KOMISI V
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDOENSIA
BANDUNG
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas kehendak-Nya,
peneliti menyelesaikan penulisan Nahkah Akademik Rancangan Undang-Undang
Penyelenggaraan PEMIRA, Tim Penyusun melakukan kegiatan yang berupaya
menyatukan dan menyusun Rancangan Undang-Undang penyelenggaraan PEMIRA
secara sistematis dan lengkap.
Akhirnya, semoga karya kecil ini dapat berguna bagi perbaikan regulasi PEMIRA
dan pembangunan demokrasi bangsa dan negara di masa depan. Segala koreksi atas
penulisan naskah akademis ini akan membuat karya ini lebih baik dan berarti. Semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat dan ridho-Nya pada kita semua.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan merupakan suatu peningkatan dalam sistem pemerintah di
kampus Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), untuk meningevaluasi
penerapan prinsip kedaulatan di tangan mahasiswa yang di anggap minim semasa
pemrintahan parelementer (Keterwakilan). Hal tersebut pada puncaknya yang di
tandai dengan pembentukan Undang - Undang Dasar Ikatakan Keluarga
Mahasiswa Univeritas Komputer Indonesia 2021. Khususnya pada pasal- pasal
yang secara spesifik mengatur tentang PEMIRA, hal ini akan berpengaruh pada
tatacara pemilihan Presiden Mahsiswa dan Wakil Presiden Mahsiswa bahwa
dalam pelaksanaan demokrasi, Presiden Mahsiswa bertanggung jawab pada
Mahasiswa secara langsung dan bukan melalui MPM IKM UNIKOM.
4
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan apa yang di hadapi dalam penyelenggaraan Pemira
PEMIRA agar terbentuknya sisitem politik demokrasi yang jujur dan adil.
2. Mengapa perlu rancangan Undang-Undang penyelengaraan PEMIRA
yang baru sebagai dasar penyelenggaraan PEMIRA.
3. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan atau landasan Filosofis,
sosiologis dan yuridis dalam pembentukan RUU tentang Penyelenggaraan
PEMIRA ?
4. Apa sasaran yang akan di wujudkan, ruanglingkup, jangkauan,dan arah
pengaturan pembentukan RUU tentang Penyelenggaran PEMIRA?
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik didasarkan pada hasil penelitian atau
kajian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lainnya. Dalam penyusunan
Naskah Akademik RUU tentang PEMIRA menggunakan 3 (tiga) metode, yaitu:
studi pustaka, simulasi, dan diskusi terbatas, yaitu sebagai berikut:
5
1. Studi pustaka, yakni menelaah buku, laporan penelitian dan dokumen-
dokumen lain yang membahas tentang kerangka hukum dan konsepsi
penyatuan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan PEMIRA.
2. Simulasi, Simulasi variabel sistem PEMIRA dilakukan dalam rangka
menemukan pengaturan sistem PEMIRA secara komprehensif dalam
rangka mengejar tujuan PEMIRA yang meningkatkan kualitas partisipasi
pemilih, memperkuat, mendemokrasikan dan mengefektifkan PEMIRA.
3. Focus group discussion (FGD) atau diskusi terbatas, yaitu membahas draf
Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang PEMIRA .
6
BAB II
A. Kajian Teoritis
1. Demokrasi
Wacana mengenai demokrasi sangat kencang di abad 20-an. Akar dari
gagasan demokrasi telah tumbuh sejak jaman Yunani Kuno. Hanya saja
prinsip-prinsipnya mulai benar-benar dianut setelah Barat mengganggap
sistem monarki absolut tidak sesuai dengan masyarakat. Ada banyak
pengertian mengenai demokrasi. Menurut Miriam Budiarjo, demokrasi
mempunyai asal kata berarti ”mahasiswa berkuasa” atau ”goverment or rule
by the people”. (Kata Yunani demos berarti mahasiswa, kratos/ kratein berarti
kekuasaan/berkuasa). [1]
7
Tetapi untuk melindungi hak-hak minoritas dan hak individu dari
tirani kekuasaan yang absolut dan sembarangan, pemerintah harus
melaksanakan kewenangannya berdasarkan hukum. Hanya saja pejabat
negara tidak hanya bertindak sesuai hukum, tetapi pembuat hukum (legislatif)
harus terpisah dari pelaksana hukum (eksekutif) dan pengadilan (yudikatif).
Pemerintahan berdasarkan hukum dan pemisahan kekuasaan, menurut Locke
dapat mengendalikan sifat mementingkan diri sendiri dan melayani
kepentingan sendiri dari orang yang berwenang. Atas dasar itu, Locke
mengemukakan empat syarat bagi kewenangan legislatif, yakni menetapkan
suatu hukum bagi semua orang, membuat hukum yang hanya bertujuan bagi
kebaikan warga masyarakat, tidak mengenakan atau menaikkan pajak tanpa
persetujuan warga masyarakat, dan tidak mengalihkan kewenangan membuat
hukum kepada lembaga yang lain. [1]
8
demokrasi, demokrasi mayoritarian cenderung mendiskriminasikan kekuatan
kekuatan minoritas sehingga menyulitkan penemuan kehendak bersama.
9
sebagai sarana pembentukan pemerintahan mahasiswa dan Ketiga,
sebagai sarana membatasi perilaku sebagai pemangku kekuasaan dan
kebijakan. Sedangkan secara top-down, pemira mempunyai 4 fungsi:
Pertama, sebagai sarana membangun legitimasi. Kedua, sebagai
sarana penguatan dan sirkulasi pemerintahan mahasiswa secara
periodik. Ketiga, sebagai sarana menyediakan perwakilan dan
Keempat, sebagai sarana pendidikan.
b. Variabel Sistem PEMIRA
3. Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah “sistem”
dan “pemerintahan”. Sistem adalah suat keseluruhan, terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya,sehingga hubungan
itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya
jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhannya.
10
kepentingan negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintahan yang
hanya menjalankan tugas eksektutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas
lainnya termasuk legislatif dan yudikatif. Karena itu dalam lingkup sistem
pemerintahan mahasiswa adalah membicarakan bagaimana kekuasaan serta
hubungan antara lembaga-lembaga ditingkat universitas khususnya eksekutif
dan legislatif yang menjalankan kekuasaan-kekuasaan, dalam rangka
menjalankan kepentingan mahasiswa.
11
4. Sistem Pemira Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa
Dalam Pemira Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa
hal yang perlu disoroti adalah penjabaran sistem Pemira Presiden Mahasiswa
dan Wakil Presiden Mahasiswa tersebut dalam Ketetapan MPM nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 Tentang PEMIRA.
12
pada saat pemungutan suara, sedangkan asas jujur dan adil diterapkan pada
perhitungan suara.
13
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 TENTANG PEMILIHAN
UMUM RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA.
f. Asas adil, setiap pemilih dan peserta PEMIRA dalam penyelenggaraan
PEMIRA mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan
pihak mana pun.
14
c. Menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk
terhadap pelaksanaan tugas dan menghindari dari intervensi pihak
lain;
d. Tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan
atas masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses PEMIRA;
e. Tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat
partisan dengan pemilih;
f. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau
atribut yang secara jelas menunjukkan sikap partisan pada golongan
atau kelompok dan peserta PEMIRA tertentu;
g. Tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak
menanyakan pilihan politik kepada orang lain;
h. Memberitahukan kepada seseorang atau peserta PEMIRA selengkap
dan secermat mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan
yang dikenakannya;
i. Menjamin kesempatan yang sama kepada setiap peserta PEMIRA
yang dituduh untuk menyampaikan pendapat tentang kasus yang
dihadapinya atau keputusan yang dikenakannya;
j. Mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang
terjadi dan mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara
adil;
k. Tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun dari peserta PEMIRA,
calon peserta PEMIRA, perusahaan atau individu yang dapat
menimbulkan keuntungan dari keputusan lembaga penyelenggara
PEMIRA.
15
b. Membuka akses publik mengenai informasi dan data yang berkaitan
dengan keputusan yang telah diambil sesuai peraturan perundang-
undangan;
c. Menata akses publik secara efektif dan masuk akal serta efisien
terhadap dokumen dan informasi yang relevan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam
proses kerja lembaga penyelenggara PEMIRA serta upaya
perbaikannya;
e. Menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;
f. Memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai
keputusan yang telah diambil terkait proses PEMIRA; dan
g. Memberikan respon secara aktif dan bijaksana terhadap kritik dan
pertanyaan publik.
16
Dalam melaksanakan asas tertib, Penyelenggara PEMIRA
berkewajiban:
a. Memastikan seluruh informasi yang disampaikan kepada publik
berdasarkan data dan/atau fakta;
b. Memastikan informasi yang dikumpulkan, disusun, dan
disebarluaskan dengan cara sistematis, jelas, dan akurat;
c. Memberikan informasi mengenai PEMIRA kepada public secara
lengkap, periodic dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
d. Memberitahu kepada publik mengenai bagian tertentu dari informasi
yang belum sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan berupa
informasi sementara.
17
b. Menjamin tidak adanya penyelenggara PEMIRA yang menjadi
penentu keputusan yang menyangkut kepentingan sendiri secara
langsung maupun tidak langsung; dan
c. Tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan suatu golongan.
18
b. Jujur;
Jujur adalah keaadaan dimana kita bersikap dengan apaadanya sesuai
yang terjadi. Sehingga kejujuran adalah hal mutlak yang harus dimiliki insan
organisatoris untuk menciptakan hal yang seadil-adilnya.
c. Adil;
Adil adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam
rangka menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun
akan merugikan diri nya sendiri. Secara etimologis al-adl berarti tidak berat
sebelah, tidak memihak. Secara terminologis adil berarti “mempersamakan”
sesuatu dengan yang lain.
d. Kepastian hukum;
Kepastian hukum diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat
dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan peraturan ini. Pengertian
kepastian tersebut dapat dimaknai bahwa ada kejelasan dan ketegasan
terhadap berlakunya hukum di dalam masyarakat. Agar tidak menimbulkan
banyak salah tafsir. Menurut Van Apeldoorn, “kepastian hukum dapat juga
berarti hal yang dapat ditentukan oleh hukum dalam hal-hal yang konkret”.
Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang
berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat
dilaksanakan. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiable terhadap
tindakan sewenang-wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
e. Tertib;
Tertib adalah keadaan yang dimana kita bersikap sesuai dengan aturan
yang berlaku dimanapun. Sehingga ketertiban adalah hal yang harus dimiliki
insan organisatoris untuk menciptakan hal yang serapih-rapihnya.
f. Kepentingan umum;
Kepentingan umum adalah kepentingan yang mendahulukan
kepentingan orang lain yang bertujuan baik daripada kepentingan pribadi
dalam hal apapun.
19
g. Keterbukaan;
Keterbukaan sebagai langkah mewujudkan tata pemerintahan
mahasiswa (student government) sekaligus mewujudkan bentuk konkrit
perlindungan hak asasi manusia maka diperlukan landasan atau instrumen
yuridis yang kuat untuk mengatur keterbukaan terhadap informasi,
transparansi dana, dan partisipatoris dalam seluruh proses pengelolaan
sumberdaya publik mulai dari proses pelaksanaan, pengambilan keputusan,
serta instrument lainnya.
h. Proporsionalitas;
Proporsionalitas adalah asas hukum yang berupaya menyeimbangkan
tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan
i. Profesionalitas;
Profesionalitas suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota
profesi pada profesinya, serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas mereka.
j. Akuntabilitas;
Akuntabilitas (Accountability) menurut Oxford Advanced Learner's
Dictionary, Oxford University Press, 1989 adalah required or expected to give
an explanation for one's action. Secara umum, arti akuntabilitas adalah suatu
tanggung jawab dari tugas atau kewajiban yang sudah dilakukan pada sebuah
organisasi kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan dan meminta
keterangan mengenai kegiatan bisnis atau kinerja dalam menjalankan tugas
demi mencapai tujuan tertentu.
k. Efisiensi; dan
Menurut para ahli Efisien adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan
yang maksimal dengan meminimalisir pengeluaran sumber daya.
l. Efektivitas.
Menurut Mardiasmo “Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan
efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
20
(outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi”,
21
e. Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan
pertanggungjawaban KPUR;
f. Membatu pelaksanaan tugas lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
22
Keempat, Mencegah, memeriksa dan mengkaji terjadinya pelanggaran
administrasi, praktik politik uang dan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Kelima, Mengawasi pelaksanaan keputusan dari KPUR Universitas
Komputer Indonesia. Keenam, Mengevaluasi penyelenggaraan Pemira
Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.
E. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Undang-Undang terhadap aspek ruang lingkup kemahasiswaan dan
keorganisasian mahasiswa dan dampaknya.
1. Pembentukan koalisi rekomendasi yang mau tidak mau harus
dilakukan sebelum PEMIRA Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden
Mahasiswa diharapkan dapat memaksa rekomendasi mengubah
orientasi koalisi jangka pendek dan cenderung oportunistik menjadi
berbasis kesamaan ideologi, visi, dan platform politik. Efek berikutnya
23
dari koalisi berbasis kesamaan ideologi ini adalah tegaknya disiplin
koalisi, sehingga orientasi para politisi koalisi pun diharapkan bisa
berubah dari perburuan kekuasaan menjadi perjuangan mewujudkan
kebijakan (policy seeking).
2. Batas minimum rekomendasi dalam mencalonkan Presiden
Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa adalah implikasi
rekomendasi untuk menentukan ideologi visi dan platform koalisi,
dengan demikian orientasi para politisi pun diharapkan dapat menjadi
pejuang dalam mewujudkan kebijakan yang memiliki keberpihakan
kepada mahasiswa.
24
BAB III
25
seharusnya menjadi wewenang lembaga legislatif, masih melibatkan
Himpunan dan Unit Kegiatan Mahasiwa dalam pelaksanaannya.
c. Dengan adanya transisi dari sistem parlemen ke sistem demokrasi ideal yang
dimana satu orang adalah satu suara dalam pemilihan Presiden Mahasiswa dan
Wakil Presiden Mahasiswa.
d. Dalam implementasi dari sistem pemilihan parlemen di sini bertentangan
dengan sistem pemerintahan mahasiswa yang seharusnya mengutamakan hak-
hak dari pada mahasiswa itu sendiri, seperti hak untuk memilih dan dipilih
serta partisipasi politik diranah kemahasiswaan. Berbeda dengan sistem
pemira yang memungkinkan partisipasi politik dari semua elemen mahasiwa
dalam ruang lingkup kemahasiswaan UNIKOM.
26
BAB IV
27
penerus bangsa, mahasiswa Universitas Komputer Indonesia bertekad untuk
belajar, berkarya, dan berjuang yang dilandasi dengan rasa pengabdian dan
tanggung jawab kepada Allah SWT dan Almamater.
B. Landasan Sosiologis
Pada dasarnya seluruh pengaturan tata cara pelaksanaan Pemira UNIKOM
berkaitan erat dengan upaya mewujudkan hak mahasiswa untuk dapat
memilih secara adil dan berintegritas, kecerdasan mahasiswa berkaitan
dengan metode pemilihan, mahasiswa dapat memilih Presiden Mahasiswa dan
Wakil Presiden Mahasiswa. Penyelenggaraan Pemira UNIKOM dalam
pengaturannya tertera dalam ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang pemilihan umum. Oleh
karena itu untuk menjaga MPM 2021 Tentang pemilihan umum raya. Oleh
karena itu, untuk menjaga stabilitas kampus, perlu dibentuk suatu pengaturan
yang dapat membantu mahasiswa agar dapat memilih secara efisien, mudah,
dan cerdas.
C. Landasan Yuridis
Kedaulatan berada ditangan mahasiswa dan di laksanakan menurut
Undang-Undang Dasar IKM UNIKOM Tahun 2021. Salah satu kedaulatan
mahasiswa ini adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya. Pemilihan
Umum Raya dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi
mahasiswa seluas-luasnya berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil sebagaimana bunyi Pasal 2 Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA. Selain mengatur
penyelenggaraan asas PEMIRA, PEMIRA juga mengatur tujuan
Penyelenggaraan PEMIRA yaitu, untuk Memperkuat sistem pemilihan yang
demokratis, Mewujudkan Pemira yang adil dan berintergritas, Menjamin
konsistensi pengaturan dan sistem Pemira, Memberikan kepastian hukum, dan
Mewujudkan Pemira yang efektif dan efisien. Penyelenggaraan PEMIRA
UNIKOM dijabarkan lebih lanjut dalam Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA, Namun dalam
pengaturannya belum memadai, adapun beberapa kekurangan di dalam pasal
Ketetapan MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang
PEMIRA salah satunya tentang mekanisme keanggotaan ketika ada anggota
yang tidak aktif atau keluar dari tanggung jawab. Oleh karena itu, untuk
menjaga stabilitas politik kampus, perlu dibentuk pengaturan secara khusus
dalam Undang-Undang yaitu Undang-Undang tentang Pemilihan Umum
Raya.
28
BAB V
MATERI, JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG
29
2. Jangkauan Pengaturan Rancangan Undang-Undang Pemira Universitas
Komputer Indonesia Kebijakan substansi pengaturan dalam RUU
Pemira Universitas Komputer Indonesia akan menjangkau pada
ketentuan kedudukan dan eksistensi dari panitia penyelenggara serta
mekanisme tahapan Pemilihan Umum Raya Universitas yang
dilaksanakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan adil
melalui sistem Pemira untuk memilih Presiden Mahasiswa dan Wakil
Presiden Mahasiswa BEM Universitas Komputer Indonesia.
30
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA untuk memilih
Presiden Mahasiwa dan Wakil Presiden Mahasiswa merupakan keharusan untuk
memperbaiki sistem dan penyelenggaraan PEMIRA Universitas Komputer
Indonesia. Rancangan Undang-Undang ini perlu segera dibahas untuk disahkan
menjadi Undang-Undang.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
[12] Sumarsono, Soni. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-
UNDANG. Jakarta, 2016.
[13] Soedarno. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG – UNDANG
TENTANG PENYELENGGARAAN PELIMIHAN UMUM. Jakarta, 2016.
[14] Bandung. 2020. KETETAPAN SIDANG ISTIMEWA MPM UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia.
33