Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH REFORMASI BIROKRASI

“MASA ORDE BARU”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah ....................

Oleh

MAGHFIROH INDAH PRATIWI


NIM. 3506

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yag

telah  mencurahkan  berbagai kenikmatan kepada kita yang tidak terhitung  jumlahnya,

baik itu kenikmatan materi maupun kenikmatan kesehatan yang selalu ia berikan  kepada

kita. Atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi pembaca makalah

ini, sehingga menjadi lebih baik dan dapat dengan mudah untuk dipahami oleh pembaca.

Ciamis, November 2022

Penulis

2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................3

C. Tujuan Penulisan....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Reformasi birokrasi saat ini sangat diperlukan dalam rangka perbaikan


kualitas aparatur sipil negara. Dari sudut pandang masyarakat, birokrasi selama ini
dianggap sebagai sesuatu yang menyulitkan, berbelit-belit, dan tidak profesional.
Dari sudut pandang pemerintah sendiri mulai merasa tidak nyaman dengan status
aparatur sipil negara yang mempunyai predikat sewenang-wenang, koruptif dan
tidak melayani. Pemerintah menghendaki adanya peningkatan pencitraan birokrasi
dimata masyarakat, sehingga pemerintah sendiri juga menginginkan segera
dilakukan perbaikan citra aparatur sipil negara melalui program reformasi
birokrasi.

Reformasi birokrasi merupakan sebuah kebijakan yang dibuat untuk


mengubah atau membuat suatu perbaikan dalam birokrasi pemerintahan Indonesia
saat ini. Perubahan atau perbaikan yang ingin dilakukan dalam reformasi birokrasi
mencakup struktur dan proses dalam penyelenggaraan pelayanan publik, serta
perubahan pada mindset dan culturset pegawai. Reformasi birokrasi juga
bertujuan untuk memperbaiki prosedur administrasi dibirokrasi pemerintah,
perbaikan penggunaan keuangan negara dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Dasar hukum pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi ini tertuang
dalam Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025. Penjabarannya dituangkan dalam Permenpan & RB No.20
Tahun 2010 dan Permenpan & RB No.11 Tahun 2015 tentang road map
Reformasi Birokrasi.

Sistem birokrasi sangat diharapkan dapat menjalankan perannya secara


optimal. Namun, dalam kenyataannya, keberadaan birokrasi dalam pemerintah
sering kali dipandang secara dikotomis, selain dibutuhkan untuk melaksanakan
urusan pemerintah sehari-hari, birokrasi juga sering kali dianggap sebagai sistem

1
yang menyebabkan jalannya pemerintahan dan layanan publik tersendat dan
bertele-tele. Gejala penyakit birokrasi seperti ini , tampak pula dalam sistem
birokrasi pemerintahan di Indonesia. Berbagai kritik tentang in-efisiensi dalam
sistem birokrasi Indonesia, kuantitasnya yang terlalu besar dan kaku sudan sering
dinyatakan terbuka (Thoha, 1987; Dwiyanto, 2002). Sistem pencaloan yang
merajalela, nepotisme serta terjadinya berbagai patologi birokrasi menyiratkan
bahwa reformasi birokrasi pemerintah harus dilakukan.

Reformasi birokrasi pemerintah sangat mendesak untuk dilakukan ketika


dikaitkan dengan berbagai perubahan dalam konteks global, antara lain perubahan
paradigma kekuasaan yang terjadi dengan dinamis selama periode pertengahan
abad 20 hingga awal abad 21. Gelombang demokratisasi yang ditandai dengan
kemerdekan negara-negara bekas jajahan, peralihan kekuasaan dari rezim
otoritarian, kecenderungan sentralistik dan runtuhnya komunisme membawa
perubahan yang berarti dalam sistem kekuasaan menjadi lebih demokratis dan
terdistribusi (desentralisasi).

Pada awalnya, penyelenggaraan pemerintahan secara sentralistik


dipandang akan lebih efektif dan efisien, tapi asumsi ini mengalami perubahan
ketika menghadapi tantangan dimasa kini yang menuntut pemerintah untuk makin
responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Akan tetapi,berbagai penyimpangan
yang terjadi sebagai dampak dari sentralisasi menyebabkan legitimasi pemerintah
menurun dimata publik. Ketika negara tidak lagi cukup memiliki kemampuan
untuk memaksakan kepatuhan masyarakat dan makin luasnya keterbukaan akses
informasi publik, maka yang terjadi adalah fenomena kegagalan negara untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam jangka panjang, penurunan kapasitas
negara ini akan berdampak negatif karna mengarah deligitimasi pemerintahan,
apatisme publik, dan berpotensi memunculkan anarkisme. Kegagalan negara
dalam arti pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarkat akan menimbulkan
keraguan publik terhadap urgensi kehadiran negara dalam hal ini pemerintah.
Kondisi ini bila dibiarkan akan mengarah kepada ketidakpastian dan pelemahan
jaminan hukum bagi seluruh lapisan masyarakat.

2
Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat

negara karena melalui reformasi birokrasi, peran dan lingkup intervensi negara

dalam hal hal ini yaitu pemerintah didefinisikan ulang untuk menjawab tantangan

zaman. Karena itu, reformasi birokrasi juga tidak sekedar menyederhanakan

struktur birokrasi, tapi mengubah pola pikir (mind set) dan pola budaya (cultural

set) birokrasi untuk berbagi peran dalam tata kelola pemerintahan. Birokrasi

pemerintah merupakan unsur yang sangat vital dalam menentukan arah untuk

mencapai keberhasilan suatu penyelenggaraan negara. Dengan kemajuan

teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat serta

persaingan global yang semakin ketat, masyarakat sangat peka terhadap kinerja

birokrasi pemerintahan dan sangat peduli dengan peningkatan kualitas hidupnya.

Baik atau buruk kinerja birokrasi pemerintah akan sangat menentukan tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

masalah yaitu : Bagaimana sejarah reformasi birokrasi pada masa orde baru?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah reformasi

birokrasi pada masa orde baru.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Reformasi Birokrasi

Dalam kaitan penyelenggaraan pemerintahan, sifat dan lingkup


pekerjaannya, serta kewenangan yang dimilikinya birokrasi menguasai aspek-
aspek yang sangat luas dan strategis. Birokrasi menguasai kewenangan
terhadap akses-akses seperti sumber daya alam, anggaran, pegawai, proyek-
proyek, serta menguasai akses pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki
pihak lain.
Dengan posisi, kemampuan, dan kewenangan yang dimilikinya tersebut,
birokrasi bukan saja mempunyai akses yang kuat untuk membuat kebijakan
yang tepat secara teknis, tetapi juga untuk memperoleh dukungan yang kuat
dari masyarakat dan dunia usaha. Selain itu, birokrasi dengan aparaturnya juga
memiliki berbagai keahlian teknis terspesialisasi yang tidak dimiliki oleh
pihak-pihak diluar birokrasi, seperti dalam hal perencanaan pembangunan,
pengelolaan infrastruktur, penyelenggaraan pendidikan, pengelolaan
transportasi transportasi dan lain-lain. Dalam konteks policy making process,
birokrasi di Indonesia juga memegang peranan penting pada semua tahapan
mulai dari tahap perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan berbagai kebijakan
publik, serta dalam evaluasi kinerjanya. Dari gambaran di atas nyatalah,
bahwa birokrasi di Indonesia memiliki peran yang cukup besar. Besarnya
peran birokrasi tersebut akan turut menentukan keberhasilan pemerintah
dalam menjalankan program dan kebijakan pembangunan. Jika birokrasi
buruk, upaya pembangunan akan dipastikan mengalami banyak hambatan.
Sebaliknya, jika birokrasi bekerja secara baik, maka program-program
pembangunan akan berjalan lebih lancar. Pada tataran ini, birokrasi menjadi
salah satu prasyarat prasyarat penting keberhasilan pembangunan.

4
Peran birokrasi dengan fungsi administrasi negara dilakukan oleh birokrasi.
Jadi birokrasi diartikan sebagai keseluruhan lembaga pemerintahan negara, yang
meliputi aparatur kenegaraan, aparatur pemerintahan, serta sumber daya manusia
birokrasi yang terdiri atas pejabat negara dan pegawai negeri.

Birokrasi secara leksikal berarti alat kelengkapan negara, terutama meliputi


bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai
tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari. Secara umum,
pembangunan birokrasi mencakup berbagai aktivitas terencana yang berkelanjutan
yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dalam menjalankan
fungsi-fungsinya (Adi Suryanto, 2012).

Pembangunan birokrasi yang bersih dan bebas KKN menyangkut seluruh


sendi birokrasi, bukan hanya PNS/birokrat, namun meliputi pembangunan
struktur, sistem, business process, dan karakter/etika moral. Secara terencana
pembangunan Birokrasi pun dilakukan melalui sebuah proses multidimensi yang
disebut Reformasi Birokrasi. Secara khusus Presiden telah menetapkan Perpres
No.81/2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025. Upaya
penataan pembangunan birokrasi yang komprehensif seperti inilah yang secara
substansi oleh Sofian Effendi (2010) disebut juga sebagai reformasi birokrasi.
Kekuasan yang memusat mengakibatkan tidak adanya transparansi sehingga
menyulitkan lahirnya pertanggung jawabab publik. Tidak adanya keterbukaan
dikalangan instansi dan pejabat pemerintah, mengakibatkan akses melakukan
kontrol rakyat menjadi buntu dan mampet. Selain itu reposisi dan restrukturisasi
kelembagaan pemerintah perlu segera ditata ulang, yang memungkinkan adanya
kejelasan antara posisi jabatan politik dan birokrasi karier. Dengan demikian
pertanggung jabaran publik bisa didorong dengan melakukan desentralisasi
kekuasaan, transparansi, reposisi dan restrukturisasi kelembagaan pemerintah.
Struktur kelembagaan pemerintah warisan pemerintah Orde Baru perlu diperbaiki
dan disempurnakan sesuai dengan perubahan strategis nasional kita di era
reformasi ini. Selain itu dengan memperhatikan prinsip efisiensi, penghematan,
kordinasi, integrasi dan rasionalitas maka perampingan susunan kelembagana

5
birokrasi pemerintah perlu dipikirkan. Selain itu efisiensi, penghematan,
kordinasi, integrasi dalam susunan kelembagaan pemerintahan perlu dilakukan
sehingga tidak ada lagi kekembaran lembaga yang tugas dan fungsinya sama.
(Thoha, 2002)

B. Birokrasi Zaman Orde Baru


Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik korporatisme
Negara yang bertujuan untuk mendukung penetrasinya ke dalam masyarakat,
sekaligus dalam rangka mengontrol piblik secara penuh. Strategi politik birokrasi
tersebut merupakan strategi dalam mengatur system perwakilan kepentingan
melalui jaringan fungsional nonideologis, dimana sistem tersebut memberikan
berbagai lisensi pada kelompok fungsional dalam masyarakat, seperti monopoli
atau perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau antar
kelompok kepentingan dalam masyarakat yang memiliki konsekuensi terhadap
hilangnya pluralitas social,politik maupun budaya. Pemerintahan Orde Baru mulai
menggunakan birokrasi sebagai premium mobile bagi program pembangunan
nasional. Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada :

1. Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam hierarki


birokrasi.
2. Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak kepemimpinan
pusat.
3. Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka
mengkonsolidasikan pengendalian atas daerah-daerah.
4. Strategi Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan reformasi administrasi, khususnya reformasi birokrasi tidak


selalu berjalan mulus, penuh tantangan yang dihadapi, sebagaimana dikatakan
Cepiku dan Mititelu (2010: 63) dalam Jurnal Transylvanian Review of
Administrative Sciences No. 3E, bahwa reformasi administrasi publik di Negara-
negara Transisi (seperti Albania dan Rumania) Untuk melangkah ke pelaksanaan

6
reformasi administrasi, ditawarkan dua strategi, yaitu Comprehensive Strategy
dan Incremental Strategy (Lee, 1970: 14-16). Comprehensive Strategy adalah
suatu cara atau pola yang digunakan oleh suatu lembaga manajerial pusat dalam
mengendalikan beberapa bidang cakupan seperti personil, anggaran dan
organisasi. Dalam penerapan strategi ini, diperlukan dukungan politik dari
penguasa, sedangkan Legislatif dan partai Politik jarang memberikan dukungan
yang memadai (Samonte dan Khosla dalam Lee, 1970: 14). Komitmen politik
penguasa diperlukan, mengingat seluruh perencanaan reformasi administrasi yang
akan dilakukan dibuat dan harus diketahui penguasa, sehingga goal yang
diinginkan akan tercapai. Sebagaimana hasil penelitian di beberapa daerah,
ditemukan bahwa salah satu faktor pendukung keberhasilan reformasi birokrasi di
daerah adalah komitmen dan political will kepala daerah (Prasojo, Maksum dan
Kurniawan, 2006: 175-176). Incremental Strategy adalah suatu pendekatan yang
melihat reformasi administrasi secara bertahap dan sebagai rantai yang berurutan,
karena reformasi dianggap sebagai suatu proses.(Fisip & Jakarta, 2014)

Masa jabatan Presiden Soeharto sebagai Presiden kedua Indonesia dikenal


sebagai orde baru. Rentang waktu kekuasan pemerintahan orde baru berlangsung
selama 32 tahun. Diawali surat perintah yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966
hingga tahun 1998.

Melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967, masa orde baru yang


dipimpin Presiden Soeharto mulai memimpin negara. Pemerintahan berusaha
segera pulih usai berakhirnya era kepemimpinan Presiden Soekarno.

Lahirnya orde baru ditandai TRITURA atau Tri Tuntutan Rakyat yang
merupakan ide perjuangan Angkatan 66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia). TRITURA terdiri dari tiga tuntutan yaitu pembubaran PKI,
perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga.

TRITURA semakin panas karena sikap Presiden Soekarno yang bertolak


belakang dengan aksi-aksi mereka. Hingga terjadi peristiwa G30S/PKI yang

7
membuat rakyat Indonesia menurunkan kepercayaannya terhadap pemerintahan
Soekarno.

Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab menurunnya kredibilitas


Soekarno dan membuatnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto
yang disebut Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Dalam Surat Perintah
tersebut Soekarno menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi
keamanan, ketenangan, dan stabilitas politik. Supersemar menjadi titik awal
berkembangnya kekuasaan Orde Baru.

C. Sistem Pemerintahan pada Masa Orde Baru

Pemerintahan orde baru menggunakan konsep Demokrasi Pancasila. Visi


utama pemerintahan orde baru adalah menerapkan nilai Pancasila dan UUD 1945,
secara murni serta konsekuen dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Di
masa orde lama, komunisme dan gagasan yang bertolak belakang dengan
Pancasila sempat meluas. Hal ini membuat Soeharto di masa jabatannya
melakukan indoktrinasi Pancasila. Beberapa metode indoktrinasi yang
dilakukannya yaitu:

 Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan


Pengamalan Pancasila) di sekolah
 Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi dengan syarat
menggunakan asas pancasila
 Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas
negara.

Sistem pemerintahan pada masa orde baru adalah presidensial dengan


bentuk pemerintahan Republik dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi yang
berlaku. Dalam periode masa orde baru, terjadi banyak perubahan-perubahan
politik dan ekonomi.

8
Ekonomi Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan praktik
korupsi yang merajalela. Lewat beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi
negara juga semakin kuat. Namun kondisi ini menurun ketika di tahun 1997 saat
terjadi krisis moneter.

Krisis inilah yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat


sehingga Soeharto sebagai presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998
yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru.

D. Penyebab Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju pesat dan


pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat, namun perkembangan
tersebut diikuti dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto


dan memicu aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin
gencar setelah pemerintah menaikkan harga BBM di tanggal 4 Mei 1998.

Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di


depan Universitas Trisakti yang semakin mendorong masyarakat menentang
kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan periode orde baru yang
menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.

Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan


disusul dengan berakhirnya rezim orde baru. Besarnya gelombang demonstrasi di
berbagai daerah, membuat Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Setelah
tiga dasawarsa lebih menjabat, orde baru ambruk akibat krisis ekonomi yang
melanda negeri sejak tahun 1997.

Tujuan dari reformasi birokrasi yaitu untuk menciptakan birokrasi


pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi,
bebas dan bersih KKN, mampu melayanipublik, netral, sejahtera, berdedikasi,
dan memegang teguh nilai-nilaidasar dan kode etik aparatur negara.

9
Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya
kepada masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sehingga bisa memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat
banyak. Di sisi lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi, karena
tidak saja hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga bertugas
dan berfungsi sebagai motor pembangunan dan aktivitas pemberdayaan.
Reformasi birokrasi dibutuhkan untuk menjamin terlaksananya reformasi
di bidang lain dalam suatu pemerintahan yang mengaplikasikan konsep
administrasi pembangunan. Oleh karena itu, tanpa mengabaikan reformasi di
bidang lain rekomendasi yang pertama harus dilakukan adalah reformasi birokrasi
yang meliputi kelembagaan dan ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan
pengawasan dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan. Reformasi kelembagaan dilakukan melalui perampingan struktur
organisasi birokrasi pemerintah di pusat dan daerah untuk menghindari tumpang
tindih pelaksanaan tugas dan fungsinya. Penyusunan organisasi yang didasarkan
pada analisis jabatan ini harus terus diupayakan. Oleh karena adanya tuntutan
yang mendesak dan harus dilakukan untuk mendorong proses percepatan
reformasi birokrasi, upaya-upaya khusus di bidang kelembagaan adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan redefenisi kelembagaan birokrasi termasuk melakukan
penataan kelembagaan sesuai dengan standard operating procedure atau
SOP.
2. Melakukan penerapan audit institusi.
3. Di bidang ketatalaksanaan perlu dipertimbangkan sistem rekrutmen
dan promosi pegawai sesuai dengan kecakapan dan kemampuannya dan
dapat diberhentikan jika bekerja secara buruk sebagaimana yang berlaku
di lingkungan swasta.

Selanjutnya, usaha untuk mendorong peningkatan kompetensi aparat


birokrasi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, sebagai wujud

10
profesionalisme dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, harus memerhatikan tiga
hal pokok di bawah ini :
1. Peningkatan kesejahteraan aparat birokrasi pemerintah.
2. Peningkatan etika dan moral birokrasi pemerintah.
3. Peningkatan profesionalisme birokrasi pemerintah. 

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, dapat


terwujud apabila semua lapisan masyarakat turut berperan serta dalam upaya
pemberharuan diberbagai bidang khususnya dalam bidang pelayanan (birokrasi)
pemerintah, karena birokrasi pemerintah merupakan proses interaksi / hubungan
antara pemerintah dan masyarakat serta langkah awal dalam mencapai kemajuan
suatu negara dalam berbagai bidang.
Dan yang terakhir, untuk mendorong perwujudan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari KKN dapat pula diupayakan kepada peningkatan
pengawasan terhadap aparatur negara. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui
audit internal maupun audit eksternal.

11
BAB III

PENUTUP

Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik korporatisme


Negara yang bertujuan untuk mendukung penetrasinya ke dalam masyarakat,
sekaligus dalam rangka mengontrol piblik secara penuh. Strategi politik birokrasi
tersebut merupakan strategi dalam mengatur system perwakilan kepentingan
melalui jaringan fungsional nonideologis, dimana sistem tersebut memberikan
berbagai lisensi pada kelompok fungsional dalam masyarakat, seperti monopoli
atau perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau antar
kelompok kepentingan dalam masyarakat yang memiliki konsekuensi terhadap
hilangnya pluralitas social,politik maupun budaya.

Pemerintahan orde baru menggunakan konsep Demokrasi Pancasila. Visi


utama pemerintahan orde baru adalah menerapkan nilai Pancasila dan UUD 1945,
secara murni serta konsekuen dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Di
masa orde lama, komunisme dan gagasan yang bertolak belakang dengan
Pancasila sempat meluas. Hal ini membuat Soeharto di masa jabatannya
melakukan indoktrinasi Pancasila. Beberapa metode indoktrinasi yang
dilakukannya yaitu:

 Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan


Pengamalan Pancasila) di sekolah
 Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi dengan syarat
menggunakan asas pancasila
 Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas
negara.

Sistem pemerintahan pada masa orde baru adalah presidensial dengan


bentuk pemerintahan Republik dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi yang
berlaku. Dalam periode masa orde baru, terjadi banyak perubahan-perubahan
politik dan ekonomi.

12
Ekonomi Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan praktik
korupsi yang merajalela. Lewat beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi
negara juga semakin kuat. Namun kondisi ini menurun ketika di tahun 1997 saat
terjadi krisis moneter.

Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya


kepada masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sehingga bisa memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat
banyak. Di sisi lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi, karena
tidak saja hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga bertugas
dan berfungsi sebagai motor pembangunan dan aktivitas pemberdayaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://blochafauros.blogspot.com/2012/08/contoh-makalah-reformasi-birokrasi-
dan.html

http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-reformasi-birokrasi-
di.html

https://www.google.co.id/search?
q=permasalahan+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&oq=permasa
lahan+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&aqs=chrome..69i57j35i
39j0l4.21806j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://pemerintah.net/hambatan-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/

Revitalisasi Administrasi negara reformasi birokrasi dan e-Governance. Editor


Falih Suaedi, Bintoro Wardiyanto.

14

Anda mungkin juga menyukai