Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEWARGANEGARAAN

NAMA: PUTRI LUTFIA NIHALI

KELAS: B STR GIZI & DIETETIKA

NIM : 751331121041

KASUS BELA NEGARA DALAM KEHIDUPAN KEMAHASISWAAN

1. AKSI UNJUK RASA MAHASISWA UNTUK MENOLAK KEBIJAKAN


PEMERINTAH
Unjuk rasa atau demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan
sekumpulan orang dihadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentangan kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.

Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa dan orang-orang yang
tidak setuju dengan pemerintahan dan menentang kebijakan pemerintah. Banyak
kasus unjuk rasa yang dilakukan para mahasiswa sebagai bentuk protes terhadap
keputusan yang ditetapkan pemerintah.

Di zaman seperti saat ini, demonstrasi merupakan salah satu dari sekian banyak
bentuk bela Negara yang dapat dilakukan. Dahulu, bela Negara dilaksanakan
dengan mengangkat senjata dan berperang melawan musuh tetapi saat ini dengan
berbagai perkembangan yang telah terjadi bela Negara juga dapat dilakukan dengan
berani menyampaikan aspirasi dan berani mengkritik hal yang dianggap kurang
tepat bagi kepentingan bangsa.
Mahasiswa sebagai salah satu agent of change di masyarakat memiliki hak untuk
menyampaikan aspirasinya dan wajib untuk dapat melihat dan memahami apakah
suatu system di pemerintahan menyimpang, berubah, atau tidak berfungsi. Dengan
pemikiran yang logis dan kritis mahasiswa harus mampu dan jeli melihat segala
perubahan yang baik ataupun buruk di Negara ini.

Bukan merupakan hal yang baru jika mendengar mengenai demonstrasi di kalangan
mahasiswa. Berbagai bentuk unjuk rasa yang telah terjadi dan memberikan dampak
besar di Negara ini tidak terlepas dari peran serta para mahasiswa. Berbagai
demonstrasi besar yang pernah dimotori oleh mahasiswa antara lain demonstrasi
Tritura (1966), demonstrasi yang diikuti ribuan mahasiswa ini berisi tiga tuntutan
rakyat terhadap pemerintah presiden Soekarno saat itu yang akhirnya diikuti dengan
dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966 (supersemar)

Selanjutnya adalah demonstrasi reformasi (1998), aksi ini menuntut presiden


Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai presiden Indonesia. Aksi besar-
besaran ini berdampak besar pada kehidupan di tanah air, Indonesia pada saat itu
memasuki babak baru yaitu era reformasi

Demonstrasi berikutnya adalah demonstrasi tolak RKUHP dan revisi UU KPK


(2019), demo yang terjadi 2 tahun lalu ini terjadi karena RUU KUHP dan revisi UU
KPK menuai banyak pertentangan karena dianggap tidak memihak rakyat dan
melemahkan fungsi-fungsi KPK. Aksi unjuk rasa yang aru-baru ini terjadi adalah
demonstrasi tolak omnimbus law yang dipicu oleh pengesahan UU cipta kerja yang
menuai banyak kontroversi karena dinilai tidak memihak dan merugikan
buruh/pekerja, terlebih proses pembuatan dan pengesahannya dinilai tidak
transparan serta terlalu terburu-buru karena saat ini Indonesia sedan sibuk
menghadapi pandemic.
Berbagai aksi mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi tentunya bukan tanpa
tujuan dan landasan. Salah satu tujuan yang pasti adalah untuk membela
kepentingan rakyat. Ketika pemerintah melakukan sesuatu yang dianggap
merugikan masyarakat, tentunya mahasiswa memiliki kewajiban untuk membela
rakyat. Sebelum melakukan aksinya, mahasiswa sudah terlebih dahulu mengkaji
isu-isu yang sedang terjadi. Dengan begitu, mahasiswa yang turun ke jalan benar-
benar mengetahui dan memahami apa yang mereka bela dan apa tujuan mereka.

Banyak orang yang masih beranggapan bahwa demonstrasi mahasiswa merupakan


hal yang mengganggu dan tidak penting. Anggapan tersebut masih sering muncul di
masyarakat tentunya bukan tanpa sebab, melainkan karena adanya beberapa kasus
demonstrasi yang berujung ricuh. Aksi-aksi yang berujung ricuh ini pada umumnya
disebabkan oleh oknum yang ingin memanfaatkan suasana dan ingin mengadu
domba berbagai pihak

Kejadian-kejadian yang berakhir ricuh ini pada akhirnya membuat public


beranggapan bahwa demonstrasi merupakan hal yang mengganggu dan mencekam.
Selain itu, anggapan ini masih ada di masyarakat karena mereka belum menyadari
bahwa demonstrasi yang dilakukan tentunya memiliki segudang manfaat.

Antara lain adalah sebagai salah satu bentuk membela Negara dan kepentingan
rakyat, mempelajari bagaimana menerapkan system demokrasi yang baik dan benar
sebab kita hidup di Negara demokrasi sehingga kita memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat, mendorong pemerintah untuk meninjau kembali
kebijakan yang dianggap merugikan rakyat, membantu masyarakat sekitar untuk
menyadari isu yang terjadi, dan menambah relasi
Manfaat-manfaat tersebut tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar
pada jalannya pemerintahan di Indonesia. Jika pemerintahan Indonesia berjalan
tanpa adanya kritik dan saran dari rakyatnya tentu system pemerintahan ditanah air
akan hancur. Pemerintah tidak akan menyadari saat mereka melakukan kesalahan
jika tidak ada masukan dari rakyatnya. Oleh karena itu, aksi demonstrasi tidak bisa
dipandang sebelah mata.

Mahasiswa yang dapat menjadi perwakilan aspirasi masyarakat dalam melakukan


unjuk rasa tetap harus mengikuti peraturan yang berlaku agar kegiatan demonstrasi
atau unjuk rasa dapat berjalan dengan aman. Tindak anarkis para pendemo tentu
sangat dilarang karena dapat merugikan banyak pihak. Fasilitas-fasilitas umum juga
akan rusak, namun terlepas dari itu semua, demonstrasi penting dilakukan tapi
dengan tetap menjaga ketertiban selama kegiatan unjuk rasa berlaku.

Menurut harjomataram, ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu
bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala
tantangan dan ancaman dari dalam atau luar, langsung atau tidak, dan bisa
membahayakan kehidupan nasional. Kebijakan pemerintah yang dirasa dapat
membahayakan kehidupan nasional dan kemakmuran masyarakat tentu saja harus
ditentang. Hal ini ancaman ketahanan nasional dari dalam. Maka dari itu, unjuk rasa
diperlukan agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya terkait kebijakan
pemerintah yang dirasa dapat memberatkan masyarakat.
2. PENYERANGAN AKUN SOSIAL MEDIA PELAKU KORUPSI
Ditengah carut-marutnya penegak hokum, banyak pihak mengklaim dirinya yang
hebat, kuat dan mampu menuntaskan korupsi. Para advokat selalu berdiri di garis
depan untuk “membela” para koruptor dengan melegitimasikan UU dan peraturan
pemerintah sebagai referensi hokum guna melemahkan semangat perlawanan dan
pencegahan atas perbuatan melawan hokum sebagai bagian dari politik kekuasaan.

Korupsi menurut bahasa kita adalah suatu perbuatan tindak pidana kejahatan
kemanusiaan luar biasa, ya, cara untuk melawannya juga dengan cara yang luar
biasa. Budaya malu sudah tidak lagi mempan bagi para elit pelaku korupsi, dengan
bangganya mereka lalu merampok berjamaah atas nama kekuasaan politik bisnis.

Hilangnya rasa malu, rasa malu atau rasa bersalah muncul akibat suatu perbuatan
yang dirasa menyimpang dari kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku ditengah
masyarakat yang dilakukan oleh seseorang. Rasa malu timbul dari kesadaran diri
dan perasaan (emosi) sebagai bentuk evaluasi atau intropeksi diri seseorang atas
perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut adalah perilaku korupsi
yang berlaku sangat massif yang dilakukan oleh elite politik. Birokrasi dan bisnis di
Indonesia. Keberadaan komisi pemberantasan korupsi (KPK) seakan belum mampu
membendung praktek secara signifikan.

Pemberantasan kasus korupsi oleh KPK yang dilakukan para pejabat, elite dan
politisi Indonesia, belum menimbulkan efek jera. Ada 2 faktor utama. Pertama,
hukuman yang terlalu ringan dan tidak menimbulkan efek pemiskinan maksimal
kepada pelaku dan keluarganya. Kedua, hukuman tidak menimbulkan efek rasa
malu kepada pelaku korupsi dan keluarganya. Tulisan ini memfokuskan
pembahasan soal tidak adanya rasa malu bagi para terpidana korupsi dan
keluarganya sehingga mereka tidak sungkan untuk mencalonkan diri sebagai
pejabat public. Bahkan mereka sering kali malah merasa di zolimi oleh KPK dan
tidak jarang mereka mengubah penampilan menjadi lebih agamis.

Rasa malu yang paling dalam adalah terkait dengan harga diri, pelanggaran mora;
dan kehormatan pribadi yang terganggu, baik akibat pelanggaran nilai-nilai pribadi
ataupun karena norma-norma dan pandangan umum tentang baik dan buruk, tentang
benar dan salah yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Sikap yang umum dari
para pejabat di luar negeri jika aibnya terbongkar kepada public adalah
mengundurkan diri dari jabatannya, atau menjauhkan diri dari keramaian dan tidak
berani tampil di hadapan public. Di Indonesia agak ironis, elite yang sudah
terpidana kasus korupsi tidak punya rasa malu malah merasa hak politiknya
dilanggar KPU

Efek rasa malu atau mempermalukan dan pencabut hak politik koruptor dan
keluarganya, akan menjadi peringatan keras kepada seluruh rakyat. Hukuman yang
mempermalukan dan mencabut hak politik akan member efek jera tidak hanya pada
pelaku tetapi juga kepada calon pelaku daripada hukuman penjara dan pemiskinan
yang setengah hati.

Bentuk sanksi sosial lain yang sifatnya lebih abadi adalah pembuatan situs websites
kampanye #antikorupsi yang berisi dokumen profile, foto dan video orang-orang
yang pernah tersangkut kasus-kasus korupsi. Situs itu akan menjadi bahan
peringatan bagi semua pihak bahwa jika tersangkut kasus korupsi hukuman
sosialnya bersifat jangka panjang yang akan di abadikan di media sosial.

Salah satu bentuk sanksi sosial yang dilakukan para mahasiswa yaitu penyerangan
akun sosial media para pelaku korupsi. Walau tidak membawa langsung nama
mahasiswa ataupun nama perguruan tinggi, rata-rata masyarakat yang melakukan
hal tersebut banyak yang dari kalangan mahasiswa, hal ini sebagai bentuk bela
Negara, saat masyarakat merasa bahwa hukum yang didapatkan oleh para pelaku
tidak sesuai dengan kejahatan yang ia lakukan karena seperti yang kita tau, tindak
pidana korupsi tidak dapat dibenarkan di Negara ini.

namun tindakan ini masih menjadi kontroversi karena Indonesia menerapkan


undang-undang tentang cyberbullyng. Cyberbullyng adalah perundungan atau bully
yang dilakukan dengan menggunakan teknologi digital yang terjadi melalui media
sosial. Ujaran kebencian yang dilayangkan masyarakat pada media seseorang walau
ia merupakan pelaku korupsi termasuk cyberbullyng.

Perbuatan penghinaan di media sosial dilakukan bersama-sama (lebih dari 1 orang)


maka orang-orang itu dipidana atas perbuatan “turut melakukan” tindak pidana
(medegepler). “turut melakukan disini dalam arti kata “bersama-sama melakukan”.
Sedikit-dikitnya harus ada dua orang, orang yang melakukan (pleger) dan orang
yang turut melakukan (medepleger). Ancaman bagi yang memenuhi unsure tersebut
akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 750 juta

Korupsi yang telah membudaya dan mengakar di lingkungan kerja pemerintahan,


masyarakat dan kemiskinan yang demikian tinggi jumlahnya serta begitu luas
penyebarannya, telah berimplikasi dan menimbulkan masalah terhadap terciptanya
ketahanan nasional. Metode yang dipilih adalah deskripsi mendalam, data-data
dikumpulkan dalam bentuk data sekunder yang didapatkan melalui laporan-laporan
penelitian LSM atau lembaga lainnya, serta buku-buku dan berita didalam surat
kabar dan media masa lainnya.

Analisis dilakukan dengan menggunakan pisau analisa ketahanan nasional yang


mengacu kepada wawasan nusantara sebagai bagian dari paradigma nasional
disamping pancasila dan undang-undang dasar 1945. Sebagian hasil analisis ,
ternyata korupsi dan kemiskinan telah menciptakan terjadinya kerawanan pangan,
penurunan kredibilitas pemerintah, dan bahkan korupsi telah menciptakan
pemgeroposan mentalitas pembangunan bangsa, sehingga untuk memberantasnya
dibutuhkan upaya khusus melalui pembangunan ketahanan nasional dengan cara
bottom up maupun top down.

Korupsi dan kemiskinan telah menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki


ketahanan nasional yang tangguh pada seluruh aspek kehidupan, baik aspek statis
yaitu tri gatra (geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam) maupun aspek yang
dinamis panca gatra (ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan).

Kondisi inilah yang menjadikan bangsa Indonesia kurang diperhitungkan di dalam


percaturan dunia internasional. Ternyata korupsi di Indonesia memang sulit untuk
diberantas, karena hukuman dan sangsi yang terlalu ringan jika dibandingkan
dengan hasil uang Negara yang mereka korupsi, sehingga tidak akan memberikan
efek jera kepada para pelakunya. Pemberantasan korupsi menjadi semakin sulit
karena para aparat penegak hukum yang ditugasi melaksanakan pemberantasan
korupsi justru memanfaatkan situasi dan ikut bermain dalam kasus yang mereka
tangani, sehingga para koruptor tidak terlalu memperhitungkan secara serius tentang
resiko dari perbuatan korupsi
3. RELAWAN DARI MAHASISWA SAAT TERJADI BENCANA ALAM
Negara Indonesia adalah Negara yang secara geografis berpotensi mengalami
bencana-bencana besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
mencatat sepanjang-september 2019 terjadi 2.829 kejadian bencana. Bencana-
bencana tersebut mengakibatkan korban luka-luka, meninggal, merusak
infrastruktur kota, perkantoran, tempat ibadah, dan perumahan penduduk. Selain itu
bencana juga menghadirkan trauma yang mendalam bagi para korban.

Bukan sesuatu yang berlebihan jika bencana disebut sebagai sebuah tragedy
kemanusiaan. Bagaimana tidak, bencana alam menerjang semua orang tanpa
pandang bulu. Mulai dari anak-anak, orang tua, orang baik, orang jahat, pribumi,
non pribumi, semua berpotensi menjadi korban bencana alam. Akan tetapi, kita
patut berbangga ketika melihat fenomena bencana dari perspektif yang lain.
Berbangga karena ternyata saat terjaid bencana terlihat bahwa nilai gotong royong,
kebersamaan. Empati sosial dan kedermawaan masih terjaga diantara anak-anak
bangsa. Semua elemen masyarakat seperti tanpa perintah dan komando untuk turun
langsung melakukan aksi-aksi kemanusiaan. Mereka semua tanpa pamrih
menyumbangkan apapun yang dimilikinya untuk meringankan korban bencana.

Berkaca dari fenomena bencana gemba di Lombok pada tahun 2018, dengan
keadaan bencana yang begitu dahsyatnya ditambah pemerintah yang juga tidak
menetapkan bencana ini sebagai bencana nasional, bukan berarti warga luar daerah
Lombok menjadi diam dan tidak peduli. Sebaliknya, dukungan dari masyarakat di
luar wilayah nusa tenggara barat begitu terasa sehingga gelombang relawan dan
bantuan dating silih berganti. Pada lokasi bencana kita kana melihat masyarakat dari
berbagai elemen saling bahu membahu dalam memberikan pelayanan kepada para
korban. Salah satu elemen tersebut adalah mahasiswa
Disaat para korban bencana sangat memerlukan uluran tangan, para mahasiswa rela
meninggalkan waktu kuliah, mengorbankan waktu belajar mereka untuk menjadi
relawan ditengah-tengah bencana. Sementara beberapa mahasiswa lain turun di
lokasi bencana, sebagian mahasiswa lain sibuk mengumpulkan sumbangan untuk
para korban. Tidak lupa juga dukungan yang sangat baik dari pihak universitas
dalam melakukan pendampingan terhadap mahasiswa yang turun bencana.
Fenomena ini memperlihatkan mahasiswa dan pihak universitas sangat memahami
bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama

Bela Negara tidak hanya merupakan tanggung jawab TNI semata, melainkan juga
segenap komponen masyarakat baik individu mapun kelompok/organisasi, sesuai
dengan profesi dan kemampuan yang dimiliki. Menjadi relawan korban bencana
alam termasuk salah satu bentuk bela Negara yang dilakukan mahasiswa, hal ini
juga saling berhubungan dengan ketahanan nasional. Nilai-nilai nasionalisme
(nationalism) dan bela Negara menjadi pijakan dalam membangun kekuatan
nasional yang akan menjadi kekuatan pertahanan Negara (national defence)
Indonesia yang tangguh dan kuat. Adanya sikap gotong royong dan peduli sesama
merupakan asset moral yang penting bagi pertahanan nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa
https://www.wantannas.go.id/2017/09/24/sesjen-wantannas-peran-mahasiswa-
dalam-bela-negara-adalah-bagian-dari-menjaga-ketahanan-nasional/
https://www.kompasiana.com/divakoetin3631/5fb3bb7c8ede487c04222882/demons
trasi-mahasiswa-dari-sudut-pandang-bela-negara
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/40615
https://jokowicentre.or.id/2018/10/15/elite-korup-hilangnya-rasa-malu/
https://www.mkduncen.ac.id/ini-daftar-kasus-hukum-korupsi-menurut-catatan-
kampak-papua/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56d7218a32d8f/sanksi-bagi-
pem-bully-di-media-sosial/
https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-itu-cyberbullying
https://fk.uii.ac.id/opini-mahasiswa-menilik-peran-mahasiswa-dalam-aksi-
kemanusiaan/
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2018/11/wiraedisikhusus1.pdf

Anda mungkin juga menyukai