DOSEN PENGAMPU:
Disusun Oleh:
4. Mira Astuti
5. Pinda Aprilia
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur sudah sepatutnya kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat dan Karunia-Nya hingga saat ini penulis maupun para pembaca masih dapat
menjadi bagian daripada makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Sistem Kelembagaan Pemerintah Daerah, Ibu Nyimas Dian Maisyarah, S.E, M.S, Ak. yang
sekaligus menjadi pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini
terdapat lebih dan kurang materi dan keabsahan sehingga kami berharap kepada para
pembaca yang budiman boleh berkenan untuk memberi kritik dan saran sebagai langkah
kami untuk koreksi di kemudian hari.
Sekian dari kami para penulis, kami mengucapkan Terimakasih dan selamat membaca.
Jaya literasi!
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..……………… 1
1.1. Lampiran………………………………………………….…………..…..…….… 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…… 3
iii
BAB III PENUTUP………………………………………………………….14
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………15
3.2. Saran……………………………………………………………………………….….15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini, dalam segala aspek yang berhubungan dengan pemerintahan, reformasi
birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk direalisasikan. Terlebih lagi,birokrasi
pemerintah Indonesia telah memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi
keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang berkepanjangan. Birokrasi
yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum era reformasi telah membangun budaya
birokrasi yang kental dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Agar Indonesia tidak semakin jatuh maka birokrasi Indonesia perlu melakukan reformasi
secara menyeluruh. Reformasi itu sesungguhnya harus dilihat dalam kerangka teoritik dan
empirik yang luas, mencakup didalamnya penguatan masyarakat sipil (civil society),
supremasi hukum, strategi pembangunan ekonomi dan pembangunan politik yang saling
terkait dan mempengaruhi. Dengan demikian, reformasi birokrasi juga merupakan bagian
tak terpisahkan dalam buruknya birokrasi saat ini dan menjadi sumbangsih tenaga untuk
Pembangunan Nasional.
Namun diatas segala isu diatas hal utama yang perlu dilakukan ketika masyarakat tidak
benar benar merasakan efek yang signig=fikan terhadap kehidupan dan kebutuhan mereka
maka oerlu dilakukan eveluasi layanan pemerintah terutama pemerintahan daerah. Arti yang
spesifik evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat suatu
kebijakan. ketika kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, karena itu hasil tersebut
memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran. Kebijakan atau program telah mencapai
tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti masalah masalah kebijakan dibuat jelas atau
diatasi
3. Apakah Evaluasi layanan publik memiliki efek yang berarti bagi masyarakat?
3. Untuk mengetahui ukuran efektivitas Evaluasi Layanan Publik terhadap masyarakat yang
dilakukan Pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya telah ada
dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun demikian
kecenderungan mengenai konsep dan praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang
berarti sejak seratus tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah
menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara
pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara modern memiliki luas
wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta
penduduk.
Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada yang
sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang termasuk didalamnya
masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini
perubahan masyarakat diarahkan pada development (Susanto, 180). Karl Mannheim
sebagaimana disitir oleh Susanto menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah
berkaitan dengan norma-normanya. Development adalah perkembangan yang tertuju pada
kemajuan keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya
juga dinikmati oleh masyarakat. Dilihat dari aspek perkembangan masyarakat tersebut maka
terjadilah keseimbangan antara tuntutan ekonomi, politik, sosial dan hukum, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, serta konsensus antara prinsip-prinsip dalam masyarakat
(Susanto: 185-186).
Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti presiden dalam suatu negara
atau menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan kementerian negara/lembaga
negara, sebagai motor penggerak utama. Reformasi birokrasi di Indonesia belum berjalan
dengan maksimal. Indikasinya adalah buruknya pelayanan publik dan masih maraknya
perkara korupsi.
Reformasi birokrasi merupakan salah satu cara untuk membangun kepercayaan rakyat.
Reformasi birokrasi adalah suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem yang
tujuannya mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang sudah
lama. Ruang lingkup reformasi birokrasi tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur,
tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku. Hal ini
berhubungan dengan permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan.
3
2.1.2 Tujuan Reformasi Birokrasi
4. Bebas KKN.
4
2.2.1. Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional yang dilakukan mengarah pada suatu tujuan. Tujuan ini terbagi
atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
1. Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta
meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
2. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata, material dan spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
6
Ke depannya, SPBE juga akan dimanfaatkan dalam transaksi elektronik pada setiap
aspek layanan, termasuk penggunaan big data pemerintah dan kecerdasan artifisial sebagai
bagian dari transformasi digital nasional. Nantinya, akan diwujudkan dalam Smart City
pada Ibu Kota Negara baru di tahun 2024.
Dalam meningkatkan pelayanan publik, Kementerian PANRB melakukan integrasi
pelayanan publik, transformasi pelayanan digital, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat.
Dalam integrasi penyelenggaraan pelayanan publik, Kementerian PANRB telah
menginisiasi Mal Pelayanan Publik (MPP) sebagai tempat bersatunya penyelenggaraan
pelayanan publik dan administrasi yang terpadu. Pada tahun ini, hingga Juni 2021, terdapat
10 MPP yang telah diresmikan. Sehingga total sudah terdapat 43 MPP yang beroperasi di
seluruh Indonesia. Direncanakan, sebanyak 23 MPP akan menyusul diresmikan hingga
akhir tahun.
Pengelolaan pengaduan pelayanan publik dilakukan melalui aplikasi berbagi pakai Sistem
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional-Layanan Aspirasi dan Pengaduan
Online Rakyat (SP4N-LAPOR!). Sistem ini juga untuk mendorong partisipasi dan
keterlibatan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan publik. Di tahun ini, aplikasi
LAPOR! telah terhubung dengan 657 instansi pemerintah, dengan rincian 34 kementerian,
100 lembaga, dan 523 pemerintah daerah.
Kementerian PANRB juga melakukan pengukuran kualitas pelayanan publik melalui
Indeks IPP. Pada tahun 2020 kemarin, terdapat peningkatan IPP dengan IPP Nasional
berada di angka 3,84 dengan capaian IPP Kementerian dan Lembaga sebesar 4 dan IPP
Pemerintah Daerah sebesar 3,65. Kedepannya, lokus IPP akan terus bertambah. Pada tahun
ini, UPP yang menjadi lokus evaluasi adalah Polri, Kejaksaan Negeri, Kantor Imigrasi,
Kantor Pajak Pratama, dan Kantor Pertanahan dari kementerian dan lembaga. Untuk
provinsi adalah DPMPTSP dan Samsat, sedangkan untuk kabupaten dan kota adalah
DPMPTSP dan Dukcapil sebagai lokus evaluasi.
Berbagai capaian yang telah dilakukan oleh Kementerian PANRB ini tentunya perlu
dukungan dan kolaborasi dari seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Dengan
demikian, birokrasi pemerintah dapat beradaptasi dengan penyesuaian sistem kerja yang
terhubung secara digital. Hal ini kemudian akan didukung pula dengan ASN sebagai SDM
berkualitas sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Memasuki fase ketiga atau fase terakhir dari peta perjalanan pelaksanaan reformasi
birokrasi di Indonesia, pemerintah masih menghadapi tantangan dalam upaya mencapai
birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy). Permasalahan tersebut antara lain
organisasi yang gemuk, peraturan yang tumpang tindih, sumber daya manusia yang tidak
kompeten, pelayanan publik yang masih buruk, serta tumpang tindih kewenangan masih
mewarnai perjalanan Reformasi Birokrasi (RB) sejak ditetapkannya Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional. Hal tersebut
disampaikan, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Administrasi Negara LAN, Widhi Novianto,
S.Sos, M.Si pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang Kajian Isu Aktual I :
Reformasi Birokrasi Berbasis Outcome.“
7
2.4. Perjanjian Kinerja OPD dengan Pemerintah Daerah
Adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih
tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen
penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun
bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan
tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup
outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk
meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur; 2. Menciptakan
tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; 3. Sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan sebagai dasar
pemberian penghargaan dan sanksi; 4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
a. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
2) Pimpinan Satuan Kinerja Pemerintah Daerah (SKPD) Perjanjian kinerja ditingkat SKPD
dan unit kerja mandiri Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota disusun oleh Pimpinan SKPD
kemudian ditandatangani oleh Gubernur/Bupati/ Walikota dan Pimpinan SKPD/unit kerja
8
2. Waktu penyusunan perjanjian kinerja
Perjanjian kinerja harus disusun setelah suatu instansi pemerintah telah menerima
dokumen pelaksanaan anggaran, paling lambat satu bulan setelah dokumen anggaran
disahkan.
Menyajikan Indikator Kinerja Utama yang menggambarkan hasil-hasil yang utama dan
kondisi yang seharusnya, tanpa mengesampingkan indikator lain yang relevan.
1. Untuk tingkat K/L/Pemda sasaran yang digunakan menggambarkan dampak dan outcome
yang dihasilkan serta menggunakan Indikator Kinerja Utama K/L/Pemda dan indikator
kinerja lain yang relevan.
2. Untuk tingkat Eselon I sasaran yang digunakan menggambarkan dampak pada bidangnya
dan outcome yang dihasilkan serta menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon I dan
indikator kinerja lain yang relevan.
3. Untuk tingkat Eselon II sasaran yang digunakan menggambarkan outcome dan output
pada bidangnya serta menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon II dan indikator kinerja
lain yang relevan.
Secara umum format Perjanjian Kinerja (PK) terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu Pernyataan
Perjanjian Kinerja dan Lampiran Perjanjian Kinerja. Selain itu harus juga diperhatikan
muatan yang disajikan dalam perjanjian kinerja tersebut.
b. Tanda tangan pihak yang berjanji/para pihak yang bersepakat. Contoh Formulir
Perjanjian Kinerja:
2) Unit Kerja/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Satuan Kerja terdapat pada anak lampiran
I/2-6.
9
2. Lampiran Perjanjian Kinerja
Lampiran Perjanjian Kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dokumen
perjanjian kinerja. Informasi yang disajikan dalam lampiran perjanjian kinerja disesuaikan
dengan tingkatnya, sebagaimana ilustrasi pada anak lampiran berikut: Contoh Formulir
Lampiran Perjanjian Kinerja:
4. Bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang dalam mencapai kinerjanya didukung oleh
dana dekonsentrasi dan dana dalam rangka tugas pembantuan, harus memberikan
keterangan (penjelasan) yang cukup mengenai proporsi alokasi dana-dana tersebut.
Perjanjian Kinerja dapat direvisi atau disesuaikan dalam hal terjadi kondisi sebagai berikut:
Perubahan dalam strategi yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran (perubahan
program, kegiatan dan alokasi anggaran);
Perubahan prioritas atau asumsi yang berakibat secara signifikan dalam proses pencapaian
tujuan dan sasaran.
10
2.5. Evaluasi Pelayanan Pemerintah Daerah
Artinya berhubungan dengan aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Arti evaluasi secara umum sama dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka
(ratting), dan penilaian (assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis
hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang spesifik evaluasi berkenaan
dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat suatu kebijakan. ketika kebijakan
pada kenyataannya mempunyai nilai, karena itu hasil tersebut memberi sumbangan pada
tujuan atau sasaran. Kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang bermakna,
yang berarti masalahmasalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi (Dunn, W. 2003 : 608).
11
Sebagai salah satu tolak ukur dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas
dan transparan serta memenuhi harapan masyarakat, Kementerian PAN-RB mengagendakan
penilaian terhadap instansi pemerintah pusat dan daerah, kementerian/lembaga yang
dinamakan Evaluasi Unit Pelayanan Publik (EUPP).
Berdasarkan Peraturan Menpan RB Nomor 17 tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Unit Pelayanan Publik, untuk menilai kinerja instansi terhadap pelayanan publik,
digunakan Indeks Pelayanan Publik berdasarkan pada aspek kebijakan pelayanan,
profesionalisme sumber daya manusia, sarana prasarana, SIPP, layanan konsultasi dan
pengaduan serta inovasi. Adapun penjelasannya adalah:
a. Kebijakan Pelayanan adalah visi, misi, komitmen, itikad dan perilaku organisasi yang
terlembagakan dalam bentuk aturan, mekanisme, atau proses yang dijalankan organisasi
sebagai upaya untuk mencapai kualitas pelayanan tertentu sesuai tujuan pemberian
pelayanan publik.
b. Profesionalisme Sumber Daya Manusia adalah standar kualifikasi, capaian kualitas dan
kinerja personel pemberi layanan publik yang dibangun institusi penyelenggara
pelayanan publik untuk memberikan pelayanan yang prima (terbaik).
c. Sarana Prasarana adalah sarana prasarana pendukung pemberian pelayanan publik baik
berupa fasilitas, tempat maupun perlengkapan tertentu yang menunjang pelayanan
publik yang diberikan.
d. Sistem Informasi Pelayanan Publik adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari
penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin,
tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara
manual ataupun elektronik.
e. Konsultasi adalah mekanisme interaktif antara pemberi layanan dan pengguna layanan
untuk menyelesaikan persoalan tertentu baik sebelum atau pada saat pelayanan
diberikan. Pengaduan adalah penyampaian keluhan yang disampaikan pengadu kepada
pengelola pengaduan pelayanan publik atas pelayanan pelaksana yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan, atau pengabaian kewajiban dan/atau pelanggaran larangan
oleh penyelenggara.
f. Inovasi pelayanan publik adalah terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan
gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
12
b. Partisipasi (participation) adalah tingkat keterlibatan (peran serta) masyarakat dalam
pembuatan kebijakan, perencanaan, implementasi serta monitoring (pengawasan) dan
evaluasi pelayanan publik. Termasuk peran serta penyusunan standar pelayanan dan
pemberian penghargaan.
c. Akuntabilitas (accountability) adalah kondisi dimana pejabat, lembaga dan organisasi
pelayan publik bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya serta responsif terhadap
publik.
d. Transparansi (transparency) adalah kondisi dimana keputusan yang diambil oleh
pejabat pelayan publik serta proses pelayanan terbuka kepada publik untuk memberi
masukan, memonitor dan mengevaluasi serta kondisi dimana informasi publik tersebut
tersedia maupun dapat diakses oleh publik. Dengan demikian publik sebagai pemanfaat
layanan, lebih memahami hak dan tanggungjawabnya.
e. Berdayaguna (useful) adalah kondisi dimana kebijakan dan program pelayanan publik
telah mengutamakan kepentingan umum, telah menggunakan sumber daya manusia,
keuangan dan waktu secara optimal dan ekonomis (efficiency), serta telah dicapai sesuai
dengan tujuan yang diharapkan (effectiveness).
f. Aksesibilitas (accessibility) merupakan kondisi dimana kebijakan dan program
pelayanan publik mudah, sederhana (tidak birokratis dan berbelit), murah, dan
terjangkau, oleh semua lapisan masyarakat baik dari sisi strata sosial ekonomi maupun
kewilayahan.
Berdasarkan aspek dan prinsip tersebut, suatu instansi yang akan mengikuti penilaian
EUPP tentunya harus mempersiapkan keenam aspek dan mempertimbangkan prinsip-
prinsip di atas.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Reformasi birokrasi adalah mengubah atau membuat sistem Pemerintahan menjadi lebih
baik daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah
kemajuan.
Sebagai salah satu tolak ukur dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas
dan transparan serta memenuhi harapan masyarakat, Kementerian PAN-RB
mengagendakan penilaian terhadap instansi pemerintah pusat dan daerah,
kementerian/lembaga yang dinamakan Evaluasi Unit Pelayanan Publik (EUPP).
14
3.2. Saran
2. Pemerintah Pusat melalui PAN-RB melakukan pengawasan dibantu oleh masing masing
Inspektorat di Pemerintahan Daerah
15
DAFTAR PUSTAKA
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI
BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA. (2014), PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN
KINERJA, PELAPORAN KINERJADAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH. Jakarta;
Jopang (2019). MAKNA DAN FUNGSI EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM RANAH
KEBIJAKAN PUBLIK: Jakarta;
Siti Rokhayah. (2020). Evaluasi Unit Pelayanan Publik (EUPP) Sebagai Strategi Dalam
Memberikan Pelayanan Prima; Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
iv