Oleh
Kelas RB
Dosen Pengampu
2019
OUTLINE
1.Sejarah
Pada tahun 1980, Patrick McAuslan merumuskan garis besar ideologi
hukum perencanaan di dunia. Menurutnya, ideologi hukum di dunia dibagi
menjadi tiga, yaitu private interest ideology, public interest ideology, dan public
participation ideology. Ketiga paham ini muncul dan berevolusi sesuai dengan
kebutuhan zaman.Ideologi yang berkembang pertama kali adalah private interest
ideology (ideologi yang melindungi hak-hak individu dan kebebasan). Ideologi ini
muncul karena setiap orang masih berpikir untuk melindungi hak milik
pribadinya. Mereka merasa bahwa sebagai pemilik, mereka memiliki kekuasaan
penuh atas barang miliknya sehingga bebas menggunakannya sesuai dengan
kehendak masing-masing.
Seiring bertambahnya jumlah manusia, maka pemilik barangpun semakin
beragam. Dengan beragamnya kepentingan inilah maka dibutuhkan peraturan
yang tetap memberikan perlindungan hak pribadi dan juga memperhatikan
kepentingan bersama. Inilah yang menyebabkan munculnya ideologi kedua,
yaitu public interest ideology.Dengan berkembangnya zaman, public interest
ideology dirasa masih belum sempurna juga. Ideologi ini tidak memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan pendapatnya dalam perumusan
hukum. Oleh karena itu, muncullah public participation ideology yang sampai
saat ini dianggap ideologi hukum paling baik.
Indonesia sendiri, saat ini menggunakan public participation
ideology sebagai ideologi hukum perencanaan. Hal ini dijelaskan dalam UU
nomor 26 tahun 2007 pasal 65. Penggunaan ideologi ini juga tercermin dari
beberapa pasal yang digunakan Indonesia, seperti pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan
pasal 2 ayat 2 UUPA yang mengedapankan kesejahteraan rakyat. Kemudian UU
No. 25 tahun 2004 yang mengharuskan musyawarah dalam pembuatan program,
dan hukum-hukum lainnya.
2.Kepemilikan Barang
Perkembangan ideologi yang telah dijelaskan tidak terlepas dari adanya
kepemilikan barang. Sampai saat ini kita mengenal tiga kepemilikan barang, yaitu
barang milik pribadi (barang privat), barang publik, dan barang milik Negara.
Sejak abad 19, Proudhon telah memilah-milah jenis kepemilikan barang. Dia
membagi barang Negara menjadi dua, yaitu kepunyaan publik (domain public)
dan kepunyaan privat (domain privat).Barang milik Negara di Indonesia
didefinisikan dalam UU nomor 1 tahun 2004 sebagai semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lainnya yang sah antara lain berasal dari hibah dan rampasan/sitaan.
Turunan dari barang milik Negara adalah barang milik publik yang didefinisikan
dalam UU nomor 25 tahun 2009 sebagai benda-benda yang disediakan oleh
pemerintah untuk dipakai oleh masayarakat. Kemanfaatan benda-benda tersebut
dapat dinikmati secara langsung oleh masayarakat umum.
Barang milik publik memliki dua sifat, yaitu non-excludable dan non-rivalry.
Pengertian non-excludable adalah apabila tersedia, tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaatnya. Contoh dari sifat ini adalah
penyediaan TNI oleh Negara. Adanya TNI menyebabkan masyarakat merasa
aman dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegah warga didalamnya tidak
mendapatkan perlindungan.Sedangkan yang dimaksud non-rivalry adalah
penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi
kesempatan konsumen lain untuk ikut mengonsumsi.
Contoh sifat ini ada pada jalan raya. Penggunaan jalan raya oleh satu
pengendara, tidak akan mempengaruhi pengguna jalan lain untuk
menggunakannya. Walaupun pada akhirnya untuk jalan raya ada sedikit
pengecualian dalam kasus kemacetan.Jenis kepemilikan barang yang terakhir
dijelaskan adalah barang milk privat (domain privat). Berbanding terbalik dengan
barang publik, barang privat memliki sifat rivalrous consumption, excludable
consumption, dan scarcity.