Bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa menurunkan agama islam tidak hanya mengatur
Kepribadatan antara manusia dengan Tuhannya saja tetapi Islam DINULLAH juga mengatur
segala peri kehidupan manusia sebagai mahluk sosial didunia ini, baik dilapangan sosial,
politik, ekonomi, maupun kebudayaan seperti tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.
Bahwa islam DINULLAH adalah yang dianut oleh bagian terbesar dari bangsa Indonesia dan
sangat berpengaruh dalam segala bidang, baik mental, spiritual, maupun materil dari
kehidupan bangsa dan negarra Indonesia. Bahwa Rakyat dan Bangsa Indonesia yang sedang
berjuang untuk mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur
yang diridhoi Allah SWT. Kami Mahasiswa Muslimin Indonesia yang merupakan bagian dari
Rakyat dan Bangsa Indonesia, berkewajiban melaksanakan tugas suci inidengan berpedoman
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosul sebagai hukum tertinggi serta tidak bertentangan dengan
Pancasila dan aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan penuh keyakinan
bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai berkat Taufik dan Hidayah Allah SWT, Disertai usaha
yang keras, teratur, dan berencana, maka dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Penyayang, kami membentuk Organisasi “SERIKAT MAHASISWA MUSLIMIN INDONESIA”
sebagai organisasi perkaderan dan iktiar perjuangan mahasiswa dari organisasi yang
mengikuti kultural syarikat islam.
BAB I
POLA UMUM PERKADERAN SEMMI
I. Landasan Perkaderan
Landasan perkaderan merupakan pijakan pokok yang dijadikan sebagai sumber
inspirasi dan motivasi dalam proses perkaderan SEMMI. Untuk melaksanakan perkaderan,
SEMMI bertitik tolak pada lima landasan, sebagai berikut :
a. Landasan Teologis
Sesungguhnya ketauhidan manusia adalah fitrah (Q.S. Ar-Rum :30) yang diawali dengan
perjanjian primordial dalam bentuk persaksian kepada Allah sebagai Zat pencipta (Q.S. Al-
A’raf:172). Bentuk pengakuan tersebut merupakan penggambaran penyerahan diri manusia
kepada Zat yang mutlak. Kesanggupan manusia menerima perjanjian primordial tersebut sejak
peniupan ruh Allah ke dalam jasadnya di alam rahim memiliki konsekuensi logis kepada
manusia untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia kepada Allah sebagai
pemberi mandat kehidupan.
Peniupan ruh Allah sekaligus menggambarkan refleksi sifat-sifat Allah kepada manusia.
Maka seluruh potensi ilahiyah secara ideal dimiliki oleh manusia. Prasyarat inilah yang
memungkinkan manusia menjadi khalifah di muka bumi. Seyogyanya tugas kekhalifahan
manusia di bumi berarti menyebarkan nilai-nilai ilahiyah dan sekaligus menginterpretasikan
realitas sesuai dengan perspektif ilahiyah tersebut. Namun, proses materialisasi manusia hanya
sebagai jasad tanpa ruh niscaya menimbulkan konsekuensi baru dalam wujud reduksi
nilai-nilai ilahiyah. Manusia yang hidup tanpa kesadaran ruh ilahiyah hanya akan mengada
(being) dalam kemapanan tanpa berupaya menjadi (becoming) sempurna.
Manusia yang becoming adalah manusia yang mempunyai kesadaran akan aspek
transendental sebagai realitas tertinggi. Dalam hal ini konsepsi syahadat akan ditafsirkan
sebagai monotheisme radikal. Kalimat syahadat pertama berisi negasi yang meniadakan semua
yang berbentuk tuhan palsu. Kalimat kedua lalu menjadi afirmasi sekaligus penegasan atas Zat
yang maha tunggal yaitu Allah SWT. Dalam menjiwai konsepsi diatas maka perjuangan
kernanusiaan diarahkan untuk melawan segala sesuatu yang membelenggu manusia dari yang
dituhankan selain Allah. Itulah thogut dalam perspektif Al-Qur'an.
Dalam menjalani fungsi kekhalifahannya maka internalisasi sifat Allah dalam diri
manusia harus menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini, tauhid menjadi aspek progresif
dalam menyikapi persoalan mendasar manusia. Karena Allah adalah pemelihara kaum yang
lemah (rabbulmustadh'afin) maka meneladani sifat Allah juga berarti harus berpihak kepada
kaum mustadh'afin. Pemahaman ini akan mengarahkan pada pandangan bahwa ketauhidan
adalah nilai-nilai yang bersifat transformatif, membebaskan, berpihak dan bersifat
revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam sistem perkaderan SEMMI.
b. Landasan Ideologis
Arah perjuangan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia tidak lepas dari semangat
organisasi induk organisasi ini, sandaran yang menjadi pemahaman dan pemikiran serta
langkah juang dari SEMMI diambil dari program azas dan tandhim dari Syarikat Islam dengan
penjelasan sebagai berikut.
(Program Azas)
Mengingat sekedar keperluan maksud kami memberi Tafsir atas Asas-Asasnya Partai Syarikat
Islam Indonesia, yakni suatu Partai politik yang maksudnya akan menjalankan Islam dengan
seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya, maka cukuplah kalau disini kami pertunjukan
kecukupan Agama Islam untuk menimbulkan suatu ummat yang bersatu, sebagaimana yang
telah nyata-nyata dipersaksikan oleh Riwayat pada zamannya junjungan kita Nabi Muhammad
ShallALLOHu’alaihi wasallam.
Bangsa Arab yang semenjak zaman Purbakala senantiasa di dalam perpecahan berupa
pelbagai Qabilah (stam), yang selalu di dalam perselisihan dan permusuhan serta peperangan
yang satu dengan yang lainnya, sehingga segenap bangsa dan negerinya terancam akan menjadi
binasa, seakan-akan mereka itu berada di “tepi suatu sumur api” (‘ala syafa hufratin-
minannari), sebagai yang digambarkan di dalam Qur’an, surah Aala’Imran (III) : 102, dengan
kekuatan Agama Islam, dengan pimpinan jungjungan kita Nabi Muhammad SAW, Qabilah-
Qabilah dan golongan-golongan yang senantiasa berselisih dan berperang yang satu dengan
yang lainnya itu, terhimpunlah menjadi suatu ummat, suatu ummat yang bersatu, yang penuh
kehidupan dan kekuatan lahir-batinnya, sehingga kerajaan-kerajaan yang terbesar yang
tunggal zaman dengan mereka, seperti kerajaan Rum (rajanya dunia Barat) dan kerajaan Persia
(rajanya dunia Timur) berta’luklah kepada mereka itu.
Tidak ada lain Agama yang telah menimbulkan kehidupan baru yang begitu luas kepada
pemeluk-pemeluknya sebagai Agama Islam – ialah suatu kehidupan yang meliputi segala
cabang perbuatan manusia; – suatu perubahan yang mengenai seorang-seorang (individu-
syakhshiyyah), mengenai keluarga, mengenai pergaulan hidup (maatchappij-ijtima’-iyyah),
mengenai ummat (natie), mengenai negeri; – suatu pembangkitan peri-kebendaan (materiel-
mad-di), pembangkitan budipekerti (morel-adabi), pembangkitan ‘aqal (intelectueel-‘aqli)
pembangkitan kebatinan (spiritueel-rokhani). Agama Islam telah menimbulkan perubahan
mengangkat peri-kemanusiaan daripada sedalam-dalamnya jurang kerendahan derajat sampai
kepada setinggi-tingginya puncak keadaban (kesopanan) didalam suatu tempo yang tidak lebih
lama daripada seper-empat abad lamanya (tahun Masehi 609-632).
Mengingat contoh yang nyata-nyata telah dipersaksikan oleh Riwayat sebagai yang diuraikan
dengan sesingkat-singkatnya diatas ini, maka di dalam Program-Asas Partai Syarikat Islam
Indonesia telah ditetapkan seperti berikut :
1. Persatuan dalam Ummat Islam
2. Kemerdekaan Ummat
3. Sifat Pemerintahan (Staat )
4. Penghidupan Ekonomi
5. Keadaan dan Derajat Manusia
6. Kemerdekaan yang Sejati
HAJI UMAR SA’ID TJOKROAMINOTO
(Program Tandhim)
Bahwa hakikat tujuan hidup manusia sebagai hamba yang diciptakanAllah adalah akan
mengenal dan berbakti kepada-Nya sebagai abdi (khalifah) dibumi menjalankan segala perintah
Nya berbuat kebaikan dan menjauhkan segala kemungkaran untuk mendapatkan keridhaan,
kecintaan dan kemuliaan disisi Allah swt dalam rasa kebahagiaan didunia dan jamji keselamatan
dari Allah diakhirat dalam rahmat sorga Nya sesuai dengan tingkat ketaqwaan manusia .
Manusia melaksanakan sesuatu dikarenakan oleh 3 (tiga) hal yang berhubungan dengan dirinya
yaitu:
1 Karena dia memahami dan mengakui serta mentaati bahwa dirnya sebagai makhluk yang
diciptaan Allah untuk mengabdi sebagai pesuruh Allah (khalifah Nya) dibumi menurut kehendak
dan ketentuan Allah swt.
2. Karena Fitrah kemanusiaannya untuk berusaha mengetahui hukum alam ciptaan Allah yang
bersifat pasti yang disebut sunnatullah.
3. Karena hukum perbuatan dan perhubungan antar manusia berada dalam wilayah keizinan
Allah bagi setan yang dikutuk untuk menggoda dan mempengaruhi manusia melawan hati
nuraninya, membisikkan keburukan sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai keburukan,
sehingga tingkah laku manusia akan menghasilkan kebaikan atau keburukan bagi manusia itu
dalam kesendirian dan dalam kebersamaan kehidupan, tergantung pada pilihan manusia itu
dalam hakikat dan makna perbuatannya.
Hakikat dan makna perbuatan manusia untuk mencapai tujuannya sebagai orang yang
beriman yang taat kepada Allah adalah berjuang menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangan Nyasebagai pelaksanaan Islam.
Syarikat Islam sebagai organisasi perjuangan untuk mewujudkan Islam sebagai sistem
kehidupan dengan Asas-asas Perjuangan sebagaimanatelah diuraikan terdahulu, menetapkan
sandaran gerak perjuangan (Program Tandhim) sbb.:
6.1.
Bersandar kepada Sebersih bersih Tauhid
Pergerakan perjuangan organisasi Syarikat Islam berpijak pada keyakinan bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah (utusan-Nya) yang secara operasional disebut
Tauhid.
Al Qur’an surat Al Baqarah:163 menyatakan:
”dan Tuhanmu ialah Tuhan yang Satu (Yang Maha Esa); tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Tauhid menurunkan aturan perhubungan manusia dengan Allah sebagai pencipta makhluk dan
aturan perhubungan manusia sebagai khalifah fil ardh dengan sesama manusia dan makhluk lain
ciptaan-Nya, sehingga Tauhid menjadi Pandangan-dunia.
Artinya tauhid menjadi keyakinan, visi (al-fikrah, wawasan) dan sikap serta tingkah laku Muslim.
Ke Esa-an Allah direfleksikan dalam pengakuan adanya satu sumber kebenaran, satu sumber
ilmu, satu sumber hukum (syari’ah), satu sumber penciptaan ummat manusia dan makhluk
lainnya di alam semesta, satu sumber kepemimpinan yakni Allah dan Rasulullah.
Ummat manusia berasal dari satu sumber dan satu tujuan kehadiran di muka bumi dan satu
tugas (amanah) khilafah bagi seluruh ummat manusia, satu gerak menegakkan keadilan dan
mencegah ketidakadilan, satu hukum alam dan hukum moral (sunnatullah) di alam semesta
dandalam kehidupan manusia dan satu pedoman hidup, Kitabullah (al Qur’an) dan as-Sunnah.
Dengan keyakinan yang demikian perjuangan pergerakan Islam akan dapat menghadapi dan
melalui segala keadaan, dan akan dapat bebas dan tidak larut dalam rasa ketakukan dan
kesedihan atas suatu perkara yang timbul diatasnya.
Al Qur’an surat Yunus:62 menyatakan:
”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.
Dengan bersandar kepada Tauhid, maka dalam setiap usaha atau perjuangan (yang harus
senantiasa dijalan Allah), kita menghindarkan perasaan hina dan lemah serta sikap mengemis-
ngemis mencari perdamaian dan keselamatan, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an surat
Muhammad ayat 35:
“Janganlah kamu lemah dan mengemis meminta damai pada hal kamu adalah terlebih tinggi dan
Allah adalah beserta kamu dan Dia tidak akan mensia-siakan amal perbuatanmu”.
6.2.
Bersandar kepada Ilmu
Tauhid adalah missi semua para Rasul Allah dari Adam as sampai Muhammad Rasulullah saw.
Untuk menjalankan missi tauhid ini sesuai dengan fungsi khilafah manusia, diperlukan ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu Islam memandang bahwa para pengemban fungsi khilafah ini harus
menguasai ilmu dan teknologi untuk mewujudkan tata dunia yang melandaskan semua
aktivitasnya pada prinsip tauhid.
Al Qur’an surat Az Zumar ayat 9 menyatakan:
“Katakanlah: apakah mereka yang mengetahui (berilmu) sama dengan orang-orang yang tidak
mengetahui (tidak berilmu)?. Sesungguhnya orang-orang yang berpikir (berpengetahuan) itulah
yang mempunyai perhatian.
Allah telah memerintahkan Rasulullah berdoa yang dimuat dalam Al Qur’an surat Thaha ayat
114:
“dan katakanlah : Ya Tuhanku ! luaskanlah aku dalam pengetahuan”.
Infra struktur dunia Muslim adalah Tauhid yang dipancarkan kedalam berbagai aspek
kehidupan, sehingga melahirkan supra struktur sosial, ekonomi, politik, pendidikan, lingkungn,
pertahanan keamanan dan lain sebagainya yang mencerminkan nilai-nilai dan syariah Islam.
Untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas khairu ummah diperlukan sistem keilmuan dan
teknologi yang menyandarkan diri pada tata nilai Islam sehingga perkembangan ilmu dan
teknologi tidak membawa ummat kearah pelanggaran etika penciptaan dan fungsi khilafah.
Sebab apabila ilmu dan teknologi dikembangkan tidak dalam kerangka nilai Islam maka fungsi
khilafah manusia untuk memakmurkan dunia dengan membawa rahmat (rahmatan lil alamin)
akan menjadi musnah, justru dibunuh oleh ilmu dan teknologi tersebut.
Mencari ilmu adalah wajib diatas sekalian orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan,
ialah ilmu yang harus diperoleh dengan setinggi tinggi kemajuan ‘aqal (intelect), tetapi tidak
sekali-kali boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan rohani yang
menyadarkan hubungan manusia dengan Tuhannya, sebagai yang dinyatakan dalam Al Qur’an
surat ‘Ali-Imran:003:190- 191,
terjemahannya: “sesungguh-sungguhnyalah di dalam kejadian langit dan bumi dan didalam
pergantiannya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang yang berpikir (berakal). ialah
orang-orang yang mengingat-ingat kepada Allah dalam keadan berdiri dan duduk dan berbaring,
mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa api neraka.”
Al Qur’an surat Al Alaq ayat 4 dan 5 menerangkan bahwa: “Allah mengajarkan manusia dengan
tulisan (alat tulisan). Mengajarkan kepada manusia apa-apa yang mereka tidak mengetahuinya”
Rasulullah mengajarkan: “Tuntutlah ilmu, karena barang siapa yang menuntut ilmu pada
jalannya Allah sesunguhnya ia melakukan perbuatan kebaikan; barang siapa membicarakan
ilmu ialah memuji kepada Tuhan; barang siapa mencari ilmu ialah menyembah kepada Tuhan;
barang siapa menyiarkan pelajaran ‘ilmu ialah memberikan sedekah; barang siapa memberikan
ilmu untuk maksud-maksud mencapai persetujuan dan kesepakatan ialah melakukan perbuatan
ibadah kepada Tuhan; ilmu itulah yang menyebabkan orang yang mempunyainya bisa
membedakan apa-apa yang terlarang dari pada apa yang tidak terlarang, membedakan yang
baik dengan yang buruk; ilmu ialah menerangi jalan ke surga; ilmu ialah sahabat kita didalam
padang pasir, teman pergaualan kita di dalam kesunyian, kawan kita apabila kita ditinggalkan
sahabat-sahabat; ilmu adalah memimpin kita kepada kebahagiaan; ia menguatkan kita dalam
pergaulan dengan sahabat-sahabat; ia dapat kita pergunakan terhadap kepada musuh-musuh
kita. Dengan ilmu, hamba-hamba Allah naiklah kepada ketinggian kebaikan dan kemuliaan disisi
Allah, dapat mencapai kesempurnaan kebahagiaan di akhirat.
Dengan petunjuk dan ajaran Islam, ilmu pengetahuan telah berkembang luas sehingga terdapat
pusat-pusat pendidikan atau universitas Islam di Baghdad, Cairo dan Cordova serta menyebar
luas keberbagai negeri dan bangsa. Islam menghendaki kemerdekaan fikiran (akan menuntut
ilmu) dengan berdasar kepada kesungguh-sungguhan iman dan kesucian roh kepada Allah Yang
Maha Kuasa. Imam Dja’far as Sidaq menyatakan fikirannya tentang ‘ilmu atau pengetahuan
yaitu: “Penerangan hati itulah zatnya ‘ilmu; kebenaran (haq) itulah maksudnya yang terutama”.
Sehubungan dengan itu Syarikat Islam menggariskan pola pendidikan untuk membangun
manusia berilmu yang beriman dan bertaqwa, yang mempunyai karakter dan sifat kepedulian
kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, serta sifat mandiri yang senantiasa
mengembangkan daya cipta (inovasi) sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas untuk pembangunan bangsa dan negara serta ummat manusia dalam kerangka
beribadah kepada Allah.
6.3.
Bersandar kepada siyasah
Siyasah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah dimaksudkan “mengurus,
mengatur atau memimpin”. Kata ini dipadankan dengan kata politik yang bersal dari bahasa
Yunani yang berarti “kota atau negara kota” yang mengandung pengertian mengatur,
mengendalikan dan memimpin kehidupan masyarakat kota.
Kedua kata tersebut dalam perkembangannya menjadi sama dalam pengertian dan
pemakaiannya sehingga menjadi polpuler bahwa siyasah adalah politik, atau sebaliknya politik
adalah siyasah.
“Siyasah atau politik dapat disimpulkan sebagai suatu cara atausistem untuk mengurus
/ mengatur, mengelola persoalan hidup manusia agar terwujud dan terpelihara
keseimbangan dalam kebersamaan kehidupan dengan menggunakan kekuasaan yang
terbentuk dari suatu proses ideologi”.
Cara atau sistem termaksud meliputi mengkomu-nikasikan ide ide yang tersusun dalam kerangka
ideologi dan mengartikulasikan nilai-nilai ilmu dan teknologi dalam peraturan peraturan yang
dijalankan untuk kepentingan masyarakat atau rakyat banyak, termasuk perlindungan dan
kelangsungan sistem.
Ide adalah rancangan yang tersusun didalam pikiran tentang suatu hal yang ingin atau bisa
diwujudkan.
Sedangkan Ideologi adalah “Satu pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang
kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta,
yang mempunyai metode untuk menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd (kacau)
dari pemikiran-pemikiran yang lain serta mempunyai metode untuk menyebarkannya”.
Berdasarkan definisi ideologi tersebut, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi
sebagai Ideologi, sehingga kita dapat menyebutkan Islam juga sebagai ideologi, yang keseluruhan
sumber konsepsinya adalah wahyu Allah swt dalam rangka penciptaan manusia sebagai khalifah
didunia.
Dua ideologi besar di dunia yaitu Kapitalisme dan Sosialisme sumber konsepsinya adalah buatan
akal manusia, yang tidak mendapat jaminan kebenaran dari Allah swt, Tuhan yang Maha Esa.
Islam sebagai suatu Ideologi dalam mewujudkan tujuannya untukmendapat suatu dunia Islam
yang sejati dan menurut kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya dilakukan melalui
tarbiyah dan siyasah, yaitu siyasah Islamiyah.
Islam mendasarkan gerakan siyasahnya kepada nilai-nilai tauhid, dengan pola gerakan amar
ma’rufi dan nahi mungkar, dengan cara yang dibenarkan oleh akhlakul karimah, yang
bersandarkan kepada Al Qur’an dan sunah rasulullah yang nyata, tidak menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan siyasah atau politik.
Setiap muslim sewajarnya mengetahui dan memahami bahwa siyasah yang mempunyai
pengertian mengurus (mengatur) persoalan hidup manusia merupakan kewajiban agama yang
tertinggi, malah agama dan dunia tidak akan sempurna tanpa siyasah. Sesungguhnya manusia
tidak berdaya mengurus kepentingan mereka dengan baik jika tidak dibantu dan bersatu
dibawah satu daulah, satu siyasah dan seorang pemimpin atau pemerintah.
Gerakan siyasah atau politik itu adalah suatu proyeksi gerakan dimasa lalu yang mengandung
keadaan masa kini dan gerakan masa kini yang mengandung proyeksi keadaan masa
mendatang.
Ia adalah suatu sistem dan mekanisme rekayasa keadaan dan situasi untuk membawa
masyarakat kepada keadaan tetentu.
Kewajiban amar makruf dan nahi mungkar tidak akan terlaksana dengan sempurna tanpa
adanya kekuatan, tunjangan dan kerja sama melalui siyasah dan kepemimpinan atau
pemerintah.
Para ulama sewajarnya bersatu dibawah naungan pemimpin untuk membantu penguasa atau
pemerintah ber amar makruf dan nahi mungkar.
Ulama dan pemerintah umpama mata uang yang tidak boleh dipisahkan walaupun sebuah
negara atau pemerintahan tersebut belum melaksanakan undang undang atau syariat Islam
sepenuhnya.
Untuk menjalankan siyasah diperlukan adanya usaha untuk mencetakkader kader
pemimpin yang cukup yang memegang teguh aqidah Islamiyah dan terorganisir dan mampu
mengkomunikasikan ideologi dan program.
Disamping itu diperlukan pula banyak informasi yang terstruktur dan tertata tentang berbagai
hal keadaan di masa lalu dan masa kini serta kemampuan mengolah dan mengembangkannya
untuk masa datang dalam suatu keyakinan menurut ukuran ilmu pengetahuan yang berdasarkan
kepada sebersih bersih Tauhid.
Dipandang dari sudut management bahwa kegiatan politik atau siyasahadalah suatu proses
management gerakan rakyat untuk menuju suatu keadaan masyarakat yang
diinginkan sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan tiap-tiap organisasi politik.
Sebagai suatu proses management, maka aktivitas organisasi politik haruslah terorganisir baik
dengan perencanaan yang rapi dan terukur serta terarah dalam koridor garis ideologinya.
Dilengkapi dengan sistem informasi yang dapat menyajikan iformasi secara tepat guna dan tepat
waktu kepada seluruh komponen sistem.
Dengan itu akan mendorong terciptanya sarana (fasilitas) penggerak sekaligus sebagai alat
kontrol gerakan untuk membawa dan mewujudkannya menjadi sistem kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan.
Management organisasi yang tidak tertata baik dan lemah yang ditunjukkan oleh keadaan tidak
adanya kesamaan visi dan kurangnya pemahaman ideologi serta peraturan organisasi oleh para
fungsionaris organisasi, yang ditandai rendahnya tingkat disiplim organisasi serta lemahnya
sistem komunikasi dan sistem informasi organisasi akan dapat memusnahkan ideologi yang baik
dan sempurna sekalipun.
Persatuan sebagai landasasn dan sumber kekuatan gerakan tidak akan mungkin tercipta dan
tujuan gerakan tidak akan mungkin tercapai bilamana para fungsionaris dan kader-kader
penggerak tidak memahami ideologi organisasinya.
Ketidak pahaman dan ketidak samaan pemahaman ideologi akan sangat memungkinkan
timbulnya berbagai kesalahan dan benturan dalam organisasi yang dapat mendatangkan
bencana perpecahan dan kehancuran organisasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas Syarikat Islam menganggap pergerakan siyasah (politik) itu
adalah suatu kewajiban yang penting bagi orangIslam, ialah untuk mencapai suatu kehidupan
islam yang sejati dan kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya.
Setiap orang Islam hendaklan menjadikan dirinya sebagai anggota serikat organisasi yang
tersusun kokoh dan kuat dalam kerangkaa cita cita yang sama agar dapat mewujudkan suatu
kerangka sistem kehidupan yang Islami.
Untuk mewujudkan dan memelihara persatuan umat Islam dalam suatu organisasi yang kokoh
kuat, Syarikat Islam berpendirian bahwa hal hal yang bersifat cabang atau furukiyah dalam
agama Islam tidak dimasukkan sebagai ketentuan dan pendapat organisasi akan tetapi dicatat
dan dipelihara sebagai pendapat para mujtahid, untuk dipelajari dan diamalkan sesuai dengan
pemahaman dan keyakinan masing masing.
Perbedaan pemahaman tentang hal hal yang bersifat cabang itu tidak boleh menjadikan umat
Islam terkelompok didalamnya dan menimbulkan pergesekan dan pertentangan didalamnya
yang dapat merusak persatuan dan kesatuan umat Islam.
Oleh karenaya para tokoh ulama dan ahli ilmu serta cendekiawan muslim dan pihak pihak terkait
dengan kepentingan ideologi Islam hendaklah:
1. Menyatukan visi, misi dan format gerakan siyasah dan proses pelaksanaan ideologi Islam
terutama mengenai sistem pemerintahan yang dibentuk dan dijalankan berdasarkan kebebasan
mengajukan pendapat dalam musyawarah yang menjunjung tinggi akhlak mulia sesuai dengan
ketentuan Al Quran dan sunnah rasul yang nyata dalam mewujudkan kesatuan pendapat
menetapkan aturan aturan yang meliputi sistem pemerintahan, sistem penghidupan ekonomi,
sistem pelaksanaan hukum, sistem keamanan dan pembelaan negara, dan sistem hubungan antar
bangsa dan lain lain, sehingga terwujud dan terlaksana suatu negara yang memberi keadilan,
kedamaian, kesejahteraan, keamanan dan perlindungan bagi segala golongan penduduk yang
beragam suku, ras dan agama, serta mendorong terciptanya keamanan dunia yang adil dan
bermartabat.
2. Menjadikan dirinya sebagai anggota serikat organisasi yang tersusun kokoh dan kuat dalam
kerangka cita cita dan tata aturan yang sama untuk dapat mewujudkan dunia muslim yang sejati.
c. Landasan Konstitusi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan SEMMI di masa depan, SEMMI harus
mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi
melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan
bangsa yang memiliki kemerdekaan sejati. Mukkadimah Anggaran Dasar SEMMI adalah
organisasi berazaskan Islam dan bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah atau bernafaskan
Dinullah (Agama Allah). Penegasan ini memberikan cerminan bahwa di dalam dinamikanya,
SEMMI senantiasa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan semangat keislaman yang
tidak mengesampingkan semangat kebangsaan. Dalam dinamika tersebut, SEMMI sebagai
organisasi kepemudaan menegaskan sifatnya sebagai organisasi mahasiswa yang independen
(Pasal 8 AD SEMMI), berstatus sebagai organisasi independen yang berafiliasi pada kultur
Syarikat Islam (Pasal 8 AD SEMMI), memiliki fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 7 AD
SEMMI) serta berperan sebagai organisasi perjuangan (Pasal 7 AD SEMMI).
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya secara berkelanjutan yang
berorientasi futuristik maka SEMMI menetapkan tujuannya dalam pasal empat (5) AD SEMMI,
yaitu Membentuk manusia yang beriman sempurna kepada Allah SWT, dengan bertaqwa teguh,
berilmu pengetahuan luas, beramal untuk kepentingan Nusa dan Bangsa Indonesia dalam
mencapai masyarakat Sosialis Indoonesia, khususnya dan ummat manusia umumnya. Kualitas
kader yang akan dibentuk ini kemudian dirumuskan dalam tafsir tujuan SEMMI. Oleh karena
itu, tugas pokok SEMMI adalah perkaderan yang diarahkan kepada perwujudan kualitas insan
mulia yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan
kerja-kerja kemanusiaan sebagai amal saleh. Pembentukan kualitas dimaksud diaktualisasikan
dalam fase-fase perkaderan SEMMI, yakni fase rekruitmen kader yang berkualitas, fase
pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi Muslim, kualitas intelektual serta mampu
melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara profesional dalam segala segi kehidupan, dan
fase pengabdian kader, dimana sebagai output maka kader SEMMI harus mampu berkiprah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berjuang bersama-sama dalam
mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
4. Landasan Historis
Secara sosiologis dan historis, kelahiran SEMMI pada tanggal 2 April 1956 tidak terlepas
dari permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup umat Islam sebagai satu kesatuan
dinamis dari bangsa Indonesia yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang baru
diproklamirkan dan menjadi kader mahasiswa yang berafiliasi dari Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII). Kenyataan itu merupakan motivasi kelahiran SEMMI sekaligus dituangkan
dalam rumusan tujuan berdirinya, yaitu: pertama, menjadi underbow partai dan akan
menjalankan tugasnya demi terwujudnya tujuan Partai. Kedua, sebagai cendikia muslim dari
Syarikat Islam untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, Ketiga
mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Keempat, menegakkan dan mengembangkan syiar ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa
SEMMI bertanggung jawab terhadap permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta
bertekad mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan manusia secara total.
Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah perjuangan
SEMMI ke depan yang terintegrasi dalam dua aspek keislaman dan aspek kebangsaan. Aspek
keislaman tercermin melalui komitmen SEMMI untuk selalu mewujudkan nilai-nilai ajaran
Islam secara utuh dalam kehidupan berbangsa sebagai pertanggungjawaban peran
kekhalifahan manusia, sedangkan aspek kebangsaan adalah komitmen SEMMI untuk
senantiasa bersama-sama seluruh rakyat Indonesia merealisasikan cita-cita proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang demokratis,
berkeadilan sosial dan berkeadaban. Dalam sejarah perjalanan SEMMI, pelaksanaan komitmen
keislaman dan kebangsaan merupakan garis perjuangan dan misi SEMMI yang pada akhirnya
akan membentuk kepribadian SEMMI dalam totalitas perjuangan bangsa Indonesia ke depan.
Melihat komitmen SEMMI dalam wawasan sosiologis dan historis berdirinya pada tahun
1956 tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah perkembangnnya, maka pada
hakikatnya segala bentuk pembinaan kader SEMMI harus pula tetap diarahkan dalam rangka
pembentukan pribadi kader yang sadar akan keberadaannya sebagai pribadi muslim, khalifah
di muka bumi dan pada saat yang sama kader tersebut harus menyadari pula keberadannya
sebagai kader bangsa Indonesia yang bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita bangsa ke
depan.
5. Landasan Sosio-Kultural
Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur masyarakat
terutama di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur Islam. Keberhasilan Islam yang
secara dramatik telah berhasil menguasai hampir seluruh kepulauan nusantara. Tentunya hal
tersebut dikarenakan agama Islam memiliki nilai-nilai universal yang tidak mengenal batas-
batas sosio-kultural, geografis dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara
penyebaran Islam oleh para pedagang dan para wali dengan pendekatan sosio-kultural yang
bersifat persuasif.
Masuknya Islam secara damai berhasil mendamaikan kultur Islam dengan kultur
masyarakat nusantara. Dalam proses sejarahnya, budaya sinkretisme penduduk pribumi
ataupun masyarakat, ekonomi dan politik yang didominasi oleh kultur tradisional, feodalisme,
hinduisme dan budhaisme mampu dijinakkan dengan pendekatan Islam kultural ini. Pada
perkembangan selanjutnya, Islam tumbuh seiring dengan karakter keindonesiaan dan secara
tidak langsung telah mempengaruhi kultur Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin
modern.
Karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam, maka kultur Islam telah
menjadi realitas sekaligus memperoleh legitimasi social dari bangsa Indonesia yang pluralistik.
Dengan demikian wacana kebangsaan di seluruh aspek kehidupan ekonomi, politik, dan sosial
budaya Indonesia meniscayakan transformasi total nilai-nilai universal Islam menuju cita-cita
mewujudkan peradaban Islam. Nilai-nilai Islam itu semakin mendapat tantangan ketika arus
globalisasi telah menyeret umat manusia kepada perilaku pragmatisme dan permissivisme di
bidang ekonomi, budaya dan politik. Sisi negatif dari globalisasi ini disebabkan oleh percepatan
perkembangan sains dan teknologi modern dan tidak diimbangi dengan nilai-nilai etika dan
moral.
Konsekuensi dari realitas di atas adalah semakin kaburnya batas-batas bangsa sehingga
cenderung menghilangkan nilai-nilai kultural yang menjadi suatu ciri khas dari suatu negara
yang penuh dengan keragaman budaya. Di sisi lain, teknologi menghadirkan ketidakpastian
psikologis umat manusia sehingga menimbulkan kejenuhan manusia. Dari sini lah, nilai-nilai
ideologi, moral dan agama yang tadinya kering kerontang kembali menempati posisi kunci
dalam ide dan konsepsi komunitas global. Dua sisi ambiguitas globalisasi ini adalah tampilan
dari sebuah dunia yang penuh paradoks.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Serikat Mahasiswa Muslimin
Indonesia sebagai bagian integral umat Islam dan bangsa Indonesia yaitu kader umat dan kader
bangsa, sudah semestinya menyiasati perkembangan dan kecenderungan global tersebut
dalam bingkai perkaderan SEMMI yang integralistik berdasarkan kepada perkembangan
komitmen terhadap nilai-nilai antropologis-sosiologis umat Islam dan bangsa Indonesia
sebagai wujud dari pernahaman SEMMI akan nilai-nilai kosmopolitanisme dan universalisme
Islam.
1.2. Perkaderan
Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sisternatis
selaras dengan pedoman perkaderan SEMMI, sehingga memungkinkan seorang anggota SEMMI
mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim -Intelektual - Profesional,
yang memiliki kualitas insan cita.
2. Rekrutmen Kader
Sebagai konsekuensi dari organisasi kader, maka aspek kualitas kader merupakan fokus
perhatian dalam proses perkaderan SEMMI guna menjamin terbentuknya out put yang
berkualitas sebagaimana yang disyaratkan dalam tujuan organisasi, maka selain kualitas
proses perkaderan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi faktor penentu yang tidak
kalah pentingnya.
Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola perencanaan dan pola rekrutmen yang
lebih memperioritaskan kepada tersedinaya input calon kader yang berkualitas. Dengan
demikian rekrutmen kader adalah merupakan upaya aktif dan terencana sebagai ikhtiar untuk
mendapatkan in put calon kader yang berkualitas bagi proses Perkaderan SEMMI dalam
mencapai tujuan organisasi.
1. Pembentukan Kader
4. Arah Perkaderan
Arah dalam pengeifian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam bentuk
bergerak menuju kesuatu tujuan. Arah juga dapat diartikan. sebagai pedoman yang dapat
dijadikan patokan dalam melakukan usaha yang sisternatis untuk mencapai tujuan.
Jadi, arah perkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk untuk penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses perkaderan SEMMI. Arah
perkaderan sangat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan SEMMI sebagai tujuan
umum yang hendak dicapai SEMMI merupakan garis arah dan titik senteral seluruh kegiatan
dan usaha-usaha SEMMI. Oleh karena itu, tujuan SEMMI merupakan titik sentral dan garis arah
setiap kegiatan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan
SEMMI.
Bagi anggota SEMMI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling
pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap
anggota organisasi. Oleh karenanya paranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi
adalah sangat besar dan menentukan.
4.2. Target.
Terciptanya kader intelektual muslim – wirausaha - berintegritas yang berakhlakul
Dinullah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Bertolak dari landasan-landasan, pola dasar dan arah perkaderan SEMMI, maka aktifitas
perkaderan SEMMI diarahkan dalam rangka membentuk kader SEMMI, intelektual muslim –
wirausaha - berintegritas yang dalam aktualisasi peranannya berusaha mentrtansformsikan
nilai-nilai ke-Islaman dan kebangsaan yang memiliki kekuatan pembebasan (liberation force)
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan
pada:
1. Pembentukan integritas watak dan kepribadian muslim intlektual
Yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab
kekhalitahannya dimuka bumi, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa tercermin
dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya dan Yakni segala usaha pembinaan yang
mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu (sain) pengatahuan (knowledge) yang
senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
.
Usaha mewujudkan ketiga aspek harus terintegrasi secara utuh sehingga kader SEMMI
benar-benar lahir menjadi pribadi dab kader intelektual muslim- wirausaha- berintegritas,
yang mampu menjawab tuntutan perwujudan masyarakat sosialis indonesia.
BAB II
POLA DASAR TRAINING
1. Arah Training
Arah Training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pertrainingan SEMMI. Arah
pertrainingan sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan SEMMI sebagai
tujuan umum yang hendak dicapai SEMMI merupakan garis arah dan titik sentral seluruh
kegiatan dan usaha-usaha SEMMI. Oleh karena itu, tujuan SEMMI merupakan titik sentral dan
garis arah setiap kegaitan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua
kegiatan SEMMI.
Bagi anggota, tujuan SEMMI merupakan titik pertemuan persarnaan kepentingan yang
paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan
setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
1 . Jenis-jenis Training
1.1. Training Formal
Training formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang
merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training formal SEMMI terdiri dari
: Sekolah Kader I (Basic Training), Sekolah Kader II (Intermediate Training), Sekolah Kader Ill
(Advence Training).
1.6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antar methode training yang dipergunakan
dalam tingkat-tingkat training; keseimbangan dan keharmonisan dalam methode training
yakni adanya keselarasan tujuan SEMMI dan target yang akan di capai dalam suatu
training. Meskipun antar jenjang/forum training memiliki perbedaan perbedaan karena
tingkat kernatangan peserta sendiri.
2. Kurikulum Maperca
2.1. Materi Maperca
Metode:
Dialog dan Brainstorming
Evaluasi:
Referensi:
1. R. Covey, Stephen, 7 kebiasan manusia yang sangat efektif, Bina Aksara Rupa, Jakarta,
2. B.S. Wibowo, dkk, 2002, SHOOT Sharpening Our concept and Tools, TRUSTCO, Asy
Syaamil Bandung
3. Milado, Carmelo dan Jo han Tan, 2001, Panduan Fasilitator Untuk Pelatihan Community
Organiser, PUSSBIK Lampung, Bandar Lampung
Metode:
Evaluasi:
Referensi:
1. Kartini kartono, 2004, Kepemimpinan, Rajawali Press, Jakarta
2. Al Banna, Hasan 1999, Risalah Pergerakan, Intermedia, Solo
3. B.S. Wibowo, dkk, 2002, SHOOT Sharpening Our concept and Tools, TRUSTCO, Asy
Syaamil Bandung
4. dan lain-lain
1. Peserta dapat memahami dasar-dasar Islam dan kondisi faktual umum umat Islam
2. Tumbuhnya dorongan menjalankan ajran-ajaran Islam secara kaffah
1. Makna al-Islam sebagai konsep ajaran Tuhan yang universal dan spesifik
2. Hubungan manusia dengan agama
3. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia
4. Tinjauan umum kondisi umat Islam: Kesenjangan Intelektual dan Kultural antara Indonesia
dengan dunia Islam lain
Metode:
Brainstorming, ceramah, diskusi panel dan tanya jawab
Evaluasi:
Resume
Referensi:
1. Pengertian dan sekilas sejarah bangsa Indonesia (Sejarah Perjuangan Syarikat Islam)
2. Tinjauan kritis kondisi umum bangsa Indonesia
3. Tinjauan kritis terhadap kasus-kasus menonjol/spesifik yang dihadapi bangsa
(Catatan : Kasus dapat diambil dari bidang yang sesuai dengan disiplin keilmuan
komisariat penyelenggara)
Metode:
Ceramah, Brainstorming
Evaluasi:
Resume/tes subyektif
Referensi:
1. Syarikat Islam bukan Budi Utomo: meluruskan sejarah pergerakan bangsa, Firdauz AN,
Datayasa, 1997
2. E. Saefullah Wiradiradja, M. Wildan Yahya, Dewan Pimpinan Wilayah Syarikat Islam
Jawa Barat, 2005
3. Cindy Heller Adams, Bung Karno: penyambung lidah rakyat Indonesia, Kerja sama
Yayasan Bung Karno [dengan] Penerbit Media Pressindo, 2011
Metode:
Evaluasi:
Test objektif
Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan SI hingga terbentuknya SEMMI
Evaluasi:
Referensi :
1. API Sejarah 2, Surya Dinasti, 2016
2. Firdaus A. N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo: meluruskan sejarah pergerakan bangsa,
Datayasa, 1997
3. Safrizal Rambe, Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia, 2008, Sarekat Islam pelopor
nasionalisme Indonesia, 1905-1942
4. Dll
1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi SEMMI dan hubungannya dengan
pedoman pokok organisasi lainnya secara gamblang.
2.Peserta dapat mempedomani konstitusi dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam
kehidupan berorganisasi.
3.Peserta dapat memecahkan masalah-masalah organisasi dalam pendekatan konstitusi.
Metode:
Evaluasi:
Peserta dapat memahami missi SEMMI tidak terlepas dari misi SI sebagai organisasi induk
dan hubungannya dengan status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi SEMMI secara
intergral.
Metode:
Ceramah, diskusi, tanya jawab, permainan peran, FGD
Evaluasi:
Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan FT serta subtansi materi
secara garis besar dalam organisasi.
Metode :
Evaluasi :
Referensi :
Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi manajemen kepemimpinan
organisasi dan kewirausahaan.
1. Pengertian, dasar-dasar, fungsi dan tujuan kepemimpinan dalam islam dan kemodernan
2. Pengertian, dasar-dasar, fungsi, dan tujuan manajemen dan organisasi
3. Kharakteristik kepemimpinan
3.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan
3.2. Tipe-tipe kepeimimpinan
3.3. Syarat-syarat menjadi pemimpin
3.4. Kreteria-kreteria pemimipin ideal
4. Organisasi sebagi alat perjuangan
4.1. struktur organisasi dan model kepemimpinan
4.2. Manajemen kearsipan dalam organisasi
5. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen, dan organisasi
6. Pembentukan jiwa wirausaha muslim.
Metode:
Ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, simulasi, dan permainan peran
Evaluasi:
Referensi:
Metode Training
Dengan memahami tentang gambaran kurikulum dan aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan di atas, maka metode yang tepat yakni penggabungan antara :
a. Sistem diskusi, yakni suatu metode pernahaman materi training secara diskutif
(pertukaran pikiran yang bebas) dan kumunikatif.
b. Sistem ceramah (dialog), yakni suatu metode pemahaman materi melalui tanya jawab.
c. Sistem penugasan, yaitu metode pemahaman materi dengan mempergunakan
keterampilan peserta dengan sasaran:
Mempergunakan kemampuan-kemampuantertentu,
Penulisan-penulisan,
Kerja lapangan,
Bentuk-bentuk trial dan error (- Dinamika kelompok
Studikasus
Simulasi dan lain sebagainya.
Dalam setiap jenjang dan bentuk training, ketiga sistem itu tergabung menjadi satu.
Penggunaanya disesuaikan dengan tingkat kernatangan peserta, jenjang atau forum training
yang ada. Dalam penerapan metode training prosentasenya berbeda-berbeda
secarakuantitatif, untuk itu prosentase tiap-tiap training dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Semakin matang peserta training, jenjang dan bentuk training, maka sistem diskusi
lebih besar prosentasenya.
b. Makin kecil kernatangan peserta, jenjang dan bentuk training, maka diskusi memiliki
prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistim ceramah dan teknik diolog semakin lebih
besar prosentasenya.
c. Sistim penugasan dipergunakan pada setiap training hanya saja bentuk penugasan
tersebut harus diselaraskan dengan tingkat kernatangan pesertanya, jenjang dan
bentuk training, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut
Training yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif lebih
tinggi dan jenjang training yang lebih tinggi maka penugasan lebioh ditekankan
secara diskriftif (pembuatan paper ilmiah, paper-paper laporan dsb.)
Trainging yang diikuti peserta yang tingkat kernatangan berpokirnya relatif lebih
rendah maka ketermpilan fisik (gerak, mimik, aktifitas praktis), sistim ini
merupakan pendekatan metode "trial and error".
1. Pendahuluan
UG dan
AKT
Kiteria Rekruitmen
UG UG UG
SK II SK III Pengabdian
Pendekatan SK I
Rekruitmen
Rekruitmen
Pra PT PT
UG
dan AKT
A. Pendahuluan
Sekolah sebagai model pendidikan kader SEMMI meruakan jantung organisasi, karena
itu maka upaya untuk memajukan, mempertahankan keberlangsungan dan
mengembangkannya merupakan kewajiban segenap pengurus SEMMI. Sekolah tidak akan
berjalan mencapai target dan tujuan secara baik tanpa dukunagn oleh usahausaha
pengorganisasian yang baik pula. Pengoragnisasian berbagai unsur yang terlibat dalam
penyelenggaraan sekolah tercermin dalam organisasi sekolah. Organisasi sekolah yang jela
akan memperlancar dan menertibkan proses penyelenggaraan latihan. Hal ini pada gilirannya
akan membuka jalan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi lahirnya kader-kader yang
memiliki insan mulia.
Guna mencapai mekanisme penyelenggaraan sekolah yang tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan, tidak cukup hanya dengan menyusun organisasi sekolah saja. Karena
itu diperlukan adanya aturan tentang prosedur dan administrasi latihan, termasuk didalamnya
tentang administrasi laporan penyelenggaraan latihan. Administrasi sekolah merupakan suatu
rangkaian kegiatan dari berbagai unsur dalam penyelenggaraan sekolah yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan berasma. Dengan terumuskannya organisasi dan mekanisme kerja
tersebut maka akan memperkokoh kehadiran SEMMI sebagai organisasi kader.
1. Unsur-unsur yang terlibat dalam latihan organisai SEMMI adalah sebagai berikut:
- PB SEMMI
- PW SEMMI
- PC SEMMI
Bentuk-bentuk sekolah yang di atas dalam organisasi ini adalah seluruh bentuk sekolah
yang ada dalam pola perkaderan SEMMI yaitu:
1. Pelatihan pengembangan profesi
2. Up grading
3. Sekolah kader
4. Pusdiklat
5. Pelatihan Kewirausahaan
BAB IV
SISTEM EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN PERKADERAN
I. PENDAHULUAN
Sebagai organisasi maahsiswa islam yang memfungsikan diri sebagai organisasi kader,
maka SEMMI senantiasa berusaha untuk memelihara motivasi, dedikasi dan konsistensi dalam
menjalankan sistem perkaderan yang ada. Dalam usahanya untuk menjaga konsistensi
perkaderan maka perlu ada suatu mekanisme evaluasi penerapan pedoman perkaderan yang
telahdisepakati bersama.
Selama ini penerapan pedoman perkaderan belum emngalami persamaan secara mendasar
etrutama kurikulum latihannya, oleh karena itu penentuan kurikulum yang dipakai seluruh
cabang dan sekalgus pengelola sekolah yang telah ada dituntut menerapkan secara
komprejensif. Hal ini menjadi kebutuhan ang sangat mendesak mengingat kualitas output
kader ditentukan oleh pedoman perkaderan yang diterpkan pada masing masinbg cabang.
II. INSTITUSI
Untuk menerapkan mekanisme evaluasi perlu ada institusi yang jelas, sehingga
mekanisme evaluasi ini menjadi efektif. Dalam struktur SEMMI penaggungjawab dan
pelaksana evaluasi penerapan pedoman perkaderan adlah bidang OKK.
III. FORMAT
Format evaluasi pedoman perkaderan:
- kurikulum
- panduan pengelola sekolah.
- Pola rekruitmen.
IV. AKREDITASI
Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi maerpakan upaya
yang didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap pengelola
perkaderan. Akreditasi ini peruntukkan kepada cabang sebagai institusi yang secara langsung
melaksanakan proses perkaderan. Disamping itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan
penerapan pedoman perkaderan yang dilaksanakan seluruh cabang. Dalam hal ini akreditasi
yang dilakukan adalah bentuk laporn periodik cabang pada badko SEMMI diwilayahnya dan PB
SEMMI.
Adapun akreditasi meliputi:
- Laporan triwulan pelaksanaan training.
- Frekwensi sekolah
a. SK I minimal 2 kali dalam satu semester
b. SK II minimal satu kali dalam satu periode
c. Up grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.
- Aktifitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan
- Laporan aktifitas pembinaan:
a. bentuk kegiatan
b. tingkat partisipasi.
V. SANGSI
Apabila tidak memnuhi persyaratan administrasi cabang tidak dibenarkan mengikuti
dan mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan nasional.
MANAJEMEN TRAINING
Dalam upaya menciptakan pelaksanaan training yang baik dan berkualitas
diperlukan manajemen yang baik, yang dimaksud dengan manejemen training adalah seni
untuk mengatur agar tercapainya tujuan training. Berdasarkan hal tersebut, maka SK I
merupakan training penanaman nilai/ideologisasi organisasi, sehingga dalam manajemen
trainingnya harus mendukung pada aspek kesadaran dalam berpola pikir, sikap, dan tindak,
pembobotan dalam SK I adalah afektif (50%), kognitif (30%), dan psikomotorik (20%). Hal-hal
yang dimaksud dalam manajemen training ini adalah :
1) Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode
dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat kaitannya dengan
masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam training. Dalam
penerapan kurikulum ini agar diperhatikan aspek-aspek :
a) Penyusunan jadwal materi training
Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-
bentuk training. Oleh karena itu penyusunan jadwal harus memperhatikan urutan-
urutan materi pokok sebagai korelasi yang tidak berdiri sendiri (asas integratif).
Berdasarkan hal tersebut maka urutan materi pokok dalam SK I SEMMI adalah
sebagai berikut :
1. Sejarah Perjuangan SI Dan SEMMI
2. Konstitusi SEMMI
3. Mision SEMMI
4. Filsafat Tjokroaminoto
5. Manajemen Kepemimpinan Organisasi Dan Kewirausahaan
Dalam hal diperlukan adanya materi penunjang/tambahan, maka harus
diperhatikan korelasinya dengan materi pokok, jangan sampai memutus hubungan
antar materi pokok.
b) Metode Penyampaian
Cara penyampaian materi pada SK I pada dasarnya harus memenuhi prinsip
penyegaran dan pengembangan gagasan di tingkat pengelola, serta penyegaran
gagasan dan pemahaman di tingkat peserta, dengan demikian diharapkan akan
muncul gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif di dalam forum training. Selain itu
penyampaian materi harus mencapai target/sasaran dari tujuan materi khususnya
dan tujuan SK I umumnya, serta membangun suasana training/forum yang tidak
menjenuhkan.
2) Suasana Training
Suasana training merupakan komponen penting dalam kesuksesan pelaksanaan
training, karena suasana akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang
terlibat dalam pertrainingan. Suasana training harus dilihat secara komprehensif,
karena training bukan hanya sebatas forum penyampaian materi, tetapi lebih jauh
daripada itu, seluruh aktivitas sejak dibukanya training sampai dengan penutupan,
dalam arena atau lokasi tempat training diadakan.
Dengan demikian pemahaman tentang arena training tidak hanya terbatas pada forum
saja. Implikasi dari pemahaman tersebut adalah suasana training harus dibangun pada
keseluruhan arena training, sehingga segala aturan akan mengikat pada keseluruhan
kegiatan training, tidak hanya pada saat di forum. Suasana yang harus dibangun dalam
kegiatan pertrainingan secara umum adalah sebagai berikut :
a) Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam training
b) Tidak menimbulkan kejenuhan di antara unsur individu dalam training
c) Tercipta kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam training;
menciptakan kondisi equal antar segenap unsur training berarti mensejajarkan dan
menyetarakan semua unsur yang ada dalam training.
d) Terciptanya suasana Islami; untuk menciptakan suasana yang Islami sebagai upaya
awal pembentukan kader muslim, dapat dilakukan dengan jalan mengisi dengan
aktivitas ritual pada waktu-waktu tertentu, serta menonjolkan sikap-sikap dan
prilaku yang baik.
e) Terciptanya suasana intelektual; dapat dilakukan dengan cara penyediaan bahan
bacaan di arena training dan menyediakan media tempat mencurahkan buah
pemikiran.
Dengan pemahaman bahwa training adalah seluruh aktivitas yang dilakukan pada masa
training, maka pada waktu tersebut seluruh dinamika dan suasana training harus
dibentuk oleh seluruh komponen, khususnya senior harus mampu memberikan contoh
yang baik pada yuniornya. Dengan demikian suasana training yang mendidik dan
menyenangkan dapat terbangun, aktivitas yang tidak berkaitan dengan training,
“omongan bocor”, dan sikap lain yang kontraproduktif harus dieliminir.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan training menganut
asas minimalis, maksudnya dengan kesiapan logistik yang minimal, kegiatan training
dapat tetap berlangsung dengan kualitas yang baik. Keperluan forum yang mesti
tersedia adalah alat tulis, lebih baik jika terdapat perlengkapan pendukung lainnya.
Demikian pula dengan akomodasi dan perlengkapan lainnya, kondisi minimalis
diharapkan dapat meningkatkan militansi dan kreativitas kader.
4) Jumlah Peserta
Jumlah peserta akan mempengaruhi konsentrasi peserta dalam memahami materi yang
diberikan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dalam SK I jumlah peserta yang ideal
adalah minimal 15 (lima belas) orang dan maksimal 35 (tiga puluh lima) orang perkelas.
SELEKSI
Untuk mendapatkan output yang baik harus berangkat dari input dan process yang
baik pula. Sekolah Kader I yang merupakan proses pembentukan output agar sesuai dengan
tujuan dan targetnya, maka harus didukung oleh input yang baik. Calon kader sebagai bahan
baku yang akan diproses dalam SK I tentu harus memiliki kualifikasi tertentu agar dapat
menjadi kader sesuai dengan harapan dan tujuan perkaderan. Kualifikasi umum calon peserta
SK I adalah sebagai berikut :
a) Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani
skorsing akademik
b) Muslim/muslimah (bisa baca Al-Qur’an)
c) Memiliki integritas
d) Akademis (cerdas; intelektual)
e) Memiliki potensi kepemimpinan
f) Berprestasi
g) Mau aktif berorganisasi
h) Memiliki jiwa kewirausahaan
Seleksi dilakukan dengan cara : Wawancara, berfungsi untuk menguji konsistensi jawaban, dan
menggali lebih dalam pengetahuan calon peserta, serta menggali motivasi dan potensi calon
peserta. Apabilamotivasi ada “distorsi” maka pewawancara betugas untuk meluruskannya.
Screaning berisi pertanyaan-pertanyaan tentang selayang pandang SI dan SEMMI, Ke-
organisasian, dan ke-Islam-an.
MATERI TRAINING
Sekolah Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman dasar organisasi
SEMMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan pada SK I merupakan fondasi dalam
membentuk kader sesuai dengan kualitas manusia mulia. Adapun materi yang diberikan dalam
SK I ini harus seragam dan standar di seluruh komisariat dan rayon, karena jika fondasi ini
beragam akan mengakibatkan konstruksi yang lemah.
Materi-materi yang diberikan dalam SK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu materi pokok
dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah kelompok materi yang wajib ada
dan disampaikan dalam forum SK I, materi ini merupakan materi standar secara bagi
pelaksanaan SK SEMMI.
Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian
untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi sekolah, dan materi evaluasi
dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman
materi pokok atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki
keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
IKRAR PELANTIKAN
“BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”
الرحِ ي ِْم
َّ الرحْ مٰ ِنَّ ِاّٰلل
ِبس ِْم ه
س ْو ُل ه
اّٰلل َّ َ ْ َ
َّ َاّٰلل َواش َهدُ ان ُم َح َّمد
ُ الر ا َ ْش َهدُ ا َ ْن ََل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه
Sesungguhnya Saya Masuk Menjadi Anggota Syarikat Islam Dengan Ikhlas Dan Suci Hati.
Tidak Karena Sesuatu Keperluan Diri Saya Sendiri.
Atau Mengharapkan Pertolongan Dalam Suatu Perkara Dari Sebelum Saya Menjadi
Anggota.
Selama-Lamanya Saya Akan Meninggikan Agama Islam
Diatas Apa-Apa Yang Saya Fikirkan
Maka Saya Akan Tetap Menjalankan Perintah Allah Dan Rasul Allah
Dan Menjauhi Larangannya.
Saya Hendak Mengusahakan Diri
Dengan Sekuat-Kuatnya Ketakutan Saya Terhadap Allah Ta’ala
Dan Dengan Sekuat-Kuat Fikiran Dan Tenaga Saya
Hendak Menyampaikan Maksud Syarikat Islam
Dan Sekali-Kali Tidak Akan Membuat Bencana Atau Khianat Atas Syarikat Islam.
Saya Hendak Memperhatikan Dan Menurut Dengan Sungguh-Sungguh
Ketentuan-Ketentuan Anggaran Dasar
Dan Keputusan-Keputusan Majelis Tahkim Syarikat Islam
Dan Selalu Membela Syarikat Islam