NAMA : OLAWATI
NRM : 210201060
PRODI / KELAS : MANAJEMEN EKONOMI / KELAS D
TAHUN 2021
Dosen Pengampu : Mawarni Fatma, S.H.,M.H
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan kliping dengan judul “KASUS-KASUS
KORUPSI DI TAHUN 2021” tepat pada waktunya. kliping ini ditulis untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Anti Korupsi pada Universitas Gajah Putih Takengon.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, terutama kepada Bapak
Mawarni Fatma, S.H.,M.H selaku dosen mata kuliah Anti Korupsi Universitas Gajah Putih
Takengon.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan yang lebih luas kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Gajah Putih Takengon. Penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi maupun tehnik penyajiannya.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Olawati
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang
sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan.
Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik
dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas
yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh
aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali
akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional
tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya
kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas
siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan
kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik
maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat
diperlukan untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja
melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang
apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat
dirugikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perjalanan panjang memberantas korupsi seperti mendapatkan angin segar ketika muncul
sebuah lembaga negara yang memiliki tugas dan kewenangan yang jelas untuk memberantas
korupsi. Meskipun sebelumnya, ini dibilang terlambat dari agenda yang diamanatkan oleh
ketentuan Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20
Tahun 2001, pembahasan RUU KPK dapat dikatakan merupakan bentuk keseriusan
pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam pemberantasan korupsi. Keterlambatan
pembahasan RUU tersebut dilatarbelakangi oleh banyak sebab. Pertama, perubahan konstitusi
uang berimpilkasi pada perubahan peta ketatanegaraan. Kedua, kecenderungan legislative heavy
pada DPR. Ketiga, kecenderungan tirani DPR. Keterlambatan pembahasan RUU KPK salah
satunya juga disebabkan oleh persolan internal yang melanda system politik di Indonesia pada
era reformasi.
2
Di era Presiden SBY, visi pemberantasan korupsi tercermin dari langkah awal yang
dilakukannya dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 dan kemudian
dilanjutkan dengan penyiapan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN) yang
disusun oleh Bappenas. RAN Pemberantasan Korupsi itu berlaku pada tahun 2004-2009. Dengan
menggunakan paradigma sistem hukum, pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono diuntungkan
sistem hukum yang mapan, keberadaan KPK melalui Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002,
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang terpisah dari pengadilan umum, dukungan
internasional (structure), dan instrument hukum yang saling mendukung antara hukum nasional
dan hukum internasional.
3
2.2.Lembaga-lembaga Korupsi di Indonesia
Berikutnya ada Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Polri yang bertugas dalam
penyelidikan dan penyidikan atas semua tindak pidana, termasuk di dalamnya adalah
korupsi. Lalu ada Kejaksaan Agung yang melakukan penyidikan, penuntutan, dan
melaksanakan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4
5
2.3.Kasus-kasus Korupsi Tahun 2021
Kasus yang terjadi di tahun 2021, salah satunya adalah kasus korupsi di tengah Pandemi
Covid-19 yang berujung pada wacana hukuman mati. Kasus ini dilakukan oleh mantan
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melalui operasi tangkap tangan (OTT) pada
25 November 2020. KPK menetapkan total tujuh tersangka dalam kasus dugaan suap ekspor
benih lobster tersebut.
Direktur PT Dua Putra Perkasa Suharjito ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.
Dalam kasus ini, Edhy diduga menerima suap dari sejumlah perusahaan yang mendapat izin
ekspor benih lobster. Edhy diduga menggunakan perusahaan forwarder. Uangnya kemudian
ditampung dalam satu rekening hingga mencapai Rp 9,8 miliar. Selain itu, Edhy juga diduga
menerima uang 100.000 dollar Amerika Serikat dari Suharjito melalui Safri dan Amiril.
6
Selain itu kasus lainnya yang terjadi di tahun 2021 adalah kasus dugaan suap terkait
pengisian jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
Barang Bukti yang diperoleh dari perkara ini yaitu, uang tunai sebesar Rp 647.900.000 dari
brankas pribadi Novi, delapan unit telepon genggam, dan satu buah buku tabungan Bank
Jatim atas nama Tri Basuki Widodo.
7
2.4.Tindak Pidana Korupsi
8
Korupsi terhadap keuangan negara yang dilakukan pejabat daerah merupakan suatu
tindak pidana. Akhir-akhir ini sorotan terhadap korupsi di Indonesia dikaitkan dengan dana
pembangunan atau proyek-proyek pengadaan barang dan jasa, karena itu apapun alasannya
apakah itu disengaja ataupun tidak disengaja akibat adanya kesalahan prosedur atau sistem
tetapi akhirnya berakibat menimbulkan kerugian terhadap negara secara finansial dapat
dikatakan suatu tindakan korupsi. Bentuk-bentuk penyelewengan terhadap keuangan negara
itu pula dapat bermacam-macam seperti penambahan anggaran untuk pengadaan barang dan
jasa yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada ataupun penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi sehingga menimbulkan
kerugian pada keuangan negara.
9
2.5.Korupsi Masa Reformasi
Salah satu tujuan reformasi adalah memberangus praktik KKN. Maka dibentuklah
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lembaga ad hoc yang ditugasi memberantas praktik-
praktik korupsi, termasuk suap dan gratifikasi.
Dalam perjalanannya hingga sekarang, ternyata cita-cita luhur reformasi tak lantas
berjalan mulus, sebab ada pejabat negara yang justru terjerat kasus korupsi. Berikut ini
adalah sejumlah menteri yang pernah terjerat kasus korupsi di era reformasi :
1. Hari Sabarno
Hari Sabarno adalah Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Gotong Royong
(Megawati Soekarnoputri-Hamzah Haz) yang terjerat kasus korupsi pengadaan mobil
pemadam kebakaran yang menyebabkan kerugian negara sekitar Rp97,2 miliar.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor menjatuhkan hukuman pidana dua tahun dan enam bulan
penjara kepada Hari Sabarno yang dinyatakan terbukti bersalah melakukan pidana korupsi
dengan penunjukan langsung PT Satal Nusantara dan PT Istana Saranaraya sebagai
perusahaan yang ditunjuk dalam pengadaan 208 mobil damkar di 22 wilayah seluruh
Indonesia pada 2003 hingga 2005.
10
2. BachtiarChamsyah
Bachriar Chamsyah adalah Menteri Sosial pada Kabinet Gotong Royong dan Kabinet
Indonesia Bersatu I (Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla) yang terjerat korupsi
pengadaan mesin jahit dan sapi impor dengan kerugian negara Rp33,7 miliar.
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memvonis mantan Menteri Sosial
Bachtiar Chamsyah dengan hukuman satu tahun delapan bulan penjara dengan denda Rp50
juta.
3. Sujudi
Achmad Sujudi adalah Menteri Kesehatan Kabinet Persatuan Nasional (K.H.
Abdurrahman Wahid-Megawati) dan Kabinet Gotong Royong yang tersangkut korupsi
pengadaan alat kesehatan pada 2003.
4. RokhminDahuri
Rokhmin Dahuri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong
yang terjerat KPK karena telah mengumpulkan dana dari kepala dinas dan kepala unit yang
mencapai Rp 12 miliar serta pungutan dari luar departemen senilai Rp19 miliar dan seluruh
uang tersebut kemudian masuk ke dalam rekening pribadi.
Ia dijatuhi hukuman selama tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor Jakarta pada Juli
2007, dan Rokhmin kemudian mengajukan banding yang putusannya justru menguatkan
putusantingkatpertama.
Demikian pula dengan upaya kasasi yang ditempuhnya ternyata kandas dan membuatnya
tetap dihukum tujuh tahun penjara.
11