Anda di halaman 1dari 47

PEDOMAN PERKADERAN

Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia


(SEMMI)

Jl. Taman Amir Hamzah Jakarta Pusat


MUKADDIMAH

Asyahadu Alla Ilaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadarrasulullah


(Aku Bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Aku Bersaksi bahwa Muhammad Utusan Allah)

Bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa menurunkan agama islam tidak hanya mengatur
Kepribadatan antara manusia dengan Tuhannya saja tetapi Islam DINULLAH juga mengatur
segala peri kehidupan manusia sebagai mahluk sosial didunia ini, baik dilapangan sosial,
politik, ekonomi, maupun kebudayaan seperti tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.
Bahwa islam DINULLAH adalah yang dianut oleh bagian terbesar dari bangsa Indonesia dan
sangat berpengaruh dalam segala bidang, baik mental, spiritual, maupun materil dari
kehidupan bangsa dan negarra Indonesia. Bahwa Rakyat dan Bangsa Indonesia yang sedang
berjuang untuk mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur
yang diridhoi Allah SWT. Kami Mahasiswa Muslimin Indonesia yang merupakan bagian dari
Rakyat dan Bangsa Indonesia, berkewajiban melaksanakan tugas suci inidengan berpedoman
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosul sebagai hukum tertinggi serta tidak bertentangan dengan
Pancasila dan aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan penuh keyakinan
bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai berkat Taufik dan Hidayah Allah SWT, Disertai usaha
yang keras, teratur, dan berencana, maka dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Penyayang, kami membentuk Organisasi “SERIKAT MAHASISWA MUSLIMIN INDONESIA”
sebagai organisasi perkaderan dan iktiar perjuangan mahasiswa dari organisasi yang
mengikuti kultural syarikat islam.
BAB I
POLA UMUM PERKADERAN SEMMI
I. Landasan Perkaderan
Landasan perkaderan merupakan pijakan pokok yang dijadikan sebagai sumber
inspirasi dan motivasi dalam proses perkaderan SEMMI. Untuk melaksanakan perkaderan,
SEMMI bertitik tolak pada lima landasan, sebagai berikut :
a. Landasan Teologis
Sesungguhnya ketauhidan manusia adalah fitrah (Q.S. Ar-Rum :30) yang diawali dengan
perjanjian primordial dalam bentuk persaksian kepada Allah sebagai Zat pencipta (Q.S. Al-
A’raf:172). Bentuk pengakuan tersebut merupakan penggambaran penyerahan diri manusia
kepada Zat yang mutlak. Kesanggupan manusia menerima perjanjian primordial tersebut sejak
peniupan ruh Allah ke dalam jasadnya di alam rahim memiliki konsekuensi logis kepada
manusia untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia kepada Allah sebagai
pemberi mandat kehidupan.
Peniupan ruh Allah sekaligus menggambarkan refleksi sifat-sifat Allah kepada manusia.
Maka seluruh potensi ilahiyah secara ideal dimiliki oleh manusia. Prasyarat inilah yang
memungkinkan manusia menjadi khalifah di muka bumi. Seyogyanya tugas kekhalifahan
manusia di bumi berarti menyebarkan nilai-nilai ilahiyah dan sekaligus menginterpretasikan
realitas sesuai dengan perspektif ilahiyah tersebut. Namun, proses materialisasi manusia hanya
sebagai jasad tanpa ruh niscaya menimbulkan konsekuensi baru dalam wujud reduksi
nilai-nilai ilahiyah. Manusia yang hidup tanpa kesadaran ruh ilahiyah hanya akan mengada
(being) dalam kemapanan tanpa berupaya menjadi (becoming) sempurna.
Manusia yang becoming adalah manusia yang mempunyai kesadaran akan aspek
transendental sebagai realitas tertinggi. Dalam hal ini konsepsi syahadat akan ditafsirkan
sebagai monotheisme radikal. Kalimat syahadat pertama berisi negasi yang meniadakan semua
yang berbentuk tuhan palsu. Kalimat kedua lalu menjadi afirmasi sekaligus penegasan atas Zat
yang maha tunggal yaitu Allah SWT. Dalam menjiwai konsepsi diatas maka perjuangan
kernanusiaan diarahkan untuk melawan segala sesuatu yang membelenggu manusia dari yang
dituhankan selain Allah. Itulah thogut dalam perspektif Al-Qur'an.
Dalam menjalani fungsi kekhalifahannya maka internalisasi sifat Allah dalam diri
manusia harus menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini, tauhid menjadi aspek progresif
dalam menyikapi persoalan mendasar manusia. Karena Allah adalah pemelihara kaum yang
lemah (rabbulmustadh'afin) maka meneladani sifat Allah juga berarti harus berpihak kepada
kaum mustadh'afin. Pemahaman ini akan mengarahkan pada pandangan bahwa ketauhidan
adalah nilai-nilai yang bersifat transformatif, membebaskan, berpihak dan bersifat
revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam sistem perkaderan SEMMI.
b. Landasan Ideologis
Arah perjuangan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia tidak lepas dari semangat
organisasi induk organisasi ini, sandaran yang menjadi pemahaman dan pemikiran serta
langkah juang dari SEMMI diambil dari program azas dan tandhim dari Syarikat Islam dengan
penjelasan sebagai berikut.

(Program Azas)
Mengingat sekedar keperluan maksud kami memberi Tafsir atas Asas-Asasnya Partai Syarikat
Islam Indonesia, yakni suatu Partai politik yang maksudnya akan menjalankan Islam dengan
seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya, maka cukuplah kalau disini kami pertunjukan
kecukupan Agama Islam untuk menimbulkan suatu ummat yang bersatu, sebagaimana yang
telah nyata-nyata dipersaksikan oleh Riwayat pada zamannya junjungan kita Nabi Muhammad
ShallALLOHu’alaihi wasallam.
Bangsa Arab yang semenjak zaman Purbakala senantiasa di dalam perpecahan berupa
pelbagai Qabilah (stam), yang selalu di dalam perselisihan dan permusuhan serta peperangan
yang satu dengan yang lainnya, sehingga segenap bangsa dan negerinya terancam akan menjadi
binasa, seakan-akan mereka itu berada di “tepi suatu sumur api” (‘ala syafa hufratin-
minannari), sebagai yang digambarkan di dalam Qur’an, surah Aala’Imran (III) : 102, dengan
kekuatan Agama Islam, dengan pimpinan jungjungan kita Nabi Muhammad SAW, Qabilah-
Qabilah dan golongan-golongan yang senantiasa berselisih dan berperang yang satu dengan
yang lainnya itu, terhimpunlah menjadi suatu ummat, suatu ummat yang bersatu, yang penuh
kehidupan dan kekuatan lahir-batinnya, sehingga kerajaan-kerajaan yang terbesar yang
tunggal zaman dengan mereka, seperti kerajaan Rum (rajanya dunia Barat) dan kerajaan Persia
(rajanya dunia Timur) berta’luklah kepada mereka itu.
Tidak ada lain Agama yang telah menimbulkan kehidupan baru yang begitu luas kepada
pemeluk-pemeluknya sebagai Agama Islam – ialah suatu kehidupan yang meliputi segala
cabang perbuatan manusia; – suatu perubahan yang mengenai seorang-seorang (individu-
syakhshiyyah), mengenai keluarga, mengenai pergaulan hidup (maatchappij-ijtima’-iyyah),
mengenai ummat (natie), mengenai negeri; – suatu pembangkitan peri-kebendaan (materiel-
mad-di), pembangkitan budipekerti (morel-adabi), pembangkitan ‘aqal (intelectueel-‘aqli)
pembangkitan kebatinan (spiritueel-rokhani). Agama Islam telah menimbulkan perubahan
mengangkat peri-kemanusiaan daripada sedalam-dalamnya jurang kerendahan derajat sampai
kepada setinggi-tingginya puncak keadaban (kesopanan) didalam suatu tempo yang tidak lebih
lama daripada seper-empat abad lamanya (tahun Masehi 609-632).
Mengingat contoh yang nyata-nyata telah dipersaksikan oleh Riwayat sebagai yang diuraikan
dengan sesingkat-singkatnya diatas ini, maka di dalam Program-Asas Partai Syarikat Islam
Indonesia telah ditetapkan seperti berikut :
1. Persatuan dalam Ummat Islam
2. Kemerdekaan Ummat
3. Sifat Pemerintahan (Staat )
4. Penghidupan Ekonomi
5. Keadaan dan Derajat Manusia
6. Kemerdekaan yang Sejati
HAJI UMAR SA’ID TJOKROAMINOTO

(Program Tandhim)
Bahwa hakikat tujuan hidup manusia sebagai hamba yang diciptakanAllah adalah akan
mengenal dan berbakti kepada-Nya sebagai abdi (khalifah) dibumi menjalankan segala perintah
Nya berbuat kebaikan dan menjauhkan segala kemungkaran untuk mendapatkan keridhaan,
kecintaan dan kemuliaan disisi Allah swt dalam rasa kebahagiaan didunia dan jamji keselamatan
dari Allah diakhirat dalam rahmat sorga Nya sesuai dengan tingkat ketaqwaan manusia .
Manusia melaksanakan sesuatu dikarenakan oleh 3 (tiga) hal yang berhubungan dengan dirinya
yaitu:
1 Karena dia memahami dan mengakui serta mentaati bahwa dirnya sebagai makhluk yang
diciptaan Allah untuk mengabdi sebagai pesuruh Allah (khalifah Nya) dibumi menurut kehendak
dan ketentuan Allah swt.
2. Karena Fitrah kemanusiaannya untuk berusaha mengetahui hukum alam ciptaan Allah yang
bersifat pasti yang disebut sunnatullah.
3. Karena hukum perbuatan dan perhubungan antar manusia berada dalam wilayah keizinan
Allah bagi setan yang dikutuk untuk menggoda dan mempengaruhi manusia melawan hati
nuraninya, membisikkan keburukan sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai keburukan,
sehingga tingkah laku manusia akan menghasilkan kebaikan atau keburukan bagi manusia itu
dalam kesendirian dan dalam kebersamaan kehidupan, tergantung pada pilihan manusia itu
dalam hakikat dan makna perbuatannya.
Hakikat dan makna perbuatan manusia untuk mencapai tujuannya sebagai orang yang
beriman yang taat kepada Allah adalah berjuang menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangan Nyasebagai pelaksanaan Islam.
Syarikat Islam sebagai organisasi perjuangan untuk mewujudkan Islam sebagai sistem
kehidupan dengan Asas-asas Perjuangan sebagaimanatelah diuraikan terdahulu, menetapkan
sandaran gerak perjuangan (Program Tandhim) sbb.:
6.1.
Bersandar kepada Sebersih bersih Tauhid
Pergerakan perjuangan organisasi Syarikat Islam berpijak pada keyakinan bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah (utusan-Nya) yang secara operasional disebut
Tauhid.
Al Qur’an surat Al Baqarah:163 menyatakan:
”dan Tuhanmu ialah Tuhan yang Satu (Yang Maha Esa); tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Tauhid menurunkan aturan perhubungan manusia dengan Allah sebagai pencipta makhluk dan
aturan perhubungan manusia sebagai khalifah fil ardh dengan sesama manusia dan makhluk lain
ciptaan-Nya, sehingga Tauhid menjadi Pandangan-dunia.
Artinya tauhid menjadi keyakinan, visi (al-fikrah, wawasan) dan sikap serta tingkah laku Muslim.
Ke Esa-an Allah direfleksikan dalam pengakuan adanya satu sumber kebenaran, satu sumber
ilmu, satu sumber hukum (syari’ah), satu sumber penciptaan ummat manusia dan makhluk
lainnya di alam semesta, satu sumber kepemimpinan yakni Allah dan Rasulullah.
Ummat manusia berasal dari satu sumber dan satu tujuan kehadiran di muka bumi dan satu
tugas (amanah) khilafah bagi seluruh ummat manusia, satu gerak menegakkan keadilan dan
mencegah ketidakadilan, satu hukum alam dan hukum moral (sunnatullah) di alam semesta
dandalam kehidupan manusia dan satu pedoman hidup, Kitabullah (al Qur’an) dan as-Sunnah.
Dengan keyakinan yang demikian perjuangan pergerakan Islam akan dapat menghadapi dan
melalui segala keadaan, dan akan dapat bebas dan tidak larut dalam rasa ketakukan dan
kesedihan atas suatu perkara yang timbul diatasnya.
Al Qur’an surat Yunus:62 menyatakan:
”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.
Dengan bersandar kepada Tauhid, maka dalam setiap usaha atau perjuangan (yang harus
senantiasa dijalan Allah), kita menghindarkan perasaan hina dan lemah serta sikap mengemis-
ngemis mencari perdamaian dan keselamatan, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an surat
Muhammad ayat 35:
“Janganlah kamu lemah dan mengemis meminta damai pada hal kamu adalah terlebih tinggi dan
Allah adalah beserta kamu dan Dia tidak akan mensia-siakan amal perbuatanmu”.
6.2.
Bersandar kepada Ilmu
Tauhid adalah missi semua para Rasul Allah dari Adam as sampai Muhammad Rasulullah saw.
Untuk menjalankan missi tauhid ini sesuai dengan fungsi khilafah manusia, diperlukan ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu Islam memandang bahwa para pengemban fungsi khilafah ini harus
menguasai ilmu dan teknologi untuk mewujudkan tata dunia yang melandaskan semua
aktivitasnya pada prinsip tauhid.
Al Qur’an surat Az Zumar ayat 9 menyatakan:
“Katakanlah: apakah mereka yang mengetahui (berilmu) sama dengan orang-orang yang tidak
mengetahui (tidak berilmu)?. Sesungguhnya orang-orang yang berpikir (berpengetahuan) itulah
yang mempunyai perhatian.
Allah telah memerintahkan Rasulullah berdoa yang dimuat dalam Al Qur’an surat Thaha ayat
114:
“dan katakanlah : Ya Tuhanku ! luaskanlah aku dalam pengetahuan”.
Infra struktur dunia Muslim adalah Tauhid yang dipancarkan kedalam berbagai aspek
kehidupan, sehingga melahirkan supra struktur sosial, ekonomi, politik, pendidikan, lingkungn,
pertahanan keamanan dan lain sebagainya yang mencerminkan nilai-nilai dan syariah Islam.
Untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas khairu ummah diperlukan sistem keilmuan dan
teknologi yang menyandarkan diri pada tata nilai Islam sehingga perkembangan ilmu dan
teknologi tidak membawa ummat kearah pelanggaran etika penciptaan dan fungsi khilafah.
Sebab apabila ilmu dan teknologi dikembangkan tidak dalam kerangka nilai Islam maka fungsi
khilafah manusia untuk memakmurkan dunia dengan membawa rahmat (rahmatan lil alamin)
akan menjadi musnah, justru dibunuh oleh ilmu dan teknologi tersebut.
Mencari ilmu adalah wajib diatas sekalian orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan,
ialah ilmu yang harus diperoleh dengan setinggi tinggi kemajuan ‘aqal (intelect), tetapi tidak
sekali-kali boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan rohani yang
menyadarkan hubungan manusia dengan Tuhannya, sebagai yang dinyatakan dalam Al Qur’an
surat ‘Ali-Imran:003:190- 191,
terjemahannya: “sesungguh-sungguhnyalah di dalam kejadian langit dan bumi dan didalam
pergantiannya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang yang berpikir (berakal). ialah
orang-orang yang mengingat-ingat kepada Allah dalam keadan berdiri dan duduk dan berbaring,
mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa api neraka.”
Al Qur’an surat Al Alaq ayat 4 dan 5 menerangkan bahwa: “Allah mengajarkan manusia dengan
tulisan (alat tulisan). Mengajarkan kepada manusia apa-apa yang mereka tidak mengetahuinya”
Rasulullah mengajarkan: “Tuntutlah ilmu, karena barang siapa yang menuntut ilmu pada
jalannya Allah sesunguhnya ia melakukan perbuatan kebaikan; barang siapa membicarakan
ilmu ialah memuji kepada Tuhan; barang siapa mencari ilmu ialah menyembah kepada Tuhan;
barang siapa menyiarkan pelajaran ‘ilmu ialah memberikan sedekah; barang siapa memberikan
ilmu untuk maksud-maksud mencapai persetujuan dan kesepakatan ialah melakukan perbuatan
ibadah kepada Tuhan; ilmu itulah yang menyebabkan orang yang mempunyainya bisa
membedakan apa-apa yang terlarang dari pada apa yang tidak terlarang, membedakan yang
baik dengan yang buruk; ilmu ialah menerangi jalan ke surga; ilmu ialah sahabat kita didalam
padang pasir, teman pergaualan kita di dalam kesunyian, kawan kita apabila kita ditinggalkan
sahabat-sahabat; ilmu adalah memimpin kita kepada kebahagiaan; ia menguatkan kita dalam
pergaulan dengan sahabat-sahabat; ia dapat kita pergunakan terhadap kepada musuh-musuh
kita. Dengan ilmu, hamba-hamba Allah naiklah kepada ketinggian kebaikan dan kemuliaan disisi
Allah, dapat mencapai kesempurnaan kebahagiaan di akhirat.
Dengan petunjuk dan ajaran Islam, ilmu pengetahuan telah berkembang luas sehingga terdapat
pusat-pusat pendidikan atau universitas Islam di Baghdad, Cairo dan Cordova serta menyebar
luas keberbagai negeri dan bangsa. Islam menghendaki kemerdekaan fikiran (akan menuntut
ilmu) dengan berdasar kepada kesungguh-sungguhan iman dan kesucian roh kepada Allah Yang
Maha Kuasa. Imam Dja’far as Sidaq menyatakan fikirannya tentang ‘ilmu atau pengetahuan
yaitu: “Penerangan hati itulah zatnya ‘ilmu; kebenaran (haq) itulah maksudnya yang terutama”.
Sehubungan dengan itu Syarikat Islam menggariskan pola pendidikan untuk membangun
manusia berilmu yang beriman dan bertaqwa, yang mempunyai karakter dan sifat kepedulian
kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, serta sifat mandiri yang senantiasa
mengembangkan daya cipta (inovasi) sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas untuk pembangunan bangsa dan negara serta ummat manusia dalam kerangka
beribadah kepada Allah.
6.3.
Bersandar kepada siyasah
Siyasah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah dimaksudkan “mengurus,
mengatur atau memimpin”. Kata ini dipadankan dengan kata politik yang bersal dari bahasa
Yunani yang berarti “kota atau negara kota” yang mengandung pengertian mengatur,
mengendalikan dan memimpin kehidupan masyarakat kota.
Kedua kata tersebut dalam perkembangannya menjadi sama dalam pengertian dan
pemakaiannya sehingga menjadi polpuler bahwa siyasah adalah politik, atau sebaliknya politik
adalah siyasah.
“Siyasah atau politik dapat disimpulkan sebagai suatu cara atausistem untuk mengurus
/ mengatur, mengelola persoalan hidup manusia agar terwujud dan terpelihara
keseimbangan dalam kebersamaan kehidupan dengan menggunakan kekuasaan yang
terbentuk dari suatu proses ideologi”.
Cara atau sistem termaksud meliputi mengkomu-nikasikan ide ide yang tersusun dalam kerangka
ideologi dan mengartikulasikan nilai-nilai ilmu dan teknologi dalam peraturan peraturan yang
dijalankan untuk kepentingan masyarakat atau rakyat banyak, termasuk perlindungan dan
kelangsungan sistem.
Ide adalah rancangan yang tersusun didalam pikiran tentang suatu hal yang ingin atau bisa
diwujudkan.
Sedangkan Ideologi adalah “Satu pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang
kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta,
yang mempunyai metode untuk menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd (kacau)
dari pemikiran-pemikiran yang lain serta mempunyai metode untuk menyebarkannya”.
Berdasarkan definisi ideologi tersebut, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi
sebagai Ideologi, sehingga kita dapat menyebutkan Islam juga sebagai ideologi, yang keseluruhan
sumber konsepsinya adalah wahyu Allah swt dalam rangka penciptaan manusia sebagai khalifah
didunia.
Dua ideologi besar di dunia yaitu Kapitalisme dan Sosialisme sumber konsepsinya adalah buatan
akal manusia, yang tidak mendapat jaminan kebenaran dari Allah swt, Tuhan yang Maha Esa.
Islam sebagai suatu Ideologi dalam mewujudkan tujuannya untukmendapat suatu dunia Islam
yang sejati dan menurut kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya dilakukan melalui
tarbiyah dan siyasah, yaitu siyasah Islamiyah.
Islam mendasarkan gerakan siyasahnya kepada nilai-nilai tauhid, dengan pola gerakan amar
ma’rufi dan nahi mungkar, dengan cara yang dibenarkan oleh akhlakul karimah, yang
bersandarkan kepada Al Qur’an dan sunah rasulullah yang nyata, tidak menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan siyasah atau politik.
Setiap muslim sewajarnya mengetahui dan memahami bahwa siyasah yang mempunyai
pengertian mengurus (mengatur) persoalan hidup manusia merupakan kewajiban agama yang
tertinggi, malah agama dan dunia tidak akan sempurna tanpa siyasah. Sesungguhnya manusia
tidak berdaya mengurus kepentingan mereka dengan baik jika tidak dibantu dan bersatu
dibawah satu daulah, satu siyasah dan seorang pemimpin atau pemerintah.
Gerakan siyasah atau politik itu adalah suatu proyeksi gerakan dimasa lalu yang mengandung
keadaan masa kini dan gerakan masa kini yang mengandung proyeksi keadaan masa
mendatang.
Ia adalah suatu sistem dan mekanisme rekayasa keadaan dan situasi untuk membawa
masyarakat kepada keadaan tetentu.
Kewajiban amar makruf dan nahi mungkar tidak akan terlaksana dengan sempurna tanpa
adanya kekuatan, tunjangan dan kerja sama melalui siyasah dan kepemimpinan atau
pemerintah.
Para ulama sewajarnya bersatu dibawah naungan pemimpin untuk membantu penguasa atau
pemerintah ber amar makruf dan nahi mungkar.
Ulama dan pemerintah umpama mata uang yang tidak boleh dipisahkan walaupun sebuah
negara atau pemerintahan tersebut belum melaksanakan undang undang atau syariat Islam
sepenuhnya.
Untuk menjalankan siyasah diperlukan adanya usaha untuk mencetakkader kader
pemimpin yang cukup yang memegang teguh aqidah Islamiyah dan terorganisir dan mampu
mengkomunikasikan ideologi dan program.
Disamping itu diperlukan pula banyak informasi yang terstruktur dan tertata tentang berbagai
hal keadaan di masa lalu dan masa kini serta kemampuan mengolah dan mengembangkannya
untuk masa datang dalam suatu keyakinan menurut ukuran ilmu pengetahuan yang berdasarkan
kepada sebersih bersih Tauhid.
Dipandang dari sudut management bahwa kegiatan politik atau siyasahadalah suatu proses
management gerakan rakyat untuk menuju suatu keadaan masyarakat yang
diinginkan sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan tiap-tiap organisasi politik.
Sebagai suatu proses management, maka aktivitas organisasi politik haruslah terorganisir baik
dengan perencanaan yang rapi dan terukur serta terarah dalam koridor garis ideologinya.
Dilengkapi dengan sistem informasi yang dapat menyajikan iformasi secara tepat guna dan tepat
waktu kepada seluruh komponen sistem.
Dengan itu akan mendorong terciptanya sarana (fasilitas) penggerak sekaligus sebagai alat
kontrol gerakan untuk membawa dan mewujudkannya menjadi sistem kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan.
Management organisasi yang tidak tertata baik dan lemah yang ditunjukkan oleh keadaan tidak
adanya kesamaan visi dan kurangnya pemahaman ideologi serta peraturan organisasi oleh para
fungsionaris organisasi, yang ditandai rendahnya tingkat disiplim organisasi serta lemahnya
sistem komunikasi dan sistem informasi organisasi akan dapat memusnahkan ideologi yang baik
dan sempurna sekalipun.
Persatuan sebagai landasasn dan sumber kekuatan gerakan tidak akan mungkin tercipta dan
tujuan gerakan tidak akan mungkin tercapai bilamana para fungsionaris dan kader-kader
penggerak tidak memahami ideologi organisasinya.
Ketidak pahaman dan ketidak samaan pemahaman ideologi akan sangat memungkinkan
timbulnya berbagai kesalahan dan benturan dalam organisasi yang dapat mendatangkan
bencana perpecahan dan kehancuran organisasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas Syarikat Islam menganggap pergerakan siyasah (politik) itu
adalah suatu kewajiban yang penting bagi orangIslam, ialah untuk mencapai suatu kehidupan
islam yang sejati dan kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya.
Setiap orang Islam hendaklan menjadikan dirinya sebagai anggota serikat organisasi yang
tersusun kokoh dan kuat dalam kerangkaa cita cita yang sama agar dapat mewujudkan suatu
kerangka sistem kehidupan yang Islami.
Untuk mewujudkan dan memelihara persatuan umat Islam dalam suatu organisasi yang kokoh
kuat, Syarikat Islam berpendirian bahwa hal hal yang bersifat cabang atau furukiyah dalam
agama Islam tidak dimasukkan sebagai ketentuan dan pendapat organisasi akan tetapi dicatat
dan dipelihara sebagai pendapat para mujtahid, untuk dipelajari dan diamalkan sesuai dengan
pemahaman dan keyakinan masing masing.
Perbedaan pemahaman tentang hal hal yang bersifat cabang itu tidak boleh menjadikan umat
Islam terkelompok didalamnya dan menimbulkan pergesekan dan pertentangan didalamnya
yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat Islam.
Oleh karenaya para tokoh ulama dan ahli ilmu serta cendekiawan muslim dan pihak pihak terkait
dengan kepentingan ideologi Islam hendaklah:
1. Menyatukan visi, misi dan format gerakan siyasah dan proses pelaksanaan ideologi Islam
terutama mengenai sistem pemerintahan yang dibentuk dan dijalankan berdasarkan kebebasan
mengajukan pendapat dalam musyawarah yang menjunjung tinggi akhlak mulia sesuai dengan
ketentuan Al Quran dan sunnah rasul yang nyata dalam mewujudkan kesatuan pendapat
menetapkan aturan aturan yang meliputi sistem pemerintahan, sistem penghidupan ekonomi,
sistem pelaksanaan hukum, sistem keamanan dan pembelaan negara, dan sistem hubungan antar
bangsa dan lain lain, sehingga terwujud dan terlaksana suatu negara yang memberi keadilan,
kedamaian, kesejahteraan, keamanan dan perlindungan bagi segala golongan penduduk yang
beragam suku, ras dan agama, serta mendorong terciptanya keamanan dunia yang adil dan
bermartabat.
2. Menjadikan dirinya sebagai anggota serikat organisasi yang tersusun kokoh dan kuat dalam
kerangka cita cita dan tata aturan yang sama untuk dapat mewujudkan dunia muslim yang sejati.

c. Landasan Konstitusi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan SEMMI di masa depan, SEMMI harus
mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi
melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan
bangsa yang memiliki kemerdekaan sejati. Mukkadimah Anggaran Dasar SEMMI adalah
organisasi berazaskan Islam dan bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah atau bernafaskan
Dinullah (Agama Allah). Penegasan ini memberikan cerminan bahwa di dalam dinamikanya,
SEMMI senantiasa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan semangat keislaman yang
tidak mengesampingkan semangat kebangsaan. Dalam dinamika tersebut, SEMMI sebagai
organisasi kepemudaan menegaskan sifatnya sebagai organisasi mahasiswa yang independen
(Pasal 8 AD SEMMI), berstatus sebagai organisasi independen yang berafiliasi pada kultur
Syarikat Islam (Pasal 8 AD SEMMI), memiliki fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 7 AD
SEMMI) serta berperan sebagai organisasi perjuangan (Pasal 7 AD SEMMI).
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya secara berkelanjutan yang
berorientasi futuristik maka SEMMI menetapkan tujuannya dalam pasal empat (5) AD SEMMI,
yaitu Membentuk manusia yang beriman sempurna kepada Allah SWT, dengan bertaqwa teguh,
berilmu pengetahuan luas, beramal untuk kepentingan Nusa dan Bangsa Indonesia dalam
mencapai masyarakat Sosialis Indoonesia, khususnya dan ummat manusia umumnya. Kualitas
kader yang akan dibentuk ini kemudian dirumuskan dalam tafsir tujuan SEMMI. Oleh karena
itu, tugas pokok SEMMI adalah perkaderan yang diarahkan kepada perwujudan kualitas insan
mulia yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan
kerja-kerja kemanusiaan sebagai amal saleh. Pembentukan kualitas dimaksud diaktualisasikan
dalam fase-fase perkaderan SEMMI, yakni fase rekruitmen kader yang berkualitas, fase
pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi Muslim, kualitas intelektual serta mampu
melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara profesional dalam segala segi kehidupan, dan
fase pengabdian kader, dimana sebagai output maka kader SEMMI harus mampu berkiprah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berjuang bersama-sama dalam
mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
4. Landasan Historis
Secara sosiologis dan historis, kelahiran SEMMI pada tanggal 2 April 1956 tidak terlepas
dari permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup umat Islam sebagai satu kesatuan
dinamis dari bangsa Indonesia yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang baru
diproklamirkan dan menjadi kader mahasiswa yang berafiliasi dari Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII). Kenyataan itu merupakan motivasi kelahiran SEMMI sekaligus dituangkan
dalam rumusan tujuan berdirinya, yaitu: pertama, menjadi underbow partai dan akan
menjalankan tugasnya demi terwujudnya tujuan Partai. Kedua, sebagai cendikia muslim dari
Syarikat Islam untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, Ketiga
mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Keempat, menegakkan dan mengembangkan syiar ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa
SEMMI bertanggung jawab terhadap permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta
bertekad mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan manusia secara total.
Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah perjuangan
SEMMI ke depan yang terintegrasi dalam dua aspek keislaman dan aspek kebangsaan. Aspek
keislaman tercermin melalui komitmen SEMMI untuk selalu mewujudkan nilai-nilai ajaran
Islam secara utuh dalam kehidupan berbangsa sebagai pertanggungjawaban peran
kekhalifahan manusia, sedangkan aspek kebangsaan adalah komitmen SEMMI untuk
senantiasa bersama-sama seluruh rakyat Indonesia merealisasikan cita-cita proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang demokratis,
berkeadilan sosial dan berkeadaban. Dalam sejarah perjalanan SEMMI, pelaksanaan komitmen
keislaman dan kebangsaan merupakan garis perjuangan dan misi SEMMI yang pada akhirnya
akan membentuk kepribadian SEMMI dalam totalitas perjuangan bangsa Indonesia ke depan.
Melihat komitmen SEMMI dalam wawasan sosiologis dan historis berdirinya pada tahun
1956 tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah perkembangnnya, maka pada
hakikatnya segala bentuk pembinaan kader SEMMI harus pula tetap diarahkan dalam rangka
pembentukan pribadi kader yang sadar akan keberadaannya sebagai pribadi muslim, khalifah
di muka bumi dan pada saat yang sama kader tersebut harus menyadari pula keberadannya
sebagai kader bangsa Indonesia yang bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita bangsa ke
depan.
5. Landasan Sosio-Kultural
Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur masyarakat
terutama di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur Islam. Keberhasilan Islam yang
secara dramatik telah berhasil menguasai hampir seluruh kepulauan nusantara. Tentunya hal
tersebut dikarenakan agama Islam memiliki nilai-nilai universal yang tidak mengenal batas-
batas sosio-kultural, geografis dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara
penyebaran Islam oleh para pedagang dan para wali dengan pendekatan sosio-kultural yang
bersifat persuasif.
Masuknya Islam secara damai berhasil mendamaikan kultur Islam dengan kultur
masyarakat nusantara. Dalam proses sejarahnya, budaya sinkretisme penduduk pribumi
ataupun masyarakat, ekonomi dan politik yang didominasi oleh kultur tradisional, feodalisme,
hinduisme dan budhaisme mampu dijinakkan dengan pendekatan Islam kultural ini. Pada
perkembangan selanjutnya, Islam tumbuh seiring dengan karakter keindonesiaan dan secara
tidak langsung telah mempengaruhi kultur Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin
modern.
Karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam, maka kultur Islam telah
menjadi realitas sekaligus memperoleh legitimasi social dari bangsa Indonesia yang pluralistik.
Dengan demikian wacana kebangsaan di seluruh aspek kehidupan ekonomi, politik, dan sosial
budaya Indonesia meniscayakan transformasi total nilai-nilai universal Islam menuju cita-cita
mewujudkan peradaban Islam. Nilai-nilai Islam itu semakin mendapat tantangan ketika arus
globalisasi telah menyeret umat manusia kepada perilaku pragmatisme dan permissivisme di
bidang ekonomi, budaya dan politik. Sisi negatif dari globalisasi ini disebabkan oleh percepatan
perkembangan sains dan teknologi modern dan tidak diimbangi dengan nilai-nilai etika dan
moral.
Konsekuensi dari realitas di atas adalah semakin kaburnya batas-batas bangsa sehingga
cenderung menghilangkan nilai-nilai kultural yang menjadi suatu ciri khas dari suatu negara
yang penuh dengan keragaman budaya. Di sisi lain, teknologi menghadirkan ketidakpastian
psikologis umat manusia sehingga menimbulkan kejenuhan manusia. Dari sini lah, nilai-nilai
ideologi, moral dan agama yang tadinya kering kerontang kembali menempati posisi kunci
dalam ide dan konsepsi komunitas global. Dua sisi ambiguitas globalisasi ini adalah tampilan
dari sebuah dunia yang penuh paradoks.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Serikat Mahasiswa Muslimin
Indonesia sebagai bagian integral umat Islam dan bangsa Indonesia yaitu kader umat dan kader
bangsa, sudah semestinya menyiasati perkembangan dan kecenderungan global tersebut
dalam bingkai perkaderan SEMMI yang integralistik berdasarkan kepada perkembangan
komitmen terhadap nilai-nilai antropologis-sosiologis umat Islam dan bangsa Indonesia
sebagai wujud dari pernahaman SEMMI akan nilai-nilai kosmopolitanisme dan universalisme
Islam.

II. Pola Dasar Perkaderan


Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, SEMMI menggunakan
pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderannya. Semua bentuk
aktifitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk mengupayakan
tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai upaya memberikan kejelasan dan
ketegasan system perkaderan yang dimaksud harus dibuat pola dasar perkaderan SEMMI
secara nasional. Pola dasar ini disusun dengan memperhatikan tujuan organisasi dan arah
perkaderan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dengan mempertimbangkan kekuatan dan
kelemahan organsiasi serta tantangan dan kesempatan yang berkembang dilingkungan
eksternal organisasi.
Pola dasar ini membuat garis besar keseluruahn tahapan yang harus ditempuh oleh
seorang kader dalam proses perkaderan SEMMI, yakni sejak rekruitmen kader, pembentukan
kader dan gamabaran jalur-jalur pengabdian kader.
1. Pengertian Dasar
1.1. Kader
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner's Dictionary) dikatakan
bahwa "Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular
purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new
commuiny party". Jadi pengertian kader adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara
terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Hal ini
dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal
aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi.
Bagi SEMMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Filsafat Tjokroaminoto (FT) dalam
pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai
ke-Islam-an yang membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas
terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah
AD/ART SEMMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal
semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan
melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang
punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih
besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader
rneiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan
mampu melakukan "social engineering".
Kader SEMMI adalah anggota Syarikat Islam yang telah melalui proses perkaderan
sehingga meiniliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas
kepribadian yang utuh : Bertauhid, Berilmu dan bersiyasah.
Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1.2. Perkaderan
Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sisternatis
selaras dengan pedoman perkaderan SEMMI, sehingga memungkinkan seorang anggota SEMMI
mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim -Intelektual - Profesional,
yang memiliki kualitas insan cita.
2. Rekrutmen Kader
Sebagai konsekuensi dari organisasi kader, maka aspek kualitas kader merupakan fokus
perhatian dalam proses perkaderan SEMMI guna menjamin terbentuknya out put yang
berkualitas sebagaimana yang disyaratkan dalam tujuan organisasi, maka selain kualitas
proses perkaderan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi faktor penentu yang tidak
kalah pentingnya.
Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola perencanaan dan pola rekrutmen yang
lebih memperioritaskan kepada tersedinaya input calon kader yang berkualitas. Dengan
demikian rekrutmen kader adalah merupakan upaya aktif dan terencana sebagai ikhtiar untuk
mendapatkan in put calon kader yang berkualitas bagi proses Perkaderan SEMMI dalam
mencapai tujuan organisasi.

2.1. Kreteria Rekrutmen


Rekrutmen Kader yang lebih memperioritaskan pada pengadaan kader yang berkualitas
tanpa mengabaikan aspek kuantitas, mengharuskan adanya kreteria rekrutmen. Kreteria
Rekrutmen ini akan mencakup kreteria sumber-sumber kader dan kreteria kualitas calon
kader.
2.1.1. Kreteria Sumber-sumber Kader
Sesuai dengan statusnya sebagai organisi mahasiswa, maka yang menjadi sumber kader
SEMMI adalah Perguruan Tinggi atau Institut lainnya yang sederajat seperti apa yang
disyaratkan dalam AD/ART SEMMI. Guna mendapatkan input kader yang berkualitas maka
pelaksanaan rekrutmen kader perlu diorientasikan pada Perguruan Tinggi atau Lembaga
pendidikan sederajat yang berkualitas dengan memperhatikan kreteria-kreteria yang
berkembang di masing-masing daerah.

2.1.2. Kriteria Kualitas calon Kader


Kualitas calon kader yang diperioritaskan ditentukan oleh kreteria-kreteria tertentu
dengan memperhatikan integritas pribadi dan calon kader, potensi dasar akademik, potensi
berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta bersedia melakukan peningkatan kualitas
individu secara terus-menerus.

2.2. Metode dan Pendekatan Rekruitmen


Metode dan pendekatan rekrutmen merupakan cara atau pola yang ditempuh untuk
melakukan pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal dan tertarik menjadi
kader SEMMI. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendekatan rekrutmen dilakukan dua
kelompok sasaran.
2.2.1. Tingkat Pra Perguruan Tinggi
Pendekatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sedini mungkin keberadaan
SEMMI ditengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat ilmiah ditingkat pra perguruan
tinggi atau siswa-siswa sekolah menengah. Strategi pendekatan haruslah memperhatikan
aspek psikologis sebagai remaja.aspek
Tujuan pendekatan ini adalah agar terbentuknya opini awal yang positif dikalagan
siswa-siswa sekolah menengah terhadap SEMMI. Untuk kemudian pada gilirannya terbentuk
pula ras simpati dan minat untuk mengetahuinya lebih jauh.
Pendekatan rekrutmen dapat dilakukan dengan pendekatan aktifitas (activity approach)
dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada sebuah aktifitas. Bentuk pendekatan ini bisa
dilakukan lewat fungsionalisasi perangkat organisasi SEMMI lainnya secara efektif dan efisien,
dapat juga dilakukan pendekatan perorangan ((personal approach)

2.2.2. Tingkat Perguruan Tinggi


Pendekatan rekrutmen ini dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan
utuh dikalangan mahasiswa terhadap keberadaan organisasi SEMMI sebagai mitra Perguruan
Tinggi didalam mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan harus mampu menjawab
kebutuhan nalar mahasiswa (student reasoning), minat mahasiswa (studen interst) dan
kesejahteraan mahasiswa (student welfare).
Pendekatan di atas dapat dilakukan lewat aktifitas dan pendekatan perorangan, dengan
konsekuensi pendekatan fungsionalisasi masing-masing aparat SEMMI yang berhubungan
langsung dengan basis calon kader SEMMI. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara
kegiatan yang berbentuk formal seperti masa perkenalan calon anggota baru (Mapercab) dan
pelatihan kekaryaan.
Metode dan pendekatan rekrutmen seperti tersebut di atas diharapkan akan mampu
membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan seluruh
potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses perkaderan SEMMI secara terus menerus.

1. Pembentukan Kader

Pembentukan kader merupakan sekumpulan aktifitas perkaderan yang integrasi dalam


upaya mencapai tujuan SEMMI sehingga melahirkan kader yang memiliki kekuatan Intelektual
Muslim, Wirausaha dan Berintegritas

3.1. Sekolah Kader.


Sekolah kader merupakan perkaderan SEMMI yang dilakukan secara sadar, terencana,
sitematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara
rasional dalam rangka mencapai tujuan SEMMI. Sekolah ini berfungsi memberikan kemampuan
tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target pada masing-masing jenjang
pelatihan. Sekolah kader merupakan media perkaderan formal SEMMI yang dilaksanakan
secara berjenjang serta menuntut persyaratan tertentu dari pesertanya, pada masing-masing
jenjang sekolah ini menitikberatkan pada pembentukan watak dan Karakter kader SEMMI
melalui transfer nilai, wawasan dan keterampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi
untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Sekolah kader terdiri dan 3 (tiga) jenjang, yaitu:
a. Basic Training (Sekoah Kader I)
b. Intermediate Training (Sekolah Kader ll )
c. Advance Training (Sekolah Kader III )
3.2. Pengembangan
Pengembangan merupakan kelanjutan atau kelangkapan sekolah dalam keseluruhan
proses perkaderan SEMMI. Hal ini merupakan penjabaran dari pasal 7 Anggaran Dasar SEMMI.
3.2.1. Sekolah Kebangsaan
Sekolah Kebangsaan dimaksudkan sebagai media perkaderan SEMMI yang
menitikberatkan pada pengembangan nalar, minat dan kemampuan peserta pada bidang
tertentu yang bersifat praktis, sebagai kelanjutan dari perkaderan yang dikembangkan melalui
Sekolah kader.
3.2.2. Pelatihan
Pelatihan adalah training jangka pendek yang bertujuan membentuk dan
mengembangkan profesionalisme kader sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya
masing-masing.
3.2.3. Aktifitas
3.2.3.1.Aktifitas organisasional
Aktifitas organisasional merupakan suatu aktifitas yang bersifat organsiasi yang
dilakukan oleh kader dalam lingkUp tugas organisasi.
a. Intern organisasi yaitu segala aktifitas organisasi yang dilakukam oleh kader dalam
Iingkup tuas SEMMI.
b. Ekstern organisasi yaitu segala aktifitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam
lingkup tugas organisasi diluar SEMMI.
3.2.3.2. Aktifitas Kelompok
Aktifitas kelompok merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader dalam suatu
kelompok yang tidak rnerniliki hubungan struktur dengan organisasi formal tertentu.
a. Intern organisasi
Yaitu segala aktifitas kelompok yang diklakukan oleh kade SEMMI dalam lingkup
organisasi SEMMI yang fidak memiliki hubungan struktur (bersifat informal).
b. Ekstern organisasi
Yaitu segala aktifillas kelompok yang dilakukan oleh kader diluar lingkup organisasi
dan tidak memi;iki hubungan dengan organisasi formal manapun.

3.2.3.3. Aktifitas Perorangan


Aktifiatas perorangan merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader secara
perorangan.
a. Intern Organisasi.
YaitU segala aktifitas yang dilakukam oleh kader secara perorangan untuk
menyahuti tugas dan kegiatan organisasi SEMMI.
b. Ekstern Organisasi.
Yaitu segala aktititas yang dilakukan oleh kader secara perorangan diluar tuntutan
tugas dan kegiatan organisasi SEMMI.

3.3. Pengabdian Kader.


Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan masyarakat Mulia SEMMI yaitu
masyarakat Sosialis Indoonesia yang berazaskan Dinullah, maka diperlukan peningkatan
kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian Kader ini merupakan penjabaran dari
peranan SEMMI sebagai organisasi perjuangan. Dan oleh kaen itu seluruh bentuk-bentuk
pembangunan yang dilakukan merupakan jalur pengabdian kader SEMMI, maka jalur
pengabdiannya adalah sebagai berikut :
a. Jalur akademis (pendidikan,penelitian dan pengembangan).
b. Jalur dunia profesi (Dokter, konsultan, pangacara, manager, jurnalis dan lain-lain).
c. Jalur Birokrasi dan pemerintahan.
d. Jalur dunia usaha (koperasi, BUMN dan swasta)
e. Jalur sosial politik
f. Jalur TNI/Kepolisan
g. Jalur Sosial Kemasyarakatan
h. Jalur LSM/LPSM
i. Jalur Kepemudaan
j. Jalur Olah raga dan Seni Budaya
k. Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader-kader SEMMI

4. Arah Perkaderan
Arah dalam pengeifian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam bentuk
bergerak menuju kesuatu tujuan. Arah juga dapat diartikan. sebagai pedoman yang dapat
dijadikan patokan dalam melakukan usaha yang sisternatis untuk mencapai tujuan.
Jadi, arah perkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk untuk penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses perkaderan SEMMI. Arah
perkaderan sangat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan SEMMI sebagai tujuan
umum yang hendak dicapai SEMMI merupakan garis arah dan titik senteral seluruh kegiatan
dan usaha-usaha SEMMI. Oleh karena itu, tujuan SEMMI merupakan titik sentral dan garis arah
setiap kegiatan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan
SEMMI.
Bagi anggota SEMMI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling
pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap
anggota organisasi. Oleh karenanya paranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi
adalah sangat besar dan menentukan.

4.1. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sisternatis sebagai alat transformasi nilai
ke-lslaman dalam proses rekayasa peradaban melalui pembentukan kader berkualitas
intelektual muslim – wirausaha - berintegritas sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai
dengan pedoman perkaderan SEMMI.

4.2. Target.
Terciptanya kader intelektual muslim – wirausaha - berintegritas yang berakhlakul
Dinullah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.

Ill. Wujud Profil Kader SEMMI di Masa Depan

Bertolak dari landasan-landasan, pola dasar dan arah perkaderan SEMMI, maka aktifitas
perkaderan SEMMI diarahkan dalam rangka membentuk kader SEMMI, intelektual muslim –
wirausaha - berintegritas yang dalam aktualisasi peranannya berusaha mentrtansformsikan
nilai-nilai ke-Islaman dan kebangsaan yang memiliki kekuatan pembebasan (liberation force)
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan
pada:
1. Pembentukan integritas watak dan kepribadian muslim intlektual
Yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab
kekhalitahannya dimuka bumi, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa tercermin
dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya dan Yakni segala usaha pembinaan yang
mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu (sain) pengatahuan (knowledge) yang
senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
.

2. Pengembangan kualtias professional di bidang wirausaha


Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu
(sain) pengatahuan (knowledge) yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam dan
moderenisasi dunia global dibidang wirausaha secara professional.
3. Pengembangan kemampuan Profesional
Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah kepada kesadaran dan pembentukan
manusia mulia yang bernafaskan islam yang mempunyai kebebasan dalam bertindak dan
berfikir yang dibatasi dengan aturan Al Quran dan Hadist yang nyata.

Usaha mewujudkan ketiga aspek harus terintegrasi secara utuh sehingga kader SEMMI
benar-benar lahir menjadi pribadi dab kader intelektual muslim- wirausaha- berintegritas,
yang mampu menjawab tuntutan perwujudan masyarakat sosialis indonesia.

BAB II
POLA DASAR TRAINING
1. Arah Training
Arah Training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pertrainingan SEMMI. Arah
pertrainingan sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan SEMMI sebagai
tujuan umum yang hendak dicapai SEMMI merupakan garis arah dan titik sentral seluruh
kegiatan dan usaha-usaha SEMMI. Oleh karena itu, tujuan SEMMI merupakan titik sentral dan
garis arah setiap kegaitan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua
kegiatan SEMMI.
Bagi anggota, tujuan SEMMI merupakan titik pertemuan persarnaan kepentingan yang
paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan
setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

1 . Jenis-jenis Training
1.1. Training Formal
Training formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang
merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training formal SEMMI terdiri dari
: Sekolah Kader I (Basic Training), Sekolah Kader II (Intermediate Training), Sekolah Kader Ill
(Advence Training).

1.2. Training In-Formal


Training In-Formal adalah training ( yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
pernahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta keorganisasian anggota. Training ini
terdiri dari PUSIDIKLAT Pimpinan SEMMI, Pelatihan Instruktur, Latihan Khusus, Sekolah
Kepengurusan, Sekolah Kesekretariatan, Pelatihan Kekaryaan, Sekolah Kebangsaan Syarikat
Islam dan lain sebagainya.

2. Tujuan Training Menurut Jenjang dan Jenis


Tujuan training perjenjangan dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau
kemampuan yang dimiliki anggota SEMMI setelah mengikuti jenjang Sekolah Kader tertentu,
yakni Sekolah Kader I, II dan III. Sedangkan tujuan training menurut jenis adalah rumusan
sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota SEMMI, baik kemampuan intlektualitas maupun
kemampuan keterampilan setelah mengikuti training atau pelatihan tertentu yakni berupa
training formal dan informal.

2.1 Tujuan Training Formal


2.1.1 Sekolah Kader I (Basic Training)
“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan
peranannya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader
bangsa".

2. 1.2. Sekolah Kader II (intermediate Training)


"Terbinanya kader SEMMI yang mempunyai kemampuan intlektual dan mampu
mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi SEMMI".

2.1.3. Sekolah Kader III (Advance Training)


"Terbinanya kader pernimpin yang mampu menterjemahkan dan mentransformasikan
ekonomi - politik dalam gerak perubahan sosial secara profesional".
2.2. Tujuan Training In-formal
"Terbinanya kader yang memiliki skill dan profesionalisme dalam bidang manajerial,
keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan kewirausahaan dan profesionalisme
lainnya".

3. Target Training Perjenjangan


3.1. Sekolah Kader I
 Memiliki kesadaran menjalankan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari
 Mampu meningkatkan kemampuan akademis
 Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keurnatan dan kebangsaan
 Memiliki Kesadaran berorganisasi
 Menumbuhkan jiwa kewirausahan

3.2. Sekolah Kader II


 Memiliki kesadaran intlektual yang kritis, dinamis, progresif, inovatif dalam
memperjuangkan misi SEMMI
 Memiliki kemampuan manajerial dalam berorganisasi
 Memiliki pemikiran pembangunan ekonomi umat.

3.3. Sekolah Kader III


 Memiliki kemampuan kepernimpinan yang amanah, fathanah, sidiq dan tablik serta
mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pernikiran konsepsional dalam
diamika perubahan sosial
 Memiliki kemampuan untuk mengorganisir masyarakat dan mentransformasikan
nilai-nilai perubahan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah
SWT.
 Memiliki kemampuan aplikasi transformasi pemikiran ekonomi politik dalam kehidupan
sehari-hari.

II. Manajemen Training


1. Metode Penerapan Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang methode
dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya dengan
masalah yang menyangkut methodemethode yang dipergunakan dalam training. Demikian
pula materi training memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan methode yang ada dalam
jenjang-jenjang training. Dalam hal ini, untuk penerapan kurikulum training ini perlu
diperhatikan beberapa aspek.
1.1. Penyusunan jadwal materi training. Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan
gambaran tentang isi dan bentuk-bentuk training. Oleh sebab itu perumusan jadwal
training hendaknya menyangkut masalah-masalah:
 Urutan materi hendaknya dalam penyusunan suatu training perlu diperhatikan
urut-urutan tiap-tiap materi yang harus memiliki korelasi dan tidak berdiri sendiri
(Asas Integratif). Dengan demikian materi-materi yang disajikan dalam training selalu
mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis dan terarah, karena dengan cara
seperti itu akan menolong peserta dapat memahami materi dalam training secara
menyeluruh dan terpadu.
 Materi dalam jadwal training harus selalu disesuaikan dengan jenis dan jenjang
Training.
1.2. Cara atau bentuk penyampaian materi Training. Cara penyampaian materi-materi training
adalah gabungan antara ceramah dan diskusi/dialog semakin tinggi tingkatan suatu
training atau semakin tinggi tingkat kematangan peserta training, maka semakin banyak
forum-forum komunikasi idea (dialog/diskusi). Suatu Materi harus disampaikan secara
diskutif, artinya instruktur bersama Trainer berusaha untuk memberikan
kesempatan-kesempatan.
1.3. Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan kreatif di kalangan
anggota trainer; Forum training sebagai penyegar gagasan trainers, sedapat mungkin
dalam forum tersebut tenaga instruktur dan Trainer merupakan pioner dalam gagasan
kreatif. Meskipun gagasan-gagasan dan problema-problema yang di sajikan dalam forum
belum sepenuhnya ada penyelesaian secara sempurna. Untuk menghindari pemberian
materi secara indokrinatif dan absolustik maka penyuguhan materi hendaknya
ditargetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan
demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak di berikan pada trainers.
1.4. Usaha menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam forum
training; Untuk menumbuhkan kegairahan dan suasana dinamik dalam training, maka
forum semacam itu hendaknya merupakan bentuk dinamika group. Karena itu forum
training harus mampu memberikan "chalanne" dan menumbuhkan "respon" yang
sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilaksanakan oleh instruktur, asisten instruktur dan
Master of Training.
1.5. Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam
forum training, menciptakan kondisi equal antara segenap unsur dalam training berarti
mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang ada dalam training. Problem yang
akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan "kemerdekaan individu" dengan mengalami
corak yang lebih demokratis. Dengan demikian pula perbedaan secara psikologis
unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan lainnya
diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior dan yunior.

1.6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antar methode training yang dipergunakan
dalam tingkat-tingkat training; keseimbangan dan keharmonisan dalam methode training
yakni adanya keselarasan tujuan SEMMI dan target yang akan di capai dalam suatu
training. Meskipun antar jenjang/forum training memiliki perbedaan perbedaan karena
tingkat kernatangan peserta sendiri.

2. Kurikulum Maperca
2.1. Materi Maperca

JENJANG MAPERCAB MATER: MOTIVASI DAN ALOKASI


ORENTASI WAKTU:
1 JAM
:
Tujuan Pembelajaran Umum:

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Mengetahui motivasi dan orientasi peserta masuk SEMMI


2. Tertanamnya motivasi dan orientasi peserta masuk SEMMI yang positif
3. Mengetahui minat dan bakat peserta

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:


1. Menggali latar belakang peserta
1.1. Latar belakang pribadi
1.2. Latar belakang pendidikan
1.2. Latar belakang lingkungan
2. Menggali proses pengenalan peserta terhadap Syarikat Islam dan SEMMI
3. Menggali motivasi dan orientasi peserta masuk SEMMI yang sesungguhnya
4. Mengarahkan motivasi dan orientasi peserta masuk SEMMI yang positif

Metode:
Dialog dan Brainstorming

Evaluasi:

Resume/ test Objektif

Referensi:
1. R. Covey, Stephen, 7 kebiasan manusia yang sangat efektif, Bina Aksara Rupa, Jakarta,
2. B.S. Wibowo, dkk, 2002, SHOOT Sharpening Our concept and Tools, TRUSTCO, Asy
Syaamil Bandung
3. Milado, Carmelo dan Jo han Tan, 2001, Panduan Fasilitator Untuk Pelatihan Community
Organiser, PUSSBIK Lampung, Bandar Lampung

JENJANG MAPERCAB MATERI: PENGANTAR ALOKASI


KEORGANISASIAN WAKTU:
2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta dapat memahami dasar-dasar keorganisasian dan makna berorganisasi dalam
kehidupan di dunia
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1. Peserta dapat menjelaskan dasar-dasar organisasi
2. Peserta dapat menjelaskan hubungan organisasi dan kerjasama sebagai hakikat kehidupan
3. Peserta dapat mengklasifikasikan bagaimana keuntungan bentuk organisasi SEMMI
dibanding bentuk lain

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian organisasi
2. Unsur-unsur organisasi
3. Prinsip-prinsip organisasi
4. Bentuk-bentuk organisasi :
- Organisasi tradisional dan moderen
- Organisasi kemahasiswaan intra dan ekstra kampus
- Organisasi laba dan nirlaba
- Organisasi kader dan massa
5. Dll.

Metode:

Ceramah, Tanya jawab dan simulasi

Evaluasi:

Resume/ test Objektif

Referensi:
1. Kartini kartono, 2004, Kepemimpinan, Rajawali Press, Jakarta
2. Al Banna, Hasan 1999, Risalah Pergerakan, Intermedia, Solo
3. B.S. Wibowo, dkk, 2002, SHOOT Sharpening Our concept and Tools, TRUSTCO, Asy
Syaamil Bandung
4. dan lain-lain

JENJANG MAPERCAB MATERI: PENGANTAR ALOKASI


KE-ISLAM-AN WAKTU:
3 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Peserta dapat memahami dasar-dasar Islam dan kondisi faktual umum umat Islam
2. Tumbuhnya dorongan menjalankan ajran-ajaran Islam secara kaffah

Tujuan Pembelajaran Khusus :

1. Peserta dapat menjelaskan konsep-konsep dasar agama Islam


2. Peserta dapat menjelaskan hubungan manusia dengan agama
3. Peserta dapat menjelaskan kondisi faktual umat Islam

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:

1. Makna al-Islam sebagai konsep ajaran Tuhan yang universal dan spesifik
2. Hubungan manusia dengan agama
3. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia
4. Tinjauan umum kondisi umat Islam: Kesenjangan Intelektual dan Kultural antara Indonesia
dengan dunia Islam lain

Metode:
Brainstorming, ceramah, diskusi panel dan tanya jawab

Evaluasi:
Resume

Referensi:

1. HOS. Tjokroaminoto,2008, Islam dan Sosialisme, Bandung.


2. HOS. Tjokroaminoto Program Asas dan Program Tandhim Partai Sarekat Islam
Indonesia pada tahun 1930, Syarikat Islam
3. HOS. Tjokroaminoto , Tarich Agama Islam, Riwayat dan Pemandangan atas
Kehidupan dan Perjalanan Nabi Muhammad pada tahun 1931
4. HOS. Tjokroaminoto, Reglemen Umum Bagi Ummat Islam pada tahun 1934
5. Madjid, Nurcholish, 2003, Indonesia Kita, Universitas Paramadina, Jakarta
6. Madjid,Nurcholish, 1997, Tradisi Islam : Peran dan Fungsinya dalam pembangunan
Indonesia, Paramadina, Jakarta
7. Murata, Sachiko dan Chittik C. William, 1997, Trilogi Islam: Islam, Iman, Ihsan, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta
8. Syariati,Ali, 2001, Paradigma Kaum Tertindas,Sebuah Kajian Sosiologi Islam, Al-Huda,
Jakarta
9. Madjid, Nurcholish, 1997, Islam Doktrin Peradaban, Yayasan Paramadina, Jakarta
10. M.Thahan,Mustafa, 2002, Risalah Pergerakan Pemuda Islam : Panduan Amal bagi
Aktivis Dakwah Kampus dan Sekolah, VISI, Jakarta
11. Leaman,Oliver, 2002, Pengantar Filsafat Islam, Sebuah Pendekatan Tematis, Mizan,
Bandung
12. H. Agus Salim, Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia
13. Yasien, Muhammad, 2000, Insan Yang Suci Konsep Fitrah Dalam Islam, Mizan,
Bandung
14. Sirah Nabawiyah, Intermedia,Jakarta
15. Alquran, terbitan Depag

JENJANG MAPERCAB MATERI: PENGANTAR ALOKASI


KEINDONESIAAN WAKTU:
2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum :

Tumbuh rasa kepeduliaan (kritisme) terhadap kondisi bangsa

Tujuan Pembelaaran Khusus :

Peserta dapat menjelaskan secara kritis kondisi umum bangsa Indonesia

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:

1. Pengertian dan sekilas sejarah bangsa Indonesia (Sejarah Perjuangan Syarikat Islam)
2. Tinjauan kritis kondisi umum bangsa Indonesia
3. Tinjauan kritis terhadap kasus-kasus menonjol/spesifik yang dihadapi bangsa
(Catatan : Kasus dapat diambil dari bidang yang sesuai dengan disiplin keilmuan
komisariat penyelenggara)

Metode:

Ceramah, Brainstorming

Evaluasi:
Resume/tes subyektif

Referensi:
1. Syarikat Islam bukan Budi Utomo: meluruskan sejarah pergerakan bangsa, Firdauz AN,
Datayasa, 1997
2. E. Saefullah Wiradiradja, M. Wildan Yahya, Dewan Pimpinan Wilayah Syarikat Islam
Jawa Barat, 2005
3. Cindy Heller Adams, Bung Karno: penyambung lidah rakyat Indonesia, Kerja sama
Yayasan Bung Karno [dengan] Penerbit Media Pressindo, 2011

JENJANG MAPERCAB MATERI: PENGANTAR ALOKASI


KE-SI - AN WAKTU:
2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum :

Peserta dapat menguasai dasar-dasar ke-SI-an

Tujuan Pembelajaran Khusus :

1. Peserta dapat menjelaskan sejarah singkat SI dan SEMMI


2. Peserta dapat menjelaskan aturan dasar organisasi dan struktur organisasi
3. Peserta dapat menjelaskan organisasi serumpun SI
4. Peserta dapat menyanyikan mars dan hymne SI dan Tjokroaminoto

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan :

1. Sejarah singkat SEMMI dan SI


1.1 Latar belakang berdirinya SI dan SEMMI
1.2 Fase-fase sejarah SI dan SEMMI
1.3 Sekilas peran SI dalam sejarah perubanhan bangsa
2. Pengantar aturan dasar organisasi SEMMI
a. AD/ART (sampaikan pasal-pasal pokok saja 1-10)
b. Program Azas dan Tandhim SI
c. Struktur organisasi
d. Struktur kekuasaan
e. Penjelsan rangkap jabatan/anggota (Disiplin Organisasi)
4. Atribut organisasi SEMMI (Lambang, bendera, gordon dll)
5. Lagu mars dan hymne

Metode:

Ceramah, dialog dan latihan

Evaluasi:
Test objektif

2. Kurikulum Training/Sekolah Kader

2.1. Materi Sekolah Kader I

JENJANG MATERI: ALOKASI


SEKOLAH KADER I SEJARAH PERJUANGAN SI WAKTU:
8 JAM
:
Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan SI hingga terbentuknya SEMMI

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya SI.


2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri SEMMI.
3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan SEMMI dan SI.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:

1 . Pengantar Ilmu Sejarah.


1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.
1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Misi Kelahiran Islam.
2. 1. Masyarakat Arab Pra Sejarah.
2.2.Periode Kenabian Muhammad.
2.2.1. Fase Makkah.
2.2.2. Fase Madinah.
3. Latar Belakang Berdirinya SEMMI.
3.1.Kondisi Islam di Dunia.
3.2 . Kondisi Islam di Indonesia.
3.3.Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
3.4.Saat Berdirinya SEMMI.
4. Gagasan dan Visi Pendiri SEMMI.
4.1.Sosok Arudji Kartawinata.
4.2.Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
4.3.Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan
SEMMI.
5. Dinamika Sejarah Perjuangan SEMMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa.
5.1. SEMMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
5.2. SI dan SEMMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
5.3. SI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
5.4. SI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
5.5. SI Daiam Fase Pasca Orde Baru
Metode :

Ceramah, tanya jawab, diskusi

Evaluasi:

Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume.

Referensi :
1. API Sejarah 2, Surya Dinasti, 2016
2. Firdaus A. N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo: meluruskan sejarah pergerakan bangsa,
Datayasa, 1997
3. Safrizal Rambe, Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia, 2008, Sarekat Islam pelopor
nasionalisme Indonesia, 1905-1942
4. Dll

JENJANG: MATERI: ALOKASI WAKTU:


SEKOLAH KADER I KONSTITUSI SEMMI 6 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami dan menerapkan ruang lingkup konstitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi SEMMI dan hubungannya dengan
pedoman pokok organisasi lainnya secara gamblang.
2.Peserta dapat mempedomani konstitusi dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam
kehidupan berorganisasi.
3.Peserta dapat memecahkan masalah-masalah organisasi dalam pendekatan konstitusi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Pengantar Ilmu Hukum


1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum
1.2. Hakekat Hukum
1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi
2. Ruang lingkup Konstitusi SEMMI
2.1. Makna Mukodimah AD SEMMI
2.2. Makna SEMMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
2.3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga SEMMI
2.3.1. Masalah keanggotaan
2.3.2. Masalah Struktur Kekuasaan
2.3.3. Masalah Struktur Kepemimpinan
3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi
3.1. Pedoman Perkaderan.
3.2. Program Azas dan Tandhim SI
4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan pedoman-peoman Organisasi lainnya.

Metode:

Ceramah, studi kasus, diskusi, tanya jawab, FGD

Evaluasi:

Melakasanakan tes objektif/subjektif, hafalan, artikel, dan penugasan

JENJANG: MATERI: ALOKASI WAKTU:


SEKOLAH KADER I MISION SEMMI 6 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami missi SEMMI tidak terlepas dari misi SI sebagai organisasi induk
dan hubungannya dengan status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi SEMMI secara
intergral.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa


2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan SEMMI
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran SEMMI
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran SEMMI
secara integral

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Makna SEMMI sebagai Organisasi Mahasiswa


1.1. Pengertian Mahasiswa
1.2. Mahasiswa sebagai inti Kekuatan Perubahan
1.3. Dinamika Gerakan Mahasiswa
2. Hakikat keberadaan SEMMI
2.1. Makna SEMMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
2.2. Makna Independensi SEMMI
3. Tujuan SEMMI
3.1. Arti insan mulia yang benafaskan Dinullah
3.2. Arti masyarakat sosialis indonesia yang di ridhoi Allah SWT.
4. Fungsi dan peran SEMMI
4.1. Pengertian Fungsi SEMMI sebagai organisasi kader
4.2. Pengertian peran SEMMI sebagai organisasi perjuangan
4.3. Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan dari tujuan SEMMI
5. Hubungan netra Status, sifat,asas tujuan, fungsi dan peran SEMMI secara Integral

Metode:
Ceramah, diskusi, tanya jawab, permainan peran, FGD

Evaluasi:

Test Partisipatif, tes objektif/subjektif, artikel, dan penugasan

JENJANG: MATERI: ALOKASI


SEKOLAH KADER I FILSAFAT TJOKROAMINOTO WAKTU:
(SEMMI)
14 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan FT serta subtansi materi
secara garis besar dalam organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan pemikiran tokoh syarikat islam


2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta
5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia
6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat
7. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1. Sejarah perumusan FT dan kedudukan FT dalam organisasi SEMMI


1.1. Pengertian FT
1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya pemikiran guru bangsa
1.3. FT sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam konteks organisasi SEMMI
1.4. Hubungan antara FT dan Mision SI
1.5. Methode pemahaman FT
2. Garis besar Materi FT
2.1. Hakikat Kehidupan
2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia
2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran
2.2. Hakikat Kebenaran
2.2.1. Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah
2.2.2. Eksistensi dan sifat-sifat Allah
2.2.3. Rukun iman sebagai upaya mencari kebenaran
2.3. Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1. Eksistensi Alam
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4. Hakikat-hakikat penciptaan Manusia
2.4.1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk lainnya
2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah dimuka bumi
2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah
2.4.4. Fitra, kebebasan dan tanggungjawab manusia
2.5. Hakikat Masyarakat
2.5.1. Perlunya menegakan keadilan dalam masyarakat
2.5.2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan
2.5.3. Hubungan Keadilan dan kemakmuran
2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
2.6. Hakikat Ilmu
2.6.1. Ilmu sebagai jalanmencari kebenaran
2.6.2. Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

Metode :

Ceramah, diskusi, tanya jawab

Evaluasi :

Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner

Referensi :

1. Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.


2. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam, Mizan, 1992.
3. --------------, Tugas Cendikiawan Muslim, Srigunting, 1995.
4. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pustaka Pelajar, 1999.
5. -------------------------, Islam dan Pembebasan, LKIS, 1993.
6. A. Syafi i Ma’arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985.
7. Hasan Hanafi , Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M, 1992.
8. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, LKIS, 1995.
9. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
10. Hos Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme.

JENJANG: MATERI : ALOKASI


SEKOLAH KADER I MANAJEMEN KEPEMIMPINAN WAKTU:
ORGANISASI DAN
KEWIRAUSAHAAN 6 jam

Tujuan Pembelajaran Umum

Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi manajemen kepemimpinan
organisasi dan kewirausahaan.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi kepemimpinan


2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan manajemen dalam
organisasi
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik kepemimpinan dalam
Islam
4. peserta dapat mengetahui potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya
5. Peserta mampu menjelaskan pentingnya wirausaha di era persaingan global.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:

1. Pengertian, dasar-dasar, fungsi dan tujuan kepemimpinan dalam islam dan kemodernan
2. Pengertian, dasar-dasar, fungsi, dan tujuan manajemen dan organisasi
3. Kharakteristik kepemimpinan
3.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan
3.2. Tipe-tipe kepeimimpinan
3.3. Syarat-syarat menjadi pemimpin
3.4. Kreteria-kreteria pemimipin ideal
4. Organisasi sebagi alat perjuangan
4.1. struktur organisasi dan model kepemimpinan
4.2. Manajemen kearsipan dalam organisasi
5. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen, dan organisasi
6. Pembentukan jiwa wirausaha muslim.

Metode:

Ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, simulasi, dan permainan peran

Evaluasi:

Test partisipatif, test objektif/subjektif, artikel, resume,

Referensi:

1. Peter M Senge. The Fifth Dicipline. 2000


2. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
3. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers, 1995
4. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu pendekatan makro, Pusat
studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia, 1987
5. James. L. Gibson dan Manajemen, Erlangga, 1986
6. J. salusu, Pengembangan Kaqputusan Strategik, Gramedia, 1986
7. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan manajemen, Rajawali Pers, 1995
8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga, 1985
9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990
10. Dan referensi lain yang relevan

Metode Training
Dengan memahami tentang gambaran kurikulum dan aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan di atas, maka metode yang tepat yakni penggabungan antara :
a. Sistem diskusi, yakni suatu metode pernahaman materi training secara diskutif
(pertukaran pikiran yang bebas) dan kumunikatif.
b. Sistem ceramah (dialog), yakni suatu metode pemahaman materi melalui tanya jawab.
c. Sistem penugasan, yaitu metode pemahaman materi dengan mempergunakan
keterampilan peserta dengan sasaran:
 Mempergunakan kemampuan-kemampuantertentu,
 Penulisan-penulisan,
 Kerja lapangan,
 Bentuk-bentuk trial dan error (- Dinamika kelompok
 Studikasus
 Simulasi dan lain sebagainya.

Dalam setiap jenjang dan bentuk training, ketiga sistem itu tergabung menjadi satu.
Penggunaanya disesuaikan dengan tingkat kernatangan peserta, jenjang atau forum training
yang ada. Dalam penerapan metode training prosentasenya berbeda-berbeda
secarakuantitatif, untuk itu prosentase tiap-tiap training dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semakin matang peserta training, jenjang dan bentuk training, maka sistem diskusi
lebih besar prosentasenya.
b. Makin kecil kernatangan peserta, jenjang dan bentuk training, maka diskusi memiliki
prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistim ceramah dan teknik diolog semakin lebih
besar prosentasenya.
c. Sistim penugasan dipergunakan pada setiap training hanya saja bentuk penugasan
tersebut harus diselaraskan dengan tingkat kernatangan pesertanya, jenjang dan
bentuk training, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut
 Training yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif lebih
tinggi dan jenjang training yang lebih tinggi maka penugasan lebioh ditekankan
secara diskriftif (pembuatan paper ilmiah, paper-paper laporan dsb.)
 Trainging yang diikuti peserta yang tingkat kernatangan berpokirnya relatif lebih
rendah maka ketermpilan fisik (gerak, mimik, aktifitas praktis), sistim ini
merupakan pendekatan metode "trial and error".

Pemilihan dan penentuan metode training disesuaikan dengan jenjang dan


materi-materi training yang akan disajikan. Pendekatan yang digunakan secara filosofis,
psikologis, sosiologis, historis dan sebagainya. Gambaran tentang metode yang digunakan
dalam training sesuai menurut jenjangnya, adalah sebagai berikut :
a. Sekolah Kader-I
 Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan.
 Teknik : ceramah, tanya jawab/dialog, penugasan (resume)
 Proses belajar mengajar (PBM/pembelajaran): penceramah menyampaikan materi dan
peserta bertanya tentang hal-hal tertentu.
b. Sekolah Kader-II
 Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praksis.
 Teknik: ceramah, dialog penugasan (membuat makalahtanggapan atau makalah
analisissebuah kasus).
 Session khusus dalam bentuk tutorial.
c. Sekolah Kader-III
 Penyajian bersifat analisis problematik dan altematif.
 Teknik: ceramah, dialog, penugasan membuat makalah banding (peserta membuat
alternatif pemecahan secara konsepsional).
 Konsep belajar mengajar (PBM/pembelajaran) : penceramah bersifat mengakat
masalah, kemudian peserta membahas.
 Session khusus dalam bentuk tutorial
 Session khusus dalam bentuk praktek lapangan
4. Evaluasi Training
1. Tujuan :
 Mengukur tingkat keberhasilan training
2. Sasaran :
 Kognitif
 Afektif
 Psikomotorik
3. Alat Evaluasi
 Test Objektif
 Test Subjektif (esai)
 Test Sikap
 Test Keterampilan
4. Prosedur Evaluasi :
 Pre-Test
 Mid-Test (evaluasi proses)
 Post-Test
5. Pembobotan
 SK – I : Kognitif : 30 %
Afektif : 50%
Psikomotorik : 20%
BAB III
PEDOMAN FOLLOW-UP

1. Pendahuluan

SEMMI adalah suatu organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi


kader. Hal ini berarti bahwa semua aktifitas yang dilaksanakan oleh SEMMI adalah dalam
rangka kaderisasi utnuk mencapai tujuan SEMMI. Dengan demikian perkaderan di SEMMI
merupakan training atau pelatihan foramal saja, tetapi juga melalui bentuk-bentuk dan
peningaktan kualitas keterampilan berorganisasi yang lazim disebut sebagai Follow - Up
training. Follow Up training tersebut diantaranya adalah Up-Grading dan aktifitas yang
berfungsi sebagai pengembangan sehinggga kualitas diri anggota akan meningkat secara
maksimal.
Follow - Up training merupakan kagiatan perkaderan SEMMI yang bersifat
pengembangan, tetapi juga tetap merujuk pada Anggaran Dasar SEMMI dalam hal ini pasal 7
tentang usaha. Pedoman follow-up training ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
meningkatkan kualitas diri anggota setelah mengikuti jenjang training formal tertentu. Namun
demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai aktifitas seorang kader. Tetapi hanya
merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader, tetapi hanya merupakan batas
minimal yang harus dilakukan seorang kader setelah mengkuti jenjang training formal tertentu.
1 . Fungsi :
 Pendalaman
 Pengayaan
 Perbaikan (remedial)
 Peningkatan
 Aplikasitif
2. Pertimbangan:
 Ada unsur Subjektifitas (pengarah)
 Kontinuitas
3. Target
 SK I
- Mengembangkan wawasan dan kesadaran ke-islaman
- Meningkatkan prestasi akademik
- Menumbuhkan semangat militansi kader
- Menumbuhkan semangat ber-SEMMI
- Meningkatkan kualitas berorganisasi
- Menumbuhkan jiwa kewirausahaan
 SK II
- Meningkatkan intelektualitas (keilmuan)
- Menumbuhkan semangat pembelaan (advokasi)
- Menumbuhkan semangat melakukan perubahan
- Meningkatkan kemampuan manajerial
- Meningkatkan kemampuan mentransformasikan gagasan dalam bentuk lisan dan
tulisan
 SK III
- Melahirkan pemimpin-pernimpin SEMMI dan nasional
- Melahirkan kader yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki
- Melahirkan kader yang memiliki wawasan general dan global
Bentuk Follow Up Training
1. Pasca SK I
a. Up Grading/Kursus-kursus, meliputi:
 Keprotokoleran
 Filsafat Tjokroaminoto
 Konstitusi
 Kepengurusan
 Kesekretariatan
 Kebendaharaan
 Kepanitiaan
 kewirausahaan
 Muatan Lokal
b. Aktifitas:
 Kelompok Pengkajian AL Qur'an
 Kelompok belajar
 Kelompok diskusi
 Kekaryaan/keorganisasian
 Bhakti sosial

Rekruitmen Kader Pembentukan Kader Pengabdian Kader

Fase Awal Fase Kedua Fase Ketiga

UG dan
AKT

Kiteria Rekruitmen
UG UG UG

SK II SK III Pengabdian
Pendekatan SK I
Rekruitmen
Rekruitmen

AKT AKT AKT

Pra PT PT

UG
dan AKT

Rekruitmen Kader Pembentukan Kader Pengabdian Kader


ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA
PENGELOLAAN LATIHAN

A. Pendahuluan

Sekolah sebagai model pendidikan kader SEMMI meruakan jantung organisasi, karena
itu maka upaya untuk memajukan, mempertahankan keberlangsungan dan
mengembangkannya merupakan kewajiban segenap pengurus SEMMI. Sekolah tidak akan
berjalan mencapai target dan tujuan secara baik tanpa dukunagn oleh usahausaha
pengorganisasian yang baik pula. Pengoragnisasian berbagai unsur yang terlibat dalam
penyelenggaraan sekolah tercermin dalam organisasi sekolah. Organisasi sekolah yang jela
akan memperlancar dan menertibkan proses penyelenggaraan latihan. Hal ini pada gilirannya
akan membuka jalan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi lahirnya kader-kader yang
memiliki insan mulia.
Guna mencapai mekanisme penyelenggaraan sekolah yang tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan, tidak cukup hanya dengan menyusun organisasi sekolah saja. Karena
itu diperlukan adanya aturan tentang prosedur dan administrasi latihan, termasuk didalamnya
tentang administrasi laporan penyelenggaraan latihan. Administrasi sekolah merupakan suatu
rangkaian kegiatan dari berbagai unsur dalam penyelenggaraan sekolah yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan berasma. Dengan terumuskannya organisasi dan mekanisme kerja
tersebut maka akan memperkokoh kehadiran SEMMI sebagai organisasi kader.

B. Unsur-Unsur Organisasi Latihan Fungsi Dan Wewenang


Secara sederhana yang dimaksud dengan organisasi sekolah ialah suatu sistem kerjasama
yang terdiri dari berbagai unsur dengan menggunakan sistem, metode dan kurikulum yang ada
untuk mencapai target dan tujuan latihan.

1. Unsur-unsur yang terlibat dalam latihan organisai SEMMI adalah sebagai berikut:
- PB SEMMI
- PW SEMMI
- PC SEMMI

2. Unsur-unsur dalam pelatihan yaitu:


- Peserta
- Pemateri
- Pemandu
- Organizing comittee
- Steering committee

Bentuk-bentuk sekolah yang di atas dalam organisasi ini adalah seluruh bentuk sekolah
yang ada dalam pola perkaderan SEMMI yaitu:
1. Pelatihan pengembangan profesi
2. Up grading
3. Sekolah kader
4. Pusdiklat
5. Pelatihan Kewirausahaan
BAB IV
SISTEM EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN PERKADERAN

I. PENDAHULUAN

Sebagai organisasi maahsiswa islam yang memfungsikan diri sebagai organisasi kader,
maka SEMMI senantiasa berusaha untuk memelihara motivasi, dedikasi dan konsistensi dalam
menjalankan sistem perkaderan yang ada. Dalam usahanya untuk menjaga konsistensi
perkaderan maka perlu ada suatu mekanisme evaluasi penerapan pedoman perkaderan yang
telahdisepakati bersama.
Selama ini penerapan pedoman perkaderan belum emngalami persamaan secara mendasar
etrutama kurikulum latihannya, oleh karena itu penentuan kurikulum yang dipakai seluruh
cabang dan sekalgus pengelola sekolah yang telah ada dituntut menerapkan secara
komprejensif. Hal ini menjadi kebutuhan ang sangat mendesak mengingat kualitas output
kader ditentukan oleh pedoman perkaderan yang diterpkan pada masing masinbg cabang.

II. INSTITUSI
Untuk menerapkan mekanisme evaluasi perlu ada institusi yang jelas, sehingga
mekanisme evaluasi ini menjadi efektif. Dalam struktur SEMMI penaggungjawab dan
pelaksana evaluasi penerapan pedoman perkaderan adlah bidang OKK.

III. FORMAT
Format evaluasi pedoman perkaderan:
- kurikulum
- panduan pengelola sekolah.
- Pola rekruitmen.

IV. AKREDITASI
Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi maerpakan upaya
yang didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap pengelola
perkaderan. Akreditasi ini peruntukkan kepada cabang sebagai institusi yang secara langsung
melaksanakan proses perkaderan. Disamping itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan
penerapan pedoman perkaderan yang dilaksanakan seluruh cabang. Dalam hal ini akreditasi
yang dilakukan adalah bentuk laporn periodik cabang pada badko SEMMI diwilayahnya dan PB
SEMMI.
Adapun akreditasi meliputi:
- Laporan triwulan pelaksanaan training.
- Frekwensi sekolah
a. SK I minimal 2 kali dalam satu semester
b. SK II minimal satu kali dalam satu periode
c. Up grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.
- Aktifitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan
- Laporan aktifitas pembinaan:
a. bentuk kegiatan
b. tingkat partisipasi.
V. SANGSI
Apabila tidak memnuhi persyaratan administrasi cabang tidak dibenarkan mengikuti
dan mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan nasional.

VI. RATIO JENJANG SEKOLAH PERKADERAN


R* Sekolah Kader I Sekolah kader II Sekolah Kader III
(oersentase) (Basic training) (intermediete Training) (advance training)
100 10 3,5 1,5
*= Jumlah mahasiswa muslim dalam wilayah kinerja cabang.

MANAJEMEN TRAINING
Dalam upaya menciptakan pelaksanaan training yang baik dan berkualitas
diperlukan manajemen yang baik, yang dimaksud dengan manejemen training adalah seni
untuk mengatur agar tercapainya tujuan training. Berdasarkan hal tersebut, maka SK I
merupakan training penanaman nilai/ideologisasi organisasi, sehingga dalam manajemen
trainingnya harus mendukung pada aspek kesadaran dalam berpola pikir, sikap, dan tindak,
pembobotan dalam SK I adalah afektif (50%), kognitif (30%), dan psikomotorik (20%). Hal-hal
yang dimaksud dalam manajemen training ini adalah :
1) Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode
dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat kaitannya dengan
masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam training. Dalam
penerapan kurikulum ini agar diperhatikan aspek-aspek :
a) Penyusunan jadwal materi training
Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-
bentuk training. Oleh karena itu penyusunan jadwal harus memperhatikan urutan-
urutan materi pokok sebagai korelasi yang tidak berdiri sendiri (asas integratif).
Berdasarkan hal tersebut maka urutan materi pokok dalam SK I SEMMI adalah
sebagai berikut :
1. Sejarah Perjuangan SI Dan SEMMI
2. Konstitusi SEMMI
3. Mision SEMMI
4. Filsafat Tjokroaminoto
5. Manajemen Kepemimpinan Organisasi Dan Kewirausahaan
Dalam hal diperlukan adanya materi penunjang/tambahan, maka harus
diperhatikan korelasinya dengan materi pokok, jangan sampai memutus hubungan
antar materi pokok.
b) Metode Penyampaian
Cara penyampaian materi pada SK I pada dasarnya harus memenuhi prinsip
penyegaran dan pengembangan gagasan di tingkat pengelola, serta penyegaran
gagasan dan pemahaman di tingkat peserta, dengan demikian diharapkan akan
muncul gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif di dalam forum training. Selain itu
penyampaian materi harus mencapai target/sasaran dari tujuan materi khususnya
dan tujuan SK I umumnya, serta membangun suasana training/forum yang tidak
menjenuhkan.
2) Suasana Training
Suasana training merupakan komponen penting dalam kesuksesan pelaksanaan
training, karena suasana akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang
terlibat dalam pertrainingan. Suasana training harus dilihat secara komprehensif,
karena training bukan hanya sebatas forum penyampaian materi, tetapi lebih jauh
daripada itu, seluruh aktivitas sejak dibukanya training sampai dengan penutupan,
dalam arena atau lokasi tempat training diadakan.
Dengan demikian pemahaman tentang arena training tidak hanya terbatas pada forum
saja. Implikasi dari pemahaman tersebut adalah suasana training harus dibangun pada
keseluruhan arena training, sehingga segala aturan akan mengikat pada keseluruhan
kegiatan training, tidak hanya pada saat di forum. Suasana yang harus dibangun dalam
kegiatan pertrainingan secara umum adalah sebagai berikut :
a) Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam training
b) Tidak menimbulkan kejenuhan di antara unsur individu dalam training
c) Tercipta kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam training;
menciptakan kondisi equal antar segenap unsur training berarti mensejajarkan dan
menyetarakan semua unsur yang ada dalam training.
d) Terciptanya suasana Islami; untuk menciptakan suasana yang Islami sebagai upaya
awal pembentukan kader muslim, dapat dilakukan dengan jalan mengisi dengan
aktivitas ritual pada waktu-waktu tertentu, serta menonjolkan sikap-sikap dan
prilaku yang baik.
e) Terciptanya suasana intelektual; dapat dilakukan dengan cara penyediaan bahan
bacaan di arena training dan menyediakan media tempat mencurahkan buah
pemikiran.
Dengan pemahaman bahwa training adalah seluruh aktivitas yang dilakukan pada masa
training, maka pada waktu tersebut seluruh dinamika dan suasana training harus
dibentuk oleh seluruh komponen, khususnya senior harus mampu memberikan contoh
yang baik pada yuniornya. Dengan demikian suasana training yang mendidik dan
menyenangkan dapat terbangun, aktivitas yang tidak berkaitan dengan training,
“omongan bocor”, dan sikap lain yang kontraproduktif harus dieliminir.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan training menganut
asas minimalis, maksudnya dengan kesiapan logistik yang minimal, kegiatan training
dapat tetap berlangsung dengan kualitas yang baik. Keperluan forum yang mesti
tersedia adalah alat tulis, lebih baik jika terdapat perlengkapan pendukung lainnya.
Demikian pula dengan akomodasi dan perlengkapan lainnya, kondisi minimalis
diharapkan dapat meningkatkan militansi dan kreativitas kader.
4) Jumlah Peserta
Jumlah peserta akan mempengaruhi konsentrasi peserta dalam memahami materi yang
diberikan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dalam SK I jumlah peserta yang ideal
adalah minimal 15 (lima belas) orang dan maksimal 35 (tiga puluh lima) orang perkelas.

SELEKSI
Untuk mendapatkan output yang baik harus berangkat dari input dan process yang
baik pula. Sekolah Kader I yang merupakan proses pembentukan output agar sesuai dengan
tujuan dan targetnya, maka harus didukung oleh input yang baik. Calon kader sebagai bahan
baku yang akan diproses dalam SK I tentu harus memiliki kualifikasi tertentu agar dapat
menjadi kader sesuai dengan harapan dan tujuan perkaderan. Kualifikasi umum calon peserta
SK I adalah sebagai berikut :
a) Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani
skorsing akademik
b) Muslim/muslimah (bisa baca Al-Qur’an)
c) Memiliki integritas
d) Akademis (cerdas; intelektual)
e) Memiliki potensi kepemimpinan
f) Berprestasi
g) Mau aktif berorganisasi
h) Memiliki jiwa kewirausahaan
Seleksi dilakukan dengan cara : Wawancara, berfungsi untuk menguji konsistensi jawaban, dan
menggali lebih dalam pengetahuan calon peserta, serta menggali motivasi dan potensi calon
peserta. Apabilamotivasi ada “distorsi” maka pewawancara betugas untuk meluruskannya.
Screaning berisi pertanyaan-pertanyaan tentang selayang pandang SI dan SEMMI, Ke-
organisasian, dan ke-Islam-an.

MATERI TRAINING
Sekolah Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman dasar organisasi
SEMMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan pada SK I merupakan fondasi dalam
membentuk kader sesuai dengan kualitas manusia mulia. Adapun materi yang diberikan dalam
SK I ini harus seragam dan standar di seluruh komisariat dan rayon, karena jika fondasi ini
beragam akan mengakibatkan konstruksi yang lemah.
Materi-materi yang diberikan dalam SK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu materi pokok
dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah kelompok materi yang wajib ada
dan disampaikan dalam forum SK I, materi ini merupakan materi standar secara bagi
pelaksanaan SK SEMMI.
Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian
untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi sekolah, dan materi evaluasi
dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman
materi pokok atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki
keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
IKRAR PELANTIKAN

“BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”

“ASYHADU ALLAA ILAA HA ILLALLAAH


WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH”

‫الرحِ ي ِْم‬
َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬َّ ِ‫اّٰلل‬
‫ِبس ِْم ه‬
‫س ْو ُل ه‬
‫اّٰلل‬ َّ َ ْ َ
َّ َ‫اّٰلل َواش َهدُ ان ُم َح َّمد‬
ُ ‫الر‬ ‫ا َ ْش َهدُ ا َ ْن ََل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه‬

WALLAHI DEMI ALLAH

Sesungguhnya Saya Masuk Menjadi Anggota Syarikat Islam Dengan Ikhlas Dan Suci Hati.
Tidak Karena Sesuatu Keperluan Diri Saya Sendiri.
Atau Mengharapkan Pertolongan Dalam Suatu Perkara Dari Sebelum Saya Menjadi
Anggota.
Selama-Lamanya Saya Akan Meninggikan Agama Islam
Diatas Apa-Apa Yang Saya Fikirkan
Maka Saya Akan Tetap Menjalankan Perintah Allah Dan Rasul Allah
Dan Menjauhi Larangannya.
Saya Hendak Mengusahakan Diri
Dengan Sekuat-Kuatnya Ketakutan Saya Terhadap Allah Ta’ala
Dan Dengan Sekuat-Kuat Fikiran Dan Tenaga Saya
Hendak Menyampaikan Maksud Syarikat Islam
Dan Sekali-Kali Tidak Akan Membuat Bencana Atau Khianat Atas Syarikat Islam.
Saya Hendak Memperhatikan Dan Menurut Dengan Sungguh-Sungguh
Ketentuan-Ketentuan Anggaran Dasar
Dan Keputusan-Keputusan Majelis Tahkim Syarikat Islam
Dan Selalu Membela Syarikat Islam

Anda mungkin juga menyukai