Presiden di tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan”. Diskusi
ini diselenggarakan oleh komunitas CLS yang berasal dari Fakultas Hukum UGM, dimana mahasiswa mendapat tekanan yang akhirnya harus menggagalkan acara tersebut dan akun penyelenggara diretas. Constitutional Law Society (CLS) sendiri merupakan salah satu komunitas mahasiswa di Fakultas Hukum UGM yang berfokus pada keilmuan mengenai hukum tata negara. Kegiatan CLS berfokus pada diskusi, kajian, KAJIAN DAN PERNYATAAN SIKAP dan keikutsertaan dalam kompetisi yang berkaitan dengan aspek hukum KELUARGA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG tata negara secara nasional. Diskusi tersebut berangkat dari adanya TENTANG KASUS KEBEBASAN BERPENDAPAT CLS UGM dinamika di masyarakat mengenai munculnya wacana pemberhentian Presiden karena dianggap gagal menangani Covid-19. CLS melakukan inisiatif untuk mengadakan kegiatan diskusi untuk membahas dari perspektif Salam Ganesha! hukum tata negara mengenai mekanisme pemberhentian presiden dan/atau Hidup Mahasiswa! wakil presiden, serta berusaha meluruskan persepsi publik mengenai Hidup Rakyat Indonesia! pemberhentian presiden dari sistem ketatanegaraan Indonesia.
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan Kronologi Pembungkaman Diskusi Akademik CLS UGM1 mengeluarkan pendapat.” - Pada tanggal 27 Mei 2020, poster diskusi rilis di akun Instagram Undang - Undang Dasar 1945 P asal 28E ayat (3) @clsfhugm. Setelah poster diskusi dirilis, banyak pendaftar mencapai . . . 300 orang. Para peserta kemudian diundang ke dalam dua grup whatsapp CLS. Namun yang menjadi kejanggalan yang masuk ke Indonesia Menganut Prinsip Kebebasan Berpendapat dalam dua grup tersebut menjadi lebih dari 400 orang - Pada tanggal 28 Mei 2020, muncul narasi negatif yang dikeluarkan Di Indonesia kebebasan untuk berpendapat diatur dalam pasal UUD 1945, oleh Bagas Pujilaksono tanpa melakukan konfirmasi secara langsung dimana secara ideal, sebagai negara demokrasi, sudah sepatutnya kepada Constitutional Law Society (CLS), yang menyebutkan bahwa pembungkaman terhadap pendapat merupakan bentuk dari pelanggaran mereka melakukan gerakan makar. Seiring berjalannya waktu, keadaan konstitusi. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang semakin tidak kondusif. CLS melakukan penggantian judul diskusi dari Pengesahan I nternational Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan yang sebelumnya diskusi berjudul “Persoalan Pemecatan Presiden Di Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik), Indonesia meratifikasi Tengah Pandemi Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan” menjadi Undang-Undang yang memuat dari kovenan terkait pokok-pokok hak asasi “Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem manusia dan kebebasan dasar. Didalamnya juga terdapat pokok mengenai Ketatanegaraan” dan klarifikasi2. Hal ini dilakukan agar tidak cita-cita umat manusia untuk menikmati kebebasan sipil dan politik serta dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang sejak awal sudah kebebasan dari rasa takut dan kemiskinan, yang hanya dapat tercapai membuat narasi negatif terkait judul kegiatan diskusi tersebut tanpa apabila telah tercipta kondisi bagi setiap orang untuk dapat menikmati melakukan konfirmasi ulang secara langsung kepada CLS. hak-hak sipil dan politiknya maupun hak-hak ekonomi, sosial dan - Pada Tanggal 29 Mei 2020, terjadi permasalahan sebagai berikut: budayanya. - tas nama Sekitar pukul 04.00 WIB dini hari, Akun whatsapp a Fisco Mudjito (narahubung diskusi) diretas, dan mengeluarkan Latar Belakang Kasus Kebebasan Berpendapat CLS UGM 1 Aditya Halimawan. P ress Release CLS dimuat dalam media instagram, diakses dari Peristiwa terkait kasus kebebasan berpendapat tersebut dimulai dengan https://www.instagram.com/p/CAzppaygTEa/ tanggal 1 Juni 2020 2 adanya kegiatan yang dinamakan Diskusi dan Silaturahmi Bersama Anshori, Ridwan. Tuduhan Makar di Seminar UGM Yogyakarta Salah Tafsir dimuat dalam media Negarawan (DILAWAN) dengan judul acara diskusi “Persoalan Pemecatan Tagar.id, diakses dari https://www.tagar.id/tuduhan-makar-di-seminar-ugm-yogyakarta-salah-tafsir tanggal 1 Juni 2020 semua anggota grup serta mengirimkan pesan singkat yang Rilis Pers Fakultas Hukum UGM4 menyatakan sebagai berikut: Berdasarkan informasi yang didapatkan dari rilis pers FH UGM, bahwa “PEMBERITAHUAN kegiatan tersebut murni merupakan kegiatan mahasiswa untuk melakukan Berhubung respon dari masyarakat terkait acara diskusi diskusi ilmiah sesuai dengan minat dan konsentrasi keilmuan mahasiswa di “Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari bidang Hukum Tata Negara. Kegiatan ini murni inisiatif mahasiswa. Sistem Ketatanegaraan” maka acara tersebut DIBATALKAN Mahasiswa membuat poster kegiatan diskusi yang tersebar dan beredar Sekian dan terimakasih. viral pada tanggal 28 Mei 2020 dengan judul “Persoalan Pemecatan Panitia Acara.” Presiden di tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan”. Viralnya - Terhadap kejadian yang semakin tidak kondusif, sekitar pukul poster ini kegiatan diduga salah satunya, dipicu oleh tulisan seorang 10.00 WIB CLS menghubungi narasumber dan berdiskusi bernama: Ir. KPH Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc, Lic.Eng, Ph.D mengenai penyelenggaraan diskusi, dan sepakat bahwa acara yang berjudul “Gerakan Makar di UGM Saat Jokowi Sibuk Atasi Covid-19” Diskusi dan Silaturahmi Bersama Negarawan dibatalkan di laman tagar.id. yang diantaranya menyatakan : “Inikah demokrasi, pada - Sekitar pukul 10.00 WIB Akun Instagram @clsfhugm diretas. saat bangsanya sibuk bergotong-royong mengatasi pandemic Covid-19, Kemudian sekitar pukul 12.00 WIB pemberitahuan pembatalan kelompok sampah ini justru malah mewacanakan 5 pemecatan Presiden. Ini acara dilakukan melalui akun Instagram Presiden CLS Aditya jelas makar dan harus ditindak jelas.”. Juga disebutkan bahwa mahasiswa Halimawan (@adityul). Namun beberapa saat kemudian akun pelaksana kegiatan yang tergabung dalam “Constitutional Law Society” @adityul tersebut diretas dan seluruh Instagram Story yang (CLS) telah memberikan klarifikasi yang tertera diatas. mengenai pembatalan maupun pemberitahuan lainnya hilang. Fakultas Hukum UGM menyatakan bahwa : Namun pada akhirnya akun tersebut berhasil kembali diakses 1. Mengapresiasi dan mendukung kegiatan diskusi akademik oleh pemilik akun mahasiswa dengan judul “Meluruskan Persoalan Pemberhentian - Sekitar pukul 13.00 WIB Orang Tua dari Fisco Mudjito mahasiswa Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan” yang FH UGM yang juga sebagai narahubung diskusi mendapat chat diselenggarakan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas whatsapp b erasal dari Nomor 0821-553506472 yang mengaku Gadjah Mada yang tergabung dalam kelompok diskusi ilmiah berasal dari organisasi masyarakat Muhammadiyah Klaten3, ini mahasiswa “Constitutional Law Society” (CLS) pada tanggal 29 Mei chat whatsapp terkait tindakan makar dan ancaman pembunuhan 2020. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud kebebasan terhadap satu keluarga Fisco Mudjito akademik dan kebebasan berpendapat yang selayaknya kita - Sekitar Pukul 13.00 WIB Moderator M. Anugerah Perdana yang dukung bersama. juga sebagai moderator diskusi mendapat chat whatsapp dari 2. Mengecam sikap dan tindakan intimidatif terhadap rencana nomor 0838-4930-4820 yang mengaku berasal dari Organisasi kegiatan diskusi yang berujung pada pembatalan kegiatan diskusi Masyarakat Muhammadiyah Klaten dan disampaikan melalui ilmiah tersebut. Hal ini merupakan ancaman nyata bagi mimbar orang tua dari M. Anugerah Perdana kebebasan akademik, apalagi dengan menjustifikasi sepihak secara - Sekitar pukul 13.00 WIB Presiden Constitutional Law Society brutal bahkan sebelum diskusi tersebut dilaksanakan. Fakultas (CLS) FH UGM, Aditya Halimawan juga mendapatkan c hat dari Hukum UGM mendorong segenap lapisan masyarakat untuk Nomor Whatsapp 0819-1683-2015 yang mengaku dari Polres menerima dan menghormati kebebasan berpendapat dalam Sleman menyatakan bahwa kena pasal tindakan makar dan koridor akademik, serta berkontribusi positif dalam menjernihkan dipanggil ke Polres Sleman segala polemik yang terjadi di dalam masyarakat. - Sekitar pukul 14.00 WIB terjadi peretasan akun gojek atas nama 3. Mengecam berita provokatif dan tidak berdasar terkait dengan M. Anugrah Perdana. Peretasan ini dilakukan dengan melakukan kegiatan akademis tersebut yang kemudian tersebar di berbagai satu pesanan Go Car dan tiga pesanan Go Food media dan memperkeruh situasi. Hal ini mengarah pada perbuatan pidana penyebaran berita bohong, serta pencemaran nama baik. 3 Fornews.co. Muhammadiyah Klaten Desak Polisi Usut Tuntas Pelaku Pencatutan Nama PDM 4 Rilis Pers Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 29 Mei 2020. Klaten, diakses dari 5 agas Pujilaksono. Gerakan Makar di UGM Saat Jokowi Sibuk atasi Covid-19 dimuat dalam B https://fornews.co/news/muhammadiyah-klaten-desak-polisi-usut-tuntas-pelaku-pencatutan media Tagar.id, diakses dari -nama-pdm-klaten/ tanggal 1 Juni 2020 https://www.tagar.id/gerakan-makar-di-ugm-saat-jokowi-sibuk-atasi-covid19. tanggal 1 Juni 2020 Fakultas Hukum UGM perlu menyampaikan pentingnya kesadaran Mengutip pandangan doktrin, Djoko Prakoso dan Wirjono hukum kepada seluruh masyarakat untuk tidak melakukan tindakan Prodjodikoro, lema ‘makar’ merupakan terjemahan dari aanslag kejahatan dan pelanggaran hukum, utamanya yang menyebabkan yang memiliki arti serangan. Menurut PAF Lamintang, a anslag kerugian bagi pihak lain dan masyarakat umum. hanya tepat diartikan sebagai aanval (serangan) atau sebagai 4. Berempati kepada keluarga mahasiswa yang mendapatkan misadadige aanranding (penyerangan dengan maksud tidak baik). tekanan psikologis akibat ancaman teror yang tidak seharusnya Untuk itu, menerjemahkan kata aanslag d engan menjadi makar terjadi, terlebih di dalam situasi pandemik yang sudah cukup yang berarti tipu daya, telah mengaburkan makna mendasar dari memberikan tekanan fisik dan mental kepada kita semua. Fakultas aanslag y ang berarti serangan.7 Hukum UGM perlu untuk melindungi segenap civitas akademika, Berdasarkan lembaga mahasiswa UGM, Penjelasan mengenai termasuk semua yang terlibat di dalam kegiatan tersebut, terlebih Makar dapat dilihat dari Pasal 87 KUHP yang menyatakan, dengan terjadinya intimidasi, teror, dan ancaman yang ditujukan “Dikatakan ada makar untuk melakukan suatu perbuatan, apabila kepada pihak-pihak di dalam kegiatan tersebut, termasuk keluarga niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, mereka. Dalam hal ini, Fakultas Hukum UGM telah seperti dimaksud dalam pasal 53.” P asal 87 dihubungkan dengan mendokumentasikan segala bukti ancaman yang diterima oleh pasal 53 mengenai percobaan menyatakan, “Mencoba melakukan para pihak terkait, serta mengambil langkah-langkah yang kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dan adanya diperlukan dalam rangka melindungi segenap civitas akademika permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, Fakultas Hukum UGM serta pihak-pihak yang terlibat dalam bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.” peristiwa ini. 2. Pernyataan Mahasiswa FH UGM terkait Diskusi Publik Mengutip opini dari lembaga mahasiswa FH UGM 8, yaitu: Pendekatan dalam memahami kasus CLS UGM “ Pengertian makar itu sendiri harus dipahami dengan baik sebelum menggunakan istilah tersebut dan bukanlah tindakan Dalam kasus CLS UGM diduga peretasan dilakukan untuk menyebar hoax, yang tepat jika frasa makar digunakan untuk memberikan mengeluarkan peserta diskusi, memblokir akun instagram CLS UGM, penilaian akibat kesalahan penafsiran dari sebuah judul diskusi kemudian diikuti dengan ancaman pembunuhan dan juga tekanan ilmiah. Dalam hubungannya kegiatan DILAWAN, maka psikologis bagi mahasiswa CLS UGM. Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertama-tama harus dapat dibuktikan dahulu tujuan dari hal yang perlu dipahami terkait kasus ini adalah : diadakannya kegiatan tersebut. Setelah itu, diperlukan identifikasi 1. Ketentuan Hukum Makar terhadap kegiatan tersebut apakah kegiatan DILAWAN Makar merupakan salah satu kejahatan terhadap kepentingan merupakan bentuk penyerangan yang nyata terhadap keamanan hukum negara (staat belangen). negara atau suatu kegiatan yang merencanakan untuk Pasal-pasal Makar (berasal dari kata Aanslag) berasal dari Wetboek menjatuhkan pemerintah yang sah atau bukan. Bukankah van Strafrecht voor Nederlandsch Indie (WvSNI) yang diberlakukan kegiatan DILAWAN hanyalah kegiatan diskusi ilmiah dengan pertama kali dengan Koninklijk Besluit (Titah Raja) Nomor 33 tujuan akademis demi memperdalam pengetahuan bidang tertanggal 15 Oktober 1915 dan mulai diberlakukan sejak tanggal hukum ketatanegaraan belaka. Oleh karena itu, tidak tepat jika 1 Januari 1918. WvSNI merupakan turunan dari WvS (Wetboek van DILAWAN yang seharusnya diselenggarakan oleh CLS pada 29 Strafrecht) negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan Mei 2020, pukul 14:00-16:00 WIB disebut sebagai upaya diberlakukan di negara Belanda pada tahun 1886. Pemerintah memunculkan gerakan makar yang hanya didasari oleh salah kolonial pada saat itu menerapkan asas konkordansi (penyesuaian) bagi pemberlakuan WvS di negara jajahannya. Pasal-pasal Aanslag http://icjr.or.id/wp-content/uploads/2017/04/Ancaman-Kebebasan-RKUHP-tentang-Makar.pdf yang berasal dari Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie tanggal 1 Juni 2020 7 (WvSNI) tersebut belum pernah diubah sekalipun oleh Pemerintah Huzani, Moh Dani Pratama .Ada Kekeliruan Pemahaman tentang Makar dimuat dari hukum online.com Indonesia setelah diberlakukannya.6 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cdcd93351aa6/ada-kekeliruan-pemahaman-tentang -makar tanggal 1 Juni 2020 8 Sinergi Lembaga Mahasiswa FH UGM. Rilis Sikap : Kebebasan Akademik (kembali) dibungkan, 6 Institute for Criminal Justice Reform. M elihat Potensi Ancaman Kebebasan Ekspresi dalam dimuat dari demajusticia.org Pasal-Pasal Makar di RKUHP 2017 http://demajusticia.org/rilis-sikap-kebebasan-akademik-kembali-dibungkam/ tanggal 1 Juni 2020 penafsiran dari judul diskusi ilmiahnya saja tanpa melihat isi dari Tindakan ini melanggar prinsip kebenaran ilmiah yang termasuk dalam asas pemaparan materi dalam diskusi ilmiah tersebut.” KM ITB dalam melakukan pergerakan. Maka kondisi yang harus ditekankan 3. Ketentuan Hukum terkait Peretasan dan Ancaman dalam mendorong agar terciptanya kebenaran yang ilmiah di masyarakat Peretasan dan ancaman yang terjadi pada kasus CLS UGM adalah mendukung bentuk proses pendekatan diskusi berbasis akademis di memang belum melalui proses hukum, namun informasi yang ada semua kalangan, terutama di kampus dan civitas akademika. mencukupi sebuah delik opini bahwa sebuah proses hukum diperlukan. Dasar opini tersebut adalah baik peretasan maupun Ditengah segala bentuk permasalahan ruang kebebasan berekspresi dalam ancaman yang terjadi disinggung UU ITE, yaitu dalam: ranah akademis, dan menilik kembali kasus-kasus sebelumnya mengenai Pasal 30 UU ITE tindakan pembungkaman kritik di masyarakat, sudah sepatutnya kita 1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan tegakkan kembali kebebasan berpendapat, terutama dalam mimbar hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik akademis. Perbedaan gagasan tidak seharusnya mengarah kepada bentuk milik Orang lain dengan cara apapun. pembungkaman dan intimidasi. Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar 2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan 1945 (“UUD 1945”) sebagai berikut: Setiap orang berhak atas kebebasan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Jangan sampai dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh pemerintah dan sivitas akademika melakukan upaya pembungkaman Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. tersebut, melainkan menciptakan suasana kondusif agar pemikiran dapat 3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan bertumbuh untuk mencari kebenaran dan bersikap. Maka dari itu, Keluarga hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik Mahasiswa ITB menyatakan dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, 1. Meminta seluruh elemen bangsa Indonesia untuk menjunjung tinggi melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. Konstitusi Indonesia (Pasal 28 E, F UUD Negara Republik Indonesia Pasal 46 UU ITE Tahun 1945) yang menjamin hak setiap orang untuk berpendapat dan 1. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana berkomunikasi serta menyampaikan informasi dengan menggunakan dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana segala jenis saluran yang tersedia penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling 2. Meminta seluruh elemen bangsa Indonesia untuk menjunjung tinggi banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). kebebasan akademik pada Kovenan Hak Sipil dan Politik sesuai UU 2. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana 12/2005, yang mengatur bahwa anggota komunitas akademisi, secara dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana individu atau kolektif, bebas untuk mengejar, mengembangkan dan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling menyampaikan pengetahuan dan gagasan, melalui penelitian, banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). pengajaran, studi, diskusi, dokumentasi, produksi, pembuatan atau 3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana penulisan dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana 3. Mendukung diskusi “Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan”sebagai upaya meluruskan paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta persepsi publik mengenai Pemberhentian Presiden sebagaimana rupiah). diatur dalam UUD Pasal 7A dan 7B Pasal 45B UU ITE 4. Mendesak pemerintah serta kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan peretasan dan ancaman serta melindungi korban Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi 5. Menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menerima secara mentah ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara informasi penggiringan opini berdasarkan asumsi yang menyerang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pribadi-pribadi seputar kegiatan DILAWAN dengan judul “Meluruskan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) ketatanegaraan”
Sikap Keluarga Mahasiswa ITB
Bandung, 1 Juni 2020 Atas nama KM ITB, Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB Nada Zharfania Zuhaira