Anda di halaman 1dari 33

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG – UNDANG


PEMIRA

KOMISI V
DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDOENSIA
BANDUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas kehendak-Nya,
peneliti menyelesaikan penulisan Nahkah Akademik Rancangan Undang-Undang
Penyelenggaraan PEMIRA, Tim Penyusun melakukan kegiatan yang berupaya
menyatukan dan menyusun Rancangan Undang-Undang penyelenggaraan PEMIRA
secara sistematis dan lengkap.

Maksud dan tujuan membentuk Undang-Undang tentang PEMIRA dalam rangka


menyederhanakan dan menyelaraskan peraturan PEMIRA dalam ketetapan MPM Nomor
: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021, yaitu: Mewujudkan PEMIRA yang adil dan
berintegritas; Menjamin konsistensi pengaturan sistem PEMIRA; Mencegah duplikasi
pengaturan dan ketidak pastian hukum pengaturan PEMIRA; dan menemukan masalah-
masalah pengaturan penyelenggara dan peserta PEMIRA, sistem pemilihan, manajemen
PEMIRA, dan penegakan hukum dalam satu undang-undang Pemira.

Akhirnya, semoga karya kecil ini dapat berguna bagi perbaikan regulasi PEMIRA
dan pembangunan demokrasi bangsa dan negara di masa depan. Segala koreksi atas
penulisan naskah akademis ini akan membuat karya ini lebih baik dan berarti. Semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat dan ridho-Nya pada kita semua.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaharuan merupakan suatu peningkatan dalam sistem pemerintah di
kampus Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), untuk meningevaluasi
penerapan prinsip kedaulatan di tangan mahasiswa yang di anggap minim semasa
pemrintahan parelementer (Keterwakilan). Hal tersebut pada puncaknya yang di
tandai dengan pembentukan Undang - Undang Dasar Ikatakan Keluarga
Mahasiswa Univeritas Komputer Indonesia 2021. Khususnya pada pasal- pasal
yang secara spesifik mengatur tentang PEMIRA, hal ini akan berpengaruh pada
tatacara pemilihan Presiden Mahsiswa dan Wakil Presiden Mahsiswa bahwa
dalam pelaksanaan demokrasi, Presiden Mahsiswa bertanggung jawab pada
Mahasiswa secara langsung dan bukan melalui MPM IKM UNIKOM.

Melalui momentum tersebut UNIKOM mengalami transpormasi sistem


dari yang sebelumnya melakukan pemilihan Presiden Mahasiswa dan Wakil
Presiden Mahasiswa oleh MPM IKM UNIKOM menjadi pemilihan Presiden
Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa secara langsung oleh
mahasiswa.Momentum penggeseran sistem PEMIRA tersebut tidak serta merta
mengurangi problem ketatanegaraan di UNIKOM.

Kedudukan konstisional pemira di nyatakan dalam ketetapan MPM


Nomor : 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 menegaskan PEMIRA untuk
memilih Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa.

Memperhatikan hal tersebut perlu dilakukan penyusunan Naskah


Akademik sebagai bahan penyusunan RUU tentang Penyelenggaraan PEMIRA.

4
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan apa yang di hadapi dalam penyelenggaraan Pemira
PEMIRA agar terbentuknya sisitem politik demokrasi yang jujur dan adil.
2. Mengapa perlu rancangan Undang-Undang penyelengaraan PEMIRA
yang baru sebagai dasar penyelenggaraan PEMIRA.
3. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan atau landasan Filosofis,
sosiologis dan yuridis dalam pembentukan RUU tentang Penyelenggaraan
PEMIRA ?
4. Apa sasaran yang akan di wujudkan, ruanglingkup, jangkauan,dan arah
pengaturan pembentukan RUU tentang Penyelenggaran PEMIRA?

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
tentang PEMIRA adalah

1. Merupakan konsep atas permasalahan yang di hadapi dalam


penyelenggaraan pemira serentak agar terbentuk sistem politik demokrasi
yang mampu menciptakan jujur dan adil.
2. Merumuskan Rancangan Undang-Undang PEMIRA sebagai dasar
pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan PEMIRA.
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosif, sosiologis dan yuridis
dalam pembentukan RUU PEMIRA.

D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik didasarkan pada hasil penelitian atau
kajian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lainnya. Dalam penyusunan
Naskah Akademik RUU tentang PEMIRA menggunakan 3 (tiga) metode, yaitu:
studi pustaka, simulasi, dan diskusi terbatas, yaitu sebagai berikut:

5
1. Studi pustaka, yakni menelaah buku, laporan penelitian dan dokumen-
dokumen lain yang membahas tentang kerangka hukum dan konsepsi
penyatuan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan PEMIRA.
2. Simulasi, Simulasi variabel sistem PEMIRA dilakukan dalam rangka
menemukan pengaturan sistem PEMIRA secara komprehensif dalam
rangka mengejar tujuan PEMIRA yang meningkatkan kualitas partisipasi
pemilih, memperkuat, mendemokrasikan dan mengefektifkan PEMIRA.
3. Focus group discussion (FGD) atau diskusi terbatas, yaitu membahas draf
Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang PEMIRA .

6
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Demokrasi
Wacana mengenai demokrasi sangat kencang di abad 20-an. Akar dari
gagasan demokrasi telah tumbuh sejak jaman Yunani Kuno. Hanya saja
prinsip-prinsipnya mulai benar-benar dianut setelah Barat mengganggap
sistem monarki absolut tidak sesuai dengan masyarakat. Ada banyak
pengertian mengenai demokrasi. Menurut Miriam Budiarjo, demokrasi
mempunyai asal kata berarti ”mahasiswa berkuasa” atau ”goverment or rule
by the people”. (Kata Yunani demos berarti mahasiswa, kratos/ kratein berarti
kekuasaan/berkuasa). [1]

Sesudah Perang Dunia II kita melihat gejala bahwa secara formil


demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan negara di dunia. Menurut suatu
penelitian yang diselenggarakan oleh UNESCO dalam tahun 1949 maka
”mungkin untuk pertama kali dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai
nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistim organisasi politik dan
sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh”.
[1]

Sebagaimana diketahui, akar-akar demokrasi telah muncul ketika


jaman Yunani Kuno. Gagasan demokrasi yang berpengaruh juga banyak
muncul di abad ke 17-19, dimana ini banyak digolongkan dengan pemikiran
demokrasi klasik. Seperti pemikiran John Locke bahwa setiap individu harus
menyesuaikan diri dengan kehendak mayoritas. Setiap individu
meyumbangkan jumlah kekuatan fisik yang sama, oleh karena itu setiap
keputusan yang disetujui oleh jumlah individu yang lebih banyak harus
diterima sebagai keputusan yang mengikat. Dari pandangan itu dapat
disimpulkan bahwa Locke membenarkan tirani mayoritas sebab tindakan
mayoritas bisa saja melanggar hak-hak individu kalangan minoritas. [1]

7
Tetapi untuk melindungi hak-hak minoritas dan hak individu dari
tirani kekuasaan yang absolut dan sembarangan, pemerintah harus
melaksanakan kewenangannya berdasarkan hukum. Hanya saja pejabat
negara tidak hanya bertindak sesuai hukum, tetapi pembuat hukum (legislatif)
harus terpisah dari pelaksana hukum (eksekutif) dan pengadilan (yudikatif).
Pemerintahan berdasarkan hukum dan pemisahan kekuasaan, menurut Locke
dapat mengendalikan sifat mementingkan diri sendiri dan melayani
kepentingan sendiri dari orang yang berwenang. Atas dasar itu, Locke
mengemukakan empat syarat bagi kewenangan legislatif, yakni menetapkan
suatu hukum bagi semua orang, membuat hukum yang hanya bertujuan bagi
kebaikan warga masyarakat, tidak mengenakan atau menaikkan pajak tanpa
persetujuan warga masyarakat, dan tidak mengalihkan kewenangan membuat
hukum kepada lembaga yang lain. [1]

Elitisme merupakan sekumpulan orang-orang yang memimpin


sebagai perwakilan mahasiswa dan sebagai wadah menerima aspirasi-aspirasi
dari mahasiswa, yang dengan memberi keputusan dalam sistem ber-Negara
untuk merubah Negara menjadi lebih baik, maju dan berkembang untuk
kedepannya. Tetapi Soerjanto Poeapowardojo mendefinisikan bahwa elitisme
sebagai sikap yang kurang menghargai dan kurang mempercayai kemampuan
dari masyarakat banyak, hal ini yang dapat menjadikan mereka statis.
Soekarno juga sangat menentang elitisme, karena hal ini dapat mendorong
sekelompok orang untuk berfikir bahwa dirinya memiliki status-politik yang
lebih tinggi dari masyarakat lainnya, dan yang lebih membahayakan adalah
jika para pemimpin mahasiswa mempraktekan hal tersebut terhadap
mahasiswanya sendiri. [2]

Dengan konsep teoritis seperti itu , idealisme demokrasi konstusional


adalah model demokrasi partisipatoris, Universitas computer indonesioa
adalah kampus dengan mahasiswa plural yang memiliki kecenderunagn
multy organisasi yang kuat, dalam kondisi seprti itu demokrasi mayoritarian
sulit dibumikan, bahkan akan menimbulkan banyak masalah dalqam proses

8
demokrasi, demokrasi mayoritarian cenderung mendiskriminasikan kekuatan
kekuatan minoritas sehingga menyulitkan penemuan kehendak bersama.

Pada Tahun 2018/2019 awal mula masuknya sistem demokrasi di


Universitas Komputer Indonesia dengan Ketetapan Sidang Istimewa Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia 2019 nomor :
05/TAP/SidangIstimewa/MPM Universitas Komputer Indonesia/V/2019
Tentang PEMIRA Universitas Komputer Indonesia 2019. Maka mustahil
demokrasi dapat berkembang lebih lanjut, itu sebabnya PEMIRA menjadi
pangkal bagi perkembangan demokrasi artinya jika PEMIRA tidak terlaksana
maka tidak ada harapan bagi pertumbuhan demokrasi. PEMIRA adalah
persyaratan bagi tumbuhnya demokrasi.

2. PEMIRA Sebagai Kedaulatan Mahasiswa


Dalam teori maupun praktik di Universitas Komputer Indonesia
fungsi pelaksanaan asas kedaulatan mahasiswa lazim terkait dengan
PEMIRA hal ini ditegaskan dalam Ketetapan MPM nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 Tentang PEMIRA artinya secara
yuridis PEMIRA di Universitas Komputer Indonesia memang dimaksudkan
sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan mahasiswa. Dengan Ketetapan MPM
nomor : 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 Tentang PEMIRA secara
konsisten maka PEMIRA yang diselenggarakan satu tahun sekali harus
dipahami sebagai pemilihan oleh untuk mahasiswa yang diperintah,

PEMIRA merukapakan mekanisme pemilihan secara langusng,


umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

a. Tujuan dan Fungsi PEMIRA


PEMIRA pada hakikatnya secara bottom-up terdapat tiga
fungsi PEMIRA : Pertama, sebagai sarana rekrutmen politik, dimana
setiap mahasiswa UNIKOM punya hak dipilih menjadi pengisi kursi
kekuasaan dalam lembaga eksekutif maupun legislatif. Kedua,

9
sebagai sarana pembentukan pemerintahan mahasiswa dan Ketiga,
sebagai sarana membatasi perilaku sebagai pemangku kekuasaan dan
kebijakan. Sedangkan secara top-down, pemira mempunyai 4 fungsi:
Pertama, sebagai sarana membangun legitimasi. Kedua, sebagai
sarana penguatan dan sirkulasi pemerintahan mahasiswa secara
periodik. Ketiga, sebagai sarana menyediakan perwakilan dan
Keempat, sebagai sarana pendidikan.
b. Variabel Sistem PEMIRA

Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi tersebut pemira


dilengkapi berbagai perangkat teknis atau variable sistem pemira.
Sistem pemira adalah huubungan berbgai variable untuk
mengkonversi suara pemilih menjadi kursi yang akan di duduki calon
terpilih di lembaga legislatif maupun eksekutif dengan kata lain,
sistem pemira merupakan seperangkap variable yang mengatur
kontestasi perebutan kekuasaan. Dalam sistem pemerintahan dimana
terdapat PEMIRA eksekutif untuk memilih presiden mahasiswa dan
wakil presiden mahasiswa faktor waktu penyelenggaraan berpengaruh
besar terhadap pemilihan Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden
Mahasiswa.

3. Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah “sistem”
dan “pemerintahan”. Sistem adalah suat keseluruhan, terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya,sehingga hubungan
itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya
jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhannya.

Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan


oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan mahasiswanya dan

10
kepentingan negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintahan yang
hanya menjalankan tugas eksektutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas
lainnya termasuk legislatif dan yudikatif. Karena itu dalam lingkup sistem
pemerintahan mahasiswa adalah membicarakan bagaimana kekuasaan serta
hubungan antara lembaga-lembaga ditingkat universitas khususnya eksekutif
dan legislatif yang menjalankan kekuasaan-kekuasaan, dalam rangka
menjalankan kepentingan mahasiswa.

Adapun sistem pemeritahan yang di laksanakan di IKM UNIKOM


yang memang belum dijelaskan dalam sistem pemerintahan, namun adapun
beberapa ciri di pemerintahan di IKM UNIKOM diantaranya:

a. Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa bertanggung


jawab terhadap kabinetnya
b. Badan Eksekutif Mahasiswa bertanggung jawab untuk melaporkan
pertanggungjawaban dalam kebijakan dan program kerja/kegiatan
yang di laksanakan kepada mahasiswa unikom dan lembaga Legislatif
Unikom
c. Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa bertanggung
jawab dalam menjalankan pemerintahan eksekutif di UNIKOM
d. Badan Eksekutif Mahasiswa bertanggung jawab menjalankan
pelaksanaan hukum yang ada di IKM UNIKOM.
e. Dewan Perwakilan Mahasiswa bertanggung jawab dalam pengawasan
Badan Eksekutif Mahasiswa
f. Dewan Perwakilan Mahasiswa bertanggung jawab dalam pembuatan
peraturan perundang undangan yang ada di unikom
g. Dewan Perwakilan Mahasiswa bertanggung jawab sebagai wakil
mahasiswa yang telah diamanahkan untuk menjadi perwakilan
h. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa bertanggung jawab dalam
mengawasi setiap pelaksanaan hukum yang sudah di atur dalam
undang undang yang berlaku

11
4. Sistem Pemira Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa
Dalam Pemira Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa
hal yang perlu disoroti adalah penjabaran sistem Pemira Presiden Mahasiswa
dan Wakil Presiden Mahasiswa tersebut dalam Ketetapan MPM nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 Tentang PEMIRA.

Jika Pemira Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa


hanya diikuti 1 pasangan calon kandidat maka akan tetap dilaksanakan
pemilihan dengan melawan kotak kosong seusai dengan Ketetapan Sidang
Istimewa Majelis Permusyawaratan Mahasiswa 2020 Universitas kmputer
Indonesia 2020 Nomor : 02/TAP/SIDANG ISTEMAWA/MPM Unversitas
Komputer Indonesia/X/2020 TENTANG PEMIRA MAHASISWA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2020, dan jika PEMIRA
Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa diikuti oleh 2 pasangan
calon maka kedua pasangan calon akan dilakukan kampanye sesuai dengan
ketentuan atau mekanisme yang telah dibuat oleh KPUR, serta jika Pemira
Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa diikuti lebih dari 2
pasangan calon maka akan dilakukan pemungutan suara secara bertahap
sampai tersisa 2 pasang calon untuk pemungutan suara akhir.

B. Kajian Terhadap Asas Atau Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan


Norma
1. Asas-asas Dalam Pelaksanaan PEMIRA
Pasal 2 KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN
MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021
TENTANG PEMILIHAN UMUM RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA menyatakan Pemilihan Umum Raya Mahasiswa
Universitas Komputer Indonesia dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil yang dilakukan setiap 1 tahun sekali atau biasa
disingkat luberjurdil. Asas langsung, umum, bebas, dan rahasia diterapkan

12
pada saat pemungutan suara, sedangkan asas jujur dan adil diterapkan pada
perhitungan suara.

Asas-asas PEMIRA tersebut memiliki makna:

a. Asas langsung, mahasiswa sebagai pemilih mempunyai hak untuk


memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati
nuraninya, tanpa perantara.
b. Asas umum, semua mahasiswa Universitas Komputer Indonesia yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan KETETAPAN MAJELIS
PERMUSYAWARATAN MAHASISWA IKATAN KELUARGA
MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 TENTANG PEMILIHAN
UMUM RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA ini berhak mengikuti PEMIRA. Pemilihan yang bersifat
umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku
menyeluruh bagi semua mahasiswa Universitas Komputer Indonesia,
tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis
kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.
c. Asas bebas, setiap mahasiswa Universitas Komputer Indonesia yang
berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan
paksaan dari siapa pun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap
mahasiswa Universitas Komputer Indonesia dijamin keamanannya,
sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani.
d. Asas rahasia, pemilih yang memberikan suaranya dalam PEMIRA
telah dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana
pun dan dengan jalan apa pun.
e. Asas jujur, setiap penyelenggara PEMIRA, peserta PEMIRA,
pengawas PEMIRA, pemilih, serta semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan PEMIRA harus bersikap dan bertindak jujur sesuai
dengan KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN
MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA

13
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 TENTANG PEMILIHAN
UMUM RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA.
f. Asas adil, setiap pemilih dan peserta PEMIRA dalam penyelenggaraan
PEMIRA mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan
pihak mana pun.

2. Asas-asas Penyelenggara PEMIRA


Penyelenggara PEMIRA dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
berpedoman pada asas-asas penyelenggara PEMIRA, yaitu:
a. Independent;
b. Jujur;
c. Adil;
d. Kepastian hukum;
e. Tertib;
f. Kepentingan umum;
g. Keterbukaan;
h. Proporsionalitas;
i. Profesionalitas;
j. Akuntabilitas;
k. Efisiensi; dan
l. Efektivitas

Dalam melaksanakan asas independent dan adil, Penyelenggara


PEMIRA berkewajiban:
a. Bertindak netral dan tidak memihak terhadap golongan atau kelompok
tertentu, calon, peserta PEMIRA, dan media massa tertentu;
b. Memperlakukan secara sama setiap calon, peserta PEMIRA, calon
pemilih, dan pihak lain yang terlibat dalam proses PEMIRA;

14
c. Menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk
terhadap pelaksanaan tugas dan menghindari dari intervensi pihak
lain;
d. Tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan
atas masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses PEMIRA;
e. Tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat
partisan dengan pemilih;
f. Tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau
atribut yang secara jelas menunjukkan sikap partisan pada golongan
atau kelompok dan peserta PEMIRA tertentu;
g. Tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak
menanyakan pilihan politik kepada orang lain;
h. Memberitahukan kepada seseorang atau peserta PEMIRA selengkap
dan secermat mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan
yang dikenakannya;
i. Menjamin kesempatan yang sama kepada setiap peserta PEMIRA
yang dituduh untuk menyampaikan pendapat tentang kasus yang
dihadapinya atau keputusan yang dikenakannya;
j. Mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang
terjadi dan mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara
adil;
k. Tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun dari peserta PEMIRA,
calon peserta PEMIRA, perusahaan atau individu yang dapat
menimbulkan keuntungan dari keputusan lembaga penyelenggara
PEMIRA.

Dalam melaksanakan asas jujur, keterbukaan, dan akuntabilitas,


Penyelenggara PEMIRA berkewajiban:
a. Menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan
perundang-undangan, tata tertib, dan prosedur yang ditetapkan;

15
b. Membuka akses publik mengenai informasi dan data yang berkaitan
dengan keputusan yang telah diambil sesuai peraturan perundang-
undangan;
c. Menata akses publik secara efektif dan masuk akal serta efisien
terhadap dokumen dan informasi yang relevan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam
proses kerja lembaga penyelenggara PEMIRA serta upaya
perbaikannya;
e. Menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;
f. Memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai
keputusan yang telah diambil terkait proses PEMIRA; dan
g. Memberikan respon secara aktif dan bijaksana terhadap kritik dan
pertanyaan publik.

Dalam melaksanakan asas kepastian hukum, Penyelenggara PEMIRA


berkewajiban:
a. Melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan PEMIRA yang
secara tegas diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan;
b. Melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan PEMIRA yang
sesuai dengan yuridisnya;
c. Melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan PEMIRA,
menaati prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan; dan
d. Menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan PEMIRA sepenuhnya diterapkan secara tidak berpihak dan
adil.

16
Dalam melaksanakan asas tertib, Penyelenggara PEMIRA
berkewajiban:
a. Memastikan seluruh informasi yang disampaikan kepada publik
berdasarkan data dan/atau fakta;
b. Memastikan informasi yang dikumpulkan, disusun, dan
disebarluaskan dengan cara sistematis, jelas, dan akurat;
c. Memberikan informasi mengenai PEMIRA kepada public secara
lengkap, periodic dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
d. Memberitahu kepada publik mengenai bagian tertentu dari informasi
yang belum sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan berupa
informasi sementara.

Dalam melaksanakan asas kepentingan umum, Penyelenggara


PEMIRA berkewajiban:
a. Memberikan informasi dan pendidikan pemilih yang mencerahkan
pikiran dan kesadaran pemilih;
b. Memastikan pemilih memahami secara tepat mengenai proses
PEMIRA;
c. Membuka akses yang luas bagi pemilih dan media untuk berpartisipasi
dalam proses penyelenggaraan PEMIRA;
d. Menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan
hak pilihnya atau memberikan suaranya; dan
e. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi
pemilih yang membutuhkan perlakuan khusus dalam menggunakan
dan menyampaikan hak pilihnya.

Dalam melaksanakan asas proporsionalitas, Penyelenggara PEMIRA


berkewajiban:
a. Mengumumkan adanya hubungan atau keterkaitan pribadi yang dapat
menimbulkan situasi konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas
penyelenggara PEMIRA;

17
b. Menjamin tidak adanya penyelenggara PEMIRA yang menjadi
penentu keputusan yang menyangkut kepentingan sendiri secara
langsung maupun tidak langsung; dan
c. Tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan suatu golongan.

Dalam melaksanakan asas profesionalitas, efisiensi, dan efektivitas,


Penyelenggara PEMIRA berkewajiban:
a. Menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih dan peserta sesuai
dengan standar profesional administrasi penyelenggaraan PEMIRA;
b. Bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi
profesi administrasi PEMIRA;
c. Bertindak hati-hati dalam melakukan perencanaan dan penggunaan
anggaran agar tidak berakibat pemborosan dan penyimpangan;
d. Melaksanakan tugas sebagai penyelenggara PEMIRA dengan
komitmen tinggi;
e. Menggunakan waktu secara efektif sesuai alokasi waktu yang
ditetapkan oleh penyelenggara PEMIRA; dan
f. Tidak melalaikan pelaksanaan tugas yang diatur dalam organisasi
penyelenggara PEMIRA.

C. Analisis Terhadap Penentuan Asas-Asas Ini Juga


Memperhatikan Berbagai Aspek Bidang Kehidupan Terkait
Dengan Peraturan Perundang-undangan Yang Akan Dibuat,
Yang Berasal Dari Hasil Penelitian.
a. Independent;
Independentsi adalah keadaan dimana tidak ada keterikatan antar
kelompok atau individu yang menguntungkan salah satu pihak dan dapat
merugikan pihak mayoritas. Yang dimana independensi sangat dibutuhkan
dalam menjalankan organisasi yang tidak terikat organisasi manapun
sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang dapat diterima oleh mayoritas.

18
b. Jujur;
Jujur adalah keaadaan dimana kita bersikap dengan apaadanya sesuai
yang terjadi. Sehingga kejujuran adalah hal mutlak yang harus dimiliki insan
organisatoris untuk menciptakan hal yang seadil-adilnya.
c. Adil;
Adil adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam
rangka menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun
akan merugikan diri nya sendiri. Secara etimologis al-adl berarti tidak berat
sebelah, tidak memihak. Secara terminologis adil berarti “mempersamakan”
sesuatu dengan yang lain.
d. Kepastian hukum;
Kepastian hukum diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat
dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan peraturan ini. Pengertian
kepastian tersebut dapat dimaknai bahwa ada kejelasan dan ketegasan
terhadap berlakunya hukum di dalam masyarakat. Agar tidak menimbulkan
banyak salah tafsir. Menurut Van Apeldoorn, “kepastian hukum dapat juga
berarti hal yang dapat ditentukan oleh hukum dalam hal-hal yang konkret”.
Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang
berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat
dilaksanakan. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiable terhadap
tindakan sewenang-wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.
e. Tertib;
Tertib adalah keadaan yang dimana kita bersikap sesuai dengan aturan
yang berlaku dimanapun. Sehingga ketertiban adalah hal yang harus dimiliki
insan organisatoris untuk menciptakan hal yang serapih-rapihnya.
f. Kepentingan umum;
Kepentingan umum adalah kepentingan yang mendahulukan
kepentingan orang lain yang bertujuan baik daripada kepentingan pribadi
dalam hal apapun.

19
g. Keterbukaan;
Keterbukaan sebagai langkah mewujudkan tata pemerintahan
mahasiswa (student government) sekaligus mewujudkan bentuk konkrit
perlindungan hak asasi manusia maka diperlukan landasan atau instrumen
yuridis yang kuat untuk mengatur keterbukaan terhadap informasi,
transparansi dana, dan partisipatoris dalam seluruh proses pengelolaan
sumberdaya publik mulai dari proses pelaksanaan, pengambilan keputusan,
serta instrument lainnya.
h. Proporsionalitas;
Proporsionalitas adalah asas hukum yang berupaya menyeimbangkan
tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan
i. Profesionalitas;
Profesionalitas suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota
profesi pada profesinya, serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas mereka.
j. Akuntabilitas;
Akuntabilitas (Accountability) menurut Oxford Advanced Learner's
Dictionary, Oxford University Press, 1989 adalah required or expected to give
an explanation for one's action. Secara umum, arti akuntabilitas adalah suatu
tanggung jawab dari tugas atau kewajiban yang sudah dilakukan pada sebuah
organisasi kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan dan meminta
keterangan mengenai kegiatan bisnis atau kinerja dalam menjalankan tugas
demi mencapai tujuan tertentu.
k. Efisiensi; dan
Menurut para ahli Efisien adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan
yang maksimal dengan meminimalisir pengeluaran sumber daya.
l. Efektivitas.
Menurut Mardiasmo “Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan
efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak

20
(outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi”,

D. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta


Permasalahan Yang Dihadapi
1. Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUR) Universitas Komputer
Indonesia
Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUR) Universitas Komputer
Indonesia tugas dan wewenang yang harus dikerjakan baik secara individual
maupun kolektif sangatlah besar terhadap tugas KPUR ini terdapat
permasalahan yaitu :
Pertama, dalam ketetapan MPM Nomor :
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang pemilihan umum belum ada
penegasan mengenai pembagian tugas dan wewenang KPUR secara spesifik
dalam mengambil kebijakan.
Kedua, masa jabatan anggota KPUR dalam ketetapan MPM
Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang pemilihan umum
tidak sistematik, sehingga menyebabkan kekacauan dalam satu periode untuk
memulai dan mengakhiri perperiode KPUR.
Ketiga, pembagian tugas dan wewenang antara anggota KPUR
seperti yang dirumuskan dalam ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang pemilihan umum masih
rancu. Tugas ini kemudian dijabarkan seperti berikut :
a. Membantu penyusunan program dan anggaran PEMIRA;
b. Memberikan dukungan teknis PEMIRA;
c. Membantu pelaksanaan tugas KPUR penyelanggaraan PEMIRA;
d. Membantu perumusan dan penyusunan rancangan peraturan dan
keputusan KPUR;

21
e. Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan
pertanggungjawaban KPUR;
f. Membatu pelaksanaan tugas lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Keempat, independensi KPUR bukan sekedar kemungkinan


intervensi atau pengaruh kekuatan lain terhadap KPUR tetapi juga
independensi KPUR dalam mengelola PEMIRA. Praktek pengelolaan
peraturan KPUR dirancang dan disusun dalam persidangan KPUR.

Kelima, kemampuan dan integritas pelaksana pemungutan dan


penghitungan suara KPUR sering ditanyakan oleh public berdasarkan
pengalaman pemira dari tahun 2019, 2020, dan 2021 dengan tingkat
partisipan jauh dibawah 40%. Karena pelaksanaan tugas dan kewenangan ini
sangat menentukan kualitas pemira maka diperlukan suatu pembaharuan
dalam persyaratan dan proses recruitment keanggotaan KPUR.

Anggota kepengurusan KPUR merupakan Mahasiswa Aktif


Universitas Komputer Indonesia. Kepengurusan KPUR yang tergabung
dalam pengurus dari setiap Himpunannya masing-masing, untuk menjaga
independensi, Pengurus Himpunan yang tergabung dalam kepengurusan
KPUR diharuskan untuk cuti dalam kepengurusan Organisasi Mahasiswa
dengan bukti lampiran surat dari Himpunan maupun Organisasi Mahasiswa
Internal lainnya.

2. Badan Pengawas PEMIRA (BAWASRA) Universitas Komputer


Indonesiua
Badan Pengawas PEMIRA melaksanakan tugas. Pertama, Menyusun
standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan PEMIRA Mahasiswa
Universitas Komputer Indonesia. Kedua, Melakukan pencegahan dan
penindakan terhadap pelanggaran dan proses PEMIRA Mahasiswa
Universitas Komputer Indonesia. Ketiga, Mengawasi semua persiapan dan
tahap Penyelenggaraan Pemira Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.

22
Keempat, Mencegah, memeriksa dan mengkaji terjadinya pelanggaran
administrasi, praktik politik uang dan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Kelima, Mengawasi pelaksanaan keputusan dari KPUR Universitas
Komputer Indonesia. Keenam, Mengevaluasi penyelenggaraan Pemira
Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.

3. Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM IKM UNIKOM)


Pembentukan dan Recruitment KPUR dilaksanakan oleh Komisi V
DPM IKM UNIKOM sesuai dengan Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA Pasal 18. Dengan
ketentuan tersebut Komisi V mempunyai wewenang dan tanggungjawab
penuh dalam hal pembentukan KPUR.

4. Sistem Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa


Sistem pemilihan umum Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden
Mahasiswa sudah diatur dalam Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA. Pasangan calon
Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa direkomendasikan oleh
Himpunan atau Unit Kegiatan Mahasiswa dibuktikan dengan surat
rekomendasi yang ditandatangani oleh Ketua Umum Himpunan atau Unit
Kegiatan Mahasiswa yang bersangkutan. Sistem pemilihan umum Presiden
Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa dijabarkan dalam Ketetapan
MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA.

E. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Undang-Undang terhadap aspek ruang lingkup kemahasiswaan dan
keorganisasian mahasiswa dan dampaknya.
1. Pembentukan koalisi rekomendasi yang mau tidak mau harus
dilakukan sebelum PEMIRA Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden
Mahasiswa diharapkan dapat memaksa rekomendasi mengubah
orientasi koalisi jangka pendek dan cenderung oportunistik menjadi
berbasis kesamaan ideologi, visi, dan platform politik. Efek berikutnya

23
dari koalisi berbasis kesamaan ideologi ini adalah tegaknya disiplin
koalisi, sehingga orientasi para politisi koalisi pun diharapkan bisa
berubah dari perburuan kekuasaan menjadi perjuangan mewujudkan
kebijakan (policy seeking).
2. Batas minimum rekomendasi dalam mencalonkan Presiden
Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa adalah implikasi
rekomendasi untuk menentukan ideologi visi dan platform koalisi,
dengan demikian orientasi para politisi pun diharapkan dapat menjadi
pejuang dalam mewujudkan kebijakan yang memiliki keberpihakan
kepada mahasiswa.

24
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT

A. PERUBAHAN SISTEM PEMILIHAN PRESIDEN MAHASISWA DAN


WAKIL PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA DARI PARLEMENTER MENJADI PEMILIHAN UMUM
RAYA. Nomor : 04/TAP/Sidang Istimewa/MPM UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA/V/2019

Perubahan sistem pemilihan parlementer menjadi Pemilihan Umum Raya


bertujuan untuk mewujudkan sistem demokrasi yang terstruktur, terarah dan
sistematis, sehingga dapat menciptakan demokrasi ideal. Demokrasi ideal adalah
hal utama dari cita-cita demokrasi yang ideal khususnya dalam sistem
pemerintahan mahasiswa, tentang implementasi dari hak - hak mahasiswa serta
kebebasannya kedalam sistem tersebut. Kebebasan mahasiswa secara individu ini
termasuk kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, hak atas keadilan,
kebebasan secara akademik, kebebasan berorganisasi dalam ruang lingkup
kampus. Pemberian hak pilih dan partisipasi politik adalah dua cita-cita demokrasi
utama yang memastikan keterlibatan mahasiswa di bidang politik kampus. Dalam
hal ini untuk mewujudkan partisipasi politik dari mahasiswa yang berkenaan
dengan hak dipilih dan memilih, maka dibentuklah sistem pemira sebagai sarana
untuk mewujudkan demokrasi yang ideal. Sedangkan dalam sistem pemilihan
sebelumnya yang berbentuk parlementer dimana memakai suatu konsep
keterwakilan dari setiap jurusan serta melibatkan juga unit kegiatan mahasiswa,
yang mana dalam hal ini baik jurusan maupun unit kegiatan mahasiswa
diwakilkan oleh delegasinya untuk keikutsertaan kongres mahasiswa yang
diadakan oleh Lembaga legislatif dan menggunakan hak suaranya dalam memilih
calon presiden mahasiswa dan calon wakil presiden mahasiswa setiap berakhirnya
periode kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa UNIKOM. Yang menjadi
evaluasi dalam sistem pemilihan parlementer serta pemira disini jika ditinjau dari
peraturan terkait yang ada , baik yang sudah tidak berlaku dan berlaku sekarang
serta berdasarkan tinjauan historis dan sosiologis sistem pemerintahan mahasiswa
UNIKOM yaitu :
a. Peran parlemen yang sangat fundamental, bisa menurunkan Presiden
Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa dengan 50% + 1. Namun, sistem
pemerintahan parlemen yang digunakan di UNIKOM yang dimana kekuasaan
penuh dimiliki oleh Himpunan dan UKM.
b. Jika melihat penerapan dari sistem parlementer yang digunakan dalam
pemilihan Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa di UNIKOM
penerapan belum sepenuhnya tepat karena keterwakilan suara pemilihan yang

25
seharusnya menjadi wewenang lembaga legislatif, masih melibatkan
Himpunan dan Unit Kegiatan Mahasiwa dalam pelaksanaannya.
c. Dengan adanya transisi dari sistem parlemen ke sistem demokrasi ideal yang
dimana satu orang adalah satu suara dalam pemilihan Presiden Mahasiswa dan
Wakil Presiden Mahasiswa.
d. Dalam implementasi dari sistem pemilihan parlemen di sini bertentangan
dengan sistem pemerintahan mahasiswa yang seharusnya mengutamakan hak-
hak dari pada mahasiswa itu sendiri, seperti hak untuk memilih dan dipilih
serta partisipasi politik diranah kemahasiswaan. Berbeda dengan sistem
pemira yang memungkinkan partisipasi politik dari semua elemen mahasiwa
dalam ruang lingkup kemahasiswaan UNIKOM.

26
BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN KEBUTUHAN TERHADAP


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Pertimbangan Pembentukan Rancangan Undang-Undang


A. Landasan Filosofis
Kedaulatan IKM UNIKOM berada ditangan mahasiswa dan dilaksanakan
sepenuhnya menurut UUD IKM UNIKOM demikian bunyi BAB 1 Pasal 1
yang tertera dalam UUD IKM UNIKOM Tahun 2021, disana disebutkan
bahwa kedaulatan itu berdasarkan atas kedaulatan mahasiswa.
Pemilihan Umum atau dalam bahasa Inggris yaitu general election adalah
cara yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat dalam
pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemilihan umum sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, hampir
semua negara demokrasi melaksanakan Pemilihan Umum. Pemilihan Umum
adalah proses pemilihan wakil rakyat diparlemen dan kepala pemerintahan
berdasarkan suara terbanyak. Pemilihan Raya mahasiswa merupakan
mekanisme politik yang secara langsung melibatkan partisipasi dari
mahasiswa Universitas Komputer Indonesia. Dimana dalam sistem Pemilihan
umum Raya ini, membuka peluang bagi Mahasiswa untuk memilih siapa
pemimpinnya. Partisipasi mahasiswa merupakan kunci keberhasilan
demokrasi di kampus, baik itu tingkat partisipasi mahasiswa yang tinggi
ataupun rendah, karena dengan partisipasi akan terbentuk demokrasi serta
dapat ditarik suatu konklusi, bahwa antara demokrasi dan partisipasi
merupakan dua dasar dengan nilai entitas yang dapat meningkatkan demokrasi
terutama di kampus. Menurut Peter L. Berger dalam bukunya Pyramids Of
Sacrifice; Political Etnics and Social Change menyatakan, bahwa partisipasi
merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Asumsi yang mendasari
demokrasi dan partisipasi orang yang paling mengerti tentang apa yang baik
bagi dirinya adalah orang itu sendiri.
Demokrasi dalam dunia Universitas lebih tepatnya merupakan suatu ajang
mahasiswa memilih pemimpin yang menduduki jabatan lembaga legislatif
maupun lembaga eksekutif. Demokrasi yang diciptakan pada lingkungan
mahasiswa membuka ruang yang besar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi
dalam berjuang untuk membela kepentingan mahasiswa selaku pemilik
demokrasi. Upaya pemenuhan pengaturan PEMIRA IKM UNIKOM harus
dilandaskan pada tujuan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyebutkan
bahwa, mahasiswa memiliki peran dalam perjuangan dan pembangunan
negara yang mencita-citakan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan yang
diridhoi oleh Allah SWT. Sadar akan fungsi dan kewajibannya sebagai

27
penerus bangsa, mahasiswa Universitas Komputer Indonesia bertekad untuk
belajar, berkarya, dan berjuang yang dilandasi dengan rasa pengabdian dan
tanggung jawab kepada Allah SWT dan Almamater.
B. Landasan Sosiologis
Pada dasarnya seluruh pengaturan tata cara pelaksanaan Pemira UNIKOM
berkaitan erat dengan upaya mewujudkan hak mahasiswa untuk dapat
memilih secara adil dan berintegritas, kecerdasan mahasiswa berkaitan
dengan metode pemilihan, mahasiswa dapat memilih Presiden Mahasiswa dan
Wakil Presiden Mahasiswa. Penyelenggaraan Pemira UNIKOM dalam
pengaturannya tertera dalam ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang pemilihan umum. Oleh
karena itu untuk menjaga MPM 2021 Tentang pemilihan umum raya. Oleh
karena itu, untuk menjaga stabilitas kampus, perlu dibentuk suatu pengaturan
yang dapat membantu mahasiswa agar dapat memilih secara efisien, mudah,
dan cerdas.
C. Landasan Yuridis
Kedaulatan berada ditangan mahasiswa dan di laksanakan menurut
Undang-Undang Dasar IKM UNIKOM Tahun 2021. Salah satu kedaulatan
mahasiswa ini adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya. Pemilihan
Umum Raya dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi
mahasiswa seluas-luasnya berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil sebagaimana bunyi Pasal 2 Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA. Selain mengatur
penyelenggaraan asas PEMIRA, PEMIRA juga mengatur tujuan
Penyelenggaraan PEMIRA yaitu, untuk Memperkuat sistem pemilihan yang
demokratis, Mewujudkan Pemira yang adil dan berintergritas, Menjamin
konsistensi pengaturan dan sistem Pemira, Memberikan kepastian hukum, dan
Mewujudkan Pemira yang efektif dan efisien. Penyelenggaraan PEMIRA
UNIKOM dijabarkan lebih lanjut dalam Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA, Namun dalam
pengaturannya belum memadai, adapun beberapa kekurangan di dalam pasal
Ketetapan MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang
PEMIRA salah satunya tentang mekanisme keanggotaan ketika ada anggota
yang tidak aktif atau keluar dari tanggung jawab. Oleh karena itu, untuk
menjaga stabilitas politik kampus, perlu dibentuk pengaturan secara khusus
dalam Undang-Undang yaitu Undang-Undang tentang Pemilihan Umum
Raya.

28
BAB V
MATERI, JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

A. Sasaran Pengaturan Penyusunan


Undang-Undang ini dilakukan dalam rangka mengisi kekosongan hukum
dan merubah Ketetapan MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021
tentang PEMIRA. Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan Undang-
Undang PEMIRA yaitu:
1. Bahwa dalam rangka mempertegas asas demokrasi maka di pandang
perlukan hukum yang mengatur secara tegas dalam pelaksanaan
pemilihan umum raya maka dirancang perundang undangan yang
mengatur tentang jalannya pemilihan secara langsung oleh mahasiswa.
dalam rangka pelaksanaan Pemira UNIKOM tahun 2022 agar pemilihan
Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa UNIKOM tetap
dapat berlangsung secara demokratis dan berkualitas serta untuk
menjaga stabilitas politik kampus.
2. Bahwa dalam pelaksanaan PEMIRA menurut Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA bahwa akan
lebih di jelaskan secara rinci dalam Undang-Undang Pemilihan Umum
Raya dan menjadi sebuah landasan hukum yang bisa digunakan dalam
ruanglingkup Universitas, Fakultas ataupun Jurusan.

B. Arah dan Jangkauan Pengaturan


Arah dan Jangkauan pengaturan dalam Undang-Undang PEMIRA
Universitas Komputer Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Arah Pengaturan Rancangan Undang-Undang PEMIRA Universitas
Komputer Indonesia. Rancangan Undang-Undang PEMIRA Universitas
Komputer Indonesia diarahkan untuk memberikan pengaturan yang
merupakan revisi ataupun pengaturan baru terhadap Ketetapan MPM
Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA.
Undang-Undang PEMIRA Universitas Komputer Indonesia juga akan
menjadi acuan untuk pelaksanaan pergantian kepemimpinan di tingkat
fakultas atau himpunan.

29
2. Jangkauan Pengaturan Rancangan Undang-Undang Pemira Universitas
Komputer Indonesia Kebijakan substansi pengaturan dalam RUU
Pemira Universitas Komputer Indonesia akan menjangkau pada
ketentuan kedudukan dan eksistensi dari panitia penyelenggara serta
mekanisme tahapan Pemilihan Umum Raya Universitas yang
dilaksanakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan adil
melalui sistem Pemira untuk memilih Presiden Mahasiswa dan Wakil
Presiden Mahasiswa BEM Universitas Komputer Indonesia.

C. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang


Ketetapan MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang
PEMIRA mengatur dari mulai Syarat Pendaftaran calon Presiden Mahasiswa dan
Wakil Presiden Mahasisiwa Universitas Komputer Indonesia rekomendasi
Himpunan dan rekomendasi UKM untuk menjadi salah satu hal fundamental
yang ada di dalam peryaratan, adapun beberapa penyempurnaan dalam RUU
PEMIRA diantaranya:
1. Landasan hukum untuk pelaksanaan PEMIRA yang membuat
pelaksanaan PEMIRA bisa lebih di tingkatkan dari mulai mekanisme
pelaksaan sampai dengan hasil yang memang sesuai di harapkan,
Rancangan Undang-Undang PEMIRA Universitas Komputer Indonesia
juga memperjelas tugas dan kinerja dari Komisi Pemilihan Umum Raya
dan Badan Pengawas PEMIRA.
2. Rancangan Undang-Undang PEMIRA dibentuk untuk menggantikan
Ketetapan MPM Nomor: 02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021
tentang PEMIRA untuk memperjelas hierarki hukum yang ada di
Universitas Komputer Indonesia dan juga bertujuan untuk membentuk
suatu mekanisme pemilihan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

30
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PEMIRA Presiden Mahasiwa dan Wakil Presiden Mahasiswa harus


dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
sebagai perwujudan kedaulatan Mahasiswa sebagaimana diatur dalam
UUD IKM UNIKOM.
2. Penyelenggaraan PEMIRA secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil perlu terus menerus ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke
waktu, sehingga PEMIRA Universitas Komputer Indonesia kedepan
dapat menghasilkan Presiden Mahasiwa dan Wakil Presiden Mahasiswa
yang semakin berkualitas dalam menyelenggarakan pengelolaan
pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.

B. Saran
Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Ketetapan MPM Nomor:
02/TAP/MPM/IKM/UNIKOM/IV/2021 tentang PEMIRA untuk memilih
Presiden Mahasiwa dan Wakil Presiden Mahasiswa merupakan keharusan untuk
memperbaiki sistem dan penyelenggaraan PEMIRA Universitas Komputer
Indonesia. Rancangan Undang-Undang ini perlu segera dibahas untuk disahkan
menjadi Undang-Undang.

Demikianlah Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang


PEMIRA IKM UNIKOM. Naskah Akademik ini dibuat untuk dijadikan acuan
dalam perumusan dan pembahasan yang dilaksanakan oleh DPM IKM UNIKOM.
Undang-Undang yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi maskud dan tujuan
bersama dalam menata sistem kelembagaan Ikatan Keluarga Mahasiswa
Universitas Komputer Indonesia.

31
DAFTAR PUSTAKA

[1] Akbar, Idil.(2016) DEMOKRASI DAN GERAKAN SOSIAL (BAGAIMANA


GERAKAN MAHASISWA TERHADAP DINAMIKA PERUBAHAN
SOSIAL).
[2] Sri Wahyu Wulandari. 2019. ELITISME DAN PLURALISME POLITIK
DALAM NEGARA DEMOKRASI DEWASA INI. Makalah

[3] Soedarmo. (2016, September 2). RJ1-20161117-115025-2971. NASKAH


AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM, 2-128. Retrieved Februari 3,
2022, from https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-20161117-115025-
2971.pdf
[4] Hernoko, Agus Yudha. Jurnal Hukum dan Peradilan,Volume 5 Nomor 3,
November 2016 : 447 – 446.
[5] Bandung. 2020. KETETAPAN KONGRES MAHASISWA UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia.
[6] Bandung. 2019. KETETAPAN KONGRES MAHASISWA UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia.
[7] Harun, Nurlaila. Jurnal Adil, Volume 11 Nomor 1, Juni 2013.
[8] Prayogo, R. Tony. Jurnal LEGISLASI INDONESIA, Volume 13 Nomor 02,
Juni 2016 : 191 – 202.
[9] Retnowati, Endang. Keterbukaan Informasi Publik dan Good Governance,
Volume XVII Nomor 1, Januari 2012.
[10] Bandung. 2021. Ketetapan No.02 Tahun 2021 tentang PEMILIHAN UMUM
RAYA MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA. Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.
[11] Samsul, Inosentius. PEDOMAN PENYUSUN NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG – UNDANG. Jakarta, 2017.

32
[12] Sumarsono, Soni. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-
UNDANG. Jakarta, 2016.
[13] Soedarno. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG – UNDANG
TENTANG PENYELENGGARAAN PELIMIHAN UMUM. Jakarta, 2016.
[14] Bandung. 2020. KETETAPAN SIDANG ISTIMEWA MPM UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia.

33

Anda mungkin juga menyukai