Anda di halaman 1dari 7

ESSAY PENYIMPANGAN SEKTOR PUBLIK

Kasus Korupsi Terbesar PT. ASABRI Sepanjang Sejarah Indonesia


Ditulis untuk memenuhi tugas Kepemimpinan Sektor Publik

Dosen Pengampu : Fadlurrahman, M.P.A

Disusun Oleh Kelompok 1 :


 Vivianna Aulia 1910201005
 Muhammad Al Fadly 1910201007
 Naufal Enji Athaya 1910201008
 Anisa Noviliyani 1910201014
 Aufar Adhi Permana 1910201022
 Dewi Rahmawati 1910201025
 Fina Hayatul Faroh 1910201031
 Yunnisa Fadila 1910201039

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIDAR
2021
KASUS KORUPSI TERBESAR PT. ASABRI SEPANJANG SEJARAH INDONESIA

A. PENYIMPANGAN SEKTOR PUBLIK


Pemimpin merupakan seorang individu yang sedang melakukan proses dengan cara ia
mempengaruhi sebuah organisasi ataupun sebuah kelompok untuk bisa mencapai sebuah
tujuan yang telah disepakati bersama-sama. Dimana dengan seorang pemimpin maka
seharusnya tujuan sebuah kelompok atau sebuah organisasi tersebut akan lebih terarah
kedepannya. Namun saat ini Indonesia sedang mengalami yang namanya krisis
kepemimpinan ini terjadi akibat dimana seorang pemimpin melakukan penyimpangan
terhadap kepemimpinan yang telah diberikan. Krisis kepemimpinan ini pada akhirnya
menghasilkan ketidakpercayaan masyarakat karena mereka menganggap bahwa mereka telah
dikhianati oleh para pemimpin di negara khususnya Indonesia. Masyarakat digunakan oleh
pemerintah sebagai alat untuk melakukan kegiatan yang jelas-jelas itu salah dan telah
melanggar nilai-nilai Pancasila yang mana merupakan pondasi berdirinya negara ini. Sebagai
seorang pemimpin yang baik harusnya bisa mensejahterakan masyarakat, mengayomi
masyarakatnya, dan juga sebagai seorang pemimpin yang amanah harus bisa menjadi sebuah
jembatan bagi masyarakat untuk bisa menggapai cita-cita yang telah ada sebelumnya. Bisa
kita lihat saat ini berdasarkan dengan fakta-fakta yang ada kita lihat di media elektronik atau
pun media sosial, kita banyak mendengar bahwa tertangkapnya oknum-oknum pejabat
pemerintah yang tertangkap Operasi Tangkap Tangan KPK karena mereka melakukan
tindakan korupsi. Tidak sedikit mereka yang melakukan tindakan korupsi tetapi sangat
banyak jumlahnya. Marak nya kasus korupsi seperti sangat sudah biasa sekali di telinga
masyarakat akibat adanya oknum pejabat pemerintah yang nakal.
Adanya korupsi didalam pembuatan kebijakan yang dampak nya makro dengan
menggunakan alokasi dana yang sudah dianggarkan dan juga itu akan berakibat kepada
pelayanan yang tidak proporsional dan juga berfikir rasional dimana para pemimpin negara
mereka menggunakan keuangan negara dengan cara yang tidak efisien dan efektif dimana
tindakan ataupun pekerjaannya tidak mencerminkan dengan anggaran yang telah diminta.
Dan juga itu akan mengakibatkan kerugian. Masyarakat akan menjadi korban ketika mereka
menggunakan layanan publik tersebut. Dimana ini akan merugikan sekali bagi negara
maupun bagi masyarakat. Para koruptor itu menggunakan keuangan negara bagi kepentingan
diri mereka sendiri. Masyarakat sangat ditekan untuk membayar banyak sekali keperluan
yang diharuskan oleh pemerintah. Selain itu, perekonomian juga dinaikkan disemua sektor
seperti adanya kenaikkan Pajak yang tidak wajar, kenaikkan BBM yang menyulitkan
masyarakat yang mana nanti akhirnya uang itu masuk ke dalam saku para pejabat pemerintah.
Uang itu seharusnya digunakan untuk membangun infrastuktur yang ada tetapi malah
digunakan oleh pejabat pemerintah sebagai uang pribadinya. Para pejabat pemerintah hidup
dengan mewah dan sangat layak sedangkan masyarakat yang harus membayar banyak nya
kewajiban ternyata harus hidup susah dan tinggal dirumah yang hampir hancur.
Perilaku yang sangat buruk ini dan tidak pantas seharusnya dilakukan oleh seorang
pemimpin atau pejabat pemerintahan. Pemerintah yang memeras rakyat untuk kebutuhan
pribadi mereka yang seakan-akan rakyat dijadikan lahan uang mereka. Sebagai seorang
pemerintah dan pemimpin harusnya bisa berperilaku adil, bermoral, bijaksana, dan bisa
memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Jika seorang pemimpin melakukan
tindakan korupsi bagaimana dengan bawahan nya, jika seorang pemimpin menganggap
bahwa korupsi itu biasa saja maka nanti bawahannya akan menggunakan contoh seorang
pemimpin bahwa korupsi itu merupakan hal yang wajar. Masyarakat mengharapkan hidup
dengan sejahtera sedangkan seorang pemimpin menggunakannya untuk memperkaya diri
mereka. Lemahnya kesadaran pemimpin dan pejabat negara Indonesia saat ini seharusnya
dapat diperbaiki kembali karena ini akan semakin memperbanyak para pejabat yang korupsi
dan pada akhirnya akan menimbulkan patologi birokrasi yaitu adanya penyakit didalam
birokrasi negara yang muncul karena adanya para pelaku birokrat dan kondisi yang membuka
kesempatan itu yang dimana menyangkut adanya sistem ekonomi, sosial, dan juga
tekonologi. Dimana itu akan berakibat kepada perekonomian nya juga di negara Indonesia
ini.
Sebagai suatu tindakan yang menyimpang dan merugikan berbagai pihak baik
masyarakat maupun negara, korupsi memang menjadi permasalahan yang kerap kali terjadi
dan dilakukan oleh seorang pemimpin. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang
pemimpin melakukan tindakan korupsi, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri
individu yang terdiri dari aspek individu maupun aspek sosial. Sedangkan faktor eksternal
yang terdiri dari aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, aspek pilitik berupa kepentingan
para politisi hingga keinginan untuk tetap mempertahankan kekuasaan, aspek ekonomi
berupa keinginan untuk memperkaya diri sendiri, dan aspek organisasi. Apabila korupsi telah
merajalela maka akan merugikan masyarakat dan menyebabkan masyarakat menjadi kacau
sehingga tidak ada lagi sistem sosial yang berlaku dengan baik. Hal ini dikarenakan korupsi
sangat berdampak pada aspek kehidupan baik sosial, politik, ekonomi, birokrasi. Sampai saat
ini tindakan korupsi seakan-akan menjadi tindakan yang hampir ada disetiap lembaga
maupun pemerintahan yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab.
Salah satu kasus korupsi yang terjadi yakni kasus korupsi yang ada pada PT.Asabri
(Persero). Perlu diketahui bahwa PT. Asabri (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang asuransi jiwa yang bersifat sosial yang diselenggarakan secara wajib
berdasarkan undang-undang dan memberikan proteksi (perlindungan) finansial serta
pembayaran pensiun khusus Prajurit TNI, anggota Polri, PNS Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia dan POLRI. PT. Asabri (Persero) didiriakan pada 1 Agustus 1971 dan
memiliki nama Perum Asuransi. Sejak tahun 1991, Perum Asabri berubah menjadi PT.
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PT. ASABRI). Perusahaan ini
melakukan kegiatan asuransi dengan menekankan pada prinsip dasar asuransi sosial yakni
“kegotongroyongan”. Prinsip tersebut berarti “yang muda membantu yang tua, yang
berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah dan yang beresiko rendah
membantu yang beresiko tinggi” Sebagaimana telah dikemukakan dalam prinsip, bahwa
makna yang ada pada prinsip sebetulnya memberikan gambaran bahwasanya sesama manusia
harus saling tolong-menolong untuk membantu sesama. Dalam upaya untuk meningkatkan
pelayanan yang diberikan, PT. Asabri memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Peserta Asabri melalui pengembangan sistem pelayanan yang berbasis teknologi, peningkatan
manfaat asuransi sosial yang didukung dengan pengembangan Sumber Daya Manusia
sehingga nantinya pengelolaan investasi dapat berjalan dengan tepat. Namun, dengan adanya
kasus korupsi yang terjadi pada perusahaan ini seakan-akan bertolak belakang dengan tujuan
yang ingin dicapai. Hingga saat ini kasus yang terjadi pada PT. Asabri menjadi kasus korupsi
terbesar sepanjang sejarah Indonesia dengan total kerugian negara telah mencapai triliuanan.

B. KRONOLOGI KASUS KORUPSI ASABRI


PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau yang biasa disebut
ASABRI (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi
sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk prajurit TNI, anggota Polri, PNS, Kementerian
Pertahanan dan Polri. ASABRI berbentuk Perseroan Terbatas dimana seluruh sahamnya
dimiliki oleh negara yang diwakili oleh Menteri Negara BUMN selaku Pemegang Saham
atau RUPS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 yang didalamnya berisi
tentang Pelimpahan kedudukan, tugas dan juga kewenangan Menteri Keuangan pada
Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan
(Perjan) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
Seperti yang sedang ramai diperbincangkan di berbagai media, PT ASABRI yang
merupakan bagian dari BUMN ini terjerat kasus korupsi dimana kasus korupsi Asabri ini
merupakan kasus terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Hal tersebut lantaran kasus korupsi
Asabri ini dilakukan cukup lama yaitu bermula pada tahun 2012 dan berlangsung hingga
2019. Kronologi terkuaknya kasus Korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi
Asabri yang ditaksir mencapai 23,7 triliun pun diungkapkan oleh Kepala Pusat Penerangan
Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak. Kronologinya yaitu bermula
pada tahun 2012 hingga 2019, Direktur Utama, Direktur Investasi dan Keuangan serta Kadiv
Investasi Asabri bersepakat dengan pihak di luar Asabri. Pihak di luar Asabri yang dimaksud
yaitu diantaranya Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman Purnomosidi dimana
notabennya mereka bukan merupakan konsultan investasi ataupun manajer investasi, ketiga
orang tersebut tidak ada hubungannya dengan PT Asabri namun Heru Hidayat, Benny
Tjokrosaputro dan Lukman Purnomosidi diminta untuk membeli atau menukar saham dalam
portofolio Asabri dengan saham-saham yang mereka miliki dengan harga yang telah
dimanipulasi menjadi tinggi yang bertujuan agar kinerja portofolio Asabri terlihat seolah-olah
baik. Berdasarkan penjelasan kronologi dibalik terjadinya kasus korupsi Asabri yaitu
Direktur Utama, Direktur Investasi dan Keuangan serta Kadiv Investasi Asabri sebagai
pemimpin tidak sesuai dengan salah satu teori kepemimpinan yaitu Leadership Ethics Theory
yang berarti bagaimana kepemimpinan yang etis yang dilakukan oleh seorang pemimpin
dimana untuk menjadi pemimpin yang etis adalah menjadi seorang pemimpin yang bermoral.
Direksi Asabri sebagai pimpinan PT Asabri tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang etis
dilihat dari tujuan dilakukannya kerja sama yaitu dengan memanipulasi harga menjadi tinggi
dengan tujuan agar kinerja portofolio Asabri terlihat seolah-olah baik, tindakan tersebut tidak
mencerminkan seorang pemimpin yang etis karena tindakan tersebut merupakan tindakan
yang tidak jujur. Hal tersebut juga merupakan penyalahgunaan kekuasaan.
Kemudian setelah saham-saham tersebut menjadi milik Asabri, maka saham-saham
tersebut ditransaksikan atau dikendalikan oleh Heru, Benny, dan Lukman berdasarkan
kesepakatan bersama dengan Direksi Asabri sehingga seolah-olah saham tersebut bernilai
tinggi dan likuid, padahal transaksi yang dilakukan hanya menguntungkan Heru, Benny, dan
Lukman saja transaksi-transaksi yang dilakukan pun palsu atau hanya pura-pura. Transaksi-
transaksi yang dilakukan pun merugikan Asabri karena saham-saham dalam portofolio yang
dijual dengan harga yang tidak semestinya. Maka untuk menghindari kerugian investasi
Asabri, saham-saham yang sudah dijual di bawah harga semestinya yaitu sesuai harga
perolehan tersebut kemudian dibeli Kembali dengan nomine Heru, Benny, dan Lukman yang
kemudian pada akhirnya saham-saham tersebut dibeli lagi oleh Asabri melalui underlying
reksadana yang dikelola oleh manajer investasi yang dikendalikan oleh Heru dan Benny.
Leonard menyebut, seluruh kegiatan investasi Asabri pada 2012 sampai 2019 tidak
dikendalikan oleh Asabri, namun seluruhnya dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman.
Dalam hal ini peran pemimpin dilihat berdasarkan teori kepemimpinan Decision Making
Theory yaitu bagaimana pemimpin dalam membuat keputusan. Dimana keputusan dari
pemimpin akan mempengaruhi suatu organisasi atau bahkan mempengaruhi bangsa, seperti
halnya keputusan yang dilakukan oleh Direksi Asabri yang sepakat saham-saham tersebut
dikendalikan oleh Heru, Benny, dan Lukman yang jelas-jelas akan merugikan Asabri, dari
penyalahgunaan kekuasaan Direksi Asabri dalam pengambilan keputusan tersebut maka
timbul lah kasus korupsi yang sudah terjadi bahkan menjadi kasus korupsi terbesar di
Indonesia. Hal tersebut juga merupakan salah satu krisis kepemimpinan yang terjadi di negeri
ini dimana perilaku kepemimpinan dari para pemimpin menimbulkan adanya penderitaan
bagi bangsa Indonesia. Kasus korupsi Asabri ini juga dikarenakan Toxic Leadership yaitu
kepemimpinan yang disebabkan oleh pemimpin yang tidak etis, tidak berintegritas, dan
kepemimpinan yang disfungsional. Kasus korupsi Asabri juga merupakan bentuk kekuasaan
dan politik organisasi dimana pemegang kekuasaan menyalahgunakan kekuasaannya (Abuse
of Power) dengan kata lain para pemimpin PT Asabri mementingkan kepentingan pribadi
padahal kekuasaan seharusnya hanay dipergunakan untuk kepentingan sistem sosial bukan
untuk kepentingan pribadi.
Hari Senin jaksa penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung menetapkan delapan tersangka
dalam penyidikan kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana invsetasi olen
PT. Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri). Delapan tersangka tersebut
adalah mantan Direktur Utama PT. Asabri periode tahun 2011 – Maret 2016 (Purn) Mayjen
Adam Rachmat Damiri, mantan Direktur Utama PT. Asabri periode Maret 2016-Juli 2020
(Purn) Letjen Sonny Widjaja, eks Direktur Keuangan PT Asabri periode Oktober 2008- Juni
2014 Bachtiar Effendi, mantan Direktur Asabri periode 2013 – 2014 dan 2015 – 2019 Hari
Setiono, Kepala Divisi Investasi PT. Asabri Juli 2012 – Januari 2017 Ilham W. Siregar dan
Direktur Utama PT. Prima Jaringan Lukman Purnomosidi, dan berikutnya Dirut PT Hanson
International Tbk Benny Tjokrosaputro dan Komisaris PT Trada Alam Minera Heru Hidayat.
Dari semua perbuatan yang dilakukan 8 (delapan) tersangka dikenakan Pasal 2 ayat (1) dan
Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berikutnya Pasal 55
ayat (1) KUHP serta subsidair Pasal 3, Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU
No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pindana Korupsi.

C. AKHIR KASUS DAN HUKUMAN


Untuk saat ini, kasus korupsi Asabri belum berakhir alias final, Penyidik Kejaksaan
Tinggi Biro Penyidikan Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung telah memulai babak baru
proses penyidikan kasus korupsi PT Asabri. Pada tahap ini, penyidik memulai proses
klarifikasi dengan mengundang auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam rangka
menghitung kerugian keuangan negara. Kepala Pusat Informasi Hukum Kejaksaan Agung
Leonard Eben Ezer Simanjuntak mengatakan dalam keterangannya, Rabu, “Tahap baru yang
dimulai kemarin adalah proses klarifikasi dalam rangka mengundang auditor BPK untuk
menghitung kerugian negara.” / 3 / 2021). Leonard mengatakan, selama proses ini, tim
investigasi dan auditor BPK mengklarifikasi dan menghitung data terkait proses pengelolaan
keuangan dan investasi yang dilakukan oleh PT Asabri, yang selanjutnya menyebabkan
kerugian finansial nasional sekitar Rp 23 triliun. Selain itu, dalam kasus ini para saksi dan
tersangka akan diklarifikasi. Ia mengatakan: “Para saksi dan tersangka akan diklarifikasi
untuk mengetahui dan menghitung kerugian finansial nasional yang disebabkan oleh dugaan
tindakan ilegal dalam kasus ini.” Sejauh ini, ada 9 tersangka dalam kasus dugaan korupsi
Asabri. Kesembilan tersangka tersebut adalah Jimmy Sutopo, Direktur Hubungan Investor
Emiten Jakarta dan Benny Tjokrosaputro, Direktur PT Hanson Internasional.
Tersangka lainnya adalah mantan direktur utama PT Asabri, Adam R Damiri, dan Sonny
Widjaja. Kemudian, BE menjabat sebagai Chief Financial Officer PT Asabri (Oktober 2008
hingga Juni 2014), dan HS menjabat sebagai Direktur PT Asabri (2013-2014 dan 2015-2019).
IWS juga menjabat sebagai Kepala Departemen Investasi PT Asabri. Sejak Juli 2012 hingga
Januari 2017, Heru Hidayat menjabat sebagai Direktur PT Trada Alam Minera dan Direktur
PT Maxima Integra, sedangkan LP menjabat sebagai Presiden Direktur PT Prima Network.
Tersangka didakwa dengan dua klausul alternatif, yakni Pasal 2 ayat 1, dan Pasal 18 UU No
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta perubahan UU No 20
Tahun 2001 menjadi UU No 31 Tahun 1999 Suplemen. telah dibuat. Memberantas Pasal 55
ayat 1 sampai 1 KUHP dan pemberantasan korupsi. Atau, Pasal 3 dan 1999 sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (terkait dengan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999) dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 terkait Pasal 55 ayat 1. Pasal 31. Pasal 1 KUHP tentang Perbudakan Agunan UU
Pemberantasan Korupsi.

D. KESIMPULAN
Seperti yang dibicarakan di berbagai media, PT Asabri merupakan bagian dari BUMN
yang terlibat dalam kasus korupsi yang termasuk kasus korupsi terbesar dalam sejarah
Indonesia. Menurut kronologi terjadinya kasus korupsi Asabri, Direktur Utama, Direktur
Investasi dan Keuangan, serta Kadiv Investasi Asabri sebagai pemimpin perusahaan tidak
sejalan dengan beberapa teori kepemimpinan yakni Leadership Ethics Theory dan Decision
Making Theory. Jajaran Direksi Asabri selaku pimpinan PT Asabri, tidak mencerminkan diri
sebagai pemimpin yang beretika. Hal tersebut dapat dilihat dari latar belakang dilakukannya
kerja sama dengan pihak dari luar Asabri yakni dengan memanipulasi harga saham ke tingkat
yang lebih tinggi agar seolah-olah kinerja portofolio Asabri terlihat baik, padahal tindakan
tersebut justru merugikan Asabri yang mana tindakan tersebut mencerminkan pemimpin yang
tidak beretika karena melakukan sebuah tindakan yang tidak jujur. Kemudian dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan Asabri malah menyebabkan terjadinya
kasus korupsi bahkan sebagai kasus korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia. Semua hal
tersebut terjadi karena adanya Toxic Leadership dimana pemimpin tidak etis, tidak
berintegritas, serta cenderung menyalahgunakan kekuasaannya (Abuse of Power) dengan
lebih mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan bersama.
Kasus ini belum berakhir namun telah memasuki babak baru dimana tim investigasi dan
auditor BPK memulai proses klarifikasi dari para saksi dan tersangka untuk mengetahui dan
menghitung kerugian keuangan negara akibat dugaan tindakan ilegal. Sejauh ini terdapat 9
tersangka yang didakwa dengan dua klausul alternatif, yakni Pasal 2 ayat 1, dan Pasal 18 UU
No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Serta Pasal 55 ayat (1)
KUHP serta subsidair Pasal 3, Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No.20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pindana
Korupsi.
REFERENSI :

Jurnal

[1] Fisip.ui. 5 Februari 2018. Menilik Penyimpangan Pada Pelayanan Publik. Diakses melalui
https://fisip.ui.ac.id/kuliah-umum-menilik-kejahatan-pada-pelayanan-publik-yang-
dilakukan-negara/.

[2] Maryani, D. (2018). Krisis Kepemimpinan Di Indonesia Ditinjau Dari Pancasila


(Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini). Jurnal Manajemen.
https://doi.org/10.31227/osf.io/g965d.

[3] Nuzulia, P. D. (2020). PT ASABRI (Persero). Diakses melalui


https://www.google.com/amp/s/www.tribunnewswiki.com/amp/2020/09/08/pt-asabri-
persero.

[4] Umar, B. W. (2017). Krisis Kepemimpinan. Legalitas: Jurnal Hukum, 4(1), 7-21. DOI:
http://dx.doi.org/10.33087/legalitas.v4i1.109.
Website
[1] Kronologi kasus korupsi Asabri dijelaskan oleh Kejagung.
https://www.antaranews.com/berita/1978386/kronologi-kasus-korupsi-asabri-
dijelaskan-oleh-kejagung

[2] Kronologi Kasus Korupsi Asabri yang Ditangani Kejaksaan Agung.


https://www.liputan6.com/news/read/4472621/kronologi-kasus-korupsi-asabri-yang-
ditangani-kejaksaan-agung
[3] Kronologi Terkuaknya Kasus Korupsi Asabri, Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia.
https://www.merdeka.com/uang/kronologi-terkuaknya-kasus-korupsi-asabri-terbesar-
sepanjang-sejarah-indonesia.html

[4] Begini Duduk Persoalan Kasus Korupsi Dana Investasi Asabri


https://nusadaily.com/metro/begini-duduk-persoalan-kasus-korupsi-dana-investasi-
asabri.html
[5] Penyidikan Asabri Masuk Tahap Baru, Kejagung Mulai Klarifikasi Kerugian Negara
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/17/11102371/penyidikan-asabri-masuk-
tahap-baru-kejagung-mulai-klarifikasi-kerugian.

Anda mungkin juga menyukai