Anda di halaman 1dari 23

Makalah Kapita Selekta Hukum Agraria

“Pendaftaran Tanah Secara Nasional Guna Menurunkan Mafia Tanah”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul “Pendaftaran Tanah Secara
Nasional Guna Menurunkan Mafia Tanah” dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Hukum Agraria.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Kapita Selekta Hukum
Agraria yakni Bapak ….. yang telah membimbing kami dan memberikan banyak ilmu.
Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa maklah ini masih memiliki kekurangan baik
dalam penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Kami menerima dengan sepenuh hati apabila
ada kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini. Besar harapan kami agar
makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Bandung, 5 Juni 2023

Kelompok
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................5
LANDASAN TEORI...........................................................................................5
A. Pendaftaran Tanah.........................................................................................5
B. Mafia Tanah..................................................................................................7
C. Peranan Pendaftaran Tanah Dalam Menurunkan Mafia Tanah....................8
BAB III..................................................................................................................11
PEMBAHASAN....................................................................................................11
A. Proses Pendaftaran Tanah Secara Nasional dapat Membantu dalam
Penanggulangan Praktik Mafia Tanah Di Indonesia..........................................11
B. Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendaftaran
tanah secara nasional untuk menurunkan mafia tanah dan cara mengatasinya..12
C. Solusi Menurunkan Mafia Tanah Dilakukan dengan Pendaftaran Tanah. .14
BAB IV..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
menyatakan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Sumber daya alam lainnya bukan milik satu kelompok tertentu,
tetapi milik kita semua sebagai bangsa. Negara, sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi atas seluruh bangsa, bertanggung jawab untuk
mengatur penggunaan tanah untuk memajukan kemakmuran semua bagian
negara, bukan kelompok tertentu1. Selain itu, tanah atau hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial. Fungsi tersebut dapat berupa fungsi fasilitasi
atau fungsi kontrol. 2
Ketimpangan antara jumlah dan luas tanah yang tersedia tidak
bertambah dengan kebutuhan pemanfaatannya oleh masyarakat. Hal ini
menjadikan tanah tersebut rawan terhadap permasalahan, sehingga mutlak
diperlukan oleh negara melalui instansi-instansinya untuk mengintervensi
ketertiban hukum pertanahan. Ketidakseimbangan antara jumlah dan luas
tanah dengan kebutuhan masyarakat menimbulkan perampasan tanah atau
kompetisi antarsesama manusia, sehingga menimbulkan banyak
permasalahan tanah.3
Hal demikian sebanding dengan banyaknya fungsi, manfaat, dan
terbatasnya ketersediaan tanah dalam menunjang kehidupan manusia,
sehingga menyebabkan munculnya kasus pertanahan. Kasus pertanahan
terdiri dari sengketa tanah, konflik tanah, dan perkara tanah. Sengketa
tanah yang selanjutnya disebut sengketa adalah perselisihan pertanahan

1
Nurhasan Ismail, “Arah Politik Hukum Pertanahan dan Perlindungan Kepemilikan Tanah
Masyarakat,” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional Volume 1, no. 1 (2012):
hlm, 33-52
2
Yusriyadi, Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik atas Tanah (Yogyakarta:
Genta Publishing, 2010), hlm 23
3
Denico Doly, “Kewenangan Negara dalam Penguasaan Tanah: Redistribusi Tanah untuk
Rakyat,” Jurnal Negara Hukum Volume 8, no. 2 (2017): hlm 195-214

1
2

antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak


berdampak luas. Konflik tanah yang selanjutnya disebut konflik adalah
perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan,
organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan
atau sudah berdampak luas. Perkara tanah yang selanjutnya disebut
perkara adalah perselisihan pertanahan yang penanganan dan
penyelesaiannya melalui lembaga peradilan.
Beberapa kasus pertanahan yang paling popular akhir-akhir ini
terlihat, baik di media cetak maupun di media online salah satunya yakni
tentang mafia tanah.5 Mafia tanah dalam dimensi kasus pertanahan
termasuk dalam kategori sengketa tanah dan konflik tanah6 yang berujung
pada perkara tanah dan ruang. Menurut petunjuk teknis pencegahan dan
pemberantasan mafia tanah, disebutkan bahwa mafia tanah adalah
individu, kelompok dan/ atau badan hukum yang melakukan tindakan
dengan sengaja untuk berbuat kejahatan yang dapat menimbulkan dan
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan penanganan kasus pertanahan.
Menurut Indriyanto Seno Adji, mafia tanah tergolong kejahatan
klasik yang terorganisir dan profesional, namun mediasi dan proses hukum
dihindari karena pembatasan pengungkapan. Mafia tanah dalam
menjalankan aksinya kerap menggunakan modus-modus kejahatan yang
terorganisasi, dimana yang paling umum digunakan adalah modus
pemalsuan dokumen pertanahan, melakukan gugatan rekayasa di
pengadilan untuk mendapatkan hak atas tanah, mengadakan pemufakatan
jahat yang dilakukan dalam akta autentik atau surat keterangan dengan
melibatkan pejabat umum.
Hingga kini ada beberapa laporan permasalahan pembangunan dan
juga sosial kemasyarakatan yang dipicu ulah mafia tanah yang membuat
perkara tanah menjadi tidak berujung pangkal. Setidaknya sudah 180
(seratus delapan puluh) kasus mafia tanah semenjak Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional membuat nota kesepahaman
(memorandum of understandingMoU) dengan Polri tercatat yang telah
diterima sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 yang terdiri dari
3

sengketa tanah dan konflik tanah, baik yang maju ke pengadilan, sudah
P21, maupun sudah penetapan tersangka.
Beberapa contoh keterlibatan mafia tanah dalam kasus pertanahan
yang populer akhirakhir ini antara lain:
A. Keterlibatan mafia tanah pada awal tahun 2019, dengan
korban yakni Indra Hosein pemilik sebidang tanah SHM
Nomor 902 yang berlokasi Jl. Brawijaya III Nomor 12,
Jakarta Selatan. Komplotan atau jaringan mafia tanah ini
dalam menjalankan aksinya bekerja sama dengan notaris
palsu bernama kantor “Notaris/PPAT Idham”. Notaris
Idham tersebut diketahui diperankan oleh tersangka Raden
Handi (alias Adri).
B. Keterlibatan mafia tanah dengan korban yakni Zurni
Hasyim Djalal ibu dari Dino Patti Djalal, Mantan Wakil
Menteri Luar Negeri Indonesia pada era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Kasus ini bermula tahun 2020,14
yang terjadi ketika SHM Nomor 8516/Cilandak Barat atas
nama Zurni Hasyim Djalal ingin dijual atau disewakan
dengan mempercayakan Yurmisnawita untuk mengurus
segala keperluannya.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Himawan Arief Sugoto, hal yang perlu
dipahami bahwa keberadaan kasus mafia tanah di bidang pertanahan
tersebut terjadi karena adanya celah tercipta ruang mafia tanah dari politik
hukum pertanahan nasional di Indonesia yang mengatur sistem
pendaftaran tanah, dimana sistem hukum pendaftaran tanah nasional
menganut publikasi negatif yang terdapat unsur positif.16 Sistem
pendaftaran tanah ini menghasilkan produk yang sah dan resmi, dengan
bukti hak berupa sertipikat hak atas tanah, yang kuat tetapi tidak mutlak,
sehingga memiliki celah yang dapat digugat di kemudian hari.
Berkaitan dengan pendaftaran tanah tersebut, rencana norma Pasal
52 Rancangan Undang-Undang Pertanahan (RUU Pertanahan)
4

menyebutkan bahwa tujuan dari pendaftaran tanah merupakan alat


pembuktian yang kuat mengenai lahirnya, hapusnya, serta sahnya
peralihan dan pembebanan hak. Boedi Harsono mengemukakan, bahwa
dalam pendaftaran tanah yang menggunakan sistem publikasi negatif
negara sebagai pencatat tidak menjamin kepastian bahwa orang yang
terdaftar sebagai pemegang hak benar-benar orang yang berhak karena
menurut sistem ini bukan pendaftaran, namun sahnya perbuatan hukum
yang dilakukan yang menentukan berpindahnya hak kepada pembeli.
Pendaftaran tidak dapat membuat orang yang memperoleh hak dari pihak
yang tidak berhak, menjadi pemegang hak yang baru.
Lebih lanjut menurut Supiardi Kendi Budiardjo, ketua Forum
Korban Mafia Tanah Indonesia (FKMTI), maraknya kasus perampasan
tanah yang dilakukan mafia tanah lantaran aparatur negara tidak
menjalankan UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
tentang Pendaftaran Tanah dengan baik. Kedua peraturan tersebut
sebenarnya dinilai sangat berpihak kepada rakyat untuk melegitimasi tanah
yang dimilikinya sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NRI 1945.
Namun, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah yang justru mengakomodasi kepentingan
mafia tanah dalam perampas tanah rakyat. Untuk saat ini, Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 telah dilakukan perubahan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan,
Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah.
Berdasarkan hal itu dapat dipahami dan tidak dapat dipungkiri
bahwa celah awal munculnya mafia tanah dikarenakan sistem hukum
pendaftaran tanah. Mafia tanah tidak saja dapat dikatakan kejahatan biasa,
tetapi dapat dikatakan sebagai kejahatan luar biasa di bidang pertanahan.
Dampak mafia tanah tidak hanya dapat merugikan sebagian orang dan/atau
badan hukum sebagai korban, tetapi juga dapat merusak tatanan hukum,
menghambat masuknya investasi dan laju pertumbuhan ekonomi.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai
institusi yang paling bertanggung jawab dalam administrasi pertanahan
5

masih menaruh perhatian khusus terhadap keberadaan mafia tanah hingga


saat ini.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diuraikan diatas, permasalahannya
dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Bagaimana pendaftaran tanah secara nasional dapat membantu
dalam penanggulangan praktik mafia tanah di Indonesia?
2. Apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam
implementasi pendaftaran tanah secara nasional untuk menurunkan
mafia tanah, dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Bagaimana Solusi Menurunkan Mafia Tanah Dilakukan dengan
Pendaftaran Tanah?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendaftaran tanah secara nasional dapat
membantu dalam penanggulangan praktik mafia tanah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi
dalam implementasi pendaftaran tanah secara nasional untuk
menurunkan mafia tanah.
3. Untuk mengetahui solusi menurunkan mafia tanah yang dilakukan
dengan pendaftaran tanah.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah merupkan kegiatan mendaftarkan suatu hak milik atas
tanah supaya mempunyai kekuatan hukum.Indonesia terdapat tiga periode
sejarah pendaftaran tanah di Indonesia yang dikemukakan oleh C.G Van Huls
yaitu4 :

1. Periode kacau balau ( De Chootisce periode ). Sebelum Tahun 1837.


2. Periode ahli ukur Pemerintah ( De periode Van Gauverments
Landmatter ) Tahun 1837-1875.
3. Periode Jawatan Pendaftaran Tanah ( De periode Van Den
Kadastralan Dienst) sesudah 1875

Pendaftaran tanah adalah mendaftarkan tanah yang masih berstatus tanah


milik adat menjadi tanah yang mempunyai hak yang melekat pada tanah
tersebut.Pendaftran menurut PP 24 th 1997 adalah Serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terusmenerus,berkesinambungan dan
teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan,dan penyajian serta
pemeliharaan data-data Yuridis, dalam bentuk peta. Daftar mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.5

PP 24 Tahun 97 ini merupakan penyempurnaan dari PP no 10 Tahun 1961


pasal 19 (ayat 2) yang pendaftaran tanah hanya meliputi ; Pengukuran,
pemetaan, pembukuan tanah,pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta
pemberian tanda bukti hak sebagai tanda bukiti yang kuat.6 Dari pendaftaran
tanah diatas tersebut dapat di uraikan unsurunsurnya;

4
Supriyadi, Hukum Agraria, Sinar grafika, Palu, 2006, hlm. 153.
5
Samun Ismaya, Hukum administrasi pertanahan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 82.
6
Ibid

5
6

1. Adanya Serangkaian Kegiatan


Menunjuk kepada adanya berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah yang berkaitan satu dengan
yang lain,berurutan menjadi kesatuan rangkaian yang bermuara
pada tersedianya data. Data dalam pendaftaran tanah ada dua yaitu
data fisik dan yuridis. Data fisik adalah data keterangan mengenai
letak, batas, dan luas bidang tanah sedangkan data yuridis adalah
keterangan mengenai status hukum bidang tanah,pemegang
hak,serta beban lain yang membebaninya.7
2. Dilakukan Oleh Pemerintah
Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat modern
merupakan tugas negara yang dihasilkan oleh pemerintah bagi
kepentingan rakyat dalam rangka memberikan kepastian hukum
dalam bidang pertanahan 8
3. Secara Terus-menerus Berkesinambungan
Menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan yang sekali dimulai tidak
akan ada akhirnya. Data yang sudah terkumpul dan tersedia harus
selalu dipelihara,dalamarti disesuaikan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi kemudian hingga tetap sesuai ddengan
keadaan yang terakhir.
4. Secara Teratur
Menunjukan bahwa semua kegiatan harus berlandaskan peraturan
perundangundngan yang sesuai, karena hasilnya aka merupakan
data bukti menurut hukum, biarpun daya kekuatan pembuktiannya
tidak selalu sama dalam hukum- hukum negara yang
menyelenggarakannya
5. Bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun Menunjukan bahwa
kegiatan pendaftaran tanah dilakukan terhadap Hak Milik, HGU,
HGB, Hak Pakai, HPL,Tanah Wakaf,Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun,Hak Tanggungan, dan Tanah Negara.

7
Urip Santoso , Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Kencana Prenamedia Grup,2010,
hlm. 14.
8
Ibid.
7

B. Mafia Tanah
Mafia tanah adalah individu kelompok dan atau badan hukum yang
melakukan tindakan dengan sengaja untuk berbuat kejahatan yang dapat
menghambat pelaksanaan penanganan kasus pertanahan. Sehingga seringkali
bidang lahan yang sudah bersertifikat belum tentu bebas masalah dari
kejahatan pembuatan sertifikat tanah palsu sehingga menimbulkan konflik di
masyarakat. Sertifikat palsu ini bisa muncul karena praktik mafia tanah yang
memalsukan dokumen.

Praktek mafia tanah kian menjadi perbincangan publik. Walaupun


sudah adanya reforma agrarian, para tuan-tuan tanah tidak menghilang. Justru
praktik mafia tanah di Indonesia ini sudah sangat menggila. Bahkan ada tuan
tanah yang menguasai lahan hingga ribuan hektar.

Kemudian, mafia tanah itu tidak terlihat namun mereka ada. Mereka
berkolaborasi dengan berbagai oknum-oknum pejabat karena praktik mafia
tanah ini tentunya tidak bisa berjalan sendiri. Oleh karena itu untuk
memberantas para mafia tanah ini tidaklah gampang perlu adanya sinergitas
dan komitmen bersama antara pihak kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan
pemerintah.

Mafia tanah memiliki sejumlah modus dalam aksinya dengan cara


permufakatan jahat di antaranya:

1. Menerbitkan dan/atau menggunakan lebih dari satu surat alas hak berupa
girik/pipil/kekitir/yasan/letter c/ surat tanah perwatasan/register/surat
keterangan tanah/surat pernyataan penguasaan fisik atau nama lain yang
sejenis, surat keterangan tidak sengketa, atau surat-surat lainnya yang
berhubungan dengan tanah oleh kepala desa/lurah kepada beberapa pihak
terhadap satu bidang tanah yang sama.

2. Menerbitkan dan/atau menggunakan dokumen yang terindikasi palsu


terkait tanah..
8

3. Melakukan okupasi atau penguasaan tanah tanpa izin di atas tanah milik
orang lain (Hak Milik/HGU/HGB/HP/HPL) baik yang sudah berakhir
maupun yang masih berlaku haknya.

4. Merubah/memindahkan/menghilangkan patok tanda batas tanah.

5. Mengajukan permohonan sertifikat pengganti karena hilang, sementara


sertifikat tersebut masih ada dan masih dipegang oleh pemiliknya atau
orang lain dengan itikad baik, sehingga mengakibatkan terdapat dua
sertifikat di atas satu bidang tanah yang sama.

Mafia tanah juga memanfaatkan lembaga peradilan untuk mengesahkan


bukti kepemilikan atas tanah. Pertama, mengajukan gugatan dengan
menggunakan surat yang tidak benar, sehingga ketika gugatan tersebut
diputus dan telah berkekuatan hukum tetap surat tersebut dijadikan sebagai
alas hak pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.

Kemudian mengajukan gugatan di pengadilan untuk dinyatakan sebagai


pemilik tanah, sedangkan pemilik tanah yang sah sama sekali tidak
mengetahui atau tidak dijadikan sebagai pihak dalam gugatan tersebut.
Ketiga, dengan melakukan pembelian terhadap tanah yang masih menjadi
objek perkara dengan tidak baik dan mengupayakan agar putusan pengadilan
tersebut berpihak kepadanya/kelompoknya.

Terakhir, yakni mengajukan gugatan terus menerus yang menimbulkan


banyaknya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dengan
putusan yang saling bertentangan satu sama lain, sehingga putusan tersebut
tidak dapat dijalankan mengakibatkan sengketa tanah dan konflik tanah serta
ruang tidak terselesaikan.

C. Peranan Pendaftaran Tanah Dalam Menurunkan Mafia Tanah


Tanah merupakan salah satu objek yang diatur dalam hukum Agraria,
tanah yang diatur dalam Hukum Agraria ini bukanlah tanah dalam berbagai
aspeknya, melainkan tanah dari segi hukum yang berhubungan langsung
dengan hak milik atas tanah yang merupakan bagian langsung dari
9

permukaan bumi. Tanah menjadi unsur penting bagi manusia dalam menjadi
landasan dalam membangun sebuah tempat yang akan tercipta infrastuktur
yang akan ditempati oleh seseorang. Begitu pentingnya tanah dalam
kehidupan sehari-hari yang membuat semua orang berpikir bahwa harus
mempunyai tanah demi dapat bertahan hidup. Tanah juga dianggap sebagai
salah satu aset berharga dengan nilai ekonomi yang tinggi karena dapat
mempercepat pembangunan di berbagai belahan negara khususnya Indonesia.
Dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan banyak, pastinya
masyarakat membutuhkan tanah sebagai tempat untuk membangun tempat
berteduhnya melalui berbagai cara baik cara yang sesuai dengan apa yang
tertulis di undangundang atapun secara illegal berdiri di tanah orang lain.

Semakin sedikit lahan yang tersedia sekarang dengan perbandingan


permintaan untuk menjual tanah semakin banyak membuat harga tanah
menjadi sangat meningkat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan dari penjelasan sebeumnya, dampak yang terjadi harga tanah
bergerak dengan mengikuti dinamika pembangunan sehingga jika dilihat
dengan baik lahan di daerah perkotaan sekarang sudah sulit, artinya kalaupun
ada harganya sangat mahal. Hal ini bisa berdampak positif untuk pemilik
tanah dalam meningkatkan kesejahteraan. Namun, di sisi lain berdampak
negatif disebabkan para pemilik modal berlomba-lomba untuk mendapatkan
tanah bagaimanapun caranya baik secara legal maupun illegal.

Peran pendaftaran tanah yang efektif dan terpercaya dapat membantu


dalam menurunkan praktik mafia tanah. Berikut adalah beberapa cara di mana
pendaftaran tanah dapat berperan:

1. Kejelasan kepemilikan tanah: Pendaftaran tanah yang akurat dan


terverifikasi membantu mengidentifikasi pemilik sah dan batas-batas tanah
yang jelas. Ini mengurangi kemungkinan klaim palsu atau penjualan ganda
yang sering dilakukan oleh mafia tanah.

2. Perlindungan hukum: Pendaftaran tanah yang sah memberikan


perlindungan hukum kepada pemilik tanah yang sah. Ini memberikan
10

jaminan bahwa tanah tersebut tidak dapat dikuasai atau disalahgunakan


oleh mafia tanah secara ilegal.

3. Transparansi dan aksesibilitas informasi: Pendaftaran tanah yang terbuka


dan transparan memungkinkan akses yang mudah terhadap informasi
kepemilikan tanah. Hal ini membantu mengurangi praktik korupsi dan
mempersulit mafia tanah dalam melakukan kegiatan ilegal.

4. Pengecekan dan verifikasi: Pendaftaran tanah yang memerlukan proses


pemeriksaan dan verifikasi yang ketat dapat mengurangi risiko adanya
kepemilikan tanah yang tidak sah atau dokumen palsu. Ini membantu
mengurangi kegiatan mafia tanah yang sering kali menggunakan dokumen
palsu untuk memanipulasi kepemilikan tanah.

5. Pengawasan dan penegakan hukum: Pendaftaran tanah yang efektif


didukung oleh pengawasan dan penegakan hukum yang kuat. Ini
melibatkan kerjasama antara lembaga pendaftaran tanah, otoritas
pengawas, dan penegak hukum untuk mendeteksi dan menindak aktivitas
mafia tanah secara efektif.

6. Edukasi dan kesadaran publik: Pendaftaran tanah yang efektif perlu


didukung oleh program edukasi dan kesadaran publik yang meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya kepemilikan tanah yang sah
dan risiko yang terkait dengan praktik mafia tanah. Ini memperkuat
partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah dan melaporkan aktivitas
mafia tanah.

Pendaftaran tanah yang baik dan efektif memainkan peran kunci dalam
mengurangi praktik mafia tanah dan melindungi hak-hak pemilik tanah yang
sah. Namun, perlu diingat bahwa menangani mafia tanah melibatkan upaya
yang komprehensif, termasuk reformasi hukum, penegakan hukum yang kuat,
serta perbaikan tata kelola dan transparansi di sektor properti.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Pendaftaran Tanah Secara Nasional dapat Membantu dalam


Penanggulangan Praktik Mafia Tanah Di Indonesia
Proses pendaftaran tanah secara nasional dapat membantu dalam
penanggulangan praktik mafia tanah di Indonesia. Praktik mafia tanah adalah
kegiatan ilegal yang melibatkan orang-orang yang tidak memiliki hak atas
tanah, namun menggunakan kekuatan, pengaruh, atau korupsi untuk
menguasai atau mengendalikan tanah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
kerugian besar bagi masyarakat dan merusak sistem kepemilikan tanah yang
sah.

Dengan menerapkan proses pendaftaran tanah secara nasional, pemerintah


dapat menciptakan basis data yang akurat dan terpercaya mengenai
kepemilikan tanah di seluruh wilayah Indonesia. Proses ini melibatkan
pengumpulan, pemrosesan, dan verifikasi informasi mengenai tanah dan
pemiliknya. Dalam proses ini, pemerintah dapat memastikan bahwa setiap
kepemilikan tanah telah terdaftar secara legal dan sah.

Berikut adalah beberapa cara di mana proses pendaftaran tanah secara


nasional dapat membantu penanggulangan praktik mafia tanah di Indonesia:

1. Transparansi: Dengan adanya basis data yang akurat dan terpercaya,


pemerintah dapat memberikan akses terbuka kepada publik untuk
memeriksa informasi kepemilikan tanah. Ini akan mengurangi celah
bagi praktik mafia tanah yang biasanya mengandalkan ketidakjelasan
dan ketidaktahuan.
2. Verifikasi dan validasi kepemilikan tanah: Proses pendaftaran tanah
nasional melibatkan verifikasi dan validasi kepemilikan tanah. Hal ini
membantu memastikan bahwa setiap kepemilikan tanah telah melalui
proses yang sah dan sesuai dengan hukum. Praktik mafia tanah
seringkali melibatkan dokumen palsu atau perbuatan ilegal lainnya

11
12

untuk menguasai tanah. Dengan adanya proses pendaftaran yang ketat,


praktik semacam ini dapat terdeteksi dan dicegah.
3. Perlindungan hukum: Proses pendaftaran tanah secara nasional
memberikan perlindungan hukum bagi pemilik sah. Dalam sistem
hukum yang terstruktur dan teratur, pemilik sah memiliki dasar hukum
yang kuat untuk melindungi hak kepemilikan mereka. Hal ini
memudahkan tindakan hukum terhadap praktik mafia tanah dan
memberikan insentif untuk menghindari praktik semacam itu.
4. Penegakan hukum yang lebih baik: Dengan adanya basis data yang
lengkap dan sistem pendaftaran tanah yang teratur, penegakan hukum
terhadap praktik mafia tanah dapat ditingkatkan. Pemerintah dapat
menggunakan informasi yang tercatat untuk mengidentifikasi dan
menginvestigasi kasus-kasus mafia tanah serta mengambil tindakan
hukum yang sesuai terhadap pelaku.

Meskipun proses pendaftaran tanah secara nasional dapat membantu


dalam penanggulangan praktik mafia tanah, perlu diingat bahwa ini bukanlah
solusi tunggal. Diperlukan upaya yang komprehensif, termasuk peningkatan
kesadaran masyarakat, penegakan hukum yang tegas, serta reformasi dalam
sistem pertanahan untuk mengatasi masalah ini secara efektif.

B. Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi


pendaftaran tanah secara nasional untuk menurunkan mafia tanah dan
cara mengatasinya
Implementasi pendaftaran tanah secara nasional untuk menurunkan mafia
tanah di Indonesia menghadapi beberapa hambatan dan tantangan. Berikut
adalah beberapa di antaranya, beserta cara mengatasinya:

1. Ketidakjelasan kepemilikan tanah: Salah satu hambatan utama


adalah adanya ketidakjelasan kepemilikan tanah dan konflik atas
hak-hak properti. Untuk mengatasinya, diperlukan upaya dalam
mengumpulkan dan memverifikasi data kepemilikan tanah yang
akurat. Pemerintah dapat melakukan pemetaan ulang dan survei
13

tanah secara menyeluruh, serta melakukan pemeriksaan dokumen-


dokumen kepemilikan yang ada.
2. Korupsi dan kolusi: Praktik korupsi dan kolusi di dalam sistem
pendaftaran tanah dapat menjadi hambatan serius. Untuk
mengatasinya, diperlukan reformasi dan peningkatan integritas di
lembaga-lembaga terkait. Pemerintah harus memperkuat
pengawasan, memberantas korupsi, dan memberikan hukuman
yang tegas bagi pelaku yang terlibat dalam praktik tersebut.
3. Keterbatasan sumber daya: Implementasi pendaftaran tanah secara
nasional memerlukan sumber daya manusia, teknologi, dan
keuangan yang memadai. Keterbatasan ini dapat menjadi hambatan
dalam proses pengumpulan data dan pembaruan basis data secara
menyeluruh. Untuk mengatasinya, pemerintah dapat
mengalokasikan sumber daya yang cukup dan melibatkan mitra
strategis, seperti lembaga keuangan atau lembaga swadaya
masyarakat, untuk membantu dalam pengumpulan dan pemrosesan
data.
4. Kendala hukum dan regulasi: Beberapa hambatan terkait dengan
kerangka hukum dan regulasi yang ada. Birokrasi yang rumit,
kebingungan tentang prosedur, atau hukum yang ambigu dapat
menyulitkan proses pendaftaran tanah. Untuk mengatasinya,
diperlukan reformasi hukum yang jelas, sederhana, dan transparan.
Pemerintah harus melakukan evaluasi dan penyempurnaan
kebijakan serta menyediakan panduan yang jelas bagi pemilik
tanah dan pihak yang terlibat dalam proses pendaftaran.
5. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Tantangan lain adalah
kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendaftaran tanah yang sah. Untuk mengatasinya,
pemerintah perlu meningkatkan edukasi dan kampanye sosialisasi
kepada masyarakat mengenai manfaat pendaftaran tanah yang
legal, hak kepemilikan tanah, dan risiko dari praktik mafia tanah.
Pendidikan yang lebih baik dan akses informasi yang mudah akan
14

membantu memperkuat kesadaran masyarakat dan mendukung


implementasi pendaftaran tanah secara nasional.
Implementasi pendaftaran tanah secara nasional untuk menurunkan mafia
tanah merupakan upaya jangka panjang yang memerlukan komitmen dan
kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait. Dalam
menghadapi hambatan dan tantangan, upaya yang berkelanjutan, kebijakan
yang tegas, serta partisipasi aktif dari semua pihak akan menjadi kunci
keberhasilan.

C. Solusi Menurunkan Mafia Tanah Dilakukan dengan Pendaftaran Tanah


Pendaftaran tanah yang baik dan transparan dapat menjadi salah satu solusi
untuk menurunkan kegiatan mafia tanah. Berikut ini adalah beberapa langkah
atau sumber solusi yang dapat diterapkan dalam pendaftaran tanah guna
mengatasi masalah mafia tanah:

1. Sistem Pendaftaran Tanah yang Terpercaya: Membangun dan


mengelola sistem pendaftaran tanah yang dapat dipercaya merupakan
langkah penting. Sistem ini harus transparan, terbuka, dan dijalankan
dengan integritas tinggi untuk mencegah manipulasi data dan praktik
korupsi. Penerapan teknologi informasi dan digitalisasi dapat
membantu meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam pendaftaran
tanah.
2. Validasi Data dan Verifikasi Kepemilikan Tanah: Penting untuk
melakukan validasi data yang teliti dan verifikasi kepemilikan tanah
secara menyeluruh. Ini mencakup melakukan survei dan pemetaan
tanah yang akurat, memeriksa dokumen kepemilikan yang sah, dan
memastikan konsistensi dan keabsahan informasi yang terkait dengan
tanah tersebut.
3. Pemberian Sertifikat Tanah: Memberikan sertifikat tanah kepada
pemilik yang sah merupakan cara efektif untuk mengurangi praktik
mafia tanah. Sertifikat tanah adalah bukti legalitas kepemilikan yang
dapat memperkuat hak-hak pemilik tanah, melindungi mereka dari
klaim yang tidak sah, dan meningkatkan kepastian hukum.
15

4. Publikasi Informasi Kepemilikan Tanah: Mengumumkan secara


terbuka informasi kepemilikan tanah, termasuk pemilik dan batasan-
batasan yang terkait dengan tanah, dapat membantu mencegah
manipulasi dan praktik ilegal. Dengan adanya akses publik terhadap
informasi ini, masyarakat dapat memantau dan melaporkan aktivitas
yang mencurigakan atau penyalahgunaan tanah.
5. Pengawasan dan Audit Rutin: Melakukan pengawasan dan audit rutin
terhadap pendaftaran tanah dapat membantu mendeteksi dan
menghindari penyimpangan serta tindakan korupsi. Audit independen
dan pengawasan yang ketat dapat memberikan keamanan tambahan
dan memastikan integritas sistem pendaftaran tanah.
6. Pelatihan dan Kesadaran: Melakukan pelatihan dan peningkatan
kesadaran kepada pihak yang terlibat dalam proses pendaftaran tanah,
seperti petugas pendaftaran, hakim, pengacara, dan masyarakat umum,
penting untuk memahami pentingnya kejujuran, integritas, dan peran
mereka dalam memerangi mafia tanah. Pengetahuan yang ditingkatkan
dan pemahaman yang lebih baik tentang hukum dan prosedur
pendaftaran tanah dapat membantu mencegah dan mengungkap praktik
mafia tanah.
7. Kolaborasi antara Lembaga: Membangun kolaborasi yang erat antara
lembaga pemerintah yang terkait, seperti badan pendaftaran tanah,
kepolisian, kejaksaan, dan otoritas pengawasan, dapat memperkuat
upaya pen
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Proses pendaftaran tanah secara nasional dapat membantu dalam
penanggulangan praktik mafia tanah di Indonesia melalui transparansi,
verifikasi dan validasi kepemilikan tanah, perlindungan hukum bagi
pemilik sah, serta peningkatan penegakan hukum. Proses ini
menciptakan basis data yang akurat dan terpercaya mengenai
kepemilikan tanah, sehingga mengurangi celah bagi praktik mafia
tanah. Namun, proses pendaftaran tanah secara nasional bukanlah
solusi tunggal, dan diperlukan upaya komprehensif untuk mengatasi
masalah ini, termasuk peningkatan kesadaran masyarakat, penegakan
hukum yang tegas, dan reformasi dalam sistem pertanahan.
2. Implementasi pendaftaran tanah secara nasional untuk menurunkan
mafia tanah di Indonesia menghadapi beberapa hambatan dan
tantangan, seperti ketidakjelasan kepemilikan tanah, korupsi dan
kolusi, keterbatasan sumber daya, kendala hukum dan regulasi, serta
kurangnya pendidikan dan kesadaran masyarakat. Untuk mengatasi
hambatan ini, diperlukan upaya dalam mengumpulkan dan
memverifikasi data kepemilikan tanah yang akurat, melakukan
reformasi dan peningkatan integritas di lembaga-lembaga terkait,
mengalokasikan sumber daya yang memadai, melakukan reformasi
hukum yang jelas dan transparan, serta meningkatkan edukasi dan
kampanye sosialisasi kepada masyarakat. Implementasi ini
membutuhkan komitmen dan kolaborasi yang berkelanjutan antara
pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait.

B. Saran
1. Untuk mengimplementasikan proses pendaftaran tanah secara nasional
guna menangani praktik mafia tanah di Indonesia salah satunya dengan
cara mengoptimalkan transparansi, memastikan bahwa basis data yang

16
17

terbentuk melalui proses oendaftaran tanah nasional dapat diakses


secara terbuka oleh publik. Hal ini akan memungkinkan masyarakat
untuk memeriksa informasi kepemilikan tanah secara transparan dan
mengurangi celah bagi praktik mafia tanah.
2. Untuk menurunkan praktik mafia tanah disarankan untuk menguatkan
lembaga-lembaga terkait dengan meningkatkan kapasitas lembaga-
lembaga terkait dalam proses pendaftaran tanah, seperti Badan
Pertanahan Nasional dan Badap pengelola Tanah. Berikan pelatihan-
pelatihan yang diperlukan kepada petugas dan pegawai terkait untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas
pendaftaran tanah.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, N. (2012). Arah politik hukum pertanahan dan perlindungan


kepemilikan tanah masyarakat. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 1(1), 33-51.

Yusriyadi, Y. (2010). Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak


Milik Atas Tanah.

Doly, D. (2017). Kewenangan negara dalam penguasaan tanah:


Redistribusi tanah untuk rakyat (The authority of the state in land tenure:
redistribution of land to the people). Negara Hukum: Membangun Hukum untuk
Keadilan dan Kesejahteraan, 8(2), 195-214.

Supriadi, S. H. (2023). Hukum agraria. Sinar Grafika.

Ismaya, S. (2013). Hukum Administrasi Pertanahan. Graha Ilmu.

Urip, S. (2010). Pendaftaran dan peralihan hak atas tanah. Kencana,


Jakarta.

Nurhasan Ismail, “Arah Politik Hukum Pertanahan dan Perlindungan


Kepemilikan Tanah Masyarakat,” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan
Hukum Nasional Volume 1, no. 1 (2012): 33-52.
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding. v1i1.105.
Yusriyadi, Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik atas Tanah
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), 23.
Kementerian ATR/BPN, “Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan
Penyelesaian Kasus Pertanahan” (Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, 2020).
Kementerian ATR/BPN, “Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pemberantasan Mafia
Tanah,” Pub. L. No. 01/JUKNIS/D. VII/2018, 3. (2018).
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/hukum/article/download/3134/
19

Anda mungkin juga menyukai