Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

“GENERASI MUDA SADAR BAHAYA KORUPSI”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PPKN

Disusun oleh :
Akbar Lintang Pradana
Erista Fadillah Amanda
Nadita Eka Harianty
Noni Angelica S
Rifdatul Amaliyah
Yuwanda Wulandari

SMK NEGERI 1 BUDURAN


2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Tujuan.......................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Korupsi....................................................................................................4
B. Isu – Isu Dan Fakta Korusi Yang Terjadi Di Negara Kita........................................4
C. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Perbuatan Korupsi...............................................5
D. Penyebab Korupsi.....................................................................................................10
E. Studi Kasus Korupsi..................................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................................14


A. Kesimpulan...............................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan laporan ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada
pembimbing mata pelajaran Pendidikan Kewarganeraan (PKN) Drs. Miskan
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karnanya, dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini. Akhirnya kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sidoarjo, 06 Oktober 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat
parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek
korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah
kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis,
canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat.
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana
tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan
berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di
Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak
hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi,
baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu
fenomena.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lamban.
Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary
crime). Hal ini dikarenakan, metode konvensional yang selama ini yang digunakan,
terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat. Dengan
demikian, dalam penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa
(extra-ordinary). Sementara itu, penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia masih
dihadapkan pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya upaya penegakkan hukum
tindak pidana korupsi, kualitas SDM aparat penegak hukum yang masih rendah,
lemahnya koordinasi penegakkan hukum tindak pidana korupsi, serta masih sering
terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan kasus korupsi.

B. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian korupsi
2. Untuk menjelaskan isu- isu dan fakta korupsi yang terjadi di negara kita
3. Untuk menjelaskan dampak jika melakukan korupsi
4. Untuk menjelaskan faktor penyebab korupsi baik internal maupun eksternal
5. Untuk memberi contoh beberapa kasus korupsi yang terjadi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian korupsi
Korupsi adalah semua yang memiliki keterkaitan terhadap tindakan yang
diancam dengan sanksi sebagaimana diatur didalam Undang-undang No. 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-undang No.
20 Tahun 2001 tentang pengubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Korupsi adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat
merugikan negara atau perekonomian negara.

B. Isu – Isu Dan Fakta Korupsi Yang Terjadi Di Negara Kita


Banyak isu dan fakta yang terjadi di indonesia. Beberapa akan dijelaskan
sebagai berikut :
a. Isu : Tujuan nasional di suatu negara tetap akan tercapai meskipun korupsi
marak di negeri tersebut
Fakta : Salah satu ciri negara maju adalah tingkat korupsi cenderung rendah.
Hal ini berbeda dengan negara sedang berkembang, yang belum memiliki
sistem kelembagaan yang baik sehingga tingkat korupsi biasanya relatif tinggi
dibanding di negara maju. Korupsi menghancurkan sendi-sendi negara,
pemerintah dan masyarakat. Tidaklah berlebihan jika Kofi A. Annan, mantan
Sekjen PBB, menggambarkan dampak korupsi sebagai berikut (UN, 2004):
“korupsi ibarat penyakit menular yang menjalar pelan namun
mematikan, menciptakan kerusakan yang sangat luas di masyarakat.
Korupsi merusak demokrasi dan supremasi hukum, mendorong
pelanggaran terhadap hak azasi manusia, mendistorsi perekonomian,
menurunkan kualitas kehidupan dan memungkinkan organisasi
criminal, terorisme dan berbagai ancaman terhadap keamanan untuk
berkembang’
Perlu dicatat, bahwa korupsi menciptakan misallocation of resources, dan
beban sosial korupsi tidak saja menjadi beban bagi generasi saat ini, namun
juga beberapa generasi ke depan.
Tujuan nasional bangsa Indonesia termaktup dalam Pembukaan UUD 1945
alienia 4 yaitu:
1. melindungi segenap bangsa Indonesia
2. memajukan kesejahteraan umum
3. mencerdaskan kehidupan bangsa
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kedamaian
abadi dan keadilan sosial.
Mengingat masifnya dampak korupsi terhadap kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, maka selama korupsi masih marak, mustahil tujuan nasional
akan tercapai. Hal ini juga berlaku pada RPJP, RPJM, Nawa Cita yang
dikemukakan Presiden Jokowi, APBN, dan kebijakan Kementerian dan
Lembaga (K/L) serta kebijakan pemerintah daerah, dimana tujuan semua
kebijakan tersebut tidak akan pernah tercapai selama korupsi masih marak di
Indonesia.
b. Isu : Tindak pidana korupsi hanya terjadi di sektor publik
Fakta : Tindak pidana korupsi tidak saja terbatas di sektor publik, namun juga
di sektor swasta dan bahkan lembaga dan perusahaan internasional yang
beroperasi di suatu negara. Patut dicatat bahwa di Indonesia, definisi korupsi
terbatas untuk sektor publik mengingat demikianlah batasan definisi korupsi
sesuai dengan UU Antikorupsi (UU no 31/1999 jo UU 20/2001). Sesuai
dengan UNCAC (United National Convention Against Corruption) definisi
korupsi tidak saja mencakup korupsi di sektor publik, namun juga di sektor
swasta maupun lembaga/organisasi/perusahaan asing yang beroperasi di suatu
negara. Bahkan the Bribery Act di Inggris mampu menjerat koruptor dan
praktik korupsi yang terjadi di luar wilayah geografi Inggris, selama
individu/lembaga asing tersebut memiliki hubungan kerja dengan
pemerintah/lembaga yang berafiliasi dengan Inggris.
c. Isu : Tindak pidana korupsi terpisah dari tindak pidana pencucian uang
(TPPU)
Fakta : Kegiatan TPPU tidak dapat dipisahkan dari korupsi. Menurut UNCAC
(UN, 2004), pencucian uang hasil tindakan korupsi adalah bagian dari cakupan
kegiatan yang didefinisikan sebagai korupsi. Pemberantasan pencucian uang
adalah bagian dari penanggulangan korupsi. Sesuai dengan UNCAC (UN,
2004), strategi penanggulangan korupsi terdiri dari empat pilar :
1. penindakan korupsi
2. pencegahan korupsi
3. pemberantasan TPPU hasil korupsi
4. kerjasama trans-nasional untuk penanggulangan korupsi dan pencucian
uang.
Di Indonesia, UU 8/2010 tentang TPPU meningkatkan peran PPATK sebagai
lembaga penegak hukum di bidang TPPU. Berdasarkan UU tersebut, peran
PPATK yang semula pasif berubah menjadi aktif dan berwenang melakukan
analisis potensi TPPU secara mandiri dan kemudian membagikan hasil
analisis kepada lembaga penegak hukum lain. PPATK juga memiliki hak
untuk menannyakan kepada lembaga penegak hukum lain tentang penggunaan
data-data yang disajikan ataupun dikirimkan oleh PPATK.
d. Isu : Dampak korupsi hanya sebatas pada nilai uang negara yang dikorupsi dan
tidak akan berpengaruh terhadapa perekonomian suatu negara secara
menyeluruh.
Fakta : Semakin marak korupsi di suatu negara semakin rendah kinerja
perekonomian negara tersebut. Sebaliknya semakin rendah tingkat korupsi di
suatu negara, semakin bagus kinerja perekonomian negara itu. Dengan
menggunakan data panel untuk 168 negara di dunia dari tahun 1995 hingga
2013 antara IPK dan berbagai indikan pembangunan ekonomi, terdapat
hubungan yang signifikan antara rendahnya korupsi di suatu negara dengan
tingginya kinerja perekonomian negara tersebut. kaitan antara korupsi dan
pengangguran yang berbanding lurus. Ketika korupsi marak di suatu negara,
maka tingkat pengangguran cenderung marak di negara tersebut. Hal ini
mengindikasikan, dan terlihat secara visual, bahwa korupsi di suatu negara
menghambat warga negaranya untuk mendapatkan pekerjaan. Korupsi
menghambat terbukanya lapangan pekerjaan baru.
C. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Perbuatan Korupsi
Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi, Politik, Pemerintahan dan Hukum –
Grameds, tahukah kamu apa saja dampak dari korupsi? Korupsi mempunyai dampak
buruk yang dapat terjadi di segala bidang yang ada. Tindakan korupsi dinilai sangat
buruk karena merugikan banyak orang. Tindakan ini tidak hanya dilakukan oleh orang
yang memiliki jabatan tinggi saja, korupsi juga bisa dilakukan dari hal kecil seperti
berbohong.
a. Di Bidang Ekonomi
1. Penurunan Produktivitas
Produktivitas pada setiap industri dan produksi akan menurun
karena dampak dari korupsi ini. Produktivitas dari perusahaan-
perusahaan akan terhambat dan tidak bisa berkembang lebih maju lagi.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah karyawan atau PHK,
lalu aku banyak pengangguran yang menyebabkan angka kemiskinan
meningkat.
2. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Pajak
APBN dibiayai oleh pajak sebesar 70%. Pajak Penghasilan
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis pajak yang
paling banyak menyumbang untuk pendapatan negara.
Penurunan pendapatan ini karena kenyataan bahwa banyak oknum
pegawai pajak yang memanfaatkan kesempatan buruk ini untuk
memperkaya dirinya sendiri. Hal ini juga mengakibatkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak, dan tentunya
akan menghambat proses pembangunan dan merugikan masyarakat.
3. Meningkatnya Utang Negara
Korupsi tentunya akan memperburuk keuangan negara. Selain
sebelumnya negara memang sudah punya hutang dengan negara lain,
dengan adanya korupsi justru hutang itu akan semakin bertambah. Para
maling uang rakyat ini tidak sadar diri bahwa apa yang ia lakukan
dapat memperburuk keadaan negara. Mereka hanya memikirkan
keuntungan pribadi.
4. Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dengan adanya tindak korupsi di suatu negara akan
menyebabkan para investor dari luar negeri tidak percaya lagi dengan
kepastian hukum dalam tindak korupsi untuk menanamkan modal di
industri suatu negara. Kondisi ini mempersulit pembangunan ekonomi.
Dalam sektor privat ini, korupsi merugikan pada sektor niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, risiko pembatalan perjanjian
karena penyelidikan, dan ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat.
5. Menambah Beban dalam Transaksi Ekonomi
Adanya suap, pungli, penyelewengan dana dalam sebuah
perekonomian membuat biaya transaksi akan semakin besar. Besarnya
biaya transaksi akan menyebabkan tidak efisien dalam perekonomian
seperti, penggunaan sumber daya untuk penciptaan, penggunaan,
pemeliharaan, perubahan, dan sebagainya.
Sistem kelembagaan akan lebih efisien jika biaya transaksi
rendah, namun jika sebaliknya maka sistem kelembagaan tidak akan
efektif. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa Indonesia biasa
melakukan pungli dalam pembuatan berbagai dokumen seperti, akta
kelahiran, Surat Izin Mengemudi (SIM), dan lain-lain. Ini
menyebabkan besarnya biaya transaksi dan sistem kelembagaan
menjadi buruk.
6. Ketimpangan Pendapat
Tindakan korupsi ini menyebabkan perpindahan sumber daya
untuk publik ke tangan pelaku. Hal ini membuat uang pembelanjaan
pemerintah menjadi berkurang. Dengan adanya tindakan korupsi ini
ketimpangan pendapatan akan terjadi antara elit koruptor dengan
masyarakat karena pindahnya sumber daya untuk publik tadi.
Beberapa negara pasti selalu berupaya untuk mengurangi
tindakan korupsi untuk mencegah ketimpangan pendapatan karena
koruptor mengeruk uang publik untuk kepentingan pribadi. Namun
Unslaner (2011) menyatakan bahwa dampak dari korupsi terhadap
ketimpangan pendapatan bersifat timbal balik. Artinya korupsi
menyebabkan ketimpangan pendapatan, dan ketimpangan pendapatan
juga menyebabkan korupsi.
7. Meningkatkan Kemiskinan
Korupsi ini menjadi penyebab kemiskinan masyarakat. Selain
menimbulkan efek langsung, korupsi juga menimbulkan efek tidak
langsung terhadap kemiskinan. Alur korupsi ini awalnya memberikan
dampak penurunan pertumbuhan perekonomian yang akhirnya
menyebabkan angka kemiskinan yang naik.
Dengan naiknya angka kemiskinan tentunya angka kriminalitas
juga akan naik. Masyarakat kecil juga akan melakukan korupsi, tidak
hanya pejabat tinggi. Sesuai dengan paparan mengenai ketimpangan
pendapatan yang memiliki timbal balik, dalam hal ini akan terjadi. Di
mana masyarakat miskin akan melakukan segala cara untuk tetap
hidup, salah satunya dengan korupsi.
b. Di Bidang Pemerintah
1. Etika Sosial yang Mati
Dengan adanya tindakan korupsi dari satu anggota kelompok
maka anggota lain akan menutupi tindakan tersebut dengan berbagai
cara. Hal ini merugikan masyarakat dan negara. Tentunya sangat
mengecewakan karena wakil rakyat malah menutupi kasus tindakan
korupsi yang dapat merugikan masyarakat.
Banyak pejabat negara yang tidak merasa malu dan salah ketika
ia melakukan tindakan korupsi. Inilah arti etika sosial yang mati.
Orang yang memiliki kedudukan tinggi tidak merasa salah mengambil
hak masyarakat yang lebih membutuhkan. Tidak ada kejujuran dan
keadilan bagi masyarakat.
2. Birokrasi Tidak Efisien
Birokrasi memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan kepada
publik. Namun bagaimana jika pelayanannya sangat sulit dan berbelit-
belit. Tentunya masyarakat akan merasa kesulitan jika ingin mengurus
dokumen-dokumennya. Belum lagi jika untuk mempercepat pelayanan
masyarakat diharuskan untuk membayar, inilah yang dinamakan
pungli. Birokrasi pemerintahan seharusnya gratis untuk masyarakat
dan tidak mempersulit.
Seharusnya birokrasi pemerintahan ini mengedepankan
kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi dan kelompok
saja. Jika banyak pungli dan suap negara tidak akan maju, korupsi
terus akan terjadi di mana-mana.
3. Hilangnya Fungsi Pemerintah
Korupsi memiliki dampak kepada pemerintah karena tidak
mampu menjalankan fungsi yang sebenarnya. Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan karena yang ditakutkan korupsi semakin banyak
terjadi, namun pemerintah semakin lunak.
Korupsi yang bersifat personal juga dapat mencoreng nama
baik organisasi
c. Di Bidang Hukum
1. Peraturan Perundang – Undangan Tidak Efektif
Semua pihak dapat menerima suap dan pungli. Yang kaya akan
dipermudah, yang miskin akan dipersulit. Semua akan mudah jika ada
uang. Bahkan keadlian pun bisa dibeli dengan mudah. Hukum yang
tadinya harus adil, sekarang bisa dibeli. Hukum terasa tajam ke bawah
dan tumpul ke atas.
2. Hilangnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Negara
Melalui media massa kita akan mendapatkan informasi
mengenai negara sendiri bahkan dunia. Dengan adanya kasus tindakan
korupsi di negara sendiri akan ada banyak informasi dari berbagai
media massa mengenai bobroknya hukum di Indonesia tentang kasus
korupsi. Hukum tidak benar-benar melindungi masyarakat. Para
koruptor terlihat tenang ketika dijerat hukum, seperti tidak ada yang
berbeda antara dihukum dan tidak.
d. Dibidang Politik
1. Pemimpin Koruptor
Adanya praktik suap dari para calon-calon pemimpin partai saat
pesta demokrasi akan membuat bayangan bahwa mereka juga akan
menjadi calon koruptor. Tradisi ini sudah lama terjadi, para calon
pemimpin selalu memberikan uang ataupun dalam bentuk sembako
agar masyarakat memilih dia saat pemilihan.
Masyarakat seolah-olah dituntut untuk memilih pemimpin
koruptor. Mereka hanya menjanjikan hal-hal yang mungkin tidak akan
dilakukan ketika ia menjabat. Tradisi seperti ini harus kita hentikan.
2. Publik Tidak Lagi Percaya Demokrasi
Korupsi juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada
demokrasi. Semua pejabat negara, legislatif, maupun petinggi pejabat
negara tidak lagi dipercaya oleh publik karena banyaknya koruptor dari
dalam sana. Bahkan publik bisa saja tidak akan memilih siapapun saat
pemilihan umum karena tindakan korupsi ini, ini dapat jadi
pertimbangan publik. Keadaan seperti ini harus diatasi dengan
kepemimpinan yang bersih, jujur, dan adil.
3. Menguatnya Plutokrasi
Plutokrasi adalah sistem politik yang dikuasai oleh kamu yang
memiliki modal besar. Setiap perusahaan besar memiliki hubungan
dengan partai-partai tertentu. Beberapa pengusaha juga menjadi ketua
partai politik tertentu. Ini membuat kepentingan perusahaan dan partai
menjadi tidak sesuai. Ketua partai ini dapat melakukan tindakan suap
dengan mudah jika mereka ingin menang karena banyaknya modal
yang mereka punya.
4. Kedaulatan Rakyat Hancur
Dunia politik hanya milik sekelompok orang di dalam partai
politik saja. Mereka akan terus bersaing dengan partai lain hanya untuk
meraih kemenangan mereka semata. Tentunya yang menang akan
dapat menguasai semuanya. Hanya mereka-mereka lah sekelompok
orang di dalam partai politik yang menang, rakyat hanya ada pada
kemiskinan dan masa depan negara yang tidak jelas.
e. Di Bidang Pertahanan dan Keamanan
1. Kerawanan Pertahanan dan Keamanan
Negara memang seharusnya memiliki pertahanan dan
keamanan dari udara, darat, dan laut. Pertahanan dan keamanan ini
harus dijaga dan difasilitasi dengan baik agar tidak ada pengganggu
kedaulatan negara.
Namun hal ini akan mustahil jika anggaran untuk pertahanan
dan keamanan dikorupsi oleh koruptor. Tentunya akan membuat
fasilitas persenjataan serta hal-hal lain dalam pertahanan dan keamanan
menjadi tidak baik. Ini yang menimbulkan rawannya pertahanan dan
keamanan untuk melindungi negara.
2. Garis Pertahanan yang Lemah
Korupsi juga menyebabkan masyarakat yang berada di garis
batas negara mengalami kemiskinan. Tidak ada armada yang menjaga
garis batas negara. Anggaran untuk rakyat dikorupsi, hal ini
menjadikan masyarakat yang berada di batas negara kesulitan
mengakses air, listrik, pendidikan, dan lain-lain.
Perekonomian hanya cenderung ke daerah perkotaan,
sedangkan daerah perbatasan semakin memburuk karena tidak diurus.
Ini dapat menjadi penyebab banyak masyarakat yang pindah negara
karena tidak ada kepedulian dari pemerintah. Daerah ini juga menjadi
rawan penyelundupan barang ilegal.
3. Kekerasan dalam Masyarakat
Kepercayaan masyarakat sudah hilang karena korupsi. Apa
yang dikatakan pemerintah tidak dihiraukan lagi. Semua kebijakan
pemerintah pun masyarakat tidak akan peduli. Mereka menganggap
program pemerintah tidak akan mengubah apapun.
Hal ini mengakibatkan mereka akan melindungi diri sendiri dan
orang-orang terdekat untuk bertahan hidup dengan menggunakan cara-
cara yang negatif. Kekerasan dan perkelahian akan timbul jika keadaan
ini terjadi.
f. Di Bidang Lingkungan
1. Kualitas Lingkungan Rendah
Korupsi menyebabkan kualitas lingkungan menjadi rendah. Ini
disebabkan oleh banyak faktor yang merusak lingkungan sehingga
kualitasnya menjadi rendah seperti adanya kepentingan ekonomi,
penebangan hutan, tambang yang dieksploitasi secara besar-besaran.
Semua kegiatan tersebut memiliki hubungan dengan pejabat
tinggi negara dan aparat penegak hukum. Semua hutan di suatu negara
gundul karena pejabat-pejabat negara yang mengeksploitasi alam.
Mereka tidak melihat dampak buruk yang ditimbulkan, hanya
mengambil untuk keuntungan pribadi mereka.
2. Kualitas Hidup yang Menurun
Dengan adanya kerusakan lingkungan dan rendahnya kualitas
lingkungan akan memengaruhi kualitas hidup kita juga. Mulai dari
kerusakan hutan yang mengurai oksigen, polusi udara dari pabrik
industri yang semakin banyak, perairan yang tercemar karena limbah
beracun, dan ikan yang mati dari limbah beracun.
Jika semua yang kita butuhkan telah terkontaminasi oleh racun
dan polusi maka di dalam tubuh kita juga banyak penyakit yang
timbul. Inilah kualitas hidup yang menurun. Manusia dan bayi tidak
dapat mencukupi kebutuhan gizi yang baik karena lingkungan yang
rusak. Fisik akan melemah dan gampang sakit.

D. Penyebab Korupsi
a. Faktor Internal
1) Sifat Serakah Manusia
Faktor internal penyebab terjadinya korupsi yang pertama,
yaitu karena adanya sifat serakah manusia. Setiap manusia memiliki
sikap serakah, selalu merasa tidak berkecukupan, dan memiliki hasrat
besar untuk memiliki segalanya.
2) Gaya Hidup yang Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah perilaku yang suka membeli barang-
barang tidak penting, dengan harga yang mahal maupun ekonomis.
Perilaku ini dilakukan untuk memenuhi semua keinginan yang
sementara.
3) Dorongan Keluarga
Karena memiliki jabatan yang tinggi, ada beberapa orang yang
menyelewengkan jabatannya untuk korupsi. Bahkan pelaku tindak
pidana korupsi mendapatkan dorongan dari keluarganya untuk
melakukan perbuatan tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Aspek Pemahaman Masyarakat Terhadap Korupsi
Adanya aspek pemahaman masyarakat yang kurang terhadap
korupsi, bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dasari
karena masyarakat tidak sadar kalau terlibat dalam korupsi, atau
menjadi korban utama dalam tindak pidana korupsi. Masyarakat juga
kurang paham, jika korupsi dapat dicegah dan diberantas.
2) Aspek Ekonomi
Penyebab terjadinya korupsi paling sering karena adanya aspek
ekonomi. Karena banyaknya kebutuhan untuk hidup dan merasa
memiliki pendapatan yang kurang, sehingga ada sebagian orang yang
nekat melakukan korupsi. Aspek ekonomi bisa menjadi dasar manusia
merasa terdesak untuk mengambil jalan pintas, demi mencukupi
kebutuhan dan keinginannya.
3) Aspek Politis
Aspek politis dapat menyebabkan terjadinya korupsi. Tindakan
ini dilakukan karena memiliki jabatan atau kekuasaan yang tinggi di
pemerintahan. Demi mempertahankan jabatan dan memenangkan
urusan politik, maka banyak orang melakukan tindakan korupsi.
4) Aspek Organisasi
Penyebab terjadinya korupsi yang terakhir, yaitu karena aanya
aspek organisasi. Biasanya hal ini akan didukung karena organisasi
tersebut tidak memiliki aturan yang kuat.

E. Studi Kasus Korupsi


a. Kasus Bank Century
Kasus korupsi yang memiliki nilai fantastis berikutnya adalah kasus
Bank Century. Pasalnya, negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 triliun.
Nilai tersebut berdasarkan Laporan Hasil Perhitungan (LHP) kerugian negara
atas kasus tersebut. Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke
Bank Century telah menyebabkan kerugian negara Rp 689,394 miliar.
Kemudian untuk penetapan sebagai bank berdampak sistematik telah
merugikan negara sebesar Rp 6,742 triliun.
- Kesimpulan :
Dalam kasus ini, SBY hanya memberikan pernyataan yang tidak
menunjukkan aksinya seperti apa. SBY banyakan memberi pandangan
normatif saja, jadi tidak menyelesaikan masalah. Padahal, secara tidak
langsung kasus ini mengganggu masyarakat. Dalam kasus Bank Century
yang dipakai adalah uang BI. Itu kan uang rakyat yang harusnya dipakai
untuk kepentingan rakyat. Kenapa harus Bank Century yang di-bail out
sampai triliunan? Waktu perusahaan pengusaha dalam negeri mau
bangkrut banyak yang ngga dibantu.
b. KPK Cegah 2 Orang di Kasus Korupsi Garuda Indonesia
“Benar KPK melakukan pencegahan terhadap dua orang,” kata Kepala
Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, Rabu, 5 Oktober 2022.
Ali tak menyebutkan identitas kedua orang tersebut. Dia hanya
mengatakan pencegahan dilakukan untuk waktu 6 bulan ke depan hingga
Januari 2023. Waktu pencegahan itu dapat diperpanjang tergantung kebutuhan
penyidik. Pencegahan dilakukan untuk mempermudah penyidikan kasus ini.
Sehingga, ketika dipanggil pihak tersebut bisa kooperatif dan hadir ke hadapan
tim penyidik.Sebelumnya, KPK menyatakan membuka penyidikan baru kasus
suap pengadaan armada pesawat Airbus di PT Garuda Indonesia tahun 2010-
2015. Dalam kasus ini, KPK menduga ada anggota DPR periode 2009-2014
dan pihak lainnya yang menerima suap sebesar Rp 100 miliar.
“Dugaan suap tersebut senilai sekitar Rp 100 M yang diduga diterima
anggota DPR RI 2009-2014 dan pihak lainnya termasuk pihak korporasi,” kata
Ali, Selasa, 4 Oktober 2022.
Ali mengatakan penyidikan ini merupakan pengembangan dari kasus korupsi
di PT Garuda Indonesia yang sebelumnya sudah ditangani KPK. Ali
mengatakan penyidikan ini bisa berhasil karena kerja sama dengan otoritas di
Inggris dan Prancis.
“KPK apresiasi pihak otoritas asing dimaksud yang bersedia
membantu penegak hukum di Indonesia,” kata dia.
Ali mengatakan KPK akan mengumumkan tersangka ketika
penyidikan sudah dianggap mencukupi. Selain tersangka, kata dia, akan
diumumkan pula pasal dan perbuatan yang disangkakan. Pengumuman itu,
kata dia, akan dilakukan bersamaan dengan upaya penahanan atau
penangkapan. KPK, kata dia, masih mengumpulkan alat bukti untuk membuat
terang perkara ini. Dia meminta para saksi untuk kooperatif saat diperiksa.
“Dukungan masyarakat untuk terus mengawasi proses penyidikan ini,
tentunya kami butuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kerja-kerja
penindakan yang dilakukan KPK,” kata dia.
Menurut Ali, modus korupsi dalam perkara ini cukup kompleks.
Mengingat transaksi yang dilakukan lintas negara. Kasus ini, kata dia, diduga
juga tidak hanya melibatkan individu, melainkan juga korporasi, adanya aktor
penting dan kerugian negara yang cukup besar.
Kasus korupsi Garuda ini, KPK sebelumnya telah menyeret Emirsyah
Satar dan sejumlah orang lainnya. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta
memvonis mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia itu delapan tahun
penjara. Emir dinilai terbukti menerima suap sebesar 2,1 juta dolar Singapura.
Mahkamah Agung pada tingkat kasasi menguatkan hukuman itu. Emir juga
diperintahkan untuk mengembalikan uang suap yang dia terima.
- Kesimpulan :
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak
korupsi. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Memperkuat
Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya. Membangun kode
etik di sektor publik. Tindak korupsi dapat merugikan bangsa dan negara
karena orang yang korupsi memiliki sikap yang tidak jujur, ketidak jujuran
tersebut yang membuat orang dapat melakukan apapun termasuk korupsi,
biasanya jarang yg memiliki sikap tidak jujur adalah orang yang hanya
memikirkan diri sendiri tidak dengan orang lain.
c. Kasus Korupsi Asabri, Teddy Tjokro Divonis 12 Tahun Penjara
Mejelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat memvonis Teddy Tjokrosapoetro,
terdakwa kasus korupsi di PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (Asabri), terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana Korupsi dan pencucian uang. Direktur Utama PT Rimo
International Lestari itu dihukum 12 tahun penjara. Putusan majelis hakim
sebagaimana dakwaan kesatu dan dakwaan kedua primair.
“Menjatuhkan pidana terdakwa tersebut dengan pidana penjara 12
tahun dan denda Rp 1 miliar dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak
dibayar diganti dengan pidana kurungan selama satu tahun,” ujar hakim ketua
IG Eko Purwanto dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat,
Rabu (3/8/2022).
Teddy dinilai terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dakwaan primer Pasal 2 Ayat (1)
atau Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang (UU) Nomor 31 Tahun penjara 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, Teddy juga dinilai
terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 3 UU Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU) sebagai dakwaan kedua primer.
“Menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti
kepada negara sebesar Rp 20.832.107.126,” papar hakim.
Adapun vonis terhadap Teddy lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut
Umum (JPU) pada Kejaksaan Agung (Kejagung) yang menuntut 18 tahun
penjara dan denda Rp 5 miliar. Teddy didakwa telah memperkaya diri sendiri
senilai Rp 6 triliun. Ia bersama kakaknya, Benny Tjokrosaputro diduga
berperan menjadi pengelola investasi dari dana PT Asabri periode 2012-2019.
“Terdakwa telah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi di antaranya memperkaya Teddy Tjokrosapoetro, Benny
Tjokrosaputro, dan Jimmy Sutopo,” papar jaksa dalam persidangan di Tipikor
Selasa (15/3/2022).
"Yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara atas
pengelolaan investasi saham dan reksadana PT Asabri," ucap jaksa.
Tindakan Teddy bersama kakaknya disebut jaksa merugikan keuangan
negara Rp 22,7 triliun. Jaksa menyebutkan, ada kerugian pada reksadana
Manager Investasi PT Asia Raya Kapital dan PT Maybak Asset Management.
“Yang pengelolaannya dikendalikan Benny Tjokrosaputro dengan
portofolio saham Rimo, Nusa dan Posa yang diakibatkan oleh perbuatan
terdakwa Teddy Tjokrosapoetro bersama Benny Tjokrosaputro dan afiliasinya
dengan total perolehan saham Rimo, Nusa dan Posa senilai Rp 594 miliar,”
tutur jaksa.
- Kesimpulan: Jangan terlalu fokus pada keuntungan diri sendiri, dan
menyepelekan kebutuhan orang lain, karena hal tersebut dapat berdampak
buruk kepada kita, contohnya seperti yang sudah ada di berita ini, karena
fokus memperkaya diri sendiri, dia Sampai lupa, bahwa hukum di negara
ini masih berlaku
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat
parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Meningkatnya tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak
lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana.
Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian
negara. Banyaknya isu – isu yang tejadi di Indonesia terkait tindakan korupsi sudah
tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, namun beberapa isu tersebut tidak
benar adanya.
Korupsi mempunyai dampak buruk yang dapat terjadi di segala bidang yang
ada. Tindakan korupsi dinilai sangat buruk karena merugikan banyak orang. Baik dari
bidang ekonomi, politik, hukum, keamanan dan pertahanan, pemerintahan dan juga
lingkungan. Tak sedikit kasus korupsi terjadi di Indonesia, banyak diantaranya
dilakukan oleh pejabat – pejabat pemerintahan dengan tujuan memperkaya diri sendiri
yang menyebabkan kerugian besar negara juga masyarakat

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai