Disusun Oleh :
21.012.006
Siti Jahwa Khoerunnisa
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Kita panjatkan puji dan syukur kepada kehadirat Allah subhanahu wa taala, karena dengan
karunianya dan rahmatnya saya bisa menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah,
“Pengantar Ilmu Administrasi Bisnis". Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi
Shallahualaihi wa sallam, yang telah menuntun kita. Saya ucapkan terima kasih dan rasa hormat
kepada dosen pengampu mata kuliah “Pengantar Ilmu Administrasi Bisnis" yaitu Ibu Leni Hartati,
SAB., MAB dan kepada teman teman yang senantiasa memberi semangat. oleh karena kritik dan
saran yang mampu membangkitkan jiwa kami, sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini
mamapu memberi manfaat serta menunjang ilmu pengetahuan bagi penyusunnya khususnya dan
bagi para generasi yang akan datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Perumusan tujuan
d. Alternatif solusi
e. Rumusan masalah
BAB 2 MATERI
BAB 3 PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri pelaksanaan demokrasi di Indonesia khususnya menyangkut Demo
sering dilakukan oleh mahasiswa pada hari-hari besar nasional diberbagai titik di tempat publik
hingga di depan gedung pemerintahan sering menimbulkan aksi anarkhis, tidak ditaatinya aturan-
aturan dalam berdemo membuat satuan polisi pengaman terpaksa ambil tindakan keras mulai dari
penyemprotan gas air mata, pembuatan benteng pertahanan hingga desingan peluru yang
terkadang sering dilontarkan ke udara untuk mensterilkan aksi demo. Pada dasarnya aksi demo
sendiri adalah wujud aplikasi dari nilai pancasila sila ke-4 yang butir-butir pengamalannya
mencakup musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Dengan kata
lain demonstrasi merupakan suatu yang legal untuk dilakukan oleh berbagai elemen
mayarakat tak terkecuali mahasiswa dan organisasi tani. Demonstrasi merupakan bentuk ekspresi
yang produktif dari sekelompok orang yang berisikan tuntutan atas keadaan, kenyataan, luapan
kesadaran dan bahkan merupakan bentuk pendidikan kritis kebangsaan. Mengenai demonstrasi
yang sehat tanpa adanya anarkis, selain memperbaiki sistem pelayanan masyarakat perlu adanya
kesadaran dan kontrol dari para demonstran serta saling pengertian dari pihak pengamanan polisi
untuk aksi massa/demonstrasi yang ideal agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan bahkan
menjadi korban kerusuhan untuk menetapkan penyelenggaraan pembinaan keamanan umum dan
ketentaraman masyarakat swakarasa dengan berintikan kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat Negara penegak hukum yang profesional, diatur dalam Undang-Undang No 2 Tahun
2002. Undang-Undang ini dianggap perlu untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan
kukuh dalam tata susunan tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
menyampaikan pendapat di muka umum merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin
dalam pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi : "kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang. " Berdasarkan pasal tersebut, maka masyarakat dapat dengan bebas
mengeluarkan aspirasi mereka di muka umum baik dengan lisan maupun tulisan tanpa ragu.
Kemerdekaan menyampaikan pendapat tersebut sejalan dengan pasal 19 Deklarasi Universal Hak-
Hak Asasi Manusia yang berbunyi :"Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan
mengeluarkan pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima dan
menyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara apapun juga dan dengan tidak memandang
batas- batas. "Dengan demikian kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam beberapa kasus, pihak kepolisian terpaksa bertindak tegas(represif)
demi pihak tertentu yang merasa masih punya kepentingan baik kepentingan politik maupun
ekonomi, sehingga mereka juga menjadi golongan penentang demonstrasi yang dilakukan. namun
dalam pelaksanaannya, kadangkala Polisi melakukan tindakan-tindakan kekerasan dan represif
yang tidak berdasarkan aturan yang berlaku sesuai Undang-Undang atau Protap. Dalam upaya
mengatasi massa demonstran yang anarkis sering terjadi bentrokan fisik antara demonstran dan
polisi. Polisi sering mengambil tindakan yang tidak sesuai dalam Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 Pasal 2 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dikatakan bahwa fungsi kepolisian
adalah salah satu fungsi pemerintahan di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
B. Identifikasi masalah :
C. Perumusan Tujuan
1) Mengetahui apa itu Demo.
2) Mengetahui dampak positif dan negatif dari aksi demo.
3) Melakukan Analisis SWOT yang ada dalam aksi demo.
D. Alternatif solusi
MATERI
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam mengatasi demonstran yang
anarkis?
Upaya yang dilakukan Kepolisian dalam mengatasi kendala pengamanan demonstrasi yaitu
dengan mengacu pada Standar Oprasional Prosedur dan Prosedur Tetap Kepolisian Negara RI
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Anarki, yaitu:
1. Upaya pre-emtif adalah tindakan awal yang dilakukan pihak Kepolisian dalam memberikan
himbauan dan mendekati kelompok unjuk rasa agar berunjuk rasa dengan tertib. Hal ini ditujukan
agar jalannya unjuk rasa dapat berjalan dengan tertib dan tidak terjadi hal-hal yang merugikan
masyarakat lalu memberitahukan lebih awal kepada instansi terkait yang akan dijadikan sasaran
aksi unjuk rasa dan atau demonstrasi;
2. Upaya preventif merupakan upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dalam melakukan tugas
sesuai dengan Prosedur tetap (Protap). Hal ini dimaksudkan agar pihak Kepolisian baik
perorangan dan unit satuan dalam mengambil tindakan tidak di pandang berlebihan oleh
masyarakat. Pihak Kepolisian dalam mengambil tindakan harus jeli dalam melihat kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi dalam unjuk rasa agar dapat meminimalisir bahaya atau ancaman
dari dampak unjuk rasa dan atau demonstrasi tersebut, sehingga tidak terjadi kerusuhan massa
dengan salah satu cara yaitu mengosongkan jalan;
3. Upaya Represif merupakan tidakan terakhir pihak Kepolisian ketika aksi unjuk rasa dan atau
demonstrasi sudah tidak terkendali lagi dan mengarah pada aksi kerusuhan. Dalam melakukan
tindakan represif, pihak Kepolisian harus melakukan sesuai dengan Protap (prosedur tetap).
Tindakan ini dilakukan karena situasi yang tidak kondusif dan tidak memungkinkan lagi untuk
dicegah sehingga pihak Kepolisian perlu melakukan tindakan tersebut guna mengantisipasi agar
dampak kerusuhan tersebut tidak meluas, sebagaiman diatur dalam Protap Kepolisian Nomor 1
Tahun 2010 Tentang Penanggulangan Anarki.
B. Dampak Negatif
Dampak negatif dari berdemonstrasi, tentu muncul akibat dari pelaksanaan
demonstrasi yang tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
Atau dengan kata lain demonstrasi berujung dengan aksi anarkis. Maka dari
itu, berikut adalah dampak negatif dari demonstrasi yang berujung anarkis
untuk dijadikan bimbingan agar kita tidak melakukan hal tersebut.
a. Merugikan diri sendiri dan masyarakat luas.
b. Mengganggu ketertiban umum.
c. Merusak fasilitas pribadi dan Negara.
d. Menimbulkan kemacetan sehingga meresahkan rakyat.
e. Menghambat pelaksanaan program pemerintah secara optimal.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran