Anda di halaman 1dari 7

TANGAN KOTOR PEMIMPIN

Penulis

Nama Lengkap : Rafael Narendra Prabhawa


NIS : 16995
Kelas : X MIPA 3

Asal Sekolah

Nama Sekolah : SMA KOLESE DE BRITTO


Jl. Laksda Adisucipto No.161, Depok, Sleman,
Alamat :
D.I Yogyakarta

2020
TANGAN KOTOR PEMIMPIN

Oleh: Rafael Narendra Prabhawa/ X MIPA 3/ 26

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya.
Jika dimanfaatkan dengan baik dan benar maka dapat menguntungkan negara dan
dapat menjadi modal negara dalam pembangunan. Pajak yang dibayarkan oleh
masyarakat juga dapat menjadi modal dalam pembangunan negara. Namun, pada
saat ini Indonesia masih harus mengutang atau meminjam uang untuk
pembangunan negara. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah satu faktor
penyebabnya adalah maraknya praktik korupsi di Indonesia. Arti korupsi menurut
hukum di Indonesia adalah perbuatan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri atau orang lain baik perorangan maupun korporasi, yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi berasal
dari Bahasa Latin, corruptio. Kata kerja dari kata ini adalah corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau menyogok. Bahasa
Latin ini turun ke banyak bahasa di Eropa seperti Bahasa Inggris yaitu corruption,
corrupt, Bahasa Prancis yaitu corruption, dan Bahasa Belanda yaitu corruptie,
korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah, kata itu turun ke Bahasa Indonesia,
korupsi. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan
menjadi 7 jenis, yaitu kerugian keuangan negara, penyuapan, pemerasan,
penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan kepentingan dalam pengadaan
barang dan jasa, serta gratifikasi. Dari pengertiannya saja kita mengerti bahwa
tindakan korupsi sangat merugikan negara

Banyak sekali praktik korupsi yang terjadi di Indonesia. Karena praktik


korupsi ini Indonesia mengalami kerugian yang besar bagi negara. Tak hanya bagi
negara tetapi juga bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia merasa telah
dirugikan oleh negara sendiri karena masyarakat Indonesia membayar pajak
dengan harapan mendapat pembangunan yang berguna dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat Indonesia. Namun, uang-uang tersebut malah disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini. Berikut contoh kasus-kasus
korupsi di Indonesia:

1. Kotawaringin Timur

KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai


tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di
daerah itu. Dalam kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian hingga
Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dolar AS. Supian yang juga kader PDIP ini
diduga menguntungkan diri sendiri dan korporasi dalam pemberian IUP
kepada tiga perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya Abadi (PT. FMA), PT.
Billy Indonesia (PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining (PT. AIM) pada
periode 2010-2015. Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Emerson
Yuntho menyebut kasus korupsi Bupati Kotawaringin Timur menjadi
salah satu kasus orupsi terbesar yang ditangani oleh KPK.

2. Kasus E-KTP

Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling
fenomenal. Kasus yang menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar
Setya Novanto ini telah bergulir sejak 2011 dengan total kerugian negara
mencapai Rp 2,3 triliun. Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah
diperiksa KPK atas kasus ini dan hingga kini ada 8 orang yang telah
ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah pengusaha Made Oka
Masagung, Keponakan Setya Novanto yakni Irvanto Hendra Pambudi,
Mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Dirjen
Dukcapil Kemendagri Sugiharto, Mantan Dirjen Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kemendagri Irman, pengusaha Andi Narogong, Mantan
Ketua Umum Golkar Setya Novanto, Anggota DPR Markus Nari, dan
Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo.

3. Presiden Soeharto
Mantan Presiden Kedua Soeharto disebut-sebut telah melakukan tindak
pidana korupsi terbesar dalam sejarah dunia. Kekayaan negara yang
diduga telah dicuri oleh Soeharto berkisar antara 15 hingga 35 miliar dolar
AS atau sekitar Rp 490 triliun. Lembaga internasional yang memerangi
korupsi yakni Transprency International merilis bahwa Soeharto menjadi
salah seorang tokoh paling korup di dunia. Diperkirakan masih ada banyak
sumber pemasukan keluarga Soeharto dari hasil perusahaan swasta dan
kebijakan yang ia buat untuk memperkaya diri. Peneliti ICW Emerson
Yuntho meminta agar pemerintah dapat segera mengusut tuntas kasus
korupsi terbesar ini. Sebab penyelesaian kasus ini merupakan mandate
reformasi.

Menurut data jumlah para pelaku korupsi tahun 2012-2019 dari KPK,
terdapat 257 Anggota DPR dan DPRD, 28 Kepala Lembaga/Kementerian, 4 Duta
Besar, 7 Komisioner, 21 Gubernur, 119 Walikota/Bupati dan Wakil, 225 Eselon
I / II / III, 22 Hakim, 10 Jaksa, 2 Polisi, 12 Pengacara, 297 Swasta, 142 Lainnya,
dan 6 Korporasi, sehingga jumlahnya ada 1152. Berdasarkan data tersebut, kita
dapat melihat bahwa masih banyak sekali pejabat negara yang melakukan korupsi.
Mereka bukanlah para pemimpin pengabdi yang Pancasilais karena hal-hal
tersebut sangat bertolakan dengan sila-sila Pancasila yang merupakan pedoman
hidup kita. Dengan menyelewengnya tindakan terhadap Pancasila, hal tersebut
akan membuat cita-cita yang didambakan oleh negara dan bangsa lama kelamaan
akan menjadi hancur. Dengan kita melakukan tindakan korupsi kita sama saja
telah menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh pendiri bangsa
kita yang berjuang mati-matian. Berikut ini sila-sila yang bertentangan dengan
korupsi:

1. Sila pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan  Yang Masa Esa” jika kita
melakukan tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi
Tuhan.
2. Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” sila ini
memiliki makna untuk memperlakukan sesama manusia sebagai mana
mestinya dan melakukan tindakan yang benar, bermartabat, adil terhadap
sesama manusia sebagaimana mestinya. Dengan  melakukan korupsi,
berarti sama saja telah melangggar sila kedua ini karena telah melakukan
tindakan yang memperlakukan kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat
untuk mendapatkan hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri dan
juga membuat orang lain menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut .

3. Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna


bahwa kedudukan masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa
membeda-bedakan serta mendapat perlakuan yang sama di depan hukum
sehingga, dengan melakukan korupsi berarti sama saja telah melanggar
sila ini. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menghilangkan
kepercayaan masyarakat sehingga hal tersebut akan membuat rakyat
merasa menjadi terintimidasi dan tidak peduli lagi terhadap tindakan yang
telah dilakukan oleh pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan membuat
Indonesia menjadi tidak harmonis.

4. Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyahwarataan Dan Perwakilan” dengan
melakukan tindakan korupsi berarti kita juga telah melanggar sila keempat
ini karena sila ini mengandung makna untuk bermusyawarah dalam
melakukan dan menentukan segala sesuatu agar tercapainya keputusan
bersama yang berdampak baik bagi Indonesia. Tetapi, dengan korupsi itu
sama saja telah melakukan tindakan dengan keputusan sendiri dan hal itu
tidak baik karena dalam menentukan dan melakukan segala sesuatu
haruslah berdasarkan keputusan bersama karena Indonesia sangat
menjunjung tinggi musyawarah. Jika melakukan tindakan korupsi berarti
sama saja telah meremehkan kekuatan musyawarah dan hal itu akan
membuat negara menjadi terpecah belah.
5. Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” dengan adanya korupsi berarti telah melakukan tindakan yang
melenceng dari sila ini karena sila ini memiliki makna yaitu adil terhadap
sesama dan menghormati setiap hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Dengan tindakan korupsi menunjukan ketidakadilan antar
pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga ketidakadilan terhadap
negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya
untuk dijadikan kenikmataan bagi diri sendiri tanpa memikirkan tujuan
awalnya hal tersebut dilakukan.

Menjadi pemipin pengabdi yang pancasilais haruslah dimulai dari diri sendiri
dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sehingga tindakan dan perilaku kita
akan mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, kita
dapat menjadi contoh bagi orang lain yang kita pimpin. Seorang pemimpin
pengabdi yang pancasilais haruslah mampu untuk memimpin diri sendiri dan
orang lain terutama berkaitan dengan hal korupsi. Sikap jujur, adil, bertanggung
jawab, menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, dan
menjalankan kepemimpinannya dengan bersih menjadi syarat mutlak menjadi
seorang pemimpin pengabdi yang pancasilais.
DAFTAR REFERENSI

Sumber Pustaka:

Sumber Internet:

https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/apa-
itu-korupsi

https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-
indonesia-dengan-kerugian-negara-fantastis

https://www.kpk.go.id/id/statistik/penindakan/tpk-berdasarkan-profesi-
jabatan

https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-pancasila-terhadap-
tindakan-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai