INDONESIA
oleh
M. ALVIN ROYANTARA
NIM: 0811522029
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala Rahmat dan Hidayah
yang tidak henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tidak lupa penulis
kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW berserta para keluarga, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Masalah Birokrasi dan Good Governance di Indonesia serta
solusinya”
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
Peran Pemerintah akan sangat dinilai oleh bagaimana suatu birokrasi publik bisa
terlaksana sesuai fungsinya dengan baik. Menurut Blau dan Meyer (1987:4), birokrasi justru
untuk melaksanakan prinsip-prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
administratif, meski terkadang dalam implementasi birokratisasi berakibat kurang efisiensi.
Berbicara tentang birokrasi di Indonesia, tentu masih segar di ingatan banyak orang
tentang bagaimana implementasi birokrasi di masa Orde Baru yang jauh berlandasan pada
kesejahteraan rakyat. Struktur birokrasi di masa Orde Baru yang hanya berpihak pada
kelompok-kelompok tertentu saja menimbulkan rasa krisis percaya masyarakat sekarang
terhadap implementasi reformasi birokrasi. Apalagi, pada praktiknya masyarakat
menganggap bahwa kata birokrasi indentik dengan kinerja yang lama dan berbelit dan tidak
memiliki standar pelayanan yang pasti dan cepat. Hal ini merupakan salah satu hambatan
besar bagi Pemerintah untuk dapat mendapatkan kepercayaan publik bahwa suatu birokrasi
bisa dilaksanakan dengan tepat dan mewujudkan pelayanan yang memuaskan bagi
masyarakat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dasar birokrasi?
2. Uraikan jenis – jenis birokrasi?
3. Konsep Reformasi Birokrasi di Indonesia
4. Pelaksanaan Birokrasi Pemerintahan Indonesia
5. Tujuan Reformasi Birokrasi
2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
3
bekerja untuk rakyat adalah pola yang harus ditanamkan tiap individu demi
mendukung perubahan dalam system birokrasi ke arah yang lebih baik.
4
memuaskan dan melayani kebutuhan masyarakat yang selama ini sudah cukup punya
pandangan negative terhadap para pelayan pemerintah.
Menurut Sondang P. Siagian, suatu birokrasi bisa dikatakan ideal adalah dengan
memerhatikan prinsip-prinsip organisasi yang sehat seperti;
a. Prinsip Organisasi
sebagai struktur untuk suatu Lembaga, prinsip organisasi perlu dipahami dan
dilaksanakan
b. Prinsip kejelasan misi
Misi birokrasi mempunyai beberapa tugas utama yang perlu dilakukan. Baik
tentang peraturan yang berdasarkan pada Undang-Undang dan dilaksanakan
dengan transparansi dan terbuka, maupun tentang pelayanan yang memenuhi
kriteria yakni seperti benar, ramah, cepat dan akurat.
c. Prinsip kejelasan fungsi
Sebagai indikator pengukuran keberhasilan suatu fungsi, kejelasan tentang suatu
misi perlu ditegaskan. Hal ini agar dapat menjamin bahwa:
- Tidak ada tumpeng tindih suatu fungsi yang dijalankan oleh lebih dari satu
instansi
- Tidak ada fungsi yang tidak terlaksana hanya karena tidak jelas acuannya
- Menghilangkan pandangan terhadap ada beberapa fungsi yang penting dan
tidak penting
- Kejelasan bagi birokrasi tentang pengelompokan instansi nya.
d. Prinsip kejelasan aktivitas
Prinsip ini memiliki arti bahwa didalam melaksanakan suatu aktivitas birokrasi,
jangan sampai ada penggunaan sarana prasarana, waktu dan dana yang tidak
efektif sehingga bisa menyebabkan suatu pemborosan.
e. Prinsip satu arah
Segala variasi dari aktivitas pelayanan birokrasi harus tetap mengacu pada satu
titik kulminasi yang menjadi standar terhadap tujuan yang ditetapkan.
f. Prinsip kesatuan perintah
Agar suatu perintah bisa dilaksanakan secara tepat sasaran, maka perlu ditetapkan
yaitu atasan langsung yang berhubungan dengan bawahan langsung yang
bersangkutan. Hal ini agar tidak terjadinya banyak persepsi terhadap suatu arahan
dikarenakan seorang bawahan terlalu banyak memiliki atasan yang bergantung
pada jabatan manajerial suatu organisasinya. Sudah seharusnya perintah
5
didasarkan pada satu bagian langsung dibawahnya. Tetapi harus juga
menggunakan prinsip formalisasi agak standarnya dapat dilakukan tanpa ada
perasaan pejabat yang lebih rendah merasa tidak dihargai karna sudah dilampaui .
g. Prinsip desentralisasi
Dalam tatanan birokrasi, desentralisasi memiliki arti bahwa prinsip ini harus
dicegah terhadap konsentrasi pengambilan keputusan tertentu. Bagi suatu
birokrasi, hal ini perlu diperhatikan mengingat bahwa kondisi wilayah kekuasaan
di Indonesia khususnya sangat heterogeny dilihat dari segi potensi ekonomi,
sumber daya manusia dan budaya masyarakat setempat.
h. Prinsip keseimbangan peran dan tanggung jawab
Untuk menghindari adanya tumpeng tindih serta kinerja yang tidak maksimal,
pembagian peran dan tanggung jawab harus dibagi secara merata dan adil.
Pembagian tanggung jawab yang tidak seimbang bisa berdampak buruk pada
organisasi dan suatu Lembaga.
6
Namun salah satu hal yang membuat Indonesia belum bisa menerapkan pelayanan
public yang baik adalah dikarenakan kita masih terbayang-bayang pada sistem
administrasi peninggalan zaman koloni dahulu. Struktur dan norma serta adanya
tumpeng tindih demi memenuhi kepentingan beberapa pihak masih kerap saja
terjadi di era reformasi birokrasi ini.
Reformasi birokrasi yang diharapkan adalah birokrasi yang rasional dengan
pendekatan struktural menurut Mustopodidjaja (2003:9). Sedangkan menurut PP
nomor 81 tahun 2010, reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi
pemerintah yang professional dengan sumber daya manusia yang didukung oleh
proses rekrutmen berbasis kompetensi. Meski pada kenyataannya masih banyak
pekerjaan yang tumpeng tindih dalam suatu tatanan birokrasi, dan antar fungsi
pemerintahan itu sendiri, untuk menata ulang semua ini tentu membutuhkan dana
yang sangat besar dikarenakan berkaitan dengan mengubah regulasi, membuat
terobosan kebijakan baik di pemerintahan pusat maupun daerah serta perubahan
peran dengan menggunakan paradigma yang baru.
Reformasi birokrasi sangat diperlukan agar dapat menciptakan suatu birokrasi
yang bersih dan jujur, serta meningkatkan kualitas dari suatu pembentukan
kebijakan, dan diharapkan mampu menghadapi perubahan yang dinamis secara
global. kualitas pelayanan dalam suatu birokrasi dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka
terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan
terhadap atribut-atribut pelayanan suatu birokrasi. Jika jasa yang diterima atau
dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui
harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan
berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Demi menciptakan
tolak ukur yang kredibel, pelaksanaan reformasi birokrasi ini memerlukan
pengawasan yang maksimal agar dapat diukur secara objektif. Oleh karena itu,
terbentuklah Permenpan no 1 tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi. Menurut Budi Suprianto dalam Manajemen Pemerintahan
(2009), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suatu
birokrasi pemerintah yang baik. Yakni diantaranya adalah;
A. Reformasi Elite
7
Butuh tekad yang kuat untuk bisa mengubah tatanan birokrasi yang sering
sekali dijadikan alat oleh para kaum elite untuk mempertahankan
kekuasaannya. Hal ini harus diubah dengan cara para Elite harus sadar
untuk menempatkan kepentingan rakyat diatas kepentingan kaum tertentu.
Jika hal ini dilakukan, suatu birokrasi atau kebijakan bisa berjalan secara
efektif dan mencapai sasaran yang bisa dirasakan masyarakat.
b. Reformasi Pola Pikir
Pola pikir tentang pendelegasian kekuasaan hanya boleh dilaksanakan
pemimpin, kiranya bisa dirubah dengan memberikan wewenang kepada
bawahan jika dalam penyelesaian suatu urusan teknis membutuhkan
pimpinan, bawahan bisa melaksanakan tugasnya sehingga penyelesaian
suatu birokrasi bisa berjalan dengan cepat tanpa harus menunggu atasan
yang tidak berada di tempat.
c. Reformasi Organisasi
Kegemukan dalam suatu jabatan structural bisa menyebabkan kurangnya
efisiensi dan efektivitas dalam suatu tatatan organisasi. Hal ini dianggap
bisa memicu adanya tumpeng tindur dalam suatu organisasi tersebut serta
membuat pemborosan anggaran. Dalam proses reformasi birokrasi, hal
yang perlu diperhatikan adalah tingkat kepentingan terhadap suatu
struktur organisasi tersebut. Jangan sampai struktur organisasi dibuat
hanya untuk menguntungkan suatu pihak-pihak tertentu saja atau untuk
menguntungkan organisasi-organisasi tertentu. Jika dulu sebelum
reformasi birokrasi atasan yang berkuasa penuh dengan arahan ke bawah,
maka dalam proses paradigma baru, titik yang berkuasa adalah publik
dengan berkolaborasi antar rekan kerja.
Citra tentang pengertian birokrasi di Indonesia masih dipandang keliru oleh sebagian besar
masyarakat. Tak sedikit yang takut dengan momok kata-kata ‘’birokrasi’ di dalam
pengurusan suatu sistem yang dibutuhkan. Padahal, birokrasi bisa bersikap menjadi fasilitator
yang dibutuhkan masyarakat terhadap kelangsungan suatu kebijakan. Keuntungan lain dari
suatu birokrasi adalah kita bisa menciptakan suatu perencanaan untuk jangka depan sebab
birokrasi bisa menjamin dan memberi kepastian dalam faktor perencanaan. Jadi, suka tidak
8
suka, birokrasi kita butuhkan dalam tatanan suatu kebijakan. Jika suatu sistem birokrasi
pelaksanaannya sudah baik, kita bisa merasakan pelayanan yang tepat waktu, dan proses surat
menyurat yang tidak berbelit yang dikerjakan oleh pegawai negeri sipil yang bersikap
professional tanpa pandang bulu di dalam melayani masyarakat.
Untuk menciptakan suatu sistem birokrasi yang baik di Indonesia, kita diharapkan mampu
mengembangkan diri menjadi manusia birokrasi pula. Yakni manusia yang dapat turut andil
secara penuh pada pekerjaannya meskipun hanya dari belakang meja nya. Salah satu faktor
yang membuat birokrasi di Indonesia belum mencerminkan good governance adalah belum
meratanya tenaga terampil kita yang bisa benar-benar bekerja secara sistematis. Ini semua
dikarenakan adanya pembagian weewenang yang masih kabur, korupsi yang masih
merajalela, dan masih banyak pemangku jabatan yang menyalahgunakan jabatannya hanya
untuk kepentingan diri sendiri. Indonesia selain masih memerlukan reformasi yang baik dari
suatu birokrasi, kita juga perlu teknorasi. Teknorasi adalah suatu proses yang dalam
pelaksanaan tugasnya menggunakan teknologi yang canggih yang sulit jika dimiliki oleh
pejabat-pejabat biasa. Tuntutan pada zaman yang sudah semakin maju ini, diharapkan proses
administrasi negara bisa dijalankan oleh para birokrat yang menguasai teknorasi. Inilah salah
satu upaya yang bisa dilakukan dalam menciptakan good governance.
9
strategis dalam membagun aparatur negara yang dapat berguna secara maksimal
dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan serta pembangunan nasional.
Tujuan dari reformasi birokrasi ini adalah juga untuk menerapkan dengan baik 4
prinsip organisasi yakni
Jika benar benar ingin menciptakan good governance, mental kita harus diubah yakni diubah
pada prinsip membangun. Membangun negeri ini. Jangan ada lagi sistem yang masih KKN,
dan mental penguasa yang hanya ingin memajukan kepentingan-kepentingan orang tertentu
saja. Ketegasan dari suatu pemimpin di Indonesia juga menjadi roda yang mendasar agar
birokrasi yang baik demi menciptakan good governance bisa terlaksana.
10
BAB 3
PENUTUP
Mengenai harapan terhadap adanya perubahan reformasi birokrasi agar dapat terjadi
birokrasi yang netralitas mungkin masih akan membutuhkan cukup banyak waktu.
Sebagaimana yang telah dibahas diatas, tujuan dari reformasi birokrasi ini adalah agar
dalam suatu penyelenggaraan sistem pemerintahan dan praktik dari kebijakan publik nya
bisa terimplementasi secara optimal dan berkepentingan untuk rakyat. Solusi agar good
governance bisa terlaksana di Indonesia adalah dengan cara mengubah bahwa sistem
politik di Indonesia hanya akan berpihak pada partai yang sedang berkuasa. Selama ini
kita juga mengetahui bahwa sistem politik kita bersifat partisan. Bahwa penguasa yang
menjalankan roda pemerintahan pasti akan lebih menguntungkan partai pengusungnya
atau partai yang sedang berkuasa. Jika sistem politik di Indonesia masih menganut ini,
mungkin untuk benar-benar terciptakan sistem birokrasi yang baik masih sulit. Oleh
karena itu di masa mendatang, perlu dibangun gagasan bahwa birokrasi pemerintah harus
mampu bersifat netral kepada kepentingan kelompok penguasanya tetapi harus lebih
mengutamakan kepentingan masyarakat di Indonesia.
Pembentukan visi misi yang jelas harus bisa menjadi parameter terhadap berhasil atau
tidaknya peran dan fungsi pemerintah. Visi misi ini juga harus berdasarkan untuk
kemajuan dan kepentingan masyarakat di amsa mendatang, bukan hanya visi misi yang
ebrtumpu pada keuntungan sepihak para penguasa saja.
Kedua, pemimpin yang dibutuhkan masyarakat untuk bisa mengemban tugas dalam
menjalankan birokrasi yang baik, haruslah pemimpin yang berdedikasi tinggi dan
memiliki sifat kepemimpinan dan sistem manajerial yang baik. Dari praktik yang terlihat
di Indonesia, pemimpin kita kurang cakap untuk bisa bersifat secara tegas dan kuat. Ini
terlihat dari gagalnya sistem birokrasi berjalan dengan baik. Pemimpin yang terlihat
berkuasa di Indonesia selama ini hanya pemimpin yang memiliki “mental penguasa”.
Oleh karena itu pemimpin disini adalah faktor mendasar sekaligus terbesar dalam
11
menjalankan roda pemerintahan. Kiranya pemimpin kita mampu memberikan motivasi
kepada bawahannya agar menjadi teladan bagi masyarakat.
Ketiga, birokrasi yang akuntabel. Menciptakan birokrasi yang memiliki tanggung
jawab bagi masyarakat, sehingga ketika terjadi penyalahgunaan sistem, masyarakt bisa
lanbgsung menilai dan mendesak pemerintah untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan
prinsip ini, maka segala penyimpangan misa diminimalisir ataupun di hilangkan sama
sekali. Jika sistem birokrasi sudah dilaksanakan secara akuntabel, maka ini bisa
memperkuat basis pengawasan baik yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak
langsung oleh masyarakat.
Keempat adalah kebijakan public yang mengedepankan kepuasan masyarakat
terhadap birokrasi itu sendiri. Kepuasan masyarakat dalam hal ini harus dikedepankan.
Sehingga jangan sampai ada pemimpin yang merasa bahwa masukan dari rakyat tidak
penting hanya karena dia mengaggap dia yang yang berkuasa dalam hal ini. Jika arogansi
terus dilakukan, hal inilah yang memicu unjuk rasa di Indonesia masih tinggi. Karena
rakyat sering merasa mereka diabaikan dalam implementasi suatu kebijakan public.
Padahal sejatinya, suatu kebijakan public dianggap gagal jika masyarakat tidak
merasakan dampak baik nya dari suatu sisem.
Kelima, menciptakan para pegawai pemerintah yang professional. Prinsip ini tidak
hanya bertumpu pada kemampuan intelektual saja, melainkan para aparatur pemerintah
bisa memiliki sikap, moral dan etika dalam melaksanakan tugasnya yang berkepentingan
pada rakyat. Aparatur pemerintah dalam hal ini juga diharapkan bisa melaksanakan
pelayanan secara baik, dan sikap yang menunjukkan pengabdiannya kepada masyarakat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Muhammad, M.Si. (2018). Birokrasi Kajian Konsep, Teori Menuju Good Governance
13