Buku berjudul Reformasi Birokrasi dan Good Governance yang ditulis oleh Abd. Rohman,
S.Sos., M.A.P. merupakan Dosen pada Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. - Dr. Willy Tri Hardianto, S.Sos.,
M.M., M.A.P., pengajar di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang pad Program
Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Dan pada dasarnya buku yang dibuat dengan judul Reformasi Birokrasi dan Good Governance
ini sebagai pegangan maupun pedoman bagi pemerintah didalam memberikan pelayanan
kepada publik. Dan buku Ini ditulis dengan sedemikian detailnya untuk dijadikan sebagai
rujukan bagi pemerintah dalam melakukan proses Reformasi Birokrasi dan Good Governance.
Disisi lain buku ini dapat dijadikan sarana informasi bagi masyarakat umum untuk mengetahui
ataupun mempelajari tentang reformasi birokrasi bagi pelayanan public.
Dalam buku ini sangat mengacu secara global tentang teori konsep yang dibuat untuk
memperbaiki kualitas kinerja pelayanan yang dilakukan oleh aparatur negara, melakukan
penilaian terhadap kinerja aparatur sipil negara yang mengakomodir prinsip yang melekat yakni
Reformasi Birokrasi dan Good Governance serta prinsip-prinsip good govermance akan
semakin nyata dan menjadi tujuan utama.
Aparatur sipil negara sendiri merupakan kunci utama dalam menghasilkan output dari
pelayanan public, tentunya berkaitan secara langsung dengan kualitas kinerja juga mencangkup
kualitas potensi yang dimiliki.
Langkah yang diambil melalui reformasi birokrasi yang mengubah seting dari sisitem dan
kompetensi aparatur serta peningkatan sarana prasarana tujuannya adalah untuk
masyrakatnya dan tentunya tidak terlepas dari pencapaian tujuan pemerintah yang baik dalam
pelayanan public.
Masyarakat Indonesia tentunya menginginkan mendapat pelayanan baik, sigap serta tanggap
dalam pelayanan yang diberikan serta menuntut untuk pihak instansi dapat bekerja secara
profesional serta efektif terhadap pelayanan public.
Dalam proses reformasi birokrasi memang tidak dapat dipisahkan dari merencanakan,
melakukan/mengimplementasikan dan mengevaluasi dalam buku ini. Focus dalam buku ini
mengarah oleh aparatur sipil negara sebagai bentuk tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pelayan kepada masyarakat.
Awal penulisan buku dimulai dengan membahas tentang pengertian reformasi birokrasi. Secara
bahasa, kata reformasi dan revolusi memang bukan hanya sekedar berbeda kata namun juga
muatan makna yang terkandung didalamnya. Kata Reformasi secara bahasa merupakan
perubahan secara perlahan, tidak mendasar dan bekelanjutan. Tetapi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Pada bagian ke dua membahas tentang Sejarah dan Perkembangan Birokrasi, sejarah
merupakan peristiwa masa lalu, masa yang telah dilewati kendatipun hanya selang sekian detik.
Termasuk didalam konteks birokrasi, sejarah dan perkembangannya menjadi penting untuk
diketahui sehingga dapat dijadikan evaluasi, cerminan, pemantik, serta bahan pertimbangan
dalam mewujudkan birokrasi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Masuk pada bagian ketiga Perkembangan Birokrasi di Indonesia, di Indonesia pada zaman
sebelum penjajahan, birokrasi berjalan apa adanya. Biokrasi di Indonesia berjalan dengan baik
sejak terjadinya penjajahan Hidia Belanda. Namun birokrasi saat itu masih berorentasi pada
penguasaan pemerintah atas segala yang ada di masyarakat. Masyarakat dibatasi oleh aturan
dan kekuasaan yang otoriter serta penindasan.
Dalam bagian keempat membahas tentang Birokrasi Publik. Secara umum birokrasi terbagi
menjadi dua, yaitu: birokrasi pemerintahan dan birokrasi publik. Birokrasi pemerintahan secara
jelas dibahas didalam buku Reformasi Birokrasi dan Good Governance, sedangkan birokrasi
publik hanya dibahas disubbab lain selain di bagian I dan hanya sebagai gambaran dan
perbandingan saja.
Selanjutnya membahas tentang Visi dan Misi Reformasi Birokrasi, dalam Undang-undang No 25
tahun 2004 tetang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 1 Ayat 11 , dan 12,. Pasal
11 “Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan” Pasal 12 “Misi merukan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi”
Berikutnya masuk ke bagian ke tujuh tujuan Reformasi Birokrasi, tujuan reformasi birokrasi
secara umum antara lain adalah:
3) Birokrasi yang efektif mampu mengemban tanggung jawab, dan mencapai tujuan organisasi
yang telah ditentukan
4) Birokrasi yang produktif, mampu menghasilkan luaran yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat
Selanjutnya pada bagian delapan Prinsip-prinsip Reformasi Birokrasi, hasil yang maksimal tidak
hanya dicapai dengan beberapa perbaikan tanpa di tompang oleh perbaikan hal-hal yang
lainnya. Salah satu yang terpenting adalah prinsi-prinsip reformasi birokrasi antara lain:
Terukur, efesien, efektif, konsisten, sinergi, inovatif, kepatuhan, dimonitor.
Prinsip reformasi birokrasi diatas tercantum didalam peraturan Presiden No.81 tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi. Pendapat lain tentang prisip reformasi birokrasi
dipaparkan oleh Sedarmayanti (2013: 75), sebagai berikut:
Kondisi Birokrasi saat ini, Perkembangan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia terus berlangsung, mencakup didalamnya pengelolaan sistem, struktur dan tata
kelola pemerintahan. Bagaimana roda pemerintahan dijalankan dengan struktur berikut
dengan mekanismenya tentu saja mencakup birokrasi yang dijalankan. Namun seiring dengan
birokrasi di Indonesia yang semakin rumit maka pemerintah melakukan reformasi.
Fenomena inilah yang disebut-sebut sebagai titik tolak era reformasi yang berjalan
hingga saat ini, Indonesia terus menggaungkan perbaikan di segala bidang dalam hal reformasi
birokrasi. Karena birokrasi merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa-negara guna
untuk mewujudkan cita-cita sebagai mana yang diharapkan oleh para pejuang reformasi. Upaya
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik memang membutuhkan energi yang
ektra khususnya dalam bidang reformasi birokrasi, trobosan demi trobosan seringkali di lakukan
oleh pemerintah agar menghasilkan hal yang positif khususnya mengejar ketertinggalan
didalam bidang birokrasi dalam penerpan prinsip-prinsip clean governance dan good
governance. Penegasan tersebut dilakukan pada tahun 2004 sebagai upaya untuk memperbaiki
pelayanan birokrasi yang lebih baik terhadap publik secara maksimal.
Tak ketinggalan, birokrasi pun turut mengalami dinamikanya, dengan segala proses
reformasi birokrasi yang harus dijalankan sebagai bagian dari reformasi yang masif
diimplementasikan di Indonesia disetiap aspek dan lini tata kelola pemerintahan. Apalagi
penerapan tata kelola yang baik (good governance) perlu terus ditingkatkan pada
pemerintahan.
Kondisi Birokrasi yang diharapkan, Pembangunan aparatur negara sebagai pihak yang
menjalankan roda pemerintahan perlu dilakukan melalui program reformasi birokrasi yang
dimaksudkan untuk merealisasikan tata kelola pemerintahan yang baik. Reformasi birokrasi ini
tentu saja bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang
singkat. Reformasi birokrasi akan berhasil apabila memenuhi persyaratan 4C yakni Conceptual,
Capable, Connection dan Commitment serta diikuti dengan tindakan nyata untuk mengubah
sikap, perilaku dan budaya atau kultur birokrasi pemerintahan.
Kewajiban Pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap
warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada warganegara yang memenuhi
kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah, maupun hak setiap warga negara pada
umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan
kepada masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu :
Kedua : Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk / jenis barang
yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan
sebagainya.
Ketiga : Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan
transportasi, pos, dan lain sebagainya.
Namun kenyataannya pelayanan publik diatas yang seharusnya dinikmati oleh publik
kadangkala mengalami hal yang terbalik dengan kesan yang tidak menguntungkan bagi publik
itu sendiri, maka diperlukan suatu ketegasan dan keberanian pemerintah untuk melakukan
reformasi birokrasi secara menyeluruh agar pelayanan publik lebih efektif dan maksimal,
sehingga publik merasa puas. Reformasi birokrasi secara menyeluruh pasti akan mendapatkan
tantangan yang begitu besar dari berbagai pihak yang tidak sejalan dengan reformasi birokrasi,
namun lebih besar lagi tantanngannya kedepan didalam pelayanan publik bila tidak segera
melakukan reformasi birokrasi yang disebabkan oleh oknum-oknum yang mementingkan diri
sendiri, kelompok maupun golongannya saja. Jadi reformasi birokrasi harus dilakukan agar tidak
kelewatan.
Menarik disimak ulasan mengenai reformasi birokrasi ini dalam sebuah buku yang baru saja
selesai saya baca, “Reformasi Birokrasi dan Good Governance” yang ditulis oleh Abd. Rohman,
S.Sos., M.A.P. – Dr. Willy Tri Hardianto, S.Sos., M.M., M.A.P. Buku tersebut, dalam perspektif
saya cukup komprehensif karena multidisipliner dan interdisipliner, dengan memadukan
berbagai pendekatan yakni birokrasi, administrasi publik, dan manajemen pemerintahan. Buku
ini juga memadukan berbagai kajian teoritis dan empiris, pengalaman, percobaan dan juga
analisa yang kritis.
Jadi menurut saya buku ini patut sebagai pedoman yang bermanfaat bagi pembacanya sebagai
sumber buku referensi bagi pembaca yang tepat dan akurat, serta menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembacanya.
IDENTITAS BUKU
Penulis: Abd. Rohman, S.Sos., M.A.P. – Dr. Willy Tri Hardianto, S.Sos., M.M., M.A.P.