ESELON DI INDONESIA
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Nama Anggota :
1. Anisa Noviliyani (1910201014)
2. Yofa Aldila Dellas M (1910201015)
3. Putri Nur Azizah (1910201027)
4. Ghora Yossy P (1910201074)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah guna memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Birokrasi Indonesia yang diampu oleh bapak
Rizza Arge Winanta, S.A.P.,M.Si.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
A. Latar Belakang
Penyederhanaan birokrasi bukanlah isu baru dalam administrasi publik. Penyederhanaan birokrasi
merupakan bagian dari reformasi tata kelola sector publik yang lebih luas yang secara global
mengacu pada empat bidang tematik yaitu : reformasi peran negara, reformasi fungsi sentral
pemerintahan, reformasi terhadap akuntabilitas dan mekanisme pengawasan, serta reformasi birokrasi
dan manajemen organisasi layanan public (Turner, 2013). Di Indonesia, reformasi birokrasi
merupakan bagian dari pembaharuan menyeluruh di bidang ekonomi, politik, hukum, serta agama
dan sosial budaya. Reformasi tersebut ditujukan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis,
dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia
masih mengalami beberapa kelemahan. Studi oleh Turner, et. al.(2019) menyatakan bahwa program
reformasi memang menunjukkan kemajuan dan mencatatkan beberapa pencapaian kinerja, namun
perubahannya relatif kecil dan bersifat inkremental. Reformasi yang telah berhasil diimplementasikan
sejauh ini tidak menghadirkan perubahan signifikan terhadap model dominan Old Public
Administration. Kelemahan mendasar dari reformasi birokrasi di Indonesia, menurut Turner, et. al.
(2019), adalah kegagalan dalam merombak manajemen SDM secara radikal, untuk menciptakan
sistem berbasis merit dengan pegawai yang sangat berkualifikasi, berorientasi pada hasil, dan inovatif,
dalam hubungan kerja yang lebih fleksibel, dan mendorong penggunaan kemampuan organisasi
secara optimal (Turner. Et al.,2019).
Pelaksanaan grand design reformasi birokrasi, sampai dengan roadmap kedua, memang telah
mencapai banyak hal. Namun demikian, tidak tercapainya indikator yang mencerminkan kapabilitas
birokrasi, menunjukkan masih ada yang kurang dari pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia.
Masih terdapat permasalahan kelembagaan, budaya organisasi, profesionalisme SDM aparatur, tata
laksana dan etika dalam pelayanan publik. Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan pembaharuan dan perubahan struktur birokrasi
atau pembaharuan dan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan,selain itu reformasi birokrasi
merupakan upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Pembaharuan dan perubahan yang
dilakukan terutama menyangkut aspek-aspek organisasi (kelembagaan), ketatalaksanaan dan sumber
daya aparatur pemerintahan yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN). Upaya yang dilakukan pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan pemerintahan yang baik tidak hanya dengan melakukan reformasi
birokrasi,upaya lain yaitu dengan melakukan reformasi administrasi publik. Seperti halnya reformasi
birokrasi terkait penyederhanaan birokrasi dengan menghapus eselon III dan IV yang dilaksanakan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) berdasarkan
arahan dari Presiden Joko Widodo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, dapat disusun beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi reformasi birokrasi tentang penghapusan eselon III dan IV apabila
ditinjau dari perspektif empiris?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya penyederhanaan birokrasi terhadap
penghapusan eselon III dan IV?
3. Apa tujuan dari adanya reformasi birokrasi terhadap penyederhanaan birokrasi dengan
menghapus eselon III dan IV?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan yang ingin dicapai dalam
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui implementasi reformasi birokrasi tentang penghapusan eselon III dan IV
apabila ditinjau dari perspektif empiris.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya penyederhanaan birokrasi terhadap
penghapusan eselon III dan IV.
3. Untuk mengetahui tujuan dari adanya reformasi birokrasi terhadap penyederhanaan birokrasi
dengan menghapus eselon III dan IV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Reformasi Birokrasi
Berkaitan dengan usaha pemerintah dalam memperbaiki birokrasi, yang akhirnya dapat
disebut sebagai reformasi birokrasi. Maka terdapat berbagai definisi tentang reformasi
birokrasi , dengan pengertian yang berbeda-beda mengenai reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi ditinjau dari segi bahasa, dalam bahasa Prancis, birokrasi
disamakan dengan kata bureau yang berarti kantor. Biro sendiri secara leksikal (bureau) dalam
kamus mempunyai arti sebagai biro, kantor atau departemen pemerintah. Lebih jauh, kata
krasi juga berasal dari bahasa Yunani, kretein yang berarti mengatur. Dan birokrasi disini
memiliki arti pemerintahan dengan pejabat-pejabat yang ditunjuk. Pada mulanya, istilah ini
digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah
oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi. Dalam konsep bahasa Inggris secara
umum, birokrasi disebut dengan civil service. Selain itu juga sering disebut dengan public
sector, public service atau public administration.
Menurut MenPan, reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan
terutama menyangkut aspek-aspek pada penerapan pelayanan prima. Menurut Direktorat
Jenderal Peraturan Perundang-Undangan, mengatakan bahwa reformasi birokrasi adalah upaya
perubahan, dimana perubahan yang dilakukan terkait reformasi birokrasi yaitu :
1. Perubahan cara berfikir
2. Penataan peraturan perundang-undangan,
3. Penguatan organisasi
4. Penataan tata laksana
5. Manajemen SDM aparatur
6. Penguatan pengawasan
7. Penguatan akuntabilitas kinerja
8. dan Peningkatan kualitas pelayanan publik.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:72), mengatakan bahwa reformasi birokrasi
merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan
tujuan efektifitas, efisien, dan akuntabilitas. Dimana reformasi biokrasi itu mencakup beberapa
perubahan yaitu:
a. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak), perubahan yang dimaksud
yaitu birokrasi harus merubah pola berfikir yang terdahulu (buruk), birokrasi harus
memliki pola pikir yang sadar bahwa mereka sebagai pelayan masyarakat, mereka harus
memiliki sikap dan pola tindak yang baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dalam artian tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan.
b. Perubahan penguasa menjadi pelayan, perubahan yang dimaksud yaitu birokrasi harus
merubah sikap mereka, karena dapat kita ketahui bahwa selama ini birokrasi selalu
menganggap bahwa mereka adalah penguasa karena memiliki jabatan yang tinggi
dibanding masyarakat sehingga mereka membuat beranggapan bahwa mereka adalah
penguasa yang harus selalu dihormati. Oleh karenanya hal seperti itu harus dihilangkan
dari birokrasi.
c. Mendahulukan peranan dari wewenang, perubahan yang dimaksud yaitu birokrasi harus
selalu mendahulukan perananannya yaitu sebagai pelayan masyarakat harus dapat
melayani masyarakat dengan baik, dengan cara menyampingkan wewenang mereka
sebagai pejabat atau pegawai pemerintah.
d. Tidak berfikir hasil produksi tapi hasil akhir, perubahan yang dimaksud yaitu birokrasi
harus selalu mengutamakan hasil akhir dari pelayanan yang mereka berikan kepada
masyarakat seperti menciptakan kepuasan pada masyarakat.
e. Perubahan manajemen kinerja, perubahan yang dimaksud yaitu merubah manajemen
kinerja birokrasi agar dapat menjadi lebih efektif dibandingkan sebelumnya.
Penjelasan diatas menunujukan bahwa untuk mereformasi birokrasi ada beberapa hal
yang dirubah dari birokrasi itu sendiri. Setelah melihat berbagai penjelasan tentang reformasi
birokrasi diatas, pada hakekatnya Reformasi Birokrasi merupakan bagian dari Reformasi
Administrasi, dapat dikatakan dalam hubungannya tindakan atau langkah-langkah yang
dilakukan dalam reformasi administrasi salah satu tujuannya yaitu untuk mereformasi
birokrasi.
B. Eselon
Eselon adalah tingkat jabatan struktural, yaitu Eselon tertinggi sampai dengan eselon
terendah dan jenjang pangkat untuk setiap eselon sebagaimana tersebut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002. Pengertian eselon yang lain adalah kedudukan yang dapat
menunjukkan tingkatan jabatan berdasarkan tingkat kesulitan, tanggung jawab, dampak, dan
persyaratan kualifikasi pekerjaan yang digunakan sebagai dasar dan tolak ukur penggajian.
Jenis-jenis eselon terbagi menjadi empat bagian, tingkatan eselon sendiri berdasarkan
kesulitan, tanggung jawab, dampak dan persyaratan kualifikasi dalam tolak ukur pemberian
gaji. Jenis eselon adalah sebagai berikut.
1. ESELON I
Eselon I merupakan hirarki jabatan struktural yang tertinggi, terdiri dari 2 jenjang:
Eselon IA dan Eselon IB. Jenjang pangkat bagi Eselon I adalah terendah Golongan IV/c dan
tertinggi Golongan IV/e. Ini berarti secara kepangkatan, personelnya sudah berpangkat
pembina yang makna kepangkatannya adalah membina dan mengembangkan. Di tingkat
provinsi, maka Eselon I dapat dianggap sebagai pucuk pimpinan wilayah (Provinsi) yang
berfungsi sebagai penanggungjawab efektivitas provinsi yang dipimpinnya. Hal itu dilakukan
melalui keahliannya dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pokok yang akan membawa
provinsi mencapai sasaran-sasaran jangka pendek maupun jangka panjang.
2. ESELON II
Eselon II merupakan hirarki jabatan struktural lapis kedua, terdiri dari 2 jenjang:
Eselon IIA dan Eselon IIB. Jenjang pangkat bagi Eselon II adalah terendah Golongan IV/c dan
tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti secara kepangkatan, personelnya juga sudah berpangkat
pembina yang makna kepangkatannya adalah membina dan mengembangkan. Di tingkat
provinsi, maka Eselon II dapat dianggap sebagai manajer puncak satuan kerja (Intansi).
Mereka berperan sebagai penanggungjawab efektivitas instansi yang dipimpinnya melalui
keahliannya dalam perancangan dan implementasi strategi guna merealisasikan implementasi
kebijakan-kebijakan pokok provinsi.
3. ESELON III
Eselon III merupakan hirarki jabatan struktural lapis ketiga, terdiri dari 2 jenjang:
Eselon IIIA dan Eselon IIIB. Jenjang pangkat bagi Eselon III adalah terendah Golongan III/d
dan tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti secara kepangkatan, personelnya juga berpangkat
pembina atau penata yang sudah mumpuni (Penata Tingkat I) sehingga tanggungjawabnya
adalah membina dan mengembangkan. Di tingkat provinsi, Eselon III dapat dianggap sebagai
manajer madya satuan kerja (Intansi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab penyusunan
dan realisasi program-program yang diturunkan dari strategi instansi yang ditetapkan oleh
Eselon II.
4. ESELON IV
Eselon IV merupakan hirarki jabatan struktural lapis keempat, terdiri dari 2 jenjang:
Eselon IVA dan Eselon IVB. Jenjang pangkat bagi Eselon IV adalah terendah Golongan III/b
dan tertinggi Golongan III/d. Ini berarti secara kepangkatan, personelnya berpangkat penata
yang sudah cukup berpengalaman. makna kepangkatannya adalah menjamin mutu. Oleh
karenanya di tingkat provinsi, Eselon IV dapat dianggap sebagai manajer lini satuan kerja
(Instansi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab kegiatan yang dioperasionalisasikan dari
program yang disusun di tingkatan Eselon III.
Secara operasional ada beberapa fungsi dan tugas dari eselon. Berikut ini fungsi dan
tugas eselon I, II, III, dan Eselon IV adalah sebagai berikut:
1. Tugas Eselon I
Fungsi Eselon I adalah merumuskan kebijakan, menetapkan, mengembangkan serta
menyelenggarakan.
2. Tugas Eselon II
Fungsi Eselon II adalah menyelenggarakan dan Menetapkan
3. Tugas Eselon III
Fungsi Eselon III adalah merumuskan, melaksanakan, mengembangkan serta
mensosialisasikan
4. Tugas Eselon IV
Fungsi Eselon IV adalah memproses, merancang, menyusun, melakukan dan mengerjakan.
BAB III
PEMBAHASAN
Penghapusan unit eselon III dan eselon IV, pada unsur pelaksana tertentu, dengan
mengoptimalkan para pegawai yang menduduki jabatan tersebut ke dalam jabatan fungsional, juga
merupakan salah satu kebijakan mendasar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) di bidang kelembagaan (Komarudin, 2012). Namun demikian,
hingga akhir periode kedua roadmap reformasi birokrasi, penghapusan struktur tersebut tidak
terwujud.
Oleh karenanya, ketika upaya untuk mengurangi size birokrasi Indonesia hanya membuat
sedikit kemajuan, dengan hanya ada sedikit stabilisasi angka melalui pembatasan rekrutmen (Turner
et al., 2019). Selain itu, juga relatif sulit untuk menentukan ukuran tentang berapa jumlah ASN yang
ideal dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan (Bappenas, 2013).
Upaya right-sizing dapat dilakukan pada struktur hierarki menjadi piramida yang lebih datar. Hal ini
perlu karena perubahan struktur formal memiliki dampak yang jauh lebih kuat pada reformasi gaya
manajerial (Gualmini, 2008; Park, 2019). Selain itu, Diefenbach and Sillince (2011) menyimpulkan
bahwa struktur hierarki formal berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan dan alokasi
sumber daya, yang apabila dipadukan dengan aturan formal seperti rekrutmen berdasarkan sistem
merit, dapat menunjang profesionalisme. Faktor profesionalisme inilah yang menjadi pertimbangan
empiris mengapa hierarki birokrasi perlu disederhanakan.
Hierarki birokrasi perlu disederhanakan, karena secara empiris menghambat peningkatan
profesionalitas aparatur. Reformasi birokrasi Indonesia ditujukan untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Untuk meningkatkan profesionalisme, aspek ke empat dari sembilan aspek percepatan
reformasi birokrasi dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, adalah profesionalisasi ASN,
yang salah satu rencana aksinya adalah Penguatan Jabatan Fungsional. Penguatan jabatan fungsional
tersebut dilakukan melalui penambahan jumlah jabatan fungsional, penetapan pola karier,
peningkatan kompetensi, dan peningkatan kesejahteraan (KemenPAN-RB, 2012a).
Sejak moratorium penerimaan Calon ASN Tahun 2011, penyusunan kebutuhan formasi dan
pengadaan Calon ASN diarahkan secara selektif, yang salah satunya untuk memenuhi JFT. Namun
demikian, karena struktur hierarki yang tinggi, sebagian besar instansi pemerintah, terutama di daerah,
tidak memberdayakan JFT secara maksimal, sehingga jabatan struktural masih menjadi jabatan favorit
(Bappenas, 2013).
Pengangkatan ke dalam JFT cenderung hanya sebagai penampungan bagi ASN yang tidak
mendapatkan posisi dalam jabatan struktural, atau untuk memperpanjang batas usia pension. Sebagai
akibatnya, seperti sebuah zero sum game, meskipun menjadi salah satu rencana aksi untuk
profesionalisasi ASN, JFT menjadi tidak berkembang.
Untuk menghasilkan ASN yang profesional, kebijakan dan manajemen ASN diselenggarakan
berdasarkan sistem merit. Dengan sistem merit, maka pengembangan karier, pengembangan
kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi dilakukan berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja ASN secara adil dan wajar. Apabila pada JFT standar kualitas dan profesionalitas dijamin oleh
instansi pembina dengan kompetensi yang terstandarisasi, maka pada jabatan struktural, terutama
eselon III, IV dan V di daerah, sistem merit belum sepenuhnya diterapkan. Terlepas dari adanya
champions di beberapa daerah yang telah menerapkan sistem merit karena faktor leadership (Prasojo
& Holidin, 2018), promosi, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural,
terutama eselon III, IV, dan V. Penerapan sistem merit di daerah, cenderung tidak obyektif dan tidak
melalui seleksi atau evaluasi yang obyektif dan rasional.
Sistem merit lebih didominasi oleh adanya “politisasi birokrasi” (BKN, 2018; Nurprojo, 2014;
Rewansyah, 2011), sekalipun terdapat amanat kepada seluruh K/L dan pemerintah daerah untuk
menerapkan pengisian lowongan jabatan struktural dengan sistem merit dan terbuka (KemenPAN-RB,
2012b, 2014). Dengan politisasi birokrasi, terbentuk jaringan patronase yang kuat yang lebih menilai
loyalitas dibandingkan kinerja (Turner, 2013). Sebagai akibatnya, terjadi missmatch antara
kompetensi dengan kualifikasi jabatan.
a. Keimpulan
Penghapusan unit eselon III dan eselon IV, pada unsur pelaksana tertentu,
dengan mengoptimalkan para pegawai yang menduduki jabatan tersebut ke dalam
jabatan fungsional untuk mengurangi size birokrasi Indonesia hanya membuat sedikit
kemajuan, dengan hanya ada sedikit stabilisasi angka melalui pembatasan rekrutmen.
Untuk meningkatkan profesionalisme, aspek ke empat dari sembilan aspek
percepatan reformasi birokrasi dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014,
adalah profesionalisasi ASN, yang salah satu rencana aksinya adalah Penguatan
Jabatan Fungsional.
Untuk menghasilkan ASN yang profesional, kebijakan dan manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan sistem merit. Dengan sistem merit, maka pengembangan
karier, pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi dilakukan
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja ASN secara adil dan wajar.
Dengan penghapusan eselon ini mimpi untuk menghasilkan birokrasi yang
lebih sederhana berpeluang terwujud. Bagi Gabriel, meskipun penghapusan eselon III
dan IV juga memiliki dampak sisi negatif,baik dari sisi personal maupun secara
kelembagaan. Dalam sisi personal, dampak dari penyederhanaan birokrasi terhadap
penghapusan eselon III dan IV pada kondisi psikologis orang-orang yang tergusur.
Dan dalam sisi kelembagaan, penghapusan itu tidak bisa di samaratakan di semua
lembaga kementerian, meskipun dengan tujuan untuk mempercepat, akan tetapi
penghapusan eselon bisa menjadi tidak tepat dan akan memperlambat proses
pemerintahan. Dampak positif dari penyederhanaan birokrasi terhadap penghapusan
eselon III dan IV , memiliki birokrasi yang lebih efisien, adanya penghapusan jabatan
eselon memungkinkan dapat lebih cepat dalam pelayanan publik kepada masyarakat,
melihat proses birokrasi sebelumnya terlalu panjang sehingga dapat memakan waktu
yang banyak, sehingga dengan panjangnya proses jalur birokrasi dan tidak efektif
maka dibuat kebijakan baru yang lebih efektif dan dengan durasi yang cepat. Tak
hanya birokrasi yang lebih efisien, dengan diadakannya penghapusan eselon III dan
IV ini anggaran bisa lebih hemat pengeluaran negara anggaran pendapatan dan
belanja negara.
b. Saran
Pejabat struktural eselon III dan IV di Sekretariat Negara RI mempunyai
kedudukan yang strategis dan menentukan dalam pencapaian sasaran organisasi
Sekretariat Negara, karena pada dasarnya keputusan atau kebijakan yang akan diambil
oleh pimpinan Sekretariat Negara bahkan oleh Presiden sekalipun pada awalnya
diolah, disiapkan dan dirumuskan oleh para pejabat tersebut. Kedudukan yang sangat
strategis tersebut di atas, maka para pejabat struktural di Sekretariat Negara RI
dituntut untuk selalu menampilkan kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
fungsi jabatannya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
kinerja pimpinan Sekretariat Negara RI.
DAFTAR PUSTAKA
Muhlis Irfan. 2013. Pengalihan jabatan strukktural ke jabatan fungsional: suatu telaahan
penghapusan jabatan eselon III dan IV di badan kepegawaian Negara. Jurnal
Kebijakan dan manajemen PNS VOL. 7, No.1, juni 2013.
Internet:
Unila. Reformasi birokrasi. diakses pada tanggal 11 november 2020 pukul 17.28
http://digilib.unila.ac.id/10253/13/BAB%20II.pdf
Yang dimaksud dengan eselon I,II,III,IV dalam jabatan structural PNS diakses pada tanggal
11 November 2020 pukul 19.19 https://gajimu.com/gaji/gaji-pejabat-negara-ri/gaji-
pns#:~:text=Eselon%20I%20merupakan%20hirarki%20jabatan,Eselon%20IA%20dan
%20Eselon%20IB.&text=Eselon%20II%20merupakan%20hirarki%20jabatan,dan%2
0tertinggi%20Golongan%20IV%2Fd
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/29/155327665/penghapusan-eselon-iii-dan-iv-
apa-plus-minusnya?page=all (diakses pada tanggal 12 November 2020 pukul 16.05)