Anda di halaman 1dari 33

DINAMIKA PROSES MUTASI JABATAN PADA

PEMERINTAHAN KABUPATEN PIDIE PERIODE 2017-2022

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan


guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ICHWAN

NIM : 1710103010047

PRODI : ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSALAM

BANDA ACEH

2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
2.1 Latar Belakang Masalah............................................................................2
2.2 Fokus penelitian........................................................................................7
2.3 Rumusan Masalah.....................................................................................7
2.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................7
2.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................8
BAB II......................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................9
2.2 Perspektif Teoritis...................................................................................14
2.2.1 Teori Birokrasi Politik.....................................................................14
2.2.2 konsep Merit Sistem.........................................................................16
2.2 Kerangka Berpikir...................................................................................19
BAB III..................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................20
3.1 Objek Penelitian......................................................................................20
3.2 Jenis Penelitian........................................................................................20
3.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................20
3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................21
3.5 Informan Penelitian.................................................................................23
3.4.1 Tabel Informan.................................................................................24
3.6 Teknik Analisis Data...............................................................................24
3.7 Jadwal Penelitian.....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mutasi adalah kegiatan memindahkan tenaga kerja dari satu tempat tenaga

kerja ke tempat kerja lain. Akan tetapi mutasi tidak selamanya sama dengan

pemindahan. Mutasi meliputi kegiatan memindahkan tenaga kerja, pengoperan

tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan, dan sejenisnya. Adapun

pemindahan hanya terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari satu tempat ke

tempat lainnya.

Tujuan dari reformasi birokrasi yang pada hakikatnya merupakan upaya

untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan

(organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur sipil negara.

Berbagai permasalahan atau hambatan yang mengakibatkan sistem

penyelenggaraan pemerintahan diperkirakan tidak berjalan sesuai dengan tugas

yang diberikan, maka karena itu perlu adanya pembaharuan terhadap aparatur sipil

negara yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi

politik serta bersih dari pratik korupsi serta dapat menyelenggarakan pelayanan

publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan perannya sabagai aparatur sipil

negara.

Di Indonesia sendiri jika di bahas tentang birokrasi sering kali di artikan

sebagai officialdom atau kerajaan pejabat. Di mana suatu kerajaan yang raja-

rajanya adalah para pejabat dari suatu bentuk organisasi yang di golongkan

modern. Di dalamnya terdapat tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai wilayah

atau tempat berlakunya sebuah undang-undang berdasarkan hukum yang jelas dan

1
2

pasti. Di dalam suatu wilayah terdapat seseorang yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab resmi yang memperjelaskan batas-batas dan kewenangannya.

Pejabat pemerintah adalah orang yang menduduki jabatan tertentu dalam bidang

birokrasi pemrintah, kekuasaan dalam suatu pemerintahan sangat menentukan

jalannya sistem birokrasi dengan baik, karena pejabat birokrasi pemerintah sentral

dari penyelesaian urusan masyarakat. Dalam birokrasi menjelaskan bahwa suatu

birokrasi mempunyai suatu bentuk yang pasti di mana semua fungsi di jalankan

dalam cara-cara yang rasional [CITATION Mif14 \p 6-7 \l 1057 ].

Birokrasi yang di lakukan pemerintah terhadap mutasi jabatan sangat

terpengaruh jalannya suatu pemerintahan. Mutasi itu sendiri menurut [CITATION

Hal94 \l 1057 ] yaitu suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang

dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal di dalam satu organisai. Pada

dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan, karena

tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam perusahaan

(pemerintahan) tersebut jadi dapat disimpulkan bahwa mutasi diartikan dengan

perubahan atau pemindahan kerja/jabatan lain dengan harapan untuk memperbaiki

kinerja dan pelayanan bagi masyarakat.

Disisi lain mutasi juga dapat meningkatkan semangat bekerja dikalangan

pegawai, sehingga mutasi juga dapat memberikan kesempatan yang sama kepada

setiap pegawai dalam meningkatkan prestasi kerjanya. Mutasi yang dialami

seorang pegawai yang sudah lama menduduki jabatan di departemen tertentu

mempunyai prestasi kerja yang sangat baik, namun banyak diantaranya

dimutasikan kebagian yang tidak sesuai dengan kemampuan keterampilan yang

dimiliki, hal ini ditujukan agar dapat meningkatkan semangat kerja dari pegawai
3

itu sendiri, Dengan adanya sistem mutasi yang tepat, pegawai dapat memperoleh

pengalaman dan pengetahuan yang menyeluruh tentang organisasinya sehingga

akan berdampak terhadap kinerja masing-masing pegawai yang terdampak mutasi.

Hal tersebut bukannya tanpa alasan, sebab setiap individu memiliki

pengalaman, bakat, dan minat yang berbeda. Agar individu tersebut dapat

diperdayakan secara optimal, maka harus ditempatkan pada tempat yang tepat.

Seorang aparatur yang tidak didukung kemampuan, kompetensi, pendidikan,

keterampilan dan pengalaman kemudian dipaksakan diangkat atau ditempatkan

pada jabatan tertentu, maka hal tersebut hanya akan menciderai dan merusak

tatanan birokrasi, menganggu fungsi-fungsi organisasi dan akan memunculkan

perilaku yang tidak profesional dan hanya akan menjadi beban birokrasi [CITATION

Nur17 \p 18 \l 1057 ].

Dalam sistem birokrasi pentingnya dilakukan lelang jabatan dalam hal

mutasi. Tujuanya yaitu melakukan pengangkatan baik dalam hal pegawai jabatan

struktural dengan pendekatan potensi, kompetensi dan kinerja, untuk menjawab

stigma tentang pengangkatan pejabat struktural yang selama ini dianggap

prosesnya tidak jelas dan tertutup. Banyak kepentingan yang mempengaruhi dan

cenderung subjektif dalam menentukan calon pejabat serta tidak memberikan

kesempatan yang sama pada semua orang. Proses lelang jabatan atau job tender

yang dalam istilah rekrutmen internal sering juga disebut sebagai Job Posting

Program justru mengedepankan fairness principle, dan sekaligus menjadi dasar

pengembangan karier PNS yang objektif, transparan dan dapat dipertanggung

jawabkan berdasarkan prinsip “The Right Man on The Right Place”. Jika hal ini

dikelola dengan baik, akan memberikan dampak positif kepada organisasi


4

birokrasi secara keseluruhan, karena moral dan motivasi pegawai akan meningkat

dengan semangat kompetisi yang fair.[CITATION DrL19 \p 9 \l 1057 ]

Bupati memiliki hak dan wewenang karena pimimpin tertinggi di setiap

Kabupaten sehingga dapat berpengaruh dalam masalah mutasi, pemberhentian,

dan kenaikan pangkat sehingga seakan akan di dasarkan pada keinginan Bupati.

Adapun dalam suatu pemerintahan lazimnya sebuah sistem birokrasi pada suatu

daerah, dalam hal ini mutasi jabatan sering terjadi di Kabupaten Pidie, pada masa

pemerintahan Roni Ahmad dan Fadhlul TM Daud selaku Bupati Dan Wakil

Bupati Kabupaten Pidie periode 2017-2022. Mutasi jabatan ini seharusnya

betujuan untuk memperbaiki pelayanan publik, namun pada penerapannya mutasi

jabatan tidak sesuai dengan harapan dari banyak orang dimana hal ini terlihat

banyaknya kontroversi yang terjadi pada Mutasi jabatan di lingkungan

pemerintahan Kabupaten pidie [CITATION Muh19 \l 1057 ].

Ada beberapa Masalah yang terlihat dari buruknya sistem Birokrasi

pemerintahan Kabupaten Pidie dibawah kepemimpinan Bupati Roni Ahmad,

mulai dari masalah jual beli jabatan, tidak adanya uji kelayakan (Fit And

ProperTest), penempatan Jabatan yang tidak sesuai dengan kapabilitasnya, serta

adanya kekosongan Jabatan pada beberapa instansi pasca mutasi hal ini juga

menjadi sorotan oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat terhadap

kepemimpinan Bupati Pidie Bapak Roni Ahmad [CITATION Ser18 \l 1057 ].

Hal ini di khawatirkan dapat menyebabkan rendahnya kinerja pemerintah

dalam berbagai hal, di karenakan Bupati tidak melakukan secara terbuka dan

kopetitif dalam hal kompetisi, kualifikasi, kepangkatan, disiplin ilmu, rekam jejak

jabatan, dan integritas pejabat yang akan di mutasi tersebut. Terdapat 16 penjabat
5

yang di lakukan mutasi oleh bupati Roni Ahmad sehingga terdapat 5 SKPK (Surat

Kerja Perangkat Kabupaten) terjadi kekosongan jabatan. Dari Asisten Adminitrasi

Umum Setdakab Pidie, Dinas Kesehatan Pidie, Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Pidie, Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Pidie dan Kepala Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Pidie [CITATION Idr18 \l 1057 ].

Semenjak memimpin pemerintahan Pidie Bupati Roni Ahmad sudah

beberapa kali berotasi atau melakukan mutasi baik di kalangan pejabat eselon II,

dan III bahkan dapat di katakan Pemerintahan Pidie merupakan daerah yang

paling sering melakukan mutasi jabatan bagi kalangan PNS (Pegawai Negeri

Sipil) dibandingkan daerah lainnya, hal ini seharusnya berdampak positif bagi

birokrasi Kabupaten Pidie, namun sebaliknya mutasi jabatan ini cenderung terlihat

kejanggalan dari rotasi jabatan yang janggal, adanya pejabat yang dilantik tanpa

melalui Fit And ProperTest serta adanya pejabat dengan golongan yang

seharusnya dapat menjadi kepala dinas malah dinonjobkan, sehingga banyak

kalangan tokoh masyarakat menilai ada usaha untuk memuluskan kepentingan

pihak-pihak tertentu [CITATION Idr18 \l 1057 ].

Dengan adanya Rotasi yang dilakukan oleh Bupai Roni Ahmad ini juga

atas dasar TIM atau satuan tugas yang di bentuk untuk melihat pergerakan dari

Kinerja Pejabat Eselon II dan Eselon III yaitu bernama TIM BAPERJAKAT

(Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan ) Namun TIM ini dilaksanakan

jika diatas persetjuan Bupati saja. (Wawancara dengan Tarmizi Pegawai BKSDM

Kabupaten Pidie).
6

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri sipil

untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar,

etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan

nepotisme. Hal ini di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020

tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil pasal 81 ayat 1 di sebutkan

Pengangkatan dalam jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional

keterampilan melalui promosi, pada poin (a) mengikuti dan lulus uji Kompetensi

Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar

kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina, dan (b) nilai prestasi kerja

paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Dan pasal 132 ayat 1

juga menjelaskan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi melalui mutasi dari satu

Jabatan Pimpinan Tinggi ke Jabatan Pimpinan Tinggi yang lain dapat dilakukan

melalui uji kompetensi di antara pejabat pimpinan tinggi dalam satu instansi, ayat

2 menjelaskan Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

syarat: (a) sesuai standar kompetensi Jabatan, dan (b) telah menduduki Jabatan

paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.

Maka kerena itu penulis dalam hal ini berasumsi bahwa ada beberapa

kejanggalan yang terjadi pada proses mutasi jabatan pada lingkup pemerintahan

Kabupaten Pidie di bawah kepemimpinan Bupati Roni Ahmad dan Wakil Bupati

Fadhlullah TM Daud,ST.

Di mana kejanggalan ini terlihat dari beberapa kali mutasi yang telah di

lakukan seperti tidak adanya proses uji kelayakan dan penempatan posisi

beberapa pejabat eselon II dan III yang cenderung terlihat kontrolfersial yang

bersifat menimbulkan perdebatan, pertentanagan, atau persengketaan yang


7

berkepanjangan dalam suatu masyarakat. Adapun kesimpulan awal penulis

dapatkan pada proses borokrasi di lingkungan pemerintahan Kabupten Pidie

dalam hal ini yaitu dalam proses mutasi jabatan, pemerintah cenderung tidak

terbuka dalam proses pergantian jabatan antar pejabat lainnya, serta adanya unsur

kepentingan kepala daerah dan orang-orang tertentu. Hal ini terlihat dari adanya

tahapan-tahapan yang tidak di lalui pada proses mutasi jabtan seperti tidak adanya

proses Fit And ProperTest atau uji kelayakan dimana uji kelayakan merupakan

unsur terpenting pada proses penyeleksian jabatan.

Berdasarkan data dan permasalahan penulis dapati maka karena itu penulis

tertarik untuk melakukan suatu penelitian pada masalah dengan judul “Dinamika

Proses Mutasi Jabatan Pada Pemerintahan Kabupaten Pidie Periode 2017 –

2022”.

1.2 Fokus penelitian

Adapun penelitian ini berfokus pada:

1. Proses mutasi jabatan terhadap pejabat eselon II dan III di era Bupati Roni

Ahmad pada Kabupaten Pidie.

2. Peran dan kewenangan dari Bupati Roni Ahmad dalam proses mekanisme

mutasi jabatan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses mutasi jabatan terhadap pejabat eselon II dan III di era

Bupati Roni Ahmad pada Kabupaten Pidie ?

2. Apa peran dan wewenang Bupati Roni Ahmad dalam proses mekanisme

mutasi jabatan ?
8

1.4 Tujuan Penelitian

Terkait tujuan penelitian ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui proses mutasi jabatan terhadap pejabat eselon II dan III

di era Bupati Roni Ahmad pada Kabupaten Pidie.

2. Untuk mengetahui peran dan wewenang Bupati Roni Ahmad dalam proses

mekanisme mutasi jabatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari manfaat Penelitian ini memiliki dua pemahaman yaitu : Manfaat lterdiri

l dari lmanfaat lsecara lteoritis ldan lmanfaat lsecara lpraktis lsebagai lberikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Menjadi lbahan ldari lilmu lpengetahuan lpolitik mengetahui adanya Mutasi

jabatan Pada Pemerintahan Bupati Roni Ahmad Di Kabupaten Pidie.

2. lMenjadi lReferensi lacuan ldari lpenulis lterhadap lpeneliti-peneliti lyang lingin

l meneliti lbagian ldari ladanya Mutasi jabatan Pada Pemerintahan Bupati Roni

Ahmad Di Kabupaten Pidie.

3. lMenjadi lreferensi lpenting lbagi lCivitas lakademika lFakultas lIlmu lSosial ldan lIlmu

l Politik lUniversitas lSyiah lKuala ldan lsebagai lreferensi lbagi lpeneliti lselanjutnya. l

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi lmasukan lkepada Pemerintahan Kabupaten Pidie lagar llebih lberperan

l dalam lmenjalankan lfungsi lterkait Mutasi jabatan yang dilakukan oleh Bupati

Roni Ahmad. l

2. Menjadi lbahan lpertimbangan, lsumber linformasi ldan levaluasi lbagi Pemerintah

Kabupaten Pidie terkait Mutasi Jabatan


9

3. Dapat lmemberikan linformasi lkepada lmasyarakat lterkait Mutasi jabatan yang

dilakukan oleh Bupati Roni Ahmad.


10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar dari penelitian ini, peneliti memiliki tiga penelitian

terdahulu untuk menjadi landasan acuan yang relevan bagi si penulis, dan tujuan

nya dari acuan dan dapat memperkuat si penulis di dalam meneliti hal tersebut.

Maka dari itu terdapat beberapa penelitian diantaranya :

Pertama penelitian dilakukan oleh Khalisni Mahasiswa Magister

Manajemen dan Kebijakan Publik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gajah Mada pada tahun 2018 yang berjudul Polemik Kebijakan

Mutasi Jabatan di lingkungan Pemerintah Aceh. Dalam penelitian ini mengkaji

polemik mutasi jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh, dari ini jabatan

yang dinilai melanggar UU Pilkada Nomor 10 Tahun 2016 pada pasal 71 ayat 2

yang menjelaskan sebagaimana Kinerja oleh Pegawai Negeri Sipil atas

pencapaian yang telah dilaksanakan sampai menjadi pelanggaran. Maka dari itu

terjadi Mutasi jabatan yang dinilai bukan hanya melihat Peningkatan kinerja akan

tetapi juga menjadi bagian dari adanya Kompetensi.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana kinerja dari ASN

yang berada diruang Lingkup Aceh pada masa Gubernur Zaini Abdullah dan juga

melihat Hubungan mutasi jabatan yang dianggap melemah dikarenakan peraturan

yang telah dilanggar oleh Pemerintah Aceh. Di dalam penelitian Khalisni sebagai

Mahasiswa menghasilkan dampaknya dari Mutasi jabatan yang dilanggar oleh

Pemerintahan aceh pada masa Zaini Abdullah dan kerangka yang bukan berdasar

peningkatan aparatur sipil negara (ASN).

Persamaan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu sama-sama

meneliti tentang Mutasi Jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap


11

Aparatur Sipil Negara (ASN). Akan tetapi penulis memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu adanya perbedaan polemik mutasi jabatan yang

dilakukan oleh Pemerintah Aceh pada masa Zaini Abdullah sedangkan penelitian

penulis menarik untuk diteliti yaitu terkait Tentang Mutasi jabatan di masa Bupati

Roni Ahmad yang dapat menganggu kegiatan Dinas dikarenakan mutasi itu

membuat kekosongan pada Dinas yang ada di Kabupaten Pidie.

Kedua,Penelitian dilakukan oleh Fika Mufaiza mahasiswi Fakultas

Manajemen dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun

2017 Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Yogyakarta. Dalam penelitian ini

membahas tentang Pengaruh secara positif adanya mutasi dan signifikan dari

adanya Kinerja Dari Pegawai Balai Pelatihan Dan Keuangan.

Tujuan dari penelitian ingin mengetahui mutasi di dalam Kinerja pegawai

yang di dalam mengaitkan Pandangan islam di dalam mutasi kerja yang

berdampak positif. Sedangkan hasil dari penelitian ini mengatakan bahwasannya

Tidak signifikan dan tidak mempunyai dampak positif bagi pemerintah di dalam

kinerja pegawai Balai Pelatihan dan Keuangan serta rotasi tersebut juga

berdampak negatif.

Persamaan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu sama-sama

meneliti tentang Mutasi Jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap

Aparatur Sipil Negara (ASN). Akan tetapi penulis memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu adanya pandangan islam terkait mutasi kerja yang

tidak signifikan bagi pemerintah dalam kinerja pegawai Balai Pelatihan dan

Keuangan sedangkan penelitian penulis menarik untuk diteliti yaitu terkait

Tentang Mutasi jabatan di masa Bupati Roni Ahmad yang dapat menganggu
12

kegiatan Dinas dikarenakan mutasi itu membuat kekosongan pada Dinas yang ada

di Kabupaten Pidie.

Ketiga, Penelitian dilakukan oleh Yedija Theresia.S mahasiswi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Medan Area Tahun 2019 Dengan judul penelitian

Pengaruh Mutasi dan Promosi Jabatan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada

PT.Telkom Divisi Regional Medan).

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Yedija Theresia Melakukan

Mutasi dalam sistem merit atau prestasi yang dilakukan oleh PT.Telkom yang

diantaranya menganalisis dan promosi yang dilakukan di dalam pemutusan

Mutasi jabatan terhadap kinerja yang dilakukan oleh Karyawan dengan signifikan

terhadap nilai pengaruh.

Persamaan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu sama-sama

meneliti tentang Mutasi Jabatan yang dilakukan oleh sebuah instansi yang

berkaitan dengan kinerja pekerja. Akan tetapi penulis memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu adanya sistem merit atau prestasi yang dilakukan oleh

PT.Telkom yang diantaranya menganalisis dan promosi dari kinerja tersebut.

Sedangkan penelitian penulis menarik untuk diteliti yaitu terkait Tentang Mutasi

jabatan di masa Bupati Roni Ahmad yang dapat menganggu kegiatan Dinas

dikarenakan mutasi itu membuat kekosongan pada Dinas yang ada di Kabupaten

Pidie.
13

NO JUDUL TEORI METODE PENELITI PERSAMAAN/PERBEDAAN SUMBER


PENELITIAN
1 Polemik Kelembagaan Kualitatif Khalisni Persamaan Penelitian: Tesis, UGM,2018.
Kebijakan Sama-sam meneliti tentang
Mutasi mutasi jabatan
Jabatan di Perbedaan Penelitian:
lingkungan Untuk mengetahui bagaimana
Pemerintah kinerja dari ASN yang berada
Aceh diruang Lingkup Aceh,
sedangkan penulis melihat
bagaimana dinamika mutasi
yang di lakukan oleh
Pemerintahan Kabupaten Pidie
sehingga dapat menganggu
kegitan dinas di karenakan
mutasi.
2 Pengaruh Mutasi Kualitatif Fika Persamaan penelitian: Skripsi, UIN Sunan
secara positif Mufaizah Meneliti tentang Mutasi yang Kalijaga, 2017
adanya dilakukan oleh Pemerintah
mutasi dan Perbedaan penelitian:
signifikan Melihat pandangan islam terkait
dari adanya mutasi kerja yang tidak
Kinerja dari signifikan bagi pemerintah
pegawai balai terhadap mutasi, sedangkan
pelatihan dan peulis melihat pengaruh
keuangan. terjadinya mutasi jabatan yang
dapat menganggu kegiatan
Dinas dikarenakan mutasi.
14

3 Pengaruh Merit System Kuantitatif Yedija Persamaan penelitian: Skripsi, Universitas


Mutasi dan Theresia Meneliti tentang Mutasi dari Medan Area, 2019.
Promosi adanya Kinerja yang dilakukan
Jabatan oleh instansi.
Terhadap Perbedaan penelitian:
Kinerja Penelitia terkait pengaruh mutasi
Karyawan dan promosi kinerja, sedangkan
(Studi pada penulis melihat dinamika mutasi
PT.Telkom jabatan yang dilakuka oleh
Divisi Pemerintah Kabupaten Pidie
Regional dalam memutuskan Jabatan.
Medan).
15

1.2 Perspektif Teoritis

Penelitian ini disusun berdasarkan teori dari berbagai sumber yang relevan

dengan tema yang dibangun, yaitu: “Dinamika Proses Mutasi Jabatan Pada

Pemerintahan Kabupaten Pidie Periode 2017-2022”. Teori ini guna sebagai alat

yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis dan memahami persoalan yang

diteliti, maka dari itu teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini ialah.

2.2.1 Teori Birokrasi Politik

Birokrasi adalah politically dan culturally bounded. Hal ini menyiratkan

bahwa kebijakan reformasi birokrasi harus bersifat menyeluruh, termasuk

memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang cenderung berinteraksi dengan

program reformasi birokrasi[CITATION Agu11 \p 2 \l 1057 ]

Dengan ini bagian dari adanya sistem atas dasar kenegaraan yang

mengatur dari pengendaliaan oleh pemerintah. Dengan adanya birokrasi ini

bersifat rasional secara legal untuk mengaktualisasi terhadap apa yang diberikan

oleh perilaku birokrasi tersebut, dengan perilaku ini diperlukan interaksi yang

terdapat di dalam karakteristik individu dan apa yang membuat birokrasi ini

berkembang.

Birokrasi politik merupakan organisasi yang memiliki tipe dalam

mencapai tugas adminitratif dengan cara mengkoordinasi secara teratur dan

sistematis dari banyaknya pekerjaan dalam lingkup organisasi. Birokrasi itu

sendiri menurut Max Weber adalah birokrasi dalam sistem kekuasaan, di mana

pemimpin (superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat).

Dalam sistem birokrasi menekankan dalam aspek disiplin oleh karena itu Weber

juga memasukan birokrasi sebagai sitem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk
16

pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapapun juga. Rasional artinya

dapat dipahami, dipelajari, dan jelas [CITATION Yus17 \p 18-19 \l 1057 ].

Posisi birokrasi ini didukung oleh unsur-unsur yang merupakan sumber-

sumber kekuasaannya, yaitu: kerahasiaan, monopoli informasi, keahlian teknis

dan status sosial yang tinggi. Menurut Weber, unsur-unsur ini diperlukan demi

efektivitas fungsi koordinasi itu. Menurut pandangan pengkritiknya, unsur-unsur

itulah yang justru mendasari fungsi pengendalian atas masyarakat. Sejarah

perkembangan birokrasi di berbagai negara di dunia menunjukkan bahwa ia

diciptakan lebih untuk menanggapi kebutuhan akan pengendalian. Ia bukan

muncul semata-mata sebagai akibat dari kompleksitas fungsional masyarakat

modern. [CITATION DRM081 \p 71-72 \l 1057 ].

Ilmuwan lain dari Max Weber, melihat bahwa birokrasi atau aparat

pemerintah merupakan unsur paling penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

organisasi pemerintahan. Organisasi pemerintah merupakan suatu alat untuk

mencapai tujuan tertentu dalam suatu negara. Oleh karena itu perhatian Weber

tertuju pada struktur yang diatur secara normatif dan memiliki mekanisme untuk

mempertahankan struktur tersebut. Selanjutnya, dalam pandangan Weber,

birokrasi ini bisa terjadi baik di organisasi pemerintah maupun organisasi non-

pemerintah. Di suatu pemerintahan birokrasi bisa terjadi. Demikian pula, di suatu

organisasi yang besar birokrasi akan terjadi. Maka dari itu birokrasi merupakan

suatu sistem untuk mengatur organisasi yang besar agar diperoleh pengelolaan

yang efisien, rasional, dan efektif dalam suatu pemerintahan[CITATION Mif08 \p

93 \l 1057 ].
17

Birokrasi itu sendiri di bentuk dengan organisasi-organisasi dengan ciri-

ciri yang kusus, di mana pemikiran Weber tentang birokrasi, diawali dengan

pemahaman Weber tentang sifat-sifat manusia dan pengaruhnya bagi kehidupan

manusia itu sendiri. Pemikiran pertama Weber dikenal dengan “Social Action”.

Social action menyatakan bahwa semua aktifitas manusia digerakkan oleh

maksud-maksud tertentu, oleh karena itu maksud dan motivasi di belakang

aktifitas itu harus dimengerti. Seperti aktifitas yang dilakukan manusia bisa

dikelompokkan ke dalam beberapa hal: (1) Tipe Afektif (affective) yaitu aktifitas

manusia yang dimotivasi karena luapan emosi, amarah dan sedih. (2) Tipe

Traditional Action yaitu aktifitas manusia berdasarkan pada kebiasaan yang telah

mapan/mendarah daging. (3) Tipe Value Rational Action yaitu aktifitas manusia

berdasar pada tata nilai yang jelas dan orientasi pada tujuan yang diyakini dapat

tercapai. (4) Tipe Instrumental Rational Action yaitu kesadaran oleh keinginan

untuk mencapai tujuan dengan alat/cara yang terukur. Sehingga jelaslah bahwa

menurut Weber setiap aktifitas manusia pasti dilatar belakangi oleh sebuah

motivasi dan motivasi itu bersifat rasional. Semua pemikiran Weber tentang

motivasi kenapa manusia beraktifitas tersebut di atas dikenal dengan Process Of

Rationalization [CITATION Rin12 \p 33-34 \l 1057 ].

Reformasi birokrasi adalah reformasi pelayanan publik itu sendiri. Ada

permasalahan menahun dalam birokrasi pemerintahan di Indonesia yang terus

dibahas tetapi minus penerapan konkretnya, yakni strukturnya yang begitu gemuk

tetapi irit menjalankan fungsi. Struktur birokrasi yang gemuk dinilai menyulitkan

birokrasi dalam bergerak dan berubah sesuai tuntutan lingkungannya. Banyak

tugas di lingkup kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah yang seharusnya


18

dikerjakan satu orang, namun kenyataan justru dilakukan lebih dari yang

seharusnya. Hal ini kemudian berimbas pada rendahnya kinerja serta kualitas

pelayanan publik yang dihasilkan. Perampingan struktur birokrasi dimaksudkan

untuk melebur bagian-bagian dalam birokrasi yang memiliki fungsi yang hampir

sama. Semuanya ditujukan untuk menciptakan birokrasi dengan banyak fungsi,

namun dengan struktur yang sederhana. Untuk melakukan perampingan struktur

birokrasi, perlu diperhatikan satu aspek penting yaitu pemahaman dan penaksiran

(assessment) terhadap kondisi lingkungan dan sifat alamiah dari organisasi

birokrasi terkait. Pemahaman terhadap kondisi dan sifat organisasi terkait dapat

membantu proses restrukturisasi birokrasi untuk mendapatkan bangunan struktur

yang terbaik, bahkan mendukung upaya pengembangan organisasinya kemudian

(Holidin, 2013, hal. 12).

Penataan kembali struktur organisasi dilakukan melalui tahap-tahap,

meliputi: (1) Mempersiapkan Rasionalisasi (2) Melakukan Penilaian (3) Lakukan

Restrukturisasi Langsung.

Selama birokrasi kementerian/lembaga masih mengandalkan penguasaan

pekerjaan pada ranah pengetahuan dan keahlian orang per orang tanpa keterkaitan

fungsi kerja satu sama lain, berbagai perubahan struktural yang disebutkan tadi

akan memicu disfungsi sistem kerja di dalam kementerian/ lembaga. Tidak

selamanya pewarisan pengetahuan mengenai seluk-beluk pekerjaan rutin yang

sebelumnya biasa dikerjakan (Holidin, 2013, hal. 13).

Birokrasi menjadi lambat karena struktur yang gemuk dengan banyak

lapisan hierarki kewenangan. Proses kerja birokrasi juga rumit karena pemegang

otoritas pemberian izin berada ditangan kementerian/lembaga yang terpisahpisah.


19

Tidak bisa tidak, hierarki wewenang dalam mengambil keputusan dan

menjalankannya harus dipangkas (Holidin, 2013, hal. 14).

2.2.2 Konsep Merit Sistem

Konsep Merit Sistem yaitu mengubah manajemen ASN dengan

berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Selain itu sistem ini juga

akan melakukan penilaian secara adil dan wajar, tanpa membedakan latar

belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status

pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. Sistem merit memiliki dua

konsekuensi, yakni semua jabatan harus memiliki standar kompetensi dan seluruh

pejabat harus memahami tugas dan target kerjanya. Dengan adanya sistem merit

proses penyeleksian akan terselenggara dengan baik dan terjamin karena

penjaringan sumberdaya aparatur dapat dilihat dari kompetensi para pengisi

jabatan dan kualitas kinerja pegawai. Hal ini sebagai langkah solutif untuk

mewujudkan reformasi birokrasi yang sekarang mendapat respon negatif dari

masyarakat dalam perihal pelayanan. Namun dalam proses pelaksanaan lelang

jabatan ini masih banyaknya permasalahan dan patologi-patologi birokrasi dalam

penerapannya sehingga reformasi birokrasi yang seharusnya memperbaiki sistem

pelayanan publik yang berdasarkan prinsip melayani menjadi suatu ciri yang

negatif[CITATION Osv19 \p 4-5 \l 1057 ].

Implikasi dari konsep sistem merit adalah bahwa seseorang yang memiliki

kinerja yang baik, maka akan memperoleh imbalan yang lebih tinggi begitu pula

sebaliknya. Artinya, semakin tinggi kinerja yang diraih karyawan maka akan

semakin tinggi pula kenaikan imbalannya. Perencanaan pembayaran dengan

sistem merit merupakan prosedur untuk membedakan gaji yang didasarkan kinerja
20

yaitu sistem kompensasi yang didasarkan gaji individual atau gaji yang diukur

melebihi periode tertentu. Pembayaran yang didasarkan prestasi atau kinerja

merupakan bagian dari sistem pembayaran reguler maka para pekerja harus

dievaluasi secara reguler kinerjanya.

Penilaian kinerja karyawan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan

manajemen agar pembayaran dengan sistem merit dapat diterapkan dengan baik,

sebab asumsi umum dalam bisnis bahwa pembayaran dengan sistem merit

merupakan pembayaran imbalan kepada karyawan yang memiliki kinerja tinggi

serta pemberian insentif untuk kelanjutan kinerja yang baik. Untuk mengetahui

kinerja karyawan tersebut tinggi atau rendah diperlukan penilaian yang baik dari

pihak manajemen. Pembayaran dengan sistem merit akan efektif bilamana sistem

penilaiannya baik. Salah satu kunci bekerjanya pembayaran dengan sistem merit

bergantung pada seberapa baik sistem penilaian kinerja dalam organisasi tersebut.

Menurut [CITATION Rin15 \p 2 \l 1057 ] sistem merit merupakan sistem

penggajian yang rasional dan berorientasi pada penciptaan adanya rasa keadilan,

sehingga penghasilan yang diberikan pada karyawan akan dikaitkan dengan

kinerja karyawan tersebut secara individu. Dengan demikian, karyawan yang

bekerja lebih baik akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan

karyawan lainnya yang kinerjanya kurang baik.

Tujuan penerapan sistem ini adalah untuk menciptakan lingkungan kerja

yang adil, kompetitif, seimbang dengan lingkungan, guna meningkatkan

produktivitas kerja karyawan serta akan merefleksi pada peningkatan kinerja

perusahaan. Dengan demikian, kompensasi yang diberikan kepada karyawan akan

dihitung berdasarkan dari hasil penilaian kinerja setiap karyawan. Hasil penilaian
21

kinerja tersebut akan mencerminkan penghargaan atau penalti atas kinerja

karyawan yang bersangkutan.

Dalam penerapan merit sistem yang terpenting adalah dalam bagian

penilaian karya pegawai dengan tujuan untuk mengahsilkan nilai prestasi pegawai

sumber daya manusia yang optimal, sehingga prestasi pekerja dapat di dorong

dalam memotivasi dengan tujuan yang telah di tetapkan. Motivasi dapat diartikan

sebagai suatu stimulan yang dapat menggerakkan seseorang untuk bekerja lebih

baik dan berprestasi. Motivasi juga merupakan dorongan yang timbul pada diri

seseorang yang dapat menggerakannya untuk melakukan sesuatu dengan lebih

baik dan maksimal[CITATION Ari17 \p 3-4 \l 1057 ].

Teori birokrasi ini relavan dengan persoalan penelitian ini, di karenakan

dari sisi Pemerintah Kabupaten Pidie menggunakan ilmu politik salam melakukan

pendekatan publik. Pendekatan ini digunakan untuk melihat bagaimana mutasi

jabatan yang sudah di lakukan oleh Bupati selama 16 bulan pertama semenjak

Bupati di lantik.
22

2.2 Kerangka Berpikir

Dinamika Proses Mutasi Jabatan Pada


Pemerintahan Kabupaten Pidie Periode
2017-2022

Permasalahan di karenakan
Bupati Pidie Melakukan Mutasi Seharusnya Bupati melakukan
Di Masa Jabatannya Yang Baru Mutasi Jabatan 2 atau 5 tahun
selama 16 Bulan Sebanyak 5 kinerja dengan adanya proses uji
j kelayakan
Kali

Teori :Birokrasi Maka Dari Itu Terjadi 16


Pejabat di Lantik Sehingga
Konsep : Merit Sistem Ada 5 Kursi Yang Kosong
23

Berdasarkan tabel di atas bisa di lihat bahwa dari pihak pemerintah

Kabupaten Pidie di bawah masa jabatan Bupati Roni Ahmad dan Wakil Bupati

Fadhlullah TM Daud, ST melakukan Mutasi Jabatan dan Menyatakan adanya

jabatan yang mengalami kekosongan serta melantik 16 penjabat eselon tanpa

menguji kelayakan, dengan ini sudah di lakukan 5 kali dalam 1,4 tahum masa

jabatannya.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini ialah atribut dari sifat dan nilai dari beberapa orang

dengan suatu kegiatan yang dapat di pelajari. Objek ini berada di Pemerintahan

Kabupaten Pidie, dikarenakan terjadinya mutasi jabatan yang di lakukan oleh

pejabat pemerintah selama 16 bulan dalam 5 kantor yang terkait mutasi jabatan

sehingga mengalami kekosongan jabatan yaitu Kantor Bupati Pidie ,Baperjakat

Pidie, Kepala BKD Pidie, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepala

BAPPEDA, dan Akademisi dan ini menjadikan penelitian yang akan dilakukan.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kualitatif. Pendekatan Kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang

mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, di mana metode ini dapat di gunakan untuk menemukan dan memahami

apa yang tersembunyi di balik fenomena yang terjadi berdasarkan teknik

pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang

alamiah[CITATION Pup09 \p 1-8 \l 1057 ].

Penelitian ini tidak hanya sebagai upaya mendeskripsikan data tetapi

deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan

kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi partisipasi, studi dokumen, dan

dengan melakukan triangulasi.

3.3 Sumber Data

Untuk menetukan dan memperoleh data yang diperlukan dalam mini riset,

penulis menggunakan dua sumber data, yaitu data Primer dan data Sekunder:

24
25

1. Data Primer

Data primer adalah data pertama kali yang diperoleh secara langsung

melalui upaya pengambilan data di lapangan yang berdasarkan sumber aslinya

berupa wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun

hasil observasi dari objek kejadian atau hasil pengujian[CITATION Ser18 \l 1057 ].

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya

dan dengan sengaja di kumpulkan oleh peneliti yang di gunakan untuk

melengkapi kebeutuhan data penelitian. Data sekunder baiasanya diperoleh

melalui hasil observasi dan data dokumentasi dari lapangan. selain itu peneliti

juga menggunakan Buku-buku, Jurnal, Karya Ilmiah, situs Website (internet) dan

referensi lain yang relevan dengan permasalahan[CITATION Ser18 \l 1057 ].

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan cara tiga (3)

teknik pengumpulan data yaitu :

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam

mengumpulkan informasi atau data dengan maksud tertentu yang di lakukan oleh

dua pihak atau lebih. Wawancara bisa kita artikan yaitu proses percakapan yang

dilakukan oleh interviewer dan interview dengan tujuan tertentu, dengan

pedoman, dan bisa bertatap muka maupun melalui alat komunikasi tertentu

[CITATION Fan16 \p 1-3 \l 1057 ].


26

Pada hakikatnya wawancara merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh

informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam

penelitian itu. Atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang telah diperoleh lewat teknik lainnya.

3.4.2 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik pengamatan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung untuk

memperoleh data yang harus di kumpulkan dalam penelitian. Secara langsung

adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh pancaindra, sedangkan tidak langsung

adalah pengamatan yang di bantu melalui media visual/audiovisual, misalnya

teleskop, handycam, dan lain-lain, sehingga dalam hal ini penulis akan mengamati

secara langsung guna memperoleh gambaran dari objek yang akan diteliti.

Menurut Sanafiah Faisal dalam [CITATION Sug14 \p 227 \t \l 1057 ]

berpendapat bahwa: klasifikasi observasi terbagi dalam tiga bentuk yaitu:

a. Observasi partisipatif

Yaitu peneliti terlibat dengan orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian.

b. Observasi terus terang atau tersamar

Yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus

terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

Tetapi dalam waktu tertentu peneliti tidak terus terang atau tersamar

guna menghindari kalau suatu data yang akan dicari masih

dirahasiakan.
27

c. Observasi tak berstruktur

Yakni observasi yang tidak diepersiapkan secara sistematis tentang

apa yang akan diobservasi karena fokus penelitian belum jelas. Fokus

observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung.

Objek bergerak dan diam tersebut merupakan objek penulis dalam

penggunaan metode observasi. Lokasi yang akan diamati adalah Kabupaten Pidie,

yaitu tempat dimana fenomena yang akan diamati berlangsung

3.4.3 Dokumentasi

Merupakan data-data pendukung lain melalui dokumen-dokumen penting,

seperti dokumen lembaga yang diteliti. Disamping itu, ada juga foto yang dapat

dijadikan sebagai pendukung ataupun dalam melakukan penelitian, serta sumber

tertulis lain yang biasa lebih mendukung untuk digunakan dalam melakukan

penelitian. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis di dalam melaksanakan metode dokumentasi penelitian menyelidiki

benda-benda yang tertulis seperti buku-buku majalah, dll.

3.5 Informan Penelitian

Pada penelitian ini penulis nantinya akan mewawancarai informan yang

penulis anggap mempunyai keahlian dalam Hal yang peneliti teliti baik dalam

Kawasan Pidie terhadap Dinamika Mutasi Jabatan Pada Masa Pemerintahan

Kabupaten Pidie Periode 2017 – 2022 sebagai berikut:


28

3.5.1 Tabel Informan

NO Informan Jumlah (Orang)


1 Bupati Pidie 1
1
2 Baperjakat Pidie

3 Kepala BKD Pidie 1


Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
4 1
Transmigrasi
5 Kepala BAPPEDA 1
6 Akademisi 2
Jumlah 7

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis

transkrip wawancara, atau bahan-bahan yang ditemukan di lapangan. Metode

analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, dengan

model analisis interaktif. [CITATION Jon06 \p 223 \l 1057 ]. Ada tigal hal pokok

dalam menganalisis data yaitu:

3.6.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian

rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

3.6.2 Penyajian Data

Penyajian data diartikan sebagai pemaparan informasi yang tersusun untuk

memberi peluang terjadinya suatu kesimpulan. Selain itu, dalam penyajian data

diperlukan adanya perencanaan kolom dan table bagi data kualitatif dalam bentuk
29

khususnya. Dengan demikian, penyajian data yang baik dan jelas sistematiknya

sangatlah diperlukan untuk melangkah kepada tahapan penelitian kualitatif

selanjutnya.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan

Pada tahap penarikan kesimpulan ini adalah memberikan kesimpulan

terhadap analisis data yang merupakan sebuah tahap akhir dalam penelitian

dimana data-data yang telah diperoleh akan ditarik garis besar/kesimpulan sebagai

hasil keseluruhan dari penelitian tersebut.

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian dikemukakan mulai dari masa pelaksanaan

penelitian hingga penyelesaian laporan penelitian (skripsi). Jadwal kegiatan ini

disajikan secara rinci dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian

Rencana Bulan dan Tahun Pelaksanaan Penelitian


No Kegiatan Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov
Penelitian 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
Penyusunan
1
Proposal

Seminar
2
Proposal
Penelitian dan
3 Penyusunan
Skripsi
Ujian Sidang
4
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA
30

BUKU

Dwiyanto, A. (2011). Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Edi, F. R. (2016). Teori Wawancara Psikodignostik. Yogyakarta: PT Leutikaprio.


Hasibuan, M. (2013). Manajemen Perbankan. Jakarta: CV. Haji Magum.

Lukman Hakim, M. d. (2019). Kebijakan Lelang Dan Promosi Jabatan Dalam


Layanan Pemerintahan. Makassar: Nas Media Pustaka

Martini, R. (2012). Birokrasi dan Politik. Semarang: UPT UNDIP Press


Semarang.

Mas'oed, D. M. (2008). Politik Birokrasi dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:


Graha ilmu.Sugiono.
(2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Thoha, M. (2008). BIrokrasi pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Jakarta:


Kencana Predana Media Group.

Thoha, M. (2014). Birokrasi Politik dan Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta:


Kencana Predana Media Group.

JURNAL
Wisangsari, R. (2015). Implementasi Sistem Merit Di SMP Al Kautsar Kota
Bandar Lampung. Implementasi, Sistem Merit, Kompensasi, 2.

Wulandari, N. E. (2017). Mutasi Jabatan Pada Pemerintahan Kabupaten Soppeng.


Universitas Hasanuddin, 18.

Yusriati. (2017). Dinamika Politik Birokrasi di Kabupaten Bima Pasca


Pemilukada Serentak 2015. UIN Alauddin Makassar, 18-19.

Daryanto, A. (2017, November 6). Merit Sistem Dalam Manajemen Pegawai


Negeri Sipil. hal. 3-4.

WEBSITE
Ismail. (2018). Serambi News. Retrieved Februari 23, 2021, from Serambi
Indonesia: https://aceh.tribunnews.com/2018/09/21/dewan-kritisi-mutasi-
pejabat-di-pidie.
31

Nazar. (2019). Serambi News. Retrieved Februari 23, 2021, from Serambi
Indonesia: https://aceh.tribunnews.com/2019/02/13/abusyik-mutasi-184-
pejabat-27-dinonjobkan.
Merdeka.com. (2020, November 2). Merdeka.com. Dipetik Maret 28, 2021, dari
Merdeka.com: https://www.merdeka.com/jateng/perbedaan-data-primer-
dan-sekunder-daslam-penelitian-ketahui-karakteristiknya-kln.html?page=2

Anda mungkin juga menyukai