Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERENCANAAN - PL2203

IDIOLOGI HUKUM PERENCANAAN

Oleh

Ezha Alvionita 118220125

Sofyan Rahman Saleh 118220141

I Gede Semaranata 118220131

Chelyn Yessi Sarah Boru Siahaan 118220164

Kelas RB

Kamis, 13 Februari 2020 ; 10.00-11.40 WIB

Dosen Pengampu

Ir. Andi Oetomo, M.PI

Helmia Adita Fitra, S.T., M.T.

Adinda Sekar Tanjung, S.T., M.T.

Zenia F. Saraswati, S.T., M.PWK.

PROGRAM STRUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019
OUTLINE

IDEOLOGI HUKUM PERENCANAAN


▸ private interest ideology
▸ public interest ideology, dan
▸ participation ideology. 
KEPEMILIKAN BARANG
▸ Barang kepunyaan negara (state domain)
▸ Barang kepunyaan public (public domain)
▸ Barang kepunyaan privat (privat domain)
KERANGKA HUKUM DAN KELEMBAGAAN
Dalam segi pengeloaan dan pengaturannya
▸ Barang kepunyaan negara
▸ Barang kepunyaan public
▸ Barang kepunyaan privat

IDIOLOGI HUKUM PERENCANAAN


Ideologi dalam perencanaan sangat menentukan arah pembangunan suatu
wilayah yang disusun melalui dokumen perencanaan wilayah tersebut. Perbedaan
ideologi yang dianut oleh penyusun rencana pasti mengimplikasikan perbedaan
dari arah pembangunan suatu wilayah.

1.Sejarah
Pada tahun 1980, Patrick McAuslan merumuskan garis besar ideologi
hukum perencanaan di dunia. Menurutnya, ideologi hukum di dunia dibagi
menjadi tiga, yaitu private interest ideology, public interest ideology, dan public
participation ideology.  Ketiga paham ini muncul dan berevolusi sesuai dengan
kebutuhan zaman.Ideologi yang berkembang pertama kali adalah private interest
ideology (ideologi yang melindungi hak-hak individu dan kebebasan). Ideologi ini
muncul karena setiap orang masih berpikir untuk melindungi hak milik
pribadinya. Mereka merasa bahwa sebagai pemilik, mereka memiliki kekuasaan
penuh atas barang miliknya sehingga bebas menggunakannya sesuai dengan
kehendak masing-masing.
Seiring bertambahnya jumlah manusia, maka pemilik barangpun semakin
beragam. Dengan beragamnya kepentingan inilah maka dibutuhkan peraturan
yang tetap memberikan perlindungan hak pribadi dan juga memperhatikan
kepentingan bersama. Inilah yang menyebabkan munculnya ideologi kedua,
yaitu public interest ideology.Dengan berkembangnya zaman, public interest
ideology dirasa masih belum sempurna juga. Ideologi ini tidak memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan pendapatnya dalam perumusan
hukum. Oleh karena itu, muncullah public participation ideology yang sampai
saat ini dianggap ideologi hukum paling baik.
Indonesia sendiri, saat ini menggunakan public participation
ideology sebagai ideologi hukum perencanaan. Hal ini dijelaskan dalam UU
nomor 26 tahun 2007 pasal 65. Penggunaan ideologi ini juga tercermin dari
beberapa pasal yang digunakan Indonesia, seperti pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan
pasal 2 ayat 2 UUPA yang mengedapankan kesejahteraan rakyat. Kemudian UU
No. 25 tahun 2004 yang mengharuskan musyawarah dalam pembuatan program,
dan hukum-hukum lainnya.

2.Kepemilikan Barang
Perkembangan ideologi yang telah dijelaskan tidak terlepas dari adanya
kepemilikan barang. Sampai saat ini kita mengenal tiga kepemilikan barang, yaitu
barang milik pribadi (barang privat), barang publik, dan barang milik Negara.
Sejak abad 19, Proudhon telah memilah-milah jenis kepemilikan barang. Dia
membagi barang Negara menjadi dua, yaitu kepunyaan publik (domain public)
dan kepunyaan privat (domain privat).Barang milik Negara di Indonesia
didefinisikan dalam UU nomor 1 tahun 2004 sebagai semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lainnya yang sah antara lain berasal dari hibah dan rampasan/sitaan.
Turunan dari barang milik Negara adalah barang milik publik yang didefinisikan
dalam UU nomor 25 tahun 2009 sebagai benda-benda yang disediakan oleh
pemerintah untuk dipakai oleh masayarakat. Kemanfaatan benda-benda tersebut
dapat dinikmati secara langsung oleh masayarakat umum.
Barang milik publik memliki dua sifat, yaitu non-excludable dan non-rivalry.
Pengertian non-excludable adalah apabila tersedia, tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaatnya. Contoh dari sifat ini adalah
penyediaan TNI oleh Negara. Adanya TNI menyebabkan masyarakat merasa
aman dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegah warga didalamnya tidak
mendapatkan perlindungan.Sedangkan yang dimaksud non-rivalry adalah
penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi
kesempatan konsumen lain untuk ikut mengonsumsi.
Contoh sifat ini ada pada jalan raya. Penggunaan jalan raya oleh satu
pengendara, tidak akan mempengaruhi pengguna jalan lain untuk
menggunakannya. Walaupun pada akhirnya untuk jalan raya ada sedikit
pengecualian dalam kasus kemacetan.Jenis kepemilikan barang yang terakhir
dijelaskan adalah barang milk privat (domain privat). Berbanding terbalik dengan
barang publik, barang privat memliki sifat rivalrous consumption, excludable
consumption, dan scarcity.

3.Kerangka Hukum dan Kelembagaan Untuk Pengaturan dan Pengelolaan


Barang
Ketiga jenis kepemilikan barang memiliki pengelolaan yang berbeda-beda.
Hal ini diatur dalam undang-undang serta peraturan yang berlaku di Indonesia
lainnya. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa sumber hukum yang mendukung
penjelasan mengenai kerangka hukum dan kelembagaan.
Pengelolaan barang milik negara diatur dalam UU Nomor 1 tahun 2004 Bab VII
dan Bab VIII dan pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) PP No.6/2006. Berdasarkan kedua
sumber ini, pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi: perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, pengahapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Seluruh unsur pengelolaan ini
disusun dan dibuat beralur.
Kemudian berkenaan dengan pejabat pengelolanya, barang milik negara bisa
dibagi menjadi dua, yaitu barang milik negara (BMN) dan barang milik daerah
(BMD). Untuk pejabat dan pengelola BMN adalah menteri keuangan. Sedangkan
pemegang kekuasaan pengelola barang milik daerah adalah
gubernur/bupati/walikota. Kemudian mengenai pengelola barang milik daerah,
diserahkan kepada sekretaris daerah.
Barang milik publik secara implisit telah dijelaskan dalam pasal 33 ayat 3 UUD
1945. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar bagi kemakmuran rakyat. Jika bersandar pada prinsip ini, maka barang
publik sepenuhnya diatur pengelolaannya oleh pemerintah.Untuk barang privat,
pengelolaannya diserahkan kepada tiap individu. Untuk perlindungan berkenaan
dengan barang ini tentunya pemerintah menyediakan aparat pemerintah sebagai
bentuk perlindungan terhadap barang pribadi. Hal ini sebagai perwujudan dan
konsep hukum yang paling mendasar, yaitu untuk melindungi hak-hak individu.

Secara garis besar, dewasa ini terdapat 3 jenis ideologi hukum


perencanaan yang telah dikembangkan. Ketiga ideologi tersebut adalah Private
Interest Idelogy,Public Interest Ideology, dan Public Paraticipation Ideology.
Ketiga jenis ideologi tersebut dikembangkan oleh Patrick McAuslan pada tahun
1980. Ideologi yang berkembang pertama kali adalah Private Interest Ideology.
Ideologi ini sangat menjunjung tinggi pengakuan atas hak milik pribadi. Di
negara–negara penganut dari konsep ideologi ini setiap warga negara memiliki
tingkatan kepastian hukum yang optimal karena dengan kemampuan mereka
secara personal mereka dapat memiliki ruang yang sesuai dengan kondisi finansial
ataupun kondisi artifisial lainnya dari warga tersebut. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan bertambahnya populasi serta kebutuhan manusia,
maka sangat dirasakan bahwa ideologi tersebut sudah tidak relevan lagi. Orang
menjadi terkekang dalam pemenuhan kebutuhannya karena berbenturan dengan
hak milik orang lain. Maka dari itu, berkembanglah Public Interest Ideologi.
Ideologi ini menekankan kepada pemenuhan kepentingan publik/bersama dengan
mengesampingkan hak dan kepentingan perseorangan. Dalam prakteknya,
ideologi ini justru dijadikan sarana kesewang-wenangan penguasa dalam
melakukan pembangunan dengan dalih pemenuhan kebutuhan public.
Di Indonesia sendiri terindikasi mencampurkan penerapan ideologi ini
dalam proses pembangunan dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Karena ketidaksempurnaan dua ideologi diatas, maka muncullah sebuah ideologi
baru yang merupakan jalan tengah terhadap masalah yang timbul dari dua ideologi
diatas. Ideologi ini bernama Public Participation Ideology. Dalam ideologi ini,
masyarakat berhak menentukan bersama pemerintah arah dari pembangunan suatu
wilayah. Bentuk implementasi ideologi ini di Indonesia antara lain adanya Izin
Mendirikan Bangunan yang membedakan antara hak milik dan hak bangun;
konsensus antara masyarakat (DPR/DPRD) dengan pemerintah (eksekutif) dalam
penyusunan RTRW dan peraturan perundang-undangan; dan pembedaan jenis
kepimilikan barang. Sebagai salah satu implementasi dan tindak lanjut dari
penerapan ideologi ketiga, maka dibuatlah aturan mengenai jenis kepemilikan
barang.
Kepemilikan barang sendiri terbagi menjadi tigas jenis, yaitu :
1. Barang publik,
2. Barang privat,
3. Barang negara.
Barang Publik adalah barang yang pemanfaatan dan penggunaannya dapat
dilakukan dan dinikmati oleh semua orang dengan cuma-cuma tanpa ada batasan
pemakaian. Pemanfaatan barang publik oleh suatu orang sebisa mungkin tidak
mengganggu pemanfaatan barang tersebut oleh orang lain. Selanjutnya dikenal
pula istilah barang public sempurna. Barang publik sempurna (pure public goods)
adalah barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama
terhadap seluruh anggota masyarakat. Barang public memiliki dua sifat, yaitu :
1. non-rivalry : artinya pemanfaatan barang publik tidak bersaing dan tidak
mengurangi jatah/kesempatan orang lain yang juga memanfaatkan barang
publik yang sama
2. Nonexcludable : artinya tidak ada seorang pun yang secara sah diatas hukum
berhak menguasai kepemilikan atas barang publik. Contoh dari barang publik
adalah cahaya matahari, air, dan pertahanan nasional.
Barang Privat adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana
titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Eksklusivitas
kepemilikan menjadi faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik.
Barang privat memiliki sifat antara lain :
1. rivalry, adalah artinya pemanfaatan suatu barang privat akan mengurangi atau
menghilangkan kesempatan orang lain untuk memanfaatkan barang yang sama
2. excludable, adalah artinya adanya suatu pengakuan atas kepemilikan seseorang
terhadap suatu barang
3. scarcity adalah kemungkinan adanya kelangkaan ketersediaan suatu barang
privat.
Akibat dari kelangkaan tersebut menciptakan suatu mekanisme harga
dalam pemanfaatan barang privat. Kelangkaan dan ketersediaan dalam jumlah
yang diskrit atau terbatas inilah yang menimbulkan kedua sifat sebelumnya.
Contoh dari barang privat antara lain perhiasan, kepemilikan tanah, dan barang
elektronik. Sedangkan definisi barang milik negara menurut UU no.1 tahun 2004
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal
dari perolehan yang sah. Barang milik daerah adalahsemua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan yang sah. Sumber
perolehan sah tersebut antara lain dana hibah, sumbangan, pelaksanaan kontrak,
barang akibat putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum yang sah, dan
barang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh dari
barang milik negara/ barang milik daerah antara lain kendaraan dinas dan rumah
dinas.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2014


tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Aulya, Mahendra, 2015, IDEOLOGI HUKUM PERENCANAAN DAN


JENIS KEPEMILIKAN BARANG, Bandung
Diskusi Kelas

1. Joshua Ade Oktobery Tambunan 118220060


Pertanyaan : Siapa yang memiliki pulau pulau kecil di indonesia ? Dan
apakah Pulau tersebut bisa diperjual belikan ?
Jawaban tim : disuatu pulau boleh lahan tersebut dimiliki oleh perorangan
dengan surat tahan yang asli, tetapi harus sesuai dengan
ketetapan dimana pulau tersebut tidak boleh ada bangunan
tetapi khusus untuk pertanian misalnya.

2. Henia Amalia 118220053


Pertanyaan : Bagaimana proses penyelesaian sengketa lahan ? Apa
tanggapan kalian sebagai seorang perencana ?
Jawaban tim : Pada suatu keadaan dimana sebidang lahan diklaim oleh dua
pidahak yang berbeda maka akan ada proses penyelidikan
sejarah mengenai sebidang lahan tersebut agar dapat
ditemukan titik kejelasan garis waktu mengenai kepemilikan
sebidang lahan tersbut. Jika hal tersbut belum cukup untuk
memecahkan masalah, maka aka nada proses hukum yang
diambil melalui pengadilan untuk menentukan keputusan.

3. Mila Amalia 118220023


Pertanyaan : Hukuman apa yang akan diberikan jika barang publik dijadikan
barang milik pribadi ?
Jawaban tim : Bentuk pelanggaran yang terjadi kemungkinan adalah dua
hal, yang pertama adalah penggelapan barang milik
publik/negara, sehingga mendapat sangsi tertentu dari
pengadilan pada bentuk pelanggaran yang terkena. Bentuk
yang kedua adalah pencurian, dan akan mendapatkan beban
hukum yang lebih berat sesuai dengan keputusan pengadilan.

4. Riki Saputra 118220075


Pertanyaan :Dalam konteks Public Participation mengapa publik tidak ikut
serta dalam pembuatan RUU ?
Jawaban tim : sebenarnya public ikut andil dalam partisipasi baik dalam
pembuatan RUU, tetapi tidak secara langsung dalam
pasrtisipasinya melainkan lewat badan yang dibentuk
contohnya DPR, dimana badan ini sebagai wakil rakyat
untung menyalurkan partisipasinya atau pendapatannya
dalam membuat RUU.

5. Ryan Putra Pratama 118220101


Pertanyaan : Ada atau tidak batasan luas kepemilikan tanah ?
Jawaban tim : Ada menurut uu pokok agrarian berbunyi kepemilikan dan
pengasaan tanah melampaui batas tidak diperkenankan.,
pasal 17 memerintahkan agar pembatasan tersebut. Maka
lahirlah perpu no. 56 tahaun 1960 yang disahkan oleh
undang undang. Seseorang atau sekeluarga hanya boleh
memiliki tanah pertanian maksimum 20 hektar.

6. Ragil Arswindo 118220128


Pertanyaan : Dalam konteks public participation masyarakat tidak terlihat
partisipasinya. Aapakah dalam hal ini di indonesia lebih cenderung ke top
down atau bottom up ?
Jawaban tim : Pada penerapan system hukum di Indonesia diberlakukan dua
system. Pada proses penyusunan struktur hukum dan
peraturan diberlakukan proses bottom up, sehingga seluruh
rakyat dapat berpartisipasi. Hal teesbut dilakukan dengan
melalui DPR atau DPRD. Kemudian proses penentuan
kebijakan diputuskan dan diberlakukan menggunakan system
top down.

Anda mungkin juga menyukai