukan agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya terkait kebijakan
pemerintah yang dirasa dapat memberatkan masyarakat.
2. PENYERANGAN AKUN SOSIAL MEDIA PELAKU KORUPSI
Ditengah carut-marutnya penegak hokum, banyak pihak mengklaim dirinya yang
hebat, kuat dan mampu menuntaskan korupsi. Para advokat selalu berdiri di garis
depan untuk “membela” para koruptor dengan melegitimasikan UU dan peraturan
pemerintah sebagai referensi hokum guna melemahkan semangat perlawanan dan
pencegahan atas perbuatan melawan hokum sebagai bagian dari politik kekuasaan.
Korupsi menurut bahasa kita adalah suatu perbuatan tindak pidana kejahatan
kemanusiaan luar biasa, ya, cara untuk melawannya juga dengan cara yang luar
biasa. Budaya malu sudah tidak lagi mempan bagi para elit pelaku korupsi, dengan
bangganya mereka lalu merampok berjamaah atas nama kekuasaan politik bisnis.
Hilangnya rasa malu, rasa malu atau rasa bersalah muncul akibat suatu perbuatan
yang dirasa menyimpang dari kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku ditengah
masyarakat yang dilakukan oleh seseorang. Rasa malu timbul dari kesadaran diri
dan perasaan (emosi) sebagai bentuk evaluasi atau intropeksi diri seseorang atas
perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut adalah perilaku korupsi
yang berlaku sangat massif yang dilakukan oleh elite politik. Birokrasi dan bisnis di
Indonesia. Keberadaan komisi pemberantasan korupsi (KPK) seakan belum mampu
membendung praktek secara signifikan.
Pemberantasan kasus korupsi oleh KPK yang dilakukan para pejabat, elite dan
politisi Indonesia, belum menimbulkan efek jera. Ada 2 faktor utama. Pertama,
hukuman yang terlalu ringan dan tidak menimbulkan efek pemiskinan maksimal
kepada pelaku dan keluarganya. Kedua, hukuman tidak menimbulkan efek rasa
malu kepada pelaku korupsi dan keluarganya. Tulisan ini memfokuskan
pembahasan soal tidak adanya rasa malu bagi para terpidana korupsi dan
keluarganya sehingga mereka tidak sungkan untuk mencalonkan diri sebagai
pejabat public. Bahkan mereka sering kali malah merasa di zolimi oleh KPK dan
tidak jarang mereka mengubah penampilan menjadi lebih agamis.
Rasa malu yang paling dalam adalah terkait dengan harga diri, pelanggaran mora;
dan kehormatan pribadi yang terganggu, baik akibat pelanggaran nilai-nilai pribadi
ataupun karena norma-norma dan pandangan umum tentang baik dan buruk, tentang
benar dan salah yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Sikap yang umum dari
para pejabat di luar negeri jika aibnya terbongkar kepada public adalah
mengundurkan diri dari jabatannya, atau menjauhkan diri dari keramaian dan tidak
berani tampil di hadapan public. Di Indonesia agak ironis, elite yang sudah
terpidana kasus korupsi tidak punya rasa malu malah merasa hak politiknya
dilanggar KPU
Efek rasa malu atau mempermalukan dan pencabut hak politik koruptor dan
keluarganya, akan menjadi peringatan keras kepada seluruh rakyat. Hukuman yang
mempermalukan dan mencabut hak politik akan member efek jera tidak hanya pada
pelaku tetapi juga kepada calon pelaku daripada hukuman penjara dan pemiskinan
yang setengah hati.
Bentuk sanksi sosial lain yang sifatnya lebih abadi adalah pembuatan situs websites
kampanye #antikorupsi yang berisi dokumen profile, foto dan video orang-orang
yang pernah tersangkut kasus-kasus korupsi. Situs itu akan menjadi bahan
peringatan bagi semua pihak bahwa jika tersangkut kasus korupsi hukuman
sosialnya bersifat jangka panjang yang akan di abadikan di media sosial.
Salah satu bentuk sanksi sosial yang dilakukan para mahasiswa yaitu penyerangan
akun sosial media para pelaku korupsi. Walau tidak membawa langsung nama
mahasiswa ataupun nama perguruan tinggi, rata-rata masyarakat yang melakukan
hal tersebut banyak yang dari kalangan mahasiswa, hal ini sebagai bentuk bela
Negara, saat masyarakat merasa bahwa hukum yang didapatkan oleh para pelaku
tidak sesuai dengan kejahatan yang ia lakukan karena seperti yang kita tau, tindak
pidana korupsi tidak dapat dibenarkan di Negara ini.
Bukan sesuatu yang berlebihan jika bencana disebut sebagai sebuah tragedy
kemanusiaan. Bagaimana tidak, bencana alam menerjang semua orang tanpa
pandang bulu. Mulai dari anak-anak, orang tua, orang baik, orang jahat, pribumi,
non pribumi, semua berpotensi menjadi korban bencana alam. Akan tetapi, kita
patut berbangga ketika melihat fenomena bencana dari perspektif yang lain.
Berbangga karena ternyata saat terjaid bencana terlihat bahwa nilai gotong royong,
kebersamaan. Empati sosial dan kedermawaan masih terjaga diantara anak-anak
bangsa. Semua elemen masyarakat seperti tanpa perintah dan komando untuk turun
langsung melakukan aksi-aksi kemanusiaan. Mereka semua tanpa pamrih
menyumbangkan apapun yang dimilikinya untuk meringankan korban bencana.
Berkaca dari fenomena bencana gemba di Lombok pada tahun 2018, dengan
keadaan bencana yang begitu dahsyatnya ditambah pemerintah yang juga tidak
menetapkan bencana ini sebagai bencana nasional, bukan berarti warga luar daerah
Lombok menjadi diam dan tidak peduli. Sebaliknya, dukungan dari masyarakat di
luar wilayah nusa tenggara barat begitu terasa sehingga gelombang relawan dan
bantuan dating silih berganti. Pada lokasi bencana kita kana melihat masyarakat dari
berbagai elemen saling bahu membahu dalam memberikan pelayanan kepada para
korban. Salah satu elemen tersebut adalah mahasiswa
Disaat para korban bencana sangat memerlukan uluran tangan, para mahasiswa rela
meninggalkan waktu kuliah, mengorbankan waktu belajar mereka untuk menjadi
relawan ditengah-tengah bencana. Sementara beberapa mahasiswa lain turun di
lokasi bencana, sebagian mahasiswa lain sibuk mengumpulkan sumbangan untuk
para korban. Tidak lupa juga dukungan yang sangat baik dari pihak universitas
dalam melakukan pendampingan terhadap mahasiswa yang turun bencana.
Fenomena ini memperlihatkan mahasiswa dan pihak universitas sangat memahami
bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama
Bela Negara tidak hanya merupakan tanggung jawab TNI semata, melainkan juga
segenap komponen masyarakat baik individu mapun kelompok/organisasi, sesuai
dengan profesi dan kemampuan yang dimiliki. Menjadi relawan korban bencana
alam termasuk salah satu bentuk bela Negara yang dilakukan mahasiswa, hal ini
juga saling berhubungan dengan ketahanan nasional. Nilai-nilai nasionalisme
(nationalism) dan bela Negara menjadi pijakan dalam membangun kekuatan
nasional yang akan menjadi kekuatan pertahanan Negara (national defence)
Indonesia yang tangguh dan kuat. Adanya sikap gotong royong dan peduli sesama
merupakan asset moral yang penting bagi pertahanan nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa
https://www.wantannas.go.id/2017/09/24/sesjen-wantannas-peran-mahasiswa-
dalam-bela-negara-adalah-bagian-dari-menjaga-ketahanan-nasional/
https://www.kompasiana.com/divakoetin3631/5fb3bb7c8ede487c04222882/demons
trasi-mahasiswa-dari-sudut-pandang-bela-negara
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/40615
https://jokowicentre.or.id/2018/10/15/elite-korup-hilangnya-rasa-malu/
https://www.mkduncen.ac.id/ini-daftar-kasus-hukum-korupsi-menurut-catatan-
kampak-papua/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56d7218a32d8f/sanksi-bagi-
pem-bully-di-media-sosial/
https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-itu-cyberbullying
https://fk.uii.ac.id/opini-mahasiswa-menilik-peran-mahasiswa-dalam-aksi-
kemanusiaan/
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2018/11/wiraedisikhusus1.pdf