Anda di halaman 1dari 9

DEMOKRASI VS LIBERALISASI

Elvira Suryani

Abstract

A democracy is a political system and ideology in which the people


or community are made found from western. Democracy is an
encouraging development of political equality and under conditions of
political freedom, it’s mind a government of the people, by the people, for
the people, either directly or through representatives.
Liberalism comes from the word free.The Freedom to say their
opinion for every citizen. While Freedoom is not free. The words is
famous in United State. Democracy need the freedoom for saying the
opinion about politic, economic and ect.

Keywords: Democracy, Liberalism, Government, People.

Pendahuluan

Manusia hidup senantiasa membutuhkan kebebasan dalam


bersikap dan bertindak. Namun, apakah kebebasan tersebut menjadikan
penghalang bagi orang lain atau pengganggu ketentraman orang lain?.
Hal inilah yang merupakan pertanyaan buat kita semua.
Menurut Pemaparan Anas Urbaningrum tentang kebebasan dan
Demokrasi dalam bukunya (Melamar Demokrasi; 2004) mengatakan
bahwa ada tiga hal yang menonjol dalam upaya membangun demokrasi
di Indonesia. Pertama, penggunaan ruang kebebasan secara berlebihan.
Kedua, Egoisme Politik dengan mengentalkan egoisme kelompok. Ketiga,
Tumpulnya sensitivitas Politik Pemerintah
Sejak bergulirnya era reformasi dengan digulingkannya
pemerintahan Soeharto pada tahun 1998. Indonesia telah mengkhultus-
kan diri sebagai Negara demokrasi dengan ada nya reformasi diberbagai
bidang. Media bebas mengekspos apapun. Banyaknya demonstrasi di
jalan-jalan. Manusia seperti jerami yang gampang tersulut amarah, jika
Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011

terganggu sedikit haknya. Hal ini sudah terbukti dengan pernyataan


Anas pada paragraph sebelumnnya.
Salah satu tokoh reformis Indonesia adalah Amin Rais.
Reformasi (Perubahan) tersebut telah memakan korban dengan adanya
kerusuhan pada tanggal 19 Mei yang dikenal dengan nama tragedi
semanggi. Pergantian kepemimpinan otoriter sudah terlaksana. Bahkan
ada beberapa kali kepemimpinan yang hanya terjadi satu kali menjabat
saja.
Jika menilik era soekarno, soeharto, BJ, Habibie, Gusdur, Mega
Wati, dan Susilo Bambang Yudhono, pastilah Soeharto yang unggul
dalam mempertahankan tampuk pemerintahannya. Hal ini sama dengan
kondisi yang kita lihat diberbagai wilayah arab yang bergejolak saat ini.
Dari Libya yang menjabat adalah moamar Kadhafi, sedangkan di Mesir
Presiden Hosni Mubarok. Baru-baru ini berlanjut ke Tunisia. Suara
rakyat yang bersatu mampu menggulingkan pemerintahan-
pemerintahan otoriter tersebut.
Kondisi tiga Negara Timur Tengah yang ada saat ini sebetulnya
tidak jauh berbeda dengan kondisi yang di alami pada waktu
pemerintahan Soeharto dulu. Pemilihan Presiden yang
mengatasnamakan demokrasi, namun terkesan formalitas belaka. Ada
satu partai politik yang senantiasa bertahan terus-menerus, meski
mengusung Luber (Langsung, umum, bebas, rahasia) untuk pemilihan
presiden atau kepala daerah. Demokrasi yang diciptakan hanyalah
sebagai tameng untuk melanggengkan kekuasaan.
Para elit politik dan masyarakat yang anti pemerintah
melakukan pemberontakan dengan menggulingkan pemerintahan
Negara. Presiden yang menjabat hampir 30 tahun lebih dipaksa untuk
turun oleh masyarakat anti pemerintah.
Inti dari pemberontakan yang dilakukan oleh berbagai Negara
baik Indonesia dan Negara-negara yang ada di TImur Tengah adalah
menuntut adanya Demokrasi. Demokrasi seperti apakah yang diinginkan
oleh Negara bergejolak tersebut. Demokrasi yang mengutamakan suara
rakyatkah atau lebih mirip dengan demokrasi yang menyanjung tinggi
liberalisasi atas kepentingan pribadi atau golongan?.

30
Elvira Suryani – Demokrasi VS Liberalisasi

Sejarah Demokrasi

Demokrasi berasal dari Yunai Kuno yang dipakai di Athena


kuno pada abad ke-5 SM. Istilah demokrasi berasal dari dua kata yakni: “
Demos dan Kratos atau cratein”. Demos berarti rakyat, dan
kratos/cratein berarti pemerintahan. Jadi secara keseluruhan dapat
diartikan bahwa Demokrasi adalah sebagai pemerintahan rakyat, atau
bahasa tenarnya adalah Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai
hubungan negara dan hukum di Yunani-Kuno dan dipraktekkan dalam
hidup bernegara antara Abad ke-IV sebelum Masehi sampai Abad ke-VI
Masehi. Pada waktu itu dilihat dari pelaksanaan demokrasi yang
dipraktekkan secara langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk
membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Dalam perkembangannya telah mengalami dua kali bentuk transformasi
demokrasi, yakni transformasi demokrasi negara kota di Yunani dan
Romawi-Kuno pada Abad ke-V sebelum Masehi, serta beberapa negara
kota di Italia pada masa abad pertengahan, dan transformasi yang terjadi
dari demokrasi negara kota menjadi demokrasi kawasan bangsa, negara,
atau negara nasional yang luas (Dahl, 1992 : 3-4).
Demokrasi menyiratkan arti kekuasaan politik atau
pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat
(Warren, 1963: 2), warga masyarakat telah terkonsep sebagai warga
negara. Dengan demikian dilihat dari arti kata asalnya, demokrasi
mengandung arti pemerintahan oleh rakyat. Sekalipun sejelas itu arti
istilah demokrasi menurut bunyi kata-kata asalnya, akan tetapi dalam
praktek demokrasi itu dipahami dan dijalankan secara berbeda-beda.
Kunci dari demokrasi terletak pada adanya hubungan kuat antara
rakyat dan pemerintahan. Bahkan pemerintahan dari rakyat , oleh rakyat
dan kembali untuk rakyat diharapkan sesuai dengan kebutuhan rakyat
yang mengangkat para wakilnya untuk menjalankan roda pemerintahan
sesuai dengan aspirasi rakyat. Dalam roda pemerintahan tidak bisa
dipungkiri kekuasaan selalu memegang peranan dalam mempengaruhi
rakyat yang akan memilih para wakilnya. Baik secara langsung ataupun

31
Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011

secara perwakilan. Politik menjadi jembatan untuk meraih kekuasaan


tersebut.
Dalam perjalanannya. Demokrasi merupakan sebuah system yang
banyak dipakai oleh pemerintahan barat dan berkembang ke Negara-
negara Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia salah satunya.
Penerapan demokrasi tentunya memerlukan waktu, karna kultur
budaya, letak geografis sebuah Negara sangat mempengaruhi penerapan
demokrasi ini.
Demokrasi adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik (Henry B. Mayo, 1960: 70).
Dengan kata lain demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibentuk
melalui pemilihan umum untuk mengatur kehidupan bersama
berdasarkan aturan hukum yang berpihak pada rakyat banyak. Harris G.
Warrant dalam Our Democracy at Work (1963: 2), memberikan rumusan
pengertian demokrasi sebagai, “a government of the people, by the people, for
the people”. Bryan A. Garner dalam Black’s Law Dictionary (1999: 444),
memberikan arti demokrasi sebagai “government by the people, either
directly or through representatives”.
Dari pengertian Demokrasi oleh para ahli di atas dapat kita pahami
bahwa Demokrasi memberikan dampak terhadap kehidupan bersama
dengan adanya hak dan kewajiban masyarakat terhadap politiknya
dalam bernegara. Dikemukakan oleh Robert A. Dahl dalam On
Democracy (1998: 38), bahwa “democracy provides opportunities for effective
participation; equality in voting; gaining enlightened understanding; exercising
final control over the agenda; inclusion of adults”. Artinya, bahwa dengan
demokrasi akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
partisipasi yang efektif; persamaan dalam memberikan suara;
mendapatkan pemahaman yang jernih; melaksanakan pengawasan akhir
terhadap agenda; dan pencakupan warga dewasa. Konsekuensi
demokrasi tersebut akan memberikan standar ukuran umum dalam
melihat suatu negara sebagai negara demokrasi. Dengan kata lain, ketika
kesempatan-kesempatan yang merupakan konsekuensi dari standar
ukuran umum negara demokrasi tersebut tidak dijalankan, maka negara
tersebut tidak dapat dikualifikasikan sebagai negara demokratis.

32
Elvira Suryani – Demokrasi VS Liberalisasi

Menurut Juan J. Linz dalam buku “Menjauhi Demokrasi Kaum


Penjahat” menguraikan bahwa Demokrasi membutuhkan liberalisasi,
namun merupakan suatu konsep yang lebih luas dan lebih bersifat
politis. Demokratisasi menuntut persaingan terbuka untuk mendapatkan
hak menguasai pemerintahan dan ini pada gilirannya menuntut
diselenggarakannya pemilihan umum
Bahkan Juan J. Linz dan Alfred Stepan pun mengatakan bahwa
kriteria demokrasi adalah;
Kebebasan hukum untuk merumuskan dan mendukung, alternative-
alternatif politik dengan hak yang sesuai untuk berserikat, bebas
berbicara, dan kebebasan-kebebasan dasar lain bagi setiap orang;
persaingan yang bebas dan antikekerasan di antara para pemimpim
dengan keabsahan periodik bagi mereka untuk memegang
pemerintahan; dimasukkannya seluruh jabatan politik yang efektif di
dalam proses demokrasi dan hak untuk berperan serta bagi semua
anggota masyarakat politik, apa pun pilihan mereka.
Secara praktis, ini berarti kebebasan untuk mendirikan partai-
partai politik dan menyenggarakan pemilihan umum yang bebas dan
jujur pada jangka waktu tertentu tanpa menyingkirkan jabatan politis
efektif apa pun dari akuntabilitas pemilihan yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.
Pernyataan di atas pun telah dilakukan oleh Indonesia yang tadi nya
hanya tiga partai pada era soeharto. Sekarang sudah multi partai yakni
berjumlah sebanyak 40-an partai yang terlibat dalam pemilu.
Pada kenyataannya pemilihan umum langsung yang
mengatasnamakan demokrasi liberalisasi justru menimbulkan berbagai
macam konflik baik di pusat maupun di daerah.
Menurut Direktur Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik
(Kesbangol) Deddagrei, Tanri Bali Lamo yang dimuat di harian Buana
Sumsel menyebutkan bahwa data dari 486 Pilkada yang digelar dari
tahun 2005-2008; hampir separuhnya bermasalah. Sebanyak 22
merupakan pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur.
Sebagian besar konflik Pilkada bermasalah pada persoalan
perhitngan suara,masalah daftar pemilih tetap dan sebagian lain
ketidaknetralan KPUD ( Komisi Pemilihan Umum Daerah).

33
Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011

Liberalisasi

Berbicara liberalisasi maka tidak lepas dari kata liberal yang


berarti kebebasan dalam menyampaikan pendapat, bebas berpolitik, dan
kesempatan yang luas untuk berkembang dan maju. Seperti yang
disampaikan pada paragraph sebelumnya dalam pembahasan demokrasi
yang mengatakan bahwa demokrasi memerlukan kebebasan yang
bertumpu kepada kekuatan rakyat. Dalam hal ini rakyatlah yang
menentukan siapa pemimpinnya, dan bagaimana pola pemerintahan
yang merekan inginkan. Suara rakyat dalam era demokrasi sangat
didengar.
Menikmati kebebasan yang terjadi mulai dari demokrasi
terpimpin sampai demokrasi pancasila masih rancu bahkan kebablasan.
Semua ingin didengar, semua berhak menuntuk hak. Tak perduli lagi
dengan amanah menunaikan kewajiban.
Apalagi sejak era reformasi, manusia sangat gampang tersulut.
Mudah memberontak kepada pemerintah. Jika dibiarkan bukan tidak
mungkin hal ini sangat mengganggu kestabilan pemerintahan sebuah
Negara.
Keamanan menjadi taruhan dengan sangat terbukanya kran demokrasi
yang menganggung-agungkan kebebasan.
Buktinya sangat banyak kita temui di negeri ini. Permasalahan
seperti bola tenis yang di lempar ke dalam sebuah kolam, tenggelam dan
muncul. Tak ada kasus yang tuntas. Hal yang banyak muncul adalah
tuntutan dan tuntutan.
Indonesia yang menjujung tinggi demokrasi bukan lagi mengacu pada
demokrasi pancasila, namun sudah mengarah kepada liberalisasi.
Sejak pemilihan umum secara langsung, pada era pemerintahan
gusdur sampai Susilo Bambang Yudono, rentan konflik dan banyak
menghamburkan uang Negara. Sistem pemilihan umum secara langsung
menjadi ajang adu kekuatan politik dan perebutan kekuasaan para elit
politik. Baik di pusat maupun di daerah. Bahkan tidak jarang kita dengar
di media massa dan kita lihat di media televisi, para caleg yang gagal
untuk merebut kekuasaan menjadi gila, banyak hutang, bahkan sampai
bunuh diri.

34
Elvira Suryani – Demokrasi VS Liberalisasi

Hal ini disebabkan para caleg yang sudah banyak mengeluarkan


uang untuk kegiatan kampanye sampai menggadaikan asset yang
dimilikinya demi mendapatkan kursi di pemerintahan.
Dampak yang dimunculkan oleh liberalisasi yang kita anut sungguh
mencengangkan. Tidak hanya di bidang politik, namun juga dibidang
lainnya yang meningkatkan jumlah kejahatan serta tingkat orang stress di
Indonesia. Liberalisasi yang bebas nilai dan norma. Menghalalkan segala
cara demi kekuaasaan.

Memurnikan Demokrasi dan Liberalisasi.

Dengan berbagai dampak yang dimunculkan oleh demokrasi


yang menjujung tinggi liberalisasi sekiranya perlu di kaji ulang
penerapannya di Indonesia. Jika Kita bandingkan dengan masa
pemerintahan orde Baru, model yang masih tepat untuk dilaksanakan
bagi Negara Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Sebagai Negara yang beradab dan menjunjung tinggi pancasila,
etika perlu di terjemahkan ke dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tidak hanya sebagai simbolitas belaka, namun masuk dan
menjadi darah daging bangsa Indonesia, baik pemerintah, para elit
politik, dan Masyarakat.
Masyarakat dibutuhkan betul-betul sebagai pengendali sistem
yang telah diterapkan oleh Pemerintah. Suara rakyat perlu didengar dan
di ambil kebijakan yang mampu mengakomodir kepentingan bersama.
Bukan rakyat semu yang dijadikan sebagai dagelan politik untuk
kepentingan penguasa.
Suara rakyat dijadikan sebagai ramuan ampuh untuk meraup
keuntungan sebesar-besarnya. Demokrasi sebagai pelayanan utama
kepada rakyat justru bertolak belakang dengan rakyatlah sebagai abdi
penguasa.
Patutlah sekiranya Demokrasi dan Liberalisasi dikembalikan
sebagai makna yang lebih manusiawi dan bermartabat. Memberikan hak
politik tanpa mengganggu hak orang lain. Berbuat tanpa mencelakai
orang lain. Liberalisasi disini dimaksukan jika manusia mampu
mengendalikan sesuatu sesuai dengan hati nurani yang memanusiakan

35
Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011

manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang diberikan keistimewaan


oleh Tuhannya.
Etika merupakan salah satu kunci untuk memurnikan makna Demokrasi
dan Liberalisasi yang sesuai dengan hati nurani rakyat yang ingin hidup
bersama dalam kondisi aman dan tentaram.

Penutup

Liberalisasi yang terkandung dalam makna demokrasi dengan


makna dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat butuh
kebebasan hidup tanpa mengganggu yang lainnya. Rakyat butuh hak
untuk berpolitik tanpa mematahkan lawan dengan cara yang culas.
Rakyat butuh hak mengeluarkan pendapat tanpa perlu di jegal. Rakyat
perlu penguasa yang amanah dalam menunaikan aspirasi-aspirasi rakyat
tanpa disogok untuk mendapatkan dukungan.
Itulah perlunya Demokrasi dan Liberasilasi yang sesuai dengan hati
nurani yang murni semata-mata untuk pengabdian kepada masyarakat.
Kejujuran diperlukan untuk menerapkan demokrasi yang
sesungguhnya. Pembelajaran politik yang menjunjung tinggi etika perlu
diterapkan agar mampu menciptakan demokrasi dan liberalisasi yang
tetap mengedepankan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat.

36
Elvira Suryani – Demokrasi VS Liberalisasi

Daftar Pustaka

Beetham, David, (ed.), 1994, Defining and Measuring Democracy, London-


Thousand Oaks-New Delhi: Sage Publications.

Budiardjo, Miriam, 1983, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia.


Craig, Gary, and Marjorie Mayo, (ed.), 1995, Community Empowerment A
Reader in Participation and Development, London & New Jersy: Zed
Books Ltd.

Dahl, Robert A., 1998, On Democracy, USA; Yale University Press.


_____, 1992, terjemah A Rahman Zainuddin, Demokrasi dan Para
Pengkritiknya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

_____, 2001, terjemah A Rahman Zainuddin, Perihal Demokrasi:


Menjelajahi Teori dan Praktek Secara Singkat, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Huntington, Samuel P, 1995, terjemah Asril Marjohan, Gelombang
Demokratisasi Ketiga, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Linz, Juan J. et.al,2001, Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat (Belajar dari


Kekeliruan negara-negara Lain), Bandung:Pustaka Mizan.

Goesniadhie, Kusnu.S, ( http://kgsc.wordpress.com/demokrasi-dalam-


konsep-dan-praktek/

Harian Buana Sumsel 15 Januari 2010

Urbaningrum, Anas.2004, Melamar Demokrasi Dinamika Politik


Indonesia, Jakarta: Penerbit Republika.

37

Anda mungkin juga menyukai