Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI KREATIF
PERMASALAHAN EKONOMI KREATIF PADA BIDANG PERIKLANAN, DESAIN,
KULINER, MUSIK, DAN SENI PERTUNJUKAN

Disusun oleh :
1. Nasywa Alya Rosyidah (22011010015)
2. Angelita Firda Rambu Anagiya (22011010016)
3. Ariyani Nurul Fadilah (22011010021)
4. Sonia Yulia Putri (22011010045)
5. Carissa Klarin Yovanda (22011010077)

Dosen Pembimbing : Drs. Ec. Marseto, Msi

KELAS B
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Masalah Jenis-Jenis Bidang Ekonomi Kreatif” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ekonomi
Kreatif.
Tidak lupa kami ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ekonomi Kreatif yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada
teman-teman anggota kelompok ini karena telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini
sehingga bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah dan memperluas pengetahuan
para pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Kami juga menyadari bahwa tugas makalah
ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi selanjutnya.

Surabaya, 17 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….…………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…………ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…….………………………………………………………..2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Periklanan……………………..3
2.2 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Desain……..…………………..5
2.3 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Kuliner………………………...7
2.4 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Musik……………….…………9
2.5 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Seni Pertunjukan…..………......9

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….11
3.2 Saran…………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Ekonomi Kreatif boleh dikatakan belumlah akrab di dalam wacana publik.
Sekalipun nomenklatur ini telah menjadi salah satu dari unsur kementerian pada paruh kedua
pemerintahan Presiden SBY, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetap saja
belum dikenal dengan baik oleh setiap kalangan masyarakat Indonesia. Di samping memang
istilah ekonomi kreatif merupakan hal yang baru dalam literatur ekonomi, usaha untuk
mensosialisasikan bidang ini pun tampak belum maksimal. Pariwisata atau pertanian sebagai
nomenklatur, jauh lebih dikenal dan dimengerti oleh masyararakat ketimbang ekonomi
kreatif.
Ekonomi Kreatif yang dipandang sebagai sub sektor dalam kegiatan ekonomi sebenarnya
belum lama muncul. Pada dekade awal 1990-an, di Australia timbul persoalan mengenai
mekanisme pandanaan yang berkaitan dengan kebijakan sektor seni dan budaya, sehingga
muncullah istilah ketika itu “Creative Nation” yang dikeluarkan Australia. Tetapi istilah ini
benar-benar terangkat ketika Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United
Kingdom (Inggris) mendirikan Creative Industries Task Force pada tahun 1997.
Kemudian DCMS Creative Industries Task Force (1998) merumuskan definisi sebagai
berikut: “Creative Industries as those industries which have their origin in individual
creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the
generation and exploitation of intellectual property and content”. Ruang lingkup dari industri
kreatif menurut DCMS meliputi, advertising, architecture, the art and antiques market,
crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the performing arts,
publishing, software, television and radio. Pada waktu berikutnya, banyak negara di dunia
mengadopsi konsep Inggris ini, antara lain Norwegia, Selandia Baru, Singapura, Sewedia dan
tentu saja Indonesia tidak mau ketinggalan dengan istilahnya sendiri, Ekonomi Kreatif.
Indonesia sendiri dalam pembangunan sektor ekonomi kreatif tampak sangat cepat. Bila di
negara maju semacam Inggris, timbulnya industri kreatif sebagai nomenklatur baru dalam
kebijakan industrial mereka, hal itu tampak sebagai suatu yang alamiah dari perspektif evolusi
ekonomi. Ingris, sebagai pelopor industri sekaligus lokus revolusi industri dunia, kini masuk
pada tahap lanjut evolusi ekonomi, yaitu ekonomi berbasis ide dan kreasi. Bila
disederhanakan, evolusi ekonomi dimulai dari tahap ekonomi berbasis pertanian, kemudian
berkembang menjadi ekonomi berbasis industri, lalu ekonomi berbasis informasi, dan yang
mutakhir ekonomi berbasis ide dan kreasi.
Kasus Indonesia dalam hal pembinaan Ekonomi Kreatif cukup menarik. Ekonomi Kreatif
muncul dari atas (from above) melalui kebijakan negara. Tetapi bukan berarti kegiatan
ekonomi kreatif baru muncul seiring dengan kebijakan pemerintah tersebut. Ekonomi Kreatif
telah lama tumbuh dan berkembang di masyarakat, namun secara khusus mendapat perhatian
dan pembinaan yang kuat dari pemerintah baru dimulai pada era pemerintahan SBY.
Pemerintahan SBY telah meninggalkan legacy yang baik terkait pengembangan dan
pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia. Secara kronologis kebijakan ekonomi kreatif
dimulai oleh pernyataan Presiden untuk meningkatkan industri kerajinan dan kreativitas
bangsa, terselenggaranya Pekan Produk Budaya Indonesia 2007, yang berubah nama menjadi
Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009, terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009
tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, hingga Perpres Nomor 92 Tahun 2011 yang
menjadi dasar hukum terbentuknya kementerian baru yang mengurusi ekonomi kreatif, yaitu
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Menterinya, Mari Elka Pangestu.
Kemudian lebih lanjut terbitlah pada 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disinggung di atas sebagai dasar pembelajaran, maka akan
diuraikan permasalahan jenis-jenis pada bidang ekonomi kreatif, diantaranya:
a. Apa Saja Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Periklanan?
b. Apa Saja Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Desain?
c. Apa Saja Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Kuliner?
d. Apa Saja Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Musik?
e. Apa Saja Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Seni Pertunjukan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas yang bersumber dari latar belakang masalah
yang telah disebutkan, kami berharap dari pembahasan ini kita dapat mengetahui :
a. Permasalahan Ekonomi Kreatif di Bidang Periklanan
b. Permasalahan Ekonomi Kreatif di Bidang Desain
c. Permasalahan Ekonomi Kreatif di Bidang Kuliner
d. Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Musik
e. Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Seni Pertunjukan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Periklanan


Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi di mana input dan output adalah ide-ide
ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya memproduksi
ide, bukan hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. (Howkins, 1997). Salah
satunya yaitu periklanan yang didefinisikan sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan layanan iklan dengan komunikasi satu arah menggunakan media tertentu atau juga
dapat dipahami sebagai industri jasa yang mengumpulkan bentuk komunikasi tentang
produk, layanan, ide, bentuk promosi, informasi: layanan publik, individu atau organisasi
yang diminta oleh pengiklan bertujuan untuk mempengaruhi, meyakinkan individu /
masyarakat sasaran untuk membeli, mendukung atau menyetujui hal-hal yang ingin
mereka komunikasikan. Dalam suatu periklanan terdapat beberapa subyek serta obyek
yang terdapat didalamnya, antara lain yaitu :
1. Pemasang iklan
Pihak yang ingin mengkomunikasikan sesuatu yang baik adalah produk, layanan, ide,
bentuk promosi, informasi layanan publik, informasi tentang individu atau organisasi
tertentu kepada individu atau masyarakat sasaran tertentu. Pengiklan ini bisa menjadi
individu atau organisasi tertentu, baik pemerintah maupun swasta.
2. Biro iklan
organisasi yang membantu pengiklan untuk mengumpulkan bentuk komunikasi dan
visualisasi yang diinginkan oleh pengiklanan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
pengiklam. Agen iklan ini adalah pemain utama di industri iklan.
3. Target pendengar/pemirsa/pembaca
Objek yang merupakan tujuan dari benda yang akan dikomunikasikan sehingga objek
tersebut mendukung, membeli, memahami atau setuju dengan benda yang
dikomunikasikannya.
Beberapa aktivitas yang utama dalam industri periklanan ini terbagi menjadi beberapa
hal yang dapat disebutkan yaitu :
a) Creative Idea Generation & Pre production
Pada tahap ini, akan ada pertukaran informasi intensif antara klien dan agen iklan,
dalam merumuskan konsep iklan yang akan dibuat. Pada awalnya, klien akan
memberikan singkat kepada agen iklan, tentang: latar belakang, pemahaman
konsumen, target audience, kesan yang akan dihasilkan, kualitas produk, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan produk / layanan / ide dan lainnya yang ingin disampaikan
sehingga apa yang disampaikan dapat dikemas dan dikomunikasikan secara optimal.
Setelah brief klien dibuat, agen periklanan akan memberikan input, tanggapan dan
presentasi awal kepada klien pada penjelasan yang disampaikan oleh klien disertai
dengan gambaran umum tentang gagasan/konsep iklan yang akan dibuat. Pada tahap
pra-produksi, diskusi intensif dan keputusan dibuat tentang tujuan yang harus dicapai
dengan penciptaan iklan.
b) Production
Tahap ini akan dibagi menjadi tiga fase utama: produksi, pasca-produksi dan fase
akhir. Tahap produksi adalah tahap produksi materi / ide yang telah disepakati pada
tahap sebelumnya. Jika materi akan didistribusikan melalui media TV, maka
perlu untuk membuat iklan TV yang biasanya dilakukan oleh rumah produksi tertentu.
Jika materi harus didistribusikan melalui media cetak, maka perlu untuk melukis desain
grafis untuk kemudian dicetak oleh bagian penerbitan dan cetak. Fase pasca-produksi
adalah fase editing untuk mengkompilasi semua materi yang ada. Tahap akhirnya
adalah tahap censorship material dan penyisipan produk iklan ke media optik tertentu,
yang akan didistribusikan ke media penempatan yang akan digunakan sebagai media
distribusi.
c) Placement Media
Placement Media merupakan tahap distribusi iklan pada media tertentu misalnya TV,
radio, Majalah, surat kabar, internet, musik, billboard, dan sebagainya. Iklan adalah
media informasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat audiens,
asli, serta memiliki karakteristik tertentu dan meyakinkan sehingga konsumen atau
audiens secara sukarela didorong untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan
pengiklan. (Jefkins, 1997:18). Iklan adalah sarana promosi produk, baik dalam bentuk
pesan tertulis atau visual dengan tujuan mempengaruhi pembelian atau penggunaan
produk untuk dijual yang ditujukan kepada masyarakat. Industri yang bergerak dalam
melakukan promosi ini juga memiliki kalsifikasi, seperti:
1. Iklan Produk : Bentuk iklan yang bertujuan untuk menginformasikan konsumen
tentang produk baru dari sebuah perusahaan dengan berbagai penawaran dan promosi
yang menarik.
2. Iklan Korporat : Iklan yang berhubungan dengan sebuah perusahaan tentang identitas
untuk mendapatkan dukungan dan pandangan positif dari komunitas. Hal ini dapat
dilihat ketika perusahaan layanan Gojek yang mengubah penampilan logo, mereka
membuat iklan besar-besaran sehingga publik tahu perubahan dan makna di dalamnya.
3. Iklan antar Bisnis : Bentuk iklan baru ini memberikan citra atau pengenalan
perusahaan dari produk penjualan lain, dalam arti bahwa perusahaan memasukkan
produknya ke dalam produk lain dengan menulis sebagai sponsor.
4. Iklan Respon Langsung : Bentuk iklan ini menunjukkan adanya komunikasi dua arah
antara konsumen dan pengiklan yang bersangkutan. Interaksi atau komunikasi ini dapat
dilakukan melalui berbagai media, seperti: surat, telepon, chatting dengan pemilik untuk
mengirim pesan dalam bentuk email.
Suatu industri periklanan tentunya memiliki berbagai manfaat dan tujuan, antara lain :
1) Menginformasikan : Iklan berguna ditayangkan agar masyarakat mengenal produk
maupun jasa yang menggunakan beragam media sehingga tercipta kemungkinan besar
masyarakat membangun sebuah permintaan primer.
2) Membujuk : Iklan berperan untuk membujuk para konsumen yang melihatnya
dengan tujuan akhir tercipta pembelian.
3) Mengingatkan : Iklan berperan sebagai pengingat penonton akan suatu produk
maupun jasa. Maka tak heran jika iklan di televisi kerap kali muncul atau diulang agar
penonton lebih cenderung mengingat iklan tersebut dibandingkan dengan iklan lainnya.
4) Memberikan nilai tambah : Iklan yang memiliki tambahan gaya dan visualisasi dapat
meningkatkan minat konsumen, salah satu halnya dengan cara menjadikan seseorang
yang dianggap profesional di bidangnya dan memiliki eksistensi dari konsumen.
Dalam bidang periklanan dapat diambil kesimpulan bahwa iklan di masa lalu sangat
berbeda dari iklan saat ini. Tentu saja, karena era maju ini, semua teknologi dan media
semakin berkembang diikuti juga oleh sumber daya manusia yang memadai. Oleh
karena itu, tidak jarang bagi kita untuk menemukan banyak iklan yang lebih menarik
diikuti oleh warna dan lagu-lagu yang menarik dibandingkan dengan iklan kuno yang
cenderung hitam dan putih dan membosankan. Iklan berguna untuk meningkatkan aset,
keuntungan perusahaan, dan jumlah pelanggan. Namun, iklan membutuhkan ide-ide
kreatif dan inovatif karena keduanya memainkan peran penting dalam memberikan
dampak positif pada perusahaan, sehingga menghasilkan audiens yang menarik dan
meyakinkan yang melihatnya untuk membeli barang atau jasa dan akan menguntungkan
bagi perusahaan yang mengiklankan itu.

2.2 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Desain


Ekonomi kreatif merupakan proses ekonomi yang termasuk kegiatan produksi dan
distribusi barang serta jasa di dalamnya yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta
kemampuan intelektual dalam membangunnya. Menurut United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD), ekonomi kreatif merupakan konsep ekonomi yang
berkembang berdasarkan pada aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi. Alvin Toffler (1980) mengungkapkan dalam teorinya bahwa
terdapat tiga gelombang dalam peradaban ekonomi. Pertama, ialah pertanian. Kedua, ialah
ekonomi industri, dan ketiga adalah ekonomi informasi. Ia juga kemudian memprediksi
bahwa akan ada gelombang keempat, yakni ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif mempunyai
salah satu ciri yaitu memiliki kreasi intelektual terutama pada bidang desain.
Desain adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi menggunkan desain grafis,
desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa
riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. Dalam arti luas desain
adalah rancangan yang dapat diterapkan untuk membuat struktur, produk, layanan, fitur,
dan proses. Tujuan desain jauh lebih erat terkait dengan strategi daripada estetika.
Jenis-jenis desain :
1. Desain Interior
Desain interior adalah kegiatan merancang lingkungan fisik interior dan
eksterior yang digunakan oleh manusia. Profesional dalam pekerjaan ini bekerja
dengan ruang interior untuk meningkatkan keamanan, fungsionalitas, dan daya
tarik estetika area tersebut. Mereka memilih skema warna, furnitur, lantai,
pencahayaan, dan semua elemen lain dari sebuah ruangan atau bangunan.
2. Desain Grafis
Desain visual seperti tata letak majalah. Para profesional ini membuat desain
untuk jaminan pemasaran, ilustrasi produk, identitas merek, dan situs web
menggunakan perangkat lunak komputer seperti Adobe. Mereka menggabungkan
keterampilan teknis dengan kemampuan artistik untuk menciptakan desain yang
sesuai dengan audiens yang diinginkan.
3. Desain Busana
Merancang pakaian dan aksesoris. Profesional di bidang ini merancang
pakaian dan aksesori baru. Desain dibuat sketsa di atas kertas atau perangkat
digital, dan kemudian warna, bahan, dan tekstur produk akhir ditentukan.
Perancang busana mempelajari tren mode dengan meninjau majalah dan
menghadiri peragaan busana.
4. Desain Teknik
Pengertian desain teknik merupakan kategori luas desain yang berlaku untuk
struktur, infrastruktur, teknologi, dan mesin yang direkayasa. Desain teknik adalah
metode yang digunakan insinyur untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah.Desain perangkat lunak
5. Desain Perangkat Lunak
Pengertiannya adalah proses di mana agen menciptakan spesifikasi artefak
perangkat lunak yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan, menggunakan
seperangkat komponen primitif dan tunduk pada batasan. Pengertian desain
perangkat lunak enguraikan struktur, komponen, objek, dan metode yang
memecahkan masalah dengan perangkat lunak.
6. Desain Industri
Desain Industri adalah proses pemecahan masalah strategis yang mendorong
inovasi, membangun kesuksesan bisnis, dan mengarah pada kualitas hidup yang
lebih baik melalui produk, sistem, layanan, dan pengalaman yang inovatif.
Pengertian desain industri berarti merancang produk untuk produksi massal.
Kreatif adalah kemampuan unik yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mau
dan mampu menciptakan (to create) sesuatu yang baru (Michael Michalko, Thinker
Toys). Salah satu arti menciptakan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “membuat
(mengadakan) sesuatu yang baru (belum pernah ada, Luar biasa, lain dari yang lain)”.
Setiap orang memiliki potensi kreatif yang mengagumkan, tetapi tidak banyak yang
mampu mengaktualkanya. Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan
gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan
yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdaya cipta
(creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki
keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah
tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya cipta dalam kemasakinian sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.
Tantangan Bidang Ekonomi :Menghadapi era new normal, disipilin ilmu desain tentu
memiliki tantangan dan peluang. Dimana protokol kesehatan tetap menjadi kaidah yang
harus diperhatikan dalam mendesain diera new normal dan industry 4.0 seperti uraian di
atas. Beberapa tantangan dunia desain khususnya desain produk sebagai berikut:
1. Desainer wajib memahami bagaimana penggunaan big data, cloud computing,
layanan digital hingga mobile business terkait proses perancangan desain produk
maupun proses produksi serta distribusi produk.
2. Desainer wajib memahami prinsip User Interaction, User Experience, analisis
perilaku berbasis metode riset pengguna dengan observasi data digital tersebut.
3. Desainer juga harus memahami karakteristik konsumen individu dan prinsip dasar
kustomisasi produk. Hal ini kedepan menjadi tantangan baru bagi desainer produk,
mengingat di era new normal akan muncul produk-produk yang diproduksi dalam
skala terbatas atau kustom. Untuk itu desainer produk harus memiliki pemahaman
prisip kustomisasi produk dan memahami konsumen secara individu guna
menciptakan personal product. Lalu, bagaimana dengan peluang yang dimiliki oleh
desainer produk diera new normal. Berikut beberapa hal yang bisa dilihat sebagai
peluang bagi desainer
2.3 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Kuliner
Kuliner, salah satu subsector ekonomi kreatif, bisa dibilang telah mengubah cara
hidup masyarakat saat ini. Dapat dikatakan bahwa sektor kuliner Indonesia terus tumbuh
dan berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Dr. Ir Wawan Russianwan,
M.M., direktur Riset dan Pengembangan Bekraf, saat ini 5,5 juta eksekutor bekerja di
bisnis kuliner saja, dari total penetrasi 8,8 juta karyawan di seluruh dunia.
Dengan sarana dan prasarana penataan ekosistem sektor kuliner, Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) juga terus memajukan masakan Indonesia. Langkah pertama dalam
proses ini adalah pengembangan sumber daya manusia untuk sektor kuliner, diikuti
dengan peningkatan kualitas dan level produk, kebebasan modal, dan perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) untuk penjualan produk kuliner Indonesia baik dalam negeri
maupun di luar negeri.
Kuliner Indonesia sudah sangat lama meninggalkan jejaknya, yakni sebagai bagian
dari perjalanan yang ditempuh negara ini. Etika makanan di meja makan, protokol
penyajian, dan kondisi kerja di dapur adalah semua topik yang dibahas dalam bidang seni
kuliner, seperti yang dipertanyakan seorangan Wanita Belanda dalam buku tahun 1990 De
Hollandsche Tafel in Indie. Suatu bangsa, kota, atau bahkan identitas suatu suku dapat
ditemukan dalam masakannya. Dalam perjalanannya, makanan terkadang digunakan
sebagi ukuran status sosial. Selain itu, sejarah peradaban dapat ditelusuri melalui makanan
yang juga dapat menjadi daya tarik wisata. Kita dapat mengelaborasi keIndonesiaan kita
melalui kuliner.
Kuliner adalah makanan olahan yang disajikan sebagai lauk bersama makanan,
makanan ringan dan minuman setiap hari. Kegiatan memasaka, yang terkait langsung
dengan asupan makanan sehari hari, atau masakan khas daerah dari berbagai kota dan
provinsi, merupakan bagian integral dari studi kuliner. Kata kuliner merupakan unsur
bahasa Inggris yaitu culinary yang berarti berhubungan dengan memasak. Istilah “wisata
kuliner yang luar biasa”, “wisata kuliner yang luar biasa”, dan sebagainya sering
digunakan. Meskipun demikian, Sebagian orang masih belum mengetahui apa itu wisata
kuliner. Ide wisata kuliner dapat disimpulkan hanya dengan pergi ke suatu daerah di mana
kitab isa makan masakan local. Untuk definisi literal pariwisata adalah perjalanan
kelompok untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan kualitas lainnya.
Sektor industri kreatif meliputi bisnis makanan dan minuman. Sektor kuliner inovatif
sudah memiliki pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Produksi dan
pemasaran makanan khas daerah di Indonesia sama-sama termasuk dalam segmen industri
kuliner. Di Indonesia, industri makanan sudah memiliki pasar yang cukup besar dan
mampu bersaing di pasar ritel kekinian. Industri kreatif yang saat ini cukup menjajikan
adalah kuliner, karena menawarkan keuntungan sambil tetap memiliki nilai komersial.
Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari dunia pangan. Seni kuliner merupakan
salah satu sub faktor ekonomi kreatif yang memberikan dampak paling besar terhadap
pendapatan asli daerah. Etika makanan di meja makan, protokol penyajian, dan kondisi
kerja di daput semuanya tercakup dalam bidang studi kuliner. Dalam perjalananya,
makanan terkadang digunakan sebagai ukuran status sosial. Selain itu, sejarah peradaban
dapat ditelusuri melalui kuliner yang juga dapat menjadi daya tarik wisata.
Keberlangsungan kuliner daerah harus kita lestarikan karena bisa menjadi identitas suatu
suku, kota, atau bahkan seluruh negara.
Ekonomi kreatif sangat bergantung pada sumber daya manusia (human capital atau
intellectual capital, ada yang menyebutnya modal kreatif). Tentu saja, ekonomi kreatif
membutuhkan sumber daya orang-orang kreatif yang mampu melahirkan ide-ide baru dan
mengubahnya menjadi produk dan layanan yang bermanfaat. Mayoritas usaha mikro dan
kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang diwariskan secara
turun- menurun. Sumber daya manusia merupakan titik pusat yang sangat penting untuk
kemajuan dan pembangunan. Pengelolaan manajemen bisnis sangat dipengaruhi oleh
kurangnya sumber daya manusia, baik dari segi pendidikan formal maupun dan
keterampilan, sehingga menantang perusahaan untuk berkembang secara efektif. Selain
itu, unit bisnis merasa kesulitan untuk menerapkan kemajuan teknis baru untuk
meningkatkan daya saing barang yang mereka produksi karena kurangnya sumber daya
manusia.
Dunia usaha berkembang sangat pesat di era globalisasi saat ini, termasuk industry
kuliner. Kebutuhan untuk memberi makan manusia terlibat dalam perusahaan ini. Salah
satu kebutuhan pokok manusia adalah makanan. Pemenuhan kebutuhan akan pangan
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya
karena merupakan kebutuhan pokok. Karena kepadatan aktivitas manusia saat ini, orang
mencari cara yang layak untuk mendapatkan makanan. Pemanfaatan jasa kuliner
merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Berdasarkan jenis produk yang ditawarkan, subsektor kuliner di Indonesia terbagi
menjadi dua kategori utama, jasa kuliner dan komoditas kuliner. Restoran dan jasa
catering adalah dua kelompok besar yang membentuk jasa kuliner (food service) dalam
hal persiapan dan penyajian. Sedangkan kuliner yang disengketakan masuk dalam
kategori makanan khusus produk makanan olahan atau kemasan. Saat ini, permintaan
akan makanan khas ini semakin meningkat.
Rata-rata orang memandang wisata kuliner sebagai bentuk perjalanan baru di mana
para pelancong belajar tentang keistimewaan suatu daerah dengan mencicipin masakan
lokalnya, yang dipandang sebagai salah satu representasi dan produk daerah tersebut.
Penggunaan media sosial secara rutin sebagi bagian dari gaya hidup akan berdampak
langsung pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional secara kesuluruhan. Bisnis
kreatif kuliner memiliki potensi yang sangat besar, sehingga sub-pertumbuhan ini penting
untuk dimaksimalkan. Hal ini disebabkan mengingat pangan merupakan kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia, maka tidak relevan apakah sektor kuliner bertahan hingga saat
ini. Subsektor kuliner dalam ekonomi kreatif dapat berbentuk bisnis inovatif yang dapat
menwarkan barang kuliner yang menarik dengan gaya penyajian, cara produksi, atau
kombinasi bahan yang unik dengan tetap mempertahankan kualitas rasa yang tinggi.
Beberapa kendala yang dihadapi sektor kuliner saat ini dalam proses
pengembangannya antara lain, di bidang pemasaran dan distribusi, pengemasan produk
akhir masih relative terbatas akibat tantangan dalam mencari pendanaan dan kurangnya
informasi. Secara alami, ini mencegah proses industry berfungsi dengan baik. Untuk
mengembangkan pegawai yang berkompeten dalam disiplin ilmunya, maka diperlukan
suatu perencanaan untuk mengatasi hal tersebut dengan memperhatikan kualitas sumber
daya manusia, dalam hal ini melibatkan tenaga kerja. Selain itu, dalam upaya
mempercepat proses pertumbuhan sektor kuliner Indonesia, pemerintah diharapkan turut
serta memberika dana tambahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan alat yang berharga, khususnya
ketika mengatasi kesulitan global. Ekonomi kreatif sering digambarkan memiliki nilai
tambah yang khas yang mampu mengembangkan “pasar”nya sendiri dan berhasil
mempengaruhi hasil dan kekayaan ekonomi. Dibutuhkan banyak sumber daya manusia
yang kompeten, memadai, dan kreatif serta inovatif untuk memajukan ekonomi kreatif.
Pertumbuhan ekonomi kreatif diperlukan untuk menciptakan ruang sebagai wadah
penyaringan ide, karya, dan perwujudan diri dengan konsep-konsep kreatif, disamping
kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas. Menteri Perindustrian RI ke-25,
Airlangga Hartanto, mengkalim diperlukan terobosan untuk dapat bersaing di skala global
dengan membuat inisiatif stratefis berupa peningkatan inovasi, kualitas, produktivitas, dan
efisiensi di semua level sektor produksi masakan.

2.4 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Musik


Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara; Sudah dikatakan bahwa industri musik
merupakan salah satu subsektor dari ekonomi kreatif. Sebelumnya dapat diketahui bahwa
musik merupakan sebuah bentuk mengekspresikan diri melalui bunyi.
Unsur dasar dari musik adalah melodi, irama, dan harmoni dengan unsur
pendukungnya berupa gagasan, sifat, dan warna bunyi. Secara sederhana Industri musik
merupakan sebuah proses penggabungan dari bermacam kegiatan, mulai dari komposisi
musik, rekaman musik, promosi, penerbitan, hingga pertunjukan musik.
Dari definisi industri kreatif, maka subsektor industri musik dapat didefinisikan
sebagai kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi atau komposisi,
rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
Perkembangan industri musik di dunia terbagi dalam beberapa era, mulai dari era
industri pertunjukan musik, industri penerbitan musik, industri rekaman musik, dan era
industri musik digital. Pada era pertunjukan musik, sebuah musik hanya dapat dinikmati
secara langsung. Era ini berada pada tahun sebelum 1600-an dan terus berjalan ratusan
tahun.

2.5 Permasalahan Ekonomi Kreatif Pada Bidang Seni Pertunjukan


Subsektor seni pertunjukkan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang
berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musikteater, opera, termasuk tur
musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata
pencahayaan (Departemen Perdagangan, 2009).
Terlepas banyaknya peluang ekonomi kreatif untuk berkembang, namun tidak sedikit
permasalahan yang dihadapi oleh ekonomi kreatif.

1. Kelangkaan bahan baku


Faktor suplai sangat bepengaruh dalam kelompok ekonomi kreatif berbasis
sumber daya alam. Bisa dilihat dari hasil pemetaan ekonomi kreatif, kelangkaan
bahan baku dan kenaikan harga BBM membuat fluktuasi yng cukup tajam, karena
kelangkaan bahan baku menyebabkan harga naik. Akibatnya jumlah perusahaan
yang aktif dalam subsektor itu tidak dapat bertahan
2. Produk ekonomi kreatif masih merupakan kebutuhan sekunder (nice to have)
Masyarakat Indonesia belum terlalu mengapresiasi sejarah dan produk kreatif,
melainkan masih terfokus pada fungsi produk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat GDP per kapita yang masih relatif rendah, dan proporsi terbesar pendapatan
lebih banyak digunakan untuk konsumsi kebutuhan pokok.
3. Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HKI) masih lemah
Tumbuhnya ekonomi kreatif sangat dipengaruhi oleh iklim yang kondusif bagi
kreativitas. Salah satu unsur utama yang dapat mempengaruhi hal ini adalah
perlindungan terhadap HKI. Satu permasalahan yang mendasar di Indonesia adalah
tingginya kasus pembajakan yang terjadi dan terutama sangat berpengaruh bagi
ekonomi kreatif. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa sangat negatif, karena
pembajakan ini menjadi disinsentif bagi pelaku ekonomi kreatif, karena mereka
tidak menikmati hasil dari jerih payahnya melainkan orang lain. Hal ini dalam
jangka panjang dapat berdampak negatif dengan hilangnya motivasi untuk menjadi
penggiat di ekonomi kreatif.
4. Pencipta creative talent masih relatif sedikit dan timpang antar daerah.
Sentralisasi pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tumbuhnya kualitas SDM
juga tersentralisir. Walaupun seluruh daerah Indonesia potensial dalam
menghasilkan SDM kreatif, namun wahana bagi pengembangan SDM ini lewat
pendidikan tinggi masih belum tersebar merata. Pulau Jawa dan Sumatra masih
sangat dominan dalam jumlah dan kualitas perguruan tinggi, baik secara umum, di
bidang seni maupun teknologi yang berperan penting dalam industri penelitian dan
pengembangan.
5. Lemahnya peran pusat desain Indonesia dalam industri
Pusat desain merupakan suatu yang penting bagi proses pengembangan
ekonomi kreatif nasional dan harus secara intensif menghasilkan desain yang dapat
meningkatkan nilai tambah produk dan jasa baik ekonomi kreatif ataupun bukan di
Indonesia. Namun demikian kondisi saat ini adalah peran dari pusat desain ini
masih sangat rendah.
6.Kurangnya Penguasaan teknologi oleh para pekerja kreatif Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran teknologi sangat diperlukan dalam
perkembangan usaha termasuk perkembangan usaha ekonomi kreatif. Namun
demikian, realitas yang terjadi adalah para pekerja kreatif masih kesulitan untuk
memanfaatkan teknologi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusiyang
lebih murah dan lebih efisien, era globalisasi dan konektivitas mengubah carabertukar
informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya danteknologi
dari berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamisdan kompleks
sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang takternilai dalam
kompetisi dan pengembangan ekonomi. Kebutuhan khusus perusahaanadalah mendorong
para pemilik usaha Indonesia untuk mengembangkan penunjangproduksinya. Peran
pemerintah penting dalam pengembangan ekonomi kreatifIndonesia. Karena
dukungan pemerintah, sumber daya alam meningkat. Daripenjelasan argumen lain,
dapat disimpulkan bahwa ekonomi alami adalah konsepekonomi yang muncul
ketika lingkaran ekonomi pengetahuan berkembang padaketerampilan, pengetahuan
kapasitas yang memunculkan peristiwa. Yang pertamadidasarkan pada seni sumber
daya alam kepentingan ekonomi Hak milik. Dalam banyak hal, keberadaan ekonomi
kreatif di arus pembangunan ekonomimodern mampu mengakselarasi pembangunan
ekonomi dan bisnis serta mendorongpercepatan globalisasi ekonomi karena produk
– produk yang dihasilkan industrikreatif di Indonesia Mampu bersaing di pasar global
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu :
Pemerintah harus lebih meningkatkan lagi kualitas kinerja dalam pengembangan ekonomi
kreatif terutama dalam mendukung pembangun ekonomi modern saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah S. (2021, Desember). Ekonomi Kreatif.


Kirana, L. (2020, Desember 22). Eksistensi Ekonomi Kreatif dalam Industri Periklanan
Lourdes, M. D. (2020) Tantangan Sub Sektor Ekonomi Kreatif di Bidang Musik di
Indonesia. Kompasiana.com.
Norawati, S. (2018, November). KAJIAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
SEKTOR PERIKLANAN (ADVERTISING) DI KOTA PEKANBARU. IKRAITH
EKONOMIKA, 1(2).
Prasetya, B., & Subandi. (2013, Desember). ANALISIS KEBUTUHAN PASAR
TENAGA KERJA SUBSEKTOR INDUSTRI PERIKLANAN DALAM KONTEKS
INDUSTRI KREATIF DI KOTA SEMARANG. 14(1).
Inosensia Nathania, G. N., & Thomas, E. (2020). Berbagai Tantangan dalam
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Jakarta: Kompasiana.
Sari, N. (2018). Pengembangan Ekonomi Kreatif Bidang Kuliner Khas Daerah Jambi.
Sains Sosio Humaniora, 51,55,57.

Anda mungkin juga menyukai