Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS HUKUM INTERNASIONAL

TENTANG HAK ASASI MANUSIA TERHADAP


PERLAKUAN TAHANAN DI PENJARA
GUANTANAMO KUBA

Di Susun oleh :
Istijabatul Aulya Rio Tobing
NIM. B10020426

Dosen pengampu :
Dr.Arfa I,SH.,MH.

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
ABSTRAK

Dikeluarkannya Putusan Pengadilan Negeri


Nomor 250.Pid.B.2013/PN.PLG dan Putusan
Pengadilan Tinggi Nomor 76/PID/2013/PT.PLG yang
menghukum dua pegiat hak asasi manusia merupakan
indikasi terjadinya kriminalisasi terhadap aktivitas
pihak-pihak yang memperjuangkan keadilan di sektor
agraria. Tulisan ini ingin menjawab pertanyaan
tentang optik kajian sociolegal dalam menelaah
Putusan Nomor 250.Pid.B.2013/PN.PLG dan Putusan
Nomor 76/PID/2013/PT.PLG terhadap upaya
perlindungan hukum dalam kerangka kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum guna
mencegah praktik kriminalisasi terhadap aktivis
pembela hak asasi manusia. Putusan tersebut dinilai
merupakan preseden buruk mengingat tindakan
kriminalisasi memiliki akibat terhentinya aktivitas
pembelaan hak asasi manusia, sedangkan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia tersebut justru berakhir
pada praktik impunitas. Kata kunci: hak asasi manusia,
sengketa agraria, kriminalisasi.

Latar Belakang

Kebijakan di bidang pertanahan adalah suatu


kebijakan publik yang dibuat oleh Pemerintah RI dalam
mewujudkan kesejahteraan rakyat berlandaskan
konstitusi UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: “Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.” Pasal tersebut dipakai sebagai
asas kerohanian negara dan cita-cita bangsa, khususnya
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat,
diletakkan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang
menyatakan bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dalam wilayah Indonesia sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang
angkasa Bangsa Indonesia merupakan kekayaan
nasional” (Suhariningsih, 2010: 1). Keberadaan tanah
bagi pembangunan merupakan komponen penting
dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Eksistensi tanah, sampai kapanpun akan
menjadi sumber daya paling penting yang pernah ada.
Jumlahnya tidak akan pernah bertambah, berlawanan
dengan jumlah manusia yang terus bertambah, seiring
dengan kebutuhan, keinginan, dan hasrat akan tanah
yang semakin kompleks. Tesis tersebut merupakan
logika dasar dari terjadinya konflik atau sengketa atas
tanah. Di sisi lain, persoalan tanah sampai kapanpun
akan menjadi kompleksitas permasalahan di
ruangruang publik. Oleh karenanya pengakuan dan
perlindungan dari pemegang kekuasaan atas tanah yang
dimiliki rakyat merupakan suatu hal yang mutlak
(Zuhro, 2011: 1). Terlebih lagi bagi kelompok petani
penggunaan tanah merupakan modal utama sebagai
sumber penghidupan yang layak untuk melakukan
berbagai aktivitas yang produktif di sektor pertanian
maupun perkebunan. Namun demikian di tengah
perkembangan teknologi, informasi dan modernisasi di
era otonomi daerah dalam bingkai pembangunan telah
menempatkan posisi yang tidak konsisten terhadap
upaya-upaya dalam mendukung terwujudnya
pembangunan perekonomian yang pro terhadap
peningkatan kesejahteraan bagi kelompok petani. Alih-
alih terjadinya program investasi dengan dalih
peningkatan kesejahteraan rakyat, justru yang terjadi
adalah praktik-praktik monopoli terhadap pemanfaatan
tanah yang menempatkan petani sebagai kelompok
yang kian termarginalkan. Peningkatan kesejahteraan
ekonomi yang sedang berjalan justru tidak diimbangi
dengan terpeliharanya sumber daya alam (tanah) yang
merupakan aset nasional untuk menyejahterakan dan
memberi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Indonesia. Banyak diketemukan lahan perkebunan yang
tidak diusahakan dengan baik hingga produktivitasnya
menurun. Dari sisi ekonomi pemberian HGU
(perkebunan) merupakan harapan terjadinya
kemakmuran dan peningkatan terhadap perekonomian
masyarakat sekitar perkebunan maupun masyarakat luar
perkebunan. Demikian juga terhadap hak-hak atas tanah
lainnya yang sengaja dibiarkan tidak dipergunakan
karena tanah sudah menjadi objek spekulasi bagi orang-
orang tertentu (tuan tanah) sehingga tanah menjadi
mahal harganya, akibatnya rakyat petani tidak punya
akses lagi terhadap tanah yang menjadi sumber
kehidupannya (Supriadi, 2010: 31). Fenomena tersebut
merupakan indikasi adanya penyimpangan terhadap
norma-norma yang telah digariskan oleh ketentuan
UUPA

Rumusan Masalah
Kasus pelanggaran keterbatasan nya warga negara di dalam mengemukakan
pendapat dalam kehidupan berpolitik yang bersangkut pautkan dengan UU No 32 tahun
1999 tentang HAM.
Kewajiban pemerintah dan aparatur dalam penyampaian pendapat di muka umum.

Tinjauan Pustaka

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat masih tingginya


pelanggaran kebebasan hak sipil di Indonesia pada 2019. Hal itu dilihat dari 5 indikator
kebebasan sippil yang digunakan YLBHI. Salah satu pelanggaran kebebasan sipil ialah
pelanggaran terhadap kemerdekaan hak menyatakan pendapat. Ketua YLBHI
mengungkapkan , lembaganya mencatat ada 6.128 orang yang jadi korban pelanggaran
hak menyampaikan pendapat di muka umum. Dari data korban tersebut, 51 orang tercatat
meninggal dunia dan 324 orang masih berada di bawah umur. Modus pelanggaran hak
menyampaikan pendapat itu, seperti kriminalisasi, penolakan atau pembatalan izin
kegiatan, pelarangan kegiatan, intimidasi, penghalangan kegiatan, razia, dan pembubaran
paksa kegiatan. Sebanyak 51% dari seluruh data pelanggaran dilakukan dengan modus
kriminalisasi, mulai dari penangkapan sewenang-wenang, pemeriksaan, sampai dengan
menjadikan tersangka atau terdakwa. dalam diskusi publik Kebebasan Sipil di Era
Infrastruktur dan Investasi .Indikator lainnya soal kebebasan sipil yang masih dilanggar
ialah hak kebebasan beragama.

Selama 2019, tercatat ada 15 kasus terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Rinciannya, 3 kasus atas hak menganut agama, 3 kasus atas hak kegiatan keagamaan, 1
kasus hak beribadat, 2 kasus hak pemakaman, 4 kasus hak tempat beribadat, dan 2 kasus
hak merayakan hari besar. Sementara itu, pelanggaran terhadap proses peradilan yang
adil (fair trial) juga masih terjadi pada 2019. YLBHI mencatat ada 169 kasus terkait fair
trial yang sebagian besar melibatkan aparat penegak hukum. Sedangkan sisanya
melibatkan ormas dan pemerintah. Terkait peran pemerintah dalam pelanggaran hak
kebebasan berpendapat . Yang dilakukan harusnya mengedepankan hak asasi manusia
dalam artian kritik itu seharusnya ditanggapi dengan biasa saja.

Dan berilah ruang untuk orang-orang yang mengkeritik, karena memang konstitusi
kita menjamin untuk menjamin. Pembatasan kebebasan berekspresi atas nama ketertiban
umum dan keamanan nasional harusnya diberlakukan hanya di mana ada risiko nyata
kerusakan pada kepentingan yang sah. Ada risiko signifikan kerusakan yang akan terjadi,
risikonya adalah bahaya serius, yaitu kekerasan atau tindakan melanggar hukum lainnya,
ada hubungan sebab akibat yang erat antara risiko bahaya dan ekspresi, ekspresi dibuat
dengan maksud menyebabkan kerusakan. Kita berharap pemerintah dapat membuka
ruang baru untuk berekspresi dalam menjunjung hak kebebasan sipil dan
mempertimbangkan sumbatan yang ada. Membuka ruang baru sebagai medium
berekspresi dengan mempertimbangkan sumbatan yang ada seperti UU ITE, Pelemahan
KPK, “black list”, dan lainnya itu penting.

Pembahasan

Yang menjadi korban dalam kebebasan berpendapat tersebut ialah para


mahasiswa,buruh dan pendemo lain nya dalam menyatakan pendapat di muka umum
seperti hal nya meminta keadilan dalam berpolitik. Tetapi dengan hasil analisis dalam
Mengungkapkan buah pikiran dan pandangan baik secara lisan maupun tulisan
merupakan bentuk pelaksanaan kebebasan mengeluarkan pendapat. Dalam Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia di pasal 25 yang berbunyi “
setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum termasuk hak untuk
mogok sesuai dengan ketentuan peratutan perundang-undangan”.
Tujuan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di muka umum
yaitu ;  Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan
HAM sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945,Mewujudkan perlindungan hukum yang
konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan
pendapat, Mewujudkan iklim yang kondusif , bagi berkembangnya partisipasi dan
kreatifitas setiap warga Negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam
kehidupan berdemokrasi.  Menempatkan tanggung jawab social dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perseorangan
atau kelompok. pada saat itu kepemimpinan yang otoriter membuat semua kegiatan
menyalurkan pendapatmenjadi serba terbatas. Tapi keterbatasan itu sekarang sudah tidak
diberlakukan,
masyarakatkembali bebas berpendapat sesuai apa yang mereka ingin suarakan.
Dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Kewarganegaraan (DHAMK)
Perancis 1789 Pasal 10, dinyatakan bahwa tidak boleh ada yang ditakutkan (oleh
seseorang) karena pendapatnya, bahkan karena selagi pendapatnya itu tidak mengganggu
ketertiban umum yang ditetapkan oleh undang- undang. Kemudian dalam Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB 1948 Pasal 19 dinyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kebebasan memiliki dan mengeluarkan pendapat: dalam hal ini
termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima
dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak
memandang batas-batas (wilayah). Selanjutnya dalam Deklarasi Kairo (DK) Pasal 22a
dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengungkapkan pendapatnya secara bebas
dengan cara yang tidak bertentangan dengan syari’ah.Sedangkan Pasal 22b menyatakan
bahwa setiap orang berhak mempertahanan haknya, menyebarkan apa yang baik,
memberi peringatan
Dalam DHAMK Pasal 4 dinyatakan bahwa kebebasan terdiri atas kekuasaan
untuk melakukan apa saja yang tidak mengganggu (kebebasan) orang lain. Pelaksanaan
hak-hak kodrati setiap orang tidak mempunyai batas-batas selain dari pada batas-batas
yang perlu untuk menjamin agar setiap orang lain dapat melaksanakan secara bebas hak-
hak yang sama dan batas-batas hanya dapat ditentukan oleh undang-undang. Kemudian
DUHAM Pasal 1 menyatakan bahwa setiap orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sedangkan Pasal 29 ayat
menyatakan bahwa dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap
orang harus tunduk hanya pada pembatasan pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi syarat-syarat
yang adil dalam hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Terdapat Sanksi Terhadap Pelanggaran Kewajiban dan Tanggung Jawab Aparatur
Pemerintah dalam Penyampaian Pendapat di Muka Umum Tidak hanya peserta
penyampaian pendapat di muka umum yang dapat dikenakan sanksi, aparatur pemerintah
pun dapat dikenakan kenakan sanksi apabila tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, yaitu
dalam hal sebagai berikut:
Menghalang-halangi hak warga negara Indonesia untuk menyampaikan pendapat
di muka umum dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, dan ini termasuk kejahatan.
Tentunya sanksi yang dijatuhkan kepada aparatur pemerintah sebagaimana
tersebut di atas, setelah pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum memenuhi
syarat dan tata cara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

Tanggung Jawab Aparatur Pemerintah Terhadap Peyampaian Pendapat di Muka


Umum . Aparatur pemerintah juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan oleh warga negara Indonesia
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, yaitu:

 Melindungi hak asasi manusia.


 Menghargai asas legalitas.
 Menghargai prinsip praduga tidak bersalah.
 Menyelenggarakan pengamanan.
Kebebasan berpolitik adalah sebagai perwujudan hak-hak asasi politik sebagai
manusia. Hal ini bertujuan mengembalikan perannya sebagai aspirasi untuk membentuk
policy framework bagi suatu negara. Dalam kebebasan berpolitik ini, setiap orang harus
memiliki kesempatan yang sama dan adil untuk memegang jabatan politik dan
mempengaruhi keputusan politik. Setiap warga tidak boleh diperlakukan secara berbeda
saat mengajukan diri dalam pemilihan legislatif atau eksekutif. Mereka harus
mendapatkan kesempatan yang sama dan layak.

Kesimpulan

Setiap manusia mempunyai kebebasan yang harus dijaga dan dipertahankan,


termasuk kebebasan megeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan. Sudah tentu setiap
manusia ingin menjalankan kebebasannya, yang bisa jadi yang dikehendakinya
berlawanan dengan kehendak orang lain. Oleh karena itu, dalam menjalankan
kebebasannya manusia harus bijak agar tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Sedangkan untuk menjamin kebebasan setiap orang, diperlukan peraturan perundang-
undangan sebab kalau tidak maka yang kuat saja yang bisa menjalankan kebebasannya,
sedangkan yang lemah akan menjadi korban kebebasan yang kuat. Dalam dokumen-
dokumen tentang hak asasi manusia, seperti UUD 1945, UU No 39 Tahun 1999,
DUHAM merupakan norma norma moral yang hendaknya jadi pegangan setiap orang
untuk menjalankan kebebasannya. Oleh karena itu, penegakkan hukum agar dilakukan
sungguh-sungguh, sehingga kerukunan dan kedamaian serta kenyamanan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terpelihara.
Saran
Sebaiknya dalam kegiatan menyalurkan aspirasi dilakukan dengan penuh
tanggung jawab
danrasa penuh kesadaran agar yang menyampaikan pendapat dan yang mendengarkan pe
ndapat dapa bekerjasama dengan baik, tidak ada yang dirugikan pada kedua pihak
sebagai masyarakat terdidik, kita harus membiasakan diri untuk menyampaikan opini
dengan memperhatikan etika dalam berbicara atau mengemukakan pendapat. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, wawasan, maupun kemampuan berpikir kita, maka sudah
selayaknya kita,dapat menggunakan kata kata cerdas memiliki makna serta terarah pada
masalah dan
jugasantun, untuk mengekspresikan apa yang ada didalam benak pikiran kita.

Daftar pustaka
Undang-Undang R.I Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
Undang- Undang Dasar 1945
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/289118/ribuan-orang-jadi-korban-
pelanggaran-hak-menyatakan-pendapat
https://rendratopan.com/2020/10/09/hak-dan-kewajiban-warga-negara-
indonesia-dalam-penyampaian-pendapat-di-muka-umum-demonstrasi/
https://www.academia.edu/9261270/jurnal_politik

Anda mungkin juga menyukai