Anda di halaman 1dari 26

Sub-tema: A2

PENGARUH PARTISIPASI POLITIK DALAM MENJALANKAN


DEMOKRASI NEGARA MELALUI PETISI ONLINE

LOMBA ESAI SMA SE-INDONESIA


DARMA CENDIKA LAW COMPETITION
2021

Disusun oleh:
Alicia Vallerie Edwina Betekeneng
Athanasya Frerisca Dea Evelyne

SMA KATOLIK ST. LOUIS 2


SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 4
BAB II ISI ....................................................................................................... 5
2.1 Partisipasi Politik........................................................................... 5
2.2 Penggunaan Petisi Online.............................................................. 7
2.3 Tingkat Keberhasilan E-Petisi ..................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1 Simpulan........................................................................................ 13
3.2 Saran .............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
LAMPIRAN .................................................................................................... 17

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kesatuan yang menerapkan sistem demokrasi
dalam kehidupan bernegara. Seperti yang diungkapkan oleh H. Harris Soche
(Hanindita, 1985) yang menyatakan bahwa demokrasi adalah bentuk
pemerintahan rakyat, karena itu kekusaan pemerintahan itu melekat pada diri
rakyat atau diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak
untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain
atau badan yang diserahi untuk memerintah. Hal tersebut berarti setiap individu
atau masyarakat mempunyai hak masing-masing, salah satunya yaitu hak dalam
menyampaikan pendapat. Dalam sisi pemerintah pun tidak bisa memutuskan
sepihak sebuah kebijakan, karena segala sesuatunya juga harus memikirkan situasi
dan kepentingan masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan kebijakan publik.

Menurut James E. Anderson (Irfan Islamy, 2000:17), kebijakan itu adalah


serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seseorang pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu
masalah tertentu. Jika kita masuk lagi ke dalamnya ada yang disebut kebijakan
publik, kebijakan publik adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada
tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang saling berkaitan
yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat. (Wahab, Abdul 2005).
Bisa dilihat bahwa ada hubungan erat antara kebijakan pemerintah dan
kepentingan masyarakat. Dalam sistem demokrasi di Indonesia, pelaksanaan
kebijakan publik memiliki peran yang mengikat namun fleksibel mengikuti
bagaimana perkembangan dan kondisi masyarakat sendiri.

Sistem demokrasi yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik


Indonesia menjadikan setiap warganya memiliki hak yang salah satunya adalah
hak dalam menyampaikan berpendapat atau hak berpendapat. Kebebasan
menyampaikan pendapat atau aspirasi ini dikutip dalam situs Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dalam UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
2

Menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan


pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
pengaplikasiannya di kehidupan politik contohnya pemilihan umum, setiap
individu memiliki suara untuk memilih dan dipilih oleh individu lain. Suara ini
tidak bisa dipaksa, melainkan menurut kesadaran diri masing-masing. Masyarakat
dapat mengutarakan suaranya, mendukung, memberi kritik dan saran, atau bahkan
menolak suatu kebijakan dari pemerintah. Namun, perlu diingat bahwa hak
tersebut yang mendorong timbulnya partisipasi warga dalam kegiatan politik atau
partisipasi politik.

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk


ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan
pemerintah. (Miriam 2008:367). Keputusan tidak bisa hanya ada pada Presiden
atau seorang petinggi negara, tetapi perlu adanya usulan atau suara dari
masyarakat. Suatu negara demokratis bisa dibilang baik jika warga negaranya mau
turut ambil bagian dalam permasalahan negaranya. Semakin banyak warga yang
berpartisipasi maka bisa bisa dikatakan bahwa setiap warga tersebut menaruh
perhatian pada negara, memiliki kesadaran diri, dan memahami apa yang sedang
terjadi.

Seringkali terjadi perbedaan pendapat antara pemerintah dan masyarakat


biasa mengenai suatu kebijakan. Apa yang diinginkan oleh pemerintah nyatanya
tidak didukung oleh masyarakatnya sendiri karena dianggap bisa menimbulkan
suatu kekacauan lainnya. Sebagai warga negara yang baik di sini kita tidak bisa
hanya mencerca pemerintah tanpa memberi sebuah solusi, terlebih belum tentu
suara rakyat kecil ini didengar. Dengan alasan tersebut terkadang akan pecah
demonstrasi oleh beberapa kalangan masyarakat yang ingin suara atau
pendapatnya di dengar pemerintah. Sama sekali bukan hal yang salah karena
demonstrasi pun adalah salah satu sarana masyarakat untuk menyampaikan
aspirasinya kepada pihak berwenang. Namun tidak jarang kegiatan tersebut malah
menjadi penyebab kerusuhan seperti kerusakan sarana dan prasarana publik,
3

jatuhnya korban luka ringan hingga luka berat, sehingga timbulah masalah baru.
Cara lain dalam menyampaikan pendapat adalah dengan menggunakan petisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), petisi merupakan


permintaan yang diajukan secara publik terhadap suatu aturan atau kebijakan dari
pemerintah atau instansi lain. Petisi memiliki tujuan untuk mengubah kebijakan
tertentu dan mendorong publik untuk melakukan sesuatu terhadap institusi.
Dibandingkan dengan demonstrasi, menggunakan petisi untuk mengajukan suatu
permintaan adalah cara yang aman. Petisi tidak luput dari kekurangan seperti
membutuhkan waktu yang lebih lama, membutuhkan berbagai tenaga untuk
membantu jalannya petisi, dan juga masalah anggaran.

Seiring berjalannya waktu, aspek teknologi dan informasi semakin


berkembang menjadi berbagai fasilitas yang mempermudah segala aktivitas
manusia. Banyak hal yang bisa diakses lewat gadget kita masing-masing,
termasuk menggalang petisi yang disebut petisi online atau e-petisi. Petisi online
tidak hanya sekedar membuat petisi virtual lalu menggalang tanda tangan, tetapi
petisi online juga menyediakan tempat untuk aktivis agar dapat mengetahui
perkembangan petisi yang tengah berjalan. Situs yang banyak digunakan oleh
masyarakat adalah Change.org yang sekarang sudah tersedia dalam bahasa
Indonesia sejak tahun 2012.

Cara kerja dan tujuan petisi online sama dengan petisi pada umumnya,
hanya saja petisi online akan bekerja lebih efektif dan efisien karena dapat
menjangkau masyarakat yang lebih luas dalam sekejap. Bagaimana bisa? Ada
hubungannya dengan tingkat pemakaian internet warga Indonesia yang selalu
bertambah hampir setiap harinya, seperti yang diungkapkan lembaga riset pasar e-
Marketer dalam situs https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-
internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media. Ditambah lagi pengguna
media sosial yang semakin banyak bersama jenis media sosial yang semakin
beragam pula. Penggunaan media sosial ini sebagai sarana kampanye atau
penyebaran petisi ke berbagai pihak di seluruh daerah untuk meminta persetujuan
secara cepat. Fenton (2010) menyatakan bahwa dengan kemampuan internet
4

dalam mengatasi ruang dan waktu, partisipasi politik yang dilakukan di antara
warga berpotensi meningkat.

Pemakaian petisi online semakin kuat mencakup banyak masyarakat untuk


bergerak ke dalam suatu kegiatan tertentu dan menyuarakan pendapatnya. Dengan
begitu mulai banyak instansi atau kelompok masyarakat yang menggunakan petisi
online untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik negara. Penggunaan petisi
berbasis internet memudahkan masyarakat menyuarakan aspirasi dan argumen
sehingga partisipasi politik meningkat. Jalannya suatu sistem demokrasi negara
menjadi lebih baik dan kebijakan publik terpenuhi oleh kedua pihak, pemerintah
dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami ingin menyampaikan


pendapat mengenai pengaruh petisi online terhadap partisipasi politik dengan
judul Pengaruh Partisipasi Politik dalam Menjalankan Demokrasi Negara Melalui
Petisi Online.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengaruh penggunaan petisi online untuk membangun
partisipasi politik?
1.2.2 Bagaimana tingkat keberhasilan petisi online dalam mengubah suatu
keputusan?
1.2.3 Mengapa diperlukan partisipasi politik dalam menjalankan demokrasi
suatu negara?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan petisi online untuk membangun
partisipasi masyarakat.
1.3.2 Mengetahui tingkat keberhasilan petisi online dalam mengubah suatu
keputusan.
1.3.3 Mengetahui alasan diperlukan partisipasi politik dalam menjalankan
demokrasi suatu Negara.
5

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Partisipasi Politik


Dalam suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi memiliki
arti bahwa masyarakat atau warga negara memiliki peran yang sangat
penting di dalamnya. Keikutsertaan atau partisipasi masyarakat dalam
sistem politik negara akan menjadi tolak ukur berjalan atau tidaknya sifat
demokratis itu berlangsung. Partisipasi masyarakat awam dalam
kepolitikan suatu negara disebut partisipasi politik.

Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian
dan capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan
politik negara. Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam
bahasa Inggris, participate atau participation berarti mengambil bagian
atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil peranan dalam aktivitas
atau kegiatan politik negara. (Suharno 2004:102-103).

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang


untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
memengaruhi kebijakan pemerintah. Jadi bisa disimpulkan dari berbagai
sumber, partisipasi politik adalah suatu kegiatan kelompok yang muncul
atas kesadaran masing-masing individu dalam penentuan kebijakan yang
dilaksanakan pemerintah, terutama kebijakan publik. Kesadaran setiap
individu muncul atas rasa ketidakadilan yang dirasa akan memengaruhi
kondisi masyarakat.

Sebagai contoh, ada sebuah petisi yang menghebohkan banyak


pihak pada 5 Mei 1980, Petisi 50 atau disebut juga sebagai Ungkapan
Keprihatinan. Diberi nama “Petisi 50” karena ada 50 tokoh terkemuka
nasional yang menandatangani sebuah petisi penolakan atas kebijakan
Soeharto sebagai presiden pada masa itu untuk diserahkan ke DPR. Ke-50
6

tokoh tersebut menyusun petisi yang mempertanyakan maksud dari dua


pidato yang dilantangkan oleh Soeharto serta meminta penjelasan
mengenai penyalahgunaan Pancasila lewat DPR. Pidato pertama pada saat
rapat panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI
tanggal 27 Maret 1980, Pekanbaru, Riau, yaitu sebuah kalimat berbunyi,
“Saya meminta ABRI mendukung Golkar dalam pemilihan umum.”
Soeharto bertujuan untuk memperkuat posisi pemerintahan dari segala
ancaman ideologi lain maupun partai lain melalui kekuatan ABRI bersama
partainya, Golongan Karya, hingga muncul kebijakan pada Orde Baru
yaitu dwifungsi. Jelas saja hal ini menjadi perdebatan mengenai sifat ABRI
yang seharusnya tidak memihak di satu sisi, melainkan berdiri adil di atas
seluruh golongan masyarakat. Saat itu Soeharto-lah yang memutuskan
teman-teman dari ABRI berdasarkan keputusannya sendiri.

Pidato Soeharto yang kedua pada tanggal 16 April 1980, tepat di


hari peringatan ulang tahun Koppasandha di Cijantung. Di sini bunyi
pidato Soeharto menjadi lebih sensitif lagi, “Yang mengkritik saya berarti
mengkritik Pancasila.” Soeharto menginginkan Pancasila dijadikan asas
tunggal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setiap warga Indonesia.
Dari sini mulai banyak petinggi negara yang mulai merasa resah dan tidak
bisa menerima kebijakan presiden yang dinilai sudah keterlaluan dan tidak
sesuai tujuan awal cita-cita dan tujuan negara demokrasi. Kemudian
sebanyak lima puluh tokoh nasional Republik Indonesia segera menyusun
petisi atas ketidaksetujuannya atas nama Lembaga Kesadaran
Berkonstitusi. Diharapkan Soeharto bisa menyadari arti perkataannya bagi
orang lain dan bagi ketahanan negara juga. Namun sayang, Petisi 50 ini
tidak membuahkan hasil yang manis dan malah seperti bumerang bagi
pejuang kebijakan tersebut. Natsir, Ali Sadikin, dan kawan
seperjuangannya malah harus menghadapi kenyataan pahit bahwa
Soeharto lebih kuat tertanam dalam pemerintahan daripada yang mereka
pikirkan.
7

Sikap ke-50 tokoh pemberani tersebut bisa menjadi teladan bagi


kita semua. Membuat petisi kepada pemerintah di sini merupakan bentuk
partisipasi politik beberapa perwakilan masyarakat yang ditujukan demi
kepentingan dan kelancaran kehidupan berbangsa dan bernegara pula.
Apabila tidak ada yang berani menentang atau memberi respon terhadap
permasalahan politik yang terjadi di negara kita maka sama saja kita
pasrah melihat kemunduran dan kehancuran bangsa sendiri. Tidak semua
keputusan dan kebijakan pemerintah benar dan tepat, perlu kerja sama
dengan masyarakat dalam menyusun suatu kebijakan yang baik sehingga
memberi efek yang baik pula kedepannya.

2.2 Penggunaan Petisi Online


Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan atau kewenangan
pemerintah dalam menjalankan tugasnya untuk menata kehidupan
masyarakat diberbagai aspek dan menyangkut kepentingan publik, bukan
tujuan perorangan atau kelompok. Hal ini menjadikan kebijakan publik
sangat penting keberadaannya dalam pemerintahan karena mempengaruhi
tercapainya sebuah tujuan tertentu dan dapat digunakan sebagai upaya
pemecahan masalah dengan sarana tertentu. Kebijakan publik sama
dengan produk politik sehingga kebijakan publik yang dihasilkan banyak
mengandung unsur politik. Tidak heran jika kebijakan publik sifatnya
memaksa atau selalu menyertakan peraturan perundang-undangan.
Indonesia sebagai negara demokrasi wajib hukumnya
mengikutsertakan warganya dalam membuat berbagai kebijakan publik.
Hal tersebut bertujuan agar rasa keadilan tetap diutamakan sehingga
nantinya tidak menimbulkan kontroversi antara masyarakat dengan
pemerintah. Menurut undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada pasal 45 disebutkan bahwa anggota DPRD mempunyai
kewenangan menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat. Dan pada Pasal 139 menegaskan bahwa masyarakat
berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka
penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan daerah. Karena kebijakan
publik adakalanya bersangkutan dengan keinginan masyarakat, maka
8

aspirasi masyarakat wajib dipertimbangkan untuk membuat suatu


kebijakan publik yang adil dan dapat membantu berjalannya sistem
demokrasi negara. Salah satu cara untuk menyalurkan aspirasi masyarakat
kepada pemerintah adalah melalui petisi. Petisi merupakan permintaan
yang diajukan secara publik terhadap suatu aturan atau kebijakan dari
pemerintah atau instansi lain untuk mengubah kebijakan tertentu dan
mendorong publik untuk melakukan sesuatu terhadap institusi.

Perkembangan teknologi dan informasi secara pesat membuat


segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan terorganisasi. Internet, media
sosial, aplikasi jual-beli, layanan pesan antar, dan beragam fitur lainnya
yang sudah dipermudah. Tidak terkecuali penggalangan petisi sekalipun.
Situs atau platform petisi online sangat membantu dalam mengadakan dan
menyebarkan sebuah petisi kepada publik secara cepat. Ditambah fakta
penggunaan internet dan media sosial yang terus meningkat, hal ini akan
banyak membantu kegiatan petisi berbasis internet tersebut.

Penggalangan petisi dahulu lebih banyak memakan waktu, tenaga,


dan biaya. Perlu membuat selebaran dan membagikan ke orang lain
sebagai target keberhasilan petisi, kemudian harus mengirim kesana
kemari dengan risiko kertas yang mudah rusak dan lain sebagainya. Kini
masyarakat yang ingin mengajukan permintaan atau pengajuan perubahan
kebijakan pemerintah bisa melalui petisi online yang lebih efektif dan
efisien. Selama itu hal yang sangat penting dan bersifat umum maka bisa
diajukan ke salah satu situs petisi online terbesar, Change.org.

Kini Change.org sudah tersedia dengan bahasa Indonesia dan


sering digunakan oleh masyarakat yang ingin menyampaikan pendapatnya
secara online. Hingga saat pembuatan esai ini (2021) jumlah anggota situs
Change.org sudah mencapai 466.054.916 orang dan masih akan terus
bertambah hanya dalam waktu satu hari. Cara pakai Change.org tidak
terlalu beda dengan pembuatan petisi pada umumnya, pengadu akan
mendaftarkan diri sebagai anggota dan kemudian bisa mulai menyusun
suatu petisi. Setelah itu petisi bisa mulai disebar melalui berbagai media
9

sosial sebagai jalan kampanye dalam memobilisasi warga lain yang


mempunyai pikiran yang sama dan bisa menyetujui saran atau pendapat
dari kita. Jika ingin dilirik banyak orang maka harus membuat header
yang menarik serta penjelasan yang runtut, jelas, dan berdampak sehingga
masyarakat mampu membuka pendapatnya untuk permasalahan tersebut,
termasuk permasalahan politik yang hampir sulit ditembus. Berikut fungsi
platform Change.org.

1) Membuka kesempatan masyarakat untuk mengadakan


pengajuan atau permintaan dan penggalangan dukungan
terhadap suatu kebijakan dalam petisi secara online.

2) Membantu masyarakat menympaikan aspirasi terhadap


kebijakan publik, menjadi sarana advokasi kebijakan, dan
menjadi penghubung antara masyarakat dengan lembaga
pemerintah dan instansi swasta sebagai pembuat kebijakan. Dal
hal ini advokasi adalah sebuah kegiatan dengan tujuan
mempengaruhi keputusan yang ada.

3) Sebagai penghubung antara masyarakat dan pembuat kebijakan


demi menemukan jalan tengah atau kebijakan yang seimbang
dengan kebutuhan masyarakat. Di sini petisi online menjadi
alat pendukung dalam proses demokrasi.

Pemakaiannya yang mudah, cepat, dan berpotensi memiliki tingkat


keberhasilan yang tinggi membuat banyak orang mengandalkan situs
Change.org. Argumentasi dan segala pengajuan oleh rakyat akan
disampaikan secara langsung kepada pihak-pihak pembuat kebijakan,
sehingga diharapkan akan ada perubahan kebijakan yang lebih seimbang
dan selaras dengan kepentingan masyarakat saat itu. Kebijakan yang
didukung oleh warga negara tentu akan lebih membantu berjalannya
sistem di suatu negara, terlebih sistem demokrasi. Bisa kita ambil contoh
dari pelaksanaan pilkada langsung.
10

Pelaksanaan pilkada langsung sudah digencarkan dari sekitar tahun


2004-2005. Pilkada langsung diadakan dengan mempertimbangkan hak
demokrasi rakyat untuk dapat memilih dan dipilih. Pada pemilihan kepala
daerah semua warga negara yang sudah memenuhi persyaratan bisa
memilih kandidat pilihan yang dipandang lebih baik dan dapat mengayomi
sekaligus menyesuaikan situasi di suatu daerah. Dengan berlakunya
kebijakan ini membuahkan hasil berupa lahirnya pemimpin muda dengan
kinerja bagus, berwawasan luas, berkualitas, tegas, dan salah satu yang
paling penting yaitu merakyat. Bila hal seperti ini terus terjadi maka akan
menjadi keuntungan di kedua belah pihak, masyarakat merasa dekat dan
aman di bawah arahan para pemimpin daerah dan dengan begitu sistem
demokrasi pemeritahan negara bisa berjalan dengan semestinya.

Dewan Perwakilan Rakyat yang semestinya berada di pihak rakyat


ternyata ada waktunya berbeda pendapat dengan rakyat. Setelah Pilpres
2014, banyak fraksi DPR yang akan merencanakan pengesahan RUU
Pilkada yang menentang sistem demokrasi. RUU ini merampas hak pilih
rakyat untuk memilih pemimpin mereka. DPR setuju bahwa kepala daerah
akan dipilih oleh DPRD. Melihat kondisi ini, Perludem (Perkumpulan
Pemilu dan Demokrasi) mengajukan petisi berisi penolakan kebijakan
RUU Pilkada dan ingin tetap terus menggunakan kebijakan pilkada
langsung yang lebih mengedepankan suara rakyat. Perludem menujukan
petisi online kepada DPR RI dan berbagai pemerintah lainnya. Banyak
masyarakat merasakan hal yang sama dengan Perludem, alhasil petisi ini
mendapat dukungan masyarakat sebanyak 117.398 tanda tangan dan
berhasil membuat DPR menyetujui Perppu Pilkada Langsung menjadi
undang-undang.

Keberhasilan seperti petisi pilkada langsung membuktikan bahwa


dengan petisi online bisa menjadi sarana penyalur suara rakyat dan
penghubung antar masyarakat dengan negara. Penggunaan petisi online
bisa menggait banyak masyarakat untuk turut berpartisipasi mensukseskan
aspirasi atas kebijakan publik. Tingkat keberhasilan bisa dilihat dari
11

kemenangan-kemenangan petisi online dalam mempengaruhi pengambilan


keputusan pembentukan kebijakan. Partisipasi masyarakat di perkotaan
akan cenderung tinggi, mengingat keaktifan warganya dalam penggunaan
internet dan media sosial sebagai sarana kampanye penggalangan klaim
petisi dan menyebarkan ide beserta informasi kasus-kasus mengenai suatu
kebijakan publik.

2.3 Tingkat Keberhasilan E-Petisi


Di era modern saat ini teknologi dan informasi semakin maju serta
semakin banyak yang diperbaharui menjadi lebih praktis dan ekonomis.
Platform pun saat ini juga ikut serta dalam pembaharuan perkembangan
teknologi dan informasi. Salah satu wujud nyata platform yang ikut
memperbaharui perkembangan teknologi dan informasi adalah
Change.org.

Change.org adalah paltform yang menawarkan fasilitas untuk


seluruh instansi menyumbangkan aspirasi mereka dalam bentuk online
atau yang sering disebut petisi online. Indonesia menduduki peringkat ke
enam terbesar didunia dalam jumlah penggunaan internet. Melihat
peningkatan presentase penggunaan internet dan media sosial di Indonesia
yang menempati angka cukup tinggi, artinya internet sudah dianggap
penting bagi masyarakat karena sudah banyak masyarakat yang
menggunakannya.

Banyaknya pengguna internet dikalangan publik membuat tingkat


partisipasi masyarakat dalam mendukung, karena itu semakin tinggi pula
peluang tingkat keberhasilan petisi online. Berhasilnya sebuah petisi akan
mewujudkan perubahan atau pembuatan suatu kebijakan. Melalui situs
Change.org sudah banyak memberi pengaruh besar dalam beberapa
kebijakan atau keputusan terutama di Indonesia. Berikut contoh
keberhasilan kasus yang menggunakan petisi online melalui situs
Change.org.
12

1) Gratiskan Vaksin Covid-19 Untuk Semua Rakyat Indonesia!


Petisi ini dibuat bulan Desember tahun 2020 oleh Sulfikar
Amir kepada Presiden Joko Widodo dengan 11.386
pendukung.

2) Hapuskan Ujian Nasional


Petisi ini dibuat bulan Maret tahun 2020 oleh Evan Tjoa kepada
Kementrian Pendidikan RI dengan 24. 655 pendukung.

3) Tinjau Ulang! RUU Pertahanan Belum layak untuk Disahkan


Petisi ini dibuat bulan Desember tahun 2019 oleh Komite
Nasional Pembaharuan Agraris (KNPA) kepada Presiden Joko
Widodo dengan 222.250 pendukung.

4) Presiden Jokowi, Jangan Setuju RKUHP di Sidang Paripurna


DPR.
Petisi ini dibuat bulan September tahun 2019 oleh Tunggal
Pawestri kepada Komisi III DPR RI dengan 1.009.712
pendukung.

Dengan adanya data diatas tebukti bahwa Change.org sebagai


platform petisi online sudah banyak mendapat kemenangan dalam
melakukan perubahan keputusan lainnya. Penggunaan petisi online ini
juga tidak bergantung pada kedatangan pendukung kebijakan, mereka
hanya perlu menggunakan tanda tangan yang sudah terdata di petisi online
tersebut. Selain itu masyarakat juga banyak yang mendukung setiap
sebuah kebijakan yang dibuat di Change.org karena pembuatannya yang
praktis dan juga ekonomis.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Negara yang mengadopsi sistem demokrasi berarti rakyatnya memiliki
hak untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan politik pemerintahan. Kegiatan
yang dimaksud adalah menyampaikan aspirasi mengenai kebijakan publik
dari pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah tidak dapat asal membuat
kebijakan tanpa mempertimbangkan kondisi dan kepentingan dari rakyatnya.
Apabila suatu saat pemerintah membentuk kebijakan yang salah atau tidak
bisa diterima secara umum maka masyarakat memiliki hak untuk menentang,
mengkritik namun dengan memberi saran pula, serta mengutarakan
pendapatnya. Masyarakat bisa ambil bagian dalam penyusunan suatu
kebijakan, karena masyarakat yang lebih tahu bagaimana keadaan di
sekitarnya, apa yang dibutuhkan, apa yang perlu ditingkatkan, sehingga
pemerintah pun tahu bagaimana kondisi rakyatnya. Kebijakan-kebijakan yang
keluar akhirnya bisa seimbang dan tidak berat di satu sisi.

Menggalang petisi berbasis internet atau petisi online memberi


peluang besar terhadap partisipasi masyarakat dalam sistem politik negara.
Tanpa perlu menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan biaya, hanya cukup
mengisi biodata singkat lalu masyarakat bisa memberi pendapat dan
dukungannya dalam bentuk virtual. Namun, terbukti adanya jika banyak
kasus politik kebijakan, di Indonesia terutama, yang berhasil mencapai tujuan
perubahan kebijakan dari pemerintah lewat petisi online. Dengan begitu
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan mudah hancur karena suatu
kebijakan tidak masuk akal yang bisa merusak ketatanegaraan. Masyarakat
bisa mengutarakan pendapatnya, turut berperan dalam kehidupan politik
negara, pembaharuan kebijakan yang sesuai dengan masyarakatnya,
hubungan antar warga dan pemerintah negara akan mempunyai jalan tengah,
dan dengan ini maka sistem demokrasi di Indonesia dan negara lain dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
14

3.2 Saran
Diharapkan bagi seluruh masyarakat mempunya kesadaran diri untuk
mau mengetahui permasalahan apa yang tengah terjadi dalam kehidupan
bernegara, mau bersimpati dan peduli dengan apa yang sedang terjadi. Meski
hanya lewat kegiatan sederhana, mungkin tidak langsung bisa membantu,
namun suatu saat semua kebaikan dan tindak nasionalisme tersebut akan
mulai terlihat hasilnya. Salah satunya adalah dengan turut membantu proses
pengajuan perbaikan kebijakan pemerintah lewat petisi online.

Pemerintah juga diharapkan mau lebih perhatian dalam


mengembangkan kebijakan mengenai e-petisi agar masyarakat tidak asal
dalam menggunakan platform tersebut. Jika tidak segera dibuat kebijakan
orang yang tidak bertanggung jawab akan menggunakan e-petisi dengan
tujuan negatif atau asal dalam menyuarakan pendapat. Jika hal tersebut terus
berlanjut akan membawa dampak buruk juga bagi negara, serta menimbulkan
kontorversi antara masyarakat dengan pemerintah. Alhasil sistem demokrasi
di Indonesia tidak bisa berjalan dengan semestinya.

.
15

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2018. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia.


http://digilib.uinsgd.ac.id/11004/1/8.%20Buku%20Kebijakan%20Publik.p
df. Diakses Kamis, 21 Oktober 2021, pukul 15.30 WIB
Ed. 2014. Pilkada Langsung, https://www.change.org/p/pilkada-langsung-
berlanjut-selamat-rakyat-indonesia-dukungpilkadalangsung diakses Rabu,
20 Oktober 2021 pukul 23.30 WIB.
_____. 2019. Tinjau Ulang! RUU Pertahanan Belum layak untuk Disahkan
https://www.change.org/id/victories. Diakses Jumat 22 Oktober 2021,
15.10 WIB
_____. 2020. Gratiskan Vaksin Covid-19 Untuk Semua Rakyat Indonesia!.
https://www.change.org/id/victories. Diakses Jumat 22 Oktober 2021,
pukul 15.30 WIB
_____. 2020. Hapuskan Ujian Nasional. https://www.change.org/id/victories.
Diakses Jumat 22 Oktober 2021, 15.00 WIB
Hsb, Mara Ongkup. 2021. Ham dan Kebebasan Berpendapat Dalam UUD 1945.
https://journal.unusia.ac.id/index.php/alwasath/article/download/135/117.
Diakses Kamis, 21 Oktober 2021, pukul 14.00 WIB
Mulyoto, Galih Puji., Mulyadi, Galih Puji. 2017. Petisi Online Sebagai Modal
Sosial. Ponorogo. Universitas Muhamadiyah
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/508/478. Diakses
Kamis, 21 Oktober 2021, pukul 15.10 WIB
Mustikaningsih, Wening. 2016. Implikasi Petisi Online Terhadap Advokasi
Kebijakan Publik Tentang RUU Pilkada Langsung 2014-2015 (studi
Kasus Platform digital Change.org). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Putri, Shanty Febriyanti Panca. 2020. “Analisis Keberhasilan Petisi Online dalam
merubah Keputusan”. Skripsi. Bandung. Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Progam Studi Ilmu Administrasi Publik, Universitas Katolik
Parahyangan. https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/hak-kebebasan-
berpendapat- di-indonesia-sebagai-upaya-mencerdaskan-kehidupan-
bangsa/. Diakses Rabu, 20 Oktober 2021, pukul 14.30 WIB
Raditya, Iswara N. (2020). Petisi 50: Menggugat Soeharto yang
Menyalahgunakan Pancasila. Diakses dari https://tirto.id/petisi-50-
menggugat-soeharto-yang-menyalahgunakan-pancasila-cLtN diakses
Rabu, 20 Oktober 2021 pukul 21.50
Ramdhani, Abdullah. 2017. “Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik.”
Forum penelitian 2 (1): 2
Ramdhani Muhammad Ali. 2017. “Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan
Publik.” Forum penelitian 2 (1): 2
16

Susanto, Dwi Andi. 2014. 50 Ribu Orang Lebih Ikuti Petisi Online Dukung
Pilkada Langsung. Diakses dari https://www.merdeka.com/teknologi/50-
ribu-orang-lebih-ikuti-petisi-online-dukung-pilkada-langsung.html,
diakses Rabu, 20 Oktober 2021 pukul 22.46.
Taufiqurrohman, Moc. Marza., Priambudi, Zaki., Octavia, Alvina Nakita 2020.
Mengatur Petisi di Dalam Peraturan Perundang-Undangan: Upaya
Penguatan Posisi Masyarakat Terhadap Negara Dalam Kerangka
Perlindungan Kebebasan Berpendapat. https://e-
jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/750/pdf . Diakses Kamis,
21 Oktober 2021, pukul 14.30 WIB
17

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo,
Surabaya, Jawa Timur, 60117

Lampiran II.
Surat Rekomendasi
18

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,
60117

Lampiran III.
Formulir Pendaftaran

FORMULIR PENDAFTARAN LOMBA ESAI SMA


DARMA CENDIKA LAW COMPETITION 2021

Ketua Tim
Nama lengkap : Alicia Vallerie Edwina Betekeneng
Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 21 September 2004

Jenis kelamin : Perempuan


Nama asal sekolah : SMA Katolik St. Louis 2 Surabaya
Kelas : XII (dua belas)

Nomor HP/WA : 081907358009


Alamat e-mail : 12mipa2.02.2122@gmail.com

Surabaya, 20 Oktober 2021,

Delegasi

Alicia Vallerie Edwina Betekeneng


19

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,
60117

Anggota
Nama lengkap : Athanasya Frerisca Dea Evelyne
Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 29 Juli 2003

Jenis kelamin : Perempuan


Nama asal sekolah : SMA Katolik St. Louis 2 Surabaya
Kelas : XII (dua belas)
Nomor HP/WA : 085334737430

Alamat e-mail : 12mipa2.09.2122@gmail.com

Surabaya, 20 Oktober 2021,

Delegasi

Athanasya Frerisca Dea Evelyne


20

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117

Lampiran IV.
Halaman Pernyataan Orisinalitas

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama ketua : Alicia Vallerie Edwina Betekeneng
Nama anggota : Athanasya Frerisca Dea Evelyne
Instansi : SMA Katolik St. Louis 2 Surabaya

Dengan ini menyatakan bahwa esai berjudul :


PENGARUH PARTISIPASI POLITIK DALAM MENJALANKAN DEMOKRASI NEGARA
MELALUI PETISI ONLINE adalah benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau
saduran dari naskah penulis lain, serta belum pernah dilombakan dan dipublikasikan dalam bentuk
apa pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir naskah ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Panitia DCLC 2021. Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan
tanpa unsur paksaan dari siapapun.

Surabaya, 22 Oktober 2021,

Alicia Vallerie Edwina Betekeneng


21

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,
60117

Lampiran V.
Tabel dan Grafik

Data jumlah masyarakat pengguna internet menurut KOMINFO


(https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-
dunia/0/sorotan_media)

Jumlah masyarakat yang menggunakan


Tahun
internet
2013 72.8 juta jiwa
2014 83.7 juta jiwa
2015 93.4 juta jiwa
2016 102.8 juta jiwa
2017 112.6 juta jiwa
2018 123.0 juta jiwa
22

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,
60117

Lampiran VI.
Tabel Biodata
BIODATA PESERTA LOMBA ESAI SMA
DARMA CENDIKA LAW COMPETITION 2021

1. Anggota Tim

1. Nama lengkap Alicia Vallerie Edwina Betekeneng

2. Jenis kelamin Perempuan

3. Tempat/tanggal lahir Surabaya, 21 September 2004

4. Nama sekolah SMA Katolik St. Louis 2 Surabaya

5. Kelas XII (dua belas)

6. Alamat e-mail 12mipa2.02.2122@gmail.com

7. Nomor telepon seluler/WA 081907358009

2. Anggota Tim

1. Nama lengkap Athanasya Frerisca Dea Evelyne

2. Jenis kelamin Perempuan

3. Tempat/tanggal lahir Surabaya, 29 Juli 2003

4. Nama sekolah SMA Katolik St. Louis 2 Surabaya


23

Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum
Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No.201, Klampis Ngasem, Kec. Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur,
60117

5. Kelas XII (dua belas)

6. Alamat e-mail 12mipa2.09.2122@gmail.com

7. Nomor telepon seluler/WA 085334737430

Scan Kartu Pelajar

(Kartu Pelajar Alicia)

(Kartu Pelajar Athanasya)


1

Anda mungkin juga menyukai