Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fathika Medinna Giantoni

NIM : 195020307111049

Problem Solving Bagi Permasalahan Korupsi

Korupsi sudah menjadi penyakit yang sangat sulit untuk dihilangkan di negeri ini.
Korupsi sendiri merupakan perbuatan melawan hukum, dengan maksud memperkaya diri
sendiri atau orang lain, baik perorangan maupun korporasi, yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya korupsi. Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi
penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi
dengan faktor kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan
kroninya. Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar nilai nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Karena adanya korupsi ini memberikan dampak kepada berbagai aspek
seperti korupsi dapat menghambat pembangunan, ekonomi, dan semakin lemahnya karakter
bangsa Indonesia.
Sila pertama, yang berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Masa Esa”. Masyarakat Indonesia
sudah seharusnya untuk memiliki keimanan serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dan dalam setiap ajaran agama tersebut semuanya sangat menolak akan perbuatan
korupsi. Jika kita melakukan tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi
Tuhan.
Sila kedua, yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab”. Sila ini
bermakna memperlakukan sesama manusia sebagaimana mestinya dan melakukan tindakan
yang benar, dan adil terhadap sesama manusia sebagaimana mestinya. Dengan melakukan
korupsi, berarti sama saja telah melangggar sila kedua ini karena telah melakukan tindakan
semena-mena serta kekuasaan sebagai tempat untuk mendapatkan hal yang diinginkan demi
kebahagiaan diri sendiri dan juga membuat orang lain menjadi rugi karena tindakan korupsi
tersebut .
Sila ketiga, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Memiliki makna bahwa kedudukan
masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa membeda-bedakan serta mendapat
perlakuan yang sama di depan hukum. Seorang koruptor tidak memiliki sikap persatuan antar
sesama, karena mereka lebih mementingkan nafsu dan urusan pribadinya, dan mereka tidak
memikirkan bahwa korupsi dapat membuat dampak buruk seperti dapat merusak
perekonomian, serta melunturkan sikap kecintaan kepada bangsa dan negara.
Sila keempat, yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyahwarataan Dan Perwakilan”. Mengandung makna untuk
bermusyawarah dalam melakukan dan menentukan segala sesuatu agar tercapainya keputusan
bersama yang berdampak baik bagi Indonesia. Tetapi, dengan korupsi itu sama saja telah
melakukan tindakan dengan keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena dalam
menentukan dan melakukan segala sesuatu haruslah berdasarkan keputusan bersama karena
Indonesia sangat menjunjung tinggi musyawarah.
Sila kelima, yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Dengan adanya korupsi berarti telah melakukan tindakan yang melenceng dari sila ini karena
sila ini memiliki makna yaitu adil terhadap sesama dan menghormati setiap hak-hak yang
dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu juga ketidakadilan terhadap negara
sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya untuk dijadikan kenikmataan
bagi diri sendiri tanpa memikirkan tujuan awalnya hal tersebut dilakukan. Dimana kurangnya
dana untuk menunjang kepentingan umum yang mengakibatkan tidak selesainya
pembangunan. Dana untuk pembangunan malah ditahan ditangan para koruptor.
Terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah dengan menjadikan nilai-nilai
Pancasila dan norma-norma agama, serta peraturan perundang-undangan sebagai acuan dasar
untuk seluruh masyarakat Indonesia. Maka dari itu untuk menghadapi korupsi ini, masyarakat
Indonesia harus semakin memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kepribadian dan dalam
kehidupan sehari hari. Setiap orang yang memiliki dan memahami agama yang mereka anut
pasti akan sangat menolak terhadap perbuatan korupsi tersebut, karena dapat sangat merusak
nilai keadaban dan keadilan. Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak korupsi, diwujudkan dalam bentuk antara lain; mencari, memperoleh,
memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi, hak menyampaikan saran dan
pendapat secara bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi serta memberikan perlindungan. Dan juga perlu diadakan apresiasi terhadap personal
maupun lembaga yang sudah dapat memberantas tindak korupsi ini sehingga dapat
menjadikan teladan bagi seluruh rakyat di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai